Byur!
Mimpi itu menghilang. Dilara dipaksa bangun karena tubuhnya diguyur dengan seember air!"Bangun! Kenapa kau tidur begitu pulas? Bayi Tuan David sudah menangis kencang sejak tadi, kau harus segera menyusuinya!" Seorang Suster yang membawa ember di tangannya nampak menatap Dilara dengan tatapan tajam.
Suster yang lain juga terlihat menggendong bayi David yang masih menangis kencang. Dilara hanya diam--tidak menanggapi ucapan Suster itu. Ia masih merasa bingung, ingatannya masih tertuju pada mimpinya itu.Apa hubungan dirinya dengan Ara? Apakah ini ingatannya waktu kecil atau hanya bunga tidur semata?
Ceklek!Tak berselang lama, pintu terbuka dari arah luar, menampakkan sosok David yang memasuki kamar dengan wajah merah padam.
"Lepas semua baju yang menempel padanya, biarkan dia polos tanpa sehelai benang. Anakku sudah sangat kehausan jika harus menunggu dia mengganti bajunya yang basah dulu!" perintah David dengan suara baritone yang tak terbantahkan. Dilara mengigit bibir bawahnya kala bajunya sekarang ini dilepas paksa oleh dua orang suster. Bahkan wajahnya memerah, kala David masih saja menatapnya dengan tatapan marah dan juga penuh kebencian. "Astaga Dilara, ada apa denganmu? Kamu itu harusnya ingat kalau sekarang kau itu bukan lagi nyonya Arman Maulana yang kaya dan menjadi tuan putri disana. Kau harus kembali ke realita hidupmu yang penuh penderitaan," ujar Dilara pada dirinya sendiri dalam hati. Setelah ibunya meninggal tujuh tahun lalu, hidup Dilara benar benar berubah seperti neraka. Ia sering mendapatkan siksaan dan dijadikan sebuah mesin pencetak uang oleh ayahnya. Karena Ibnu begitu merasa kehilangan, saat istrinya meninggal dunia. Jadi ia melampiaskan semuanya dengan menyiksa Dilara, meminum alkohol dan juga berjudi. Sehingga membuat hutangnya kian hari kian bertambah. Dan Dilara-lah yang harus menanggung semuanya. Seumur hidupnya, Dilara bisa merasakan sedikit kebahagiaan saat dirinya dipinang oleh Arman. Karena selama pernikahan dan juga kehamilannya, Arman memperlakukan dirinya bagai seorang permaisuri atau seorang ratu. Suaminya itu selalu menyayangi, memberikan perhatian, bersikap lemah lembut bahkan selalu menuruti apa yang dia inginkan. Namun, setelah melahirkan. Hidup Dilara sepertinya kembali seperti di neraka. Bahkan sosok suami yang lembut dan juga penyayang juga ikut lenyap. Suaminya malah menyakitinya dengan memfitnah dirinya, lebih kejamnya lagi memasukkannya ke dalam penjara saat tubuhnya belum pulih pasca melahirkan.Apakah sekarang, ia harus disiksa oleh pria yang notabenenya majikannya?
Plak! Dilara merasakan sakit dan juga panas di bagian pipinya. Kesadarannya kembali. "Aku adalah kepala pelayan Tuan David. Kenapa kau itu terus melamun? Ayo segera susui bayinya, karena bayi itu sudah sangat haus!" Dilara pun buru buru menerima bayi yang di sodorkan kepadanya. Ia sendiri merutuki kebodohannya, segera menyusui bayi yang ada dipangkuannya. Saat hendak membuka penutup dada, Dilara tersadar bahwa dirinya kini benar-benar sudah tanpa sehelai benang. Takut situasi akan semakin memburuk, Dilara dengan cepat memasukkan puting susunya ke mulut bayi David agar anak itu diam dan tidak menangis lagi. "Mengapa mereka semua memandangiku seperti ini? Ini sungguh memalukan." Bahkan kala tiga orang suster, kepala pelayan, dan David menatapnya penuh perhatian, Dilara merasa semakin direndahkan dan dipermalukan. Reflek, ia pun mengeratkan ke dua pahanya yang tadi sempat membuka. "Awas, sampai kau membuat anakku menangis lagi karena kehausan. Aku pasti akan memberikan hukuman padamu dengan menyiksamu." Setelah berkata, David dengan wajah dingin membalikkan badannya dan berjalan ke arah pintu. Dilara menghembuskan nafas kasar, merasa panik sekaligus putus asa. Untungnya, itu semua akhirnya berlalu juga.Sekarang ini waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Dilara hanya tidur beberapa jam sebelumnya, sekarang ini ia benar benar tidak berani untuk menutup kedua kelopak matanya.
Ia takut kalau sampai ketiduran lagi. Sedari tadi, dia hanya bisa meratapi nasibnya sembari mengingat ingat hidupnya yang setahun penuh kebahagiaan saat bersama dengan suaminya. Perubahan Arman yang tiba tiba sungguh menorehkan luka tersendiri di dalam hati Dilara. Sedari tadi, Dilara berpikir dan merenungi hidup yang dijalaninya selama ini. "Padahal selama ini aku tidak pernah menjahati orang, tapi kenapa orang orang bersikap jahat padaku," gumam Dilara sedih mengingat selama ini ia selalu melakukan kebaikan dihidupnya. Tiba-tiba kedua bola mata Dilara nampak membulat sempurna, kala ada dua tangan kekar yang memeluk dirinya dari arah belakang. "Karena kamu itu selalu memilih orang yang salah. Harusnya sedari dulu kamu itu merespon waktu aku dekati, pasti hidupmu sudah berubah bahagia. Bahkan aku akan selalu menjadikan dirimu sebagai ratuku," bisik seorang pria yang terdengar begitu asing ditelinga Dilara.Deg!
"Si - siapa Anda?" tanya Dilara dengan nada suara terbata. Ia benar benar merasa ketakutan sekarang ini.
Dilara tidak pernah pacaran, ia hanya dekat dengan Arman. Itupun setelah keduanya bertunangan dan akan melangsungkan pernikahan.
Tangannya terasa seperti dikurung rapat dalam lengan laki-laki itu.
"Aku adalah Etnan, Dilara. Apakah kamu melupakan aku?" Dilara nampak merenung dan merasa bingung. Ia sama sekali tidak bisa mengingatnya. "Sudah lama aku mencari keberadaanmu, dan saat menemukanmu ternyata kamu sudah menikah dengan salah satu orang ternama di negeri ini. Namun, sekarang sepertinya setelah melahirkan seorang pewaris, kamu harus berhadapan dengan fitnah dan kebohongan yang mengerikan dari keluarga yang menikahimu. Walaupun wajahmu sekarang ini babak belur, tentu saja aku masih bisa melihat kecantikan yang pernah ada padamu." Pria itu nampak berbicara panjang lebar berusaha mengingatkan akan kepahitan hidupnya. Dilara dibuat semakin panik.Siapa pria ini?
Bagaimana dia tahu begitu banyak tentang Dilara?
Bersamaan dengan itu, Etnan melepaskan pelukannya.
Asisten David itu membalikkan tubuh Dilara agar keduanya bisa saling berhadapan.
Mata mereka bertemu, hingga kedua bola mata Dilara nampak membulat sempurna. "Bu--bukankah kamu itu asisten pribadi Tuan David ... "
Ucapan Dilara terhenti kala Etnan langsung membungkam bibir manis Dilara, karena terdengar ada suara pintu yang dibuka dari arah luar!
Cahaya pagi yang hangat mulai menyelinap melalui celah-celah jendela. Perlahan, Dilara membuka matanya, berusaha bangun walaupun rasa kantuk masih menyelimuti kesadarannya. Cepat-cepat, dia duduk dan mengambil bayi mungil didalam kotak bayi lalu memeluknya erat. "Untung kamu belum nangis, Sayang," ucap Dilara lembut, sambil membuka kancing bajunya untuk menyusuinya. Ya, Dilara teringat dengan bisikan para pelayan di rumah ini, jika melakukan kesalahan. Tuan David tidak segan menghukum dan memasukkan ke dalam kandang singa. Sungguh Dilara masih ingin hidup dan membuktikan, kalau putri kandungnya masih hidup. Ceklek! Suara pintu terbuka, David pun masuk bersama beberapa suster yang mengikutinya dari belakang. "Setelah ini, aku akan mengecek dan menimbang berat badan anakku. Awas, kalau sampai berat badan bayi ku turun gara-gara semalam kau tidur nyenyak!" Dalam hati, Dilara bergidik ngeri mendengar ancaman David. Dia menyesali kejadian semalam yang membuatnya takut berh
Dilara di hias sangat cantik, dan para perias profesional itu benar benar melakukan tugas mereka dengan sangat baik. Sekarang wajah Dilara begitu mirip dengan wanita yang dipanggil Keira, bahkan lebih cantik Dilara dibandingkan dengan Keira, jika keduanya sama sama dirias. Tiba tiba terdengar suara bayi David yang menangis kencang, membuat Dilara yang sekarang ini sudah mengenakan gaun ketat sontak berdiri. Karena Dilara memang tidak terbiasa mengenakan pakaian ketat, hal itu hampir saja membuat tubuhnya itu terjatuh. "Kenapa kau tidak hati hati? Kau hampir saja jatuh!" Untung saja saat keseimbangan Dilara buruk, ada David yang berdiri di samping Dilara untuk menopang tubuhnya. Jadi wajah Dilara yang sudah terlihat sangat cantik, tidak mencium lantai. "Ma - maaf Tuan, saya hanya panik saat mendengar bayi Anda menangis. Saya ingin segera menyusuinya," sahut Dilara dengan wajah terbata. Dia berusaha menjauhkan tubuhnya dari cengkraman David. Namun, sadar David seperti seper
"Dilara ingat pesan ku tadi, kau harus berpura pura menjadi istriku." Ucapan David sontak membuat Dilara menoleh ke arah sumber suara. Bahkan jantungnya tiba tiba berdebar kencang, saat David menggenggam tangannya tiba-tiba. Ia merasa tangannya seperti terdengar aliran listrik. "Sekarang ini kita harus bersikap mesra layaknya sepasang suami istri." David mulai menarik pergelangan tangan Dilara untuk berjalan bersama. Dilara hanya bisa menjawab dengan anggukan, lidahnya kelu. "Jangan sampai melakukan kesalahan! Aku akan memberikan bonus banyak padamu," bisik David pada Dilara saat mereka sudah memasuki area tasyakuran. Pipi Dilara memerah, karena interaksinya sekarang ini dengan David. Sekarang ini baik Dilara maupun David sedang berada di balik tirai yang ada di balik panggung. "Tuan, bolehkah saya meminta bonus yang lain?" celetuk Dilara sembari menarik tangannya kembali, saat tangan David ingin menarik tangannya untuk keluar dari balik tirai. Ekspresi wajah Davi
Belum sampai Arman bisa mengeluarkan suara untuk menjawab pertanyaan yang baru saja keluar dari bibir istrinya, tiba-tiba Yasinta sudah nerocos dan melanjutkan ucapannya. "Jangan bilang Mas Arman itu tertarik dengan istri mafia kejam itu! Bisa bisa nyawa Mas itu melayang, dan Anggita nantinya bisa tidak memiliki ayah." "Astaga Yasinta! Kenapa kamu menuduhku seperti itu? Hanya karena aku memandang istri dari Tuan David beberapa detik saja. Tolong jaga ucapanmu itu!" Arman langsung memalingkan pandangannya kearah lain. Bagaimana pun tuduhan yang baru saja diucapakan oleh istrinya itu tidak masuk akal. Dan pada hakekatnya, pria juga tidak suka dituduh tanpa alasan yang jelas. Bahkan Arman merasa jika perilaku Yasinta akhir -akhir ini sangat berubah setelah keduanya memiliki bayi. Sifat Yasinta yang dulunya penurut, baik dan juga kalem sekarang seakan akan berubah menjadi seratus delapan puluh derajat, sungguh semua sifat -sifat baik yang dimiliki oleh istri yang baru di nika
Terus apa yang kau mau?" tanya Etnan tanpa berbasa basi. "Haha, kukira kau itu akan merebut hape yang ada di tanganku ini, lalu kau akan menghapus paksa file yang ada didalam video ini!" Laras berbicara dengan nada sarkas dan juga memperlihatkan senyum yang penuh kemenangan. "Sudahlah Laras, tidak usah bertele -tele. Aku itu tahu, orang licik seperti mu tidak mungkin tidak mengcopy salinannya sebelum menunjukkan padaku. Bahkan aku tahu, bahwa menghilangnya Nyonya Keira juga pasti ada hubungannya denganmu!" Etnan membalas ucapan Laras juga tak kalah sarkas. "Haha, tuduhan mu tidak akan pernah bisa menggertakku. Karena kau tak punya bukti apa -apa. Aku ingin kau itu membantuku, untuk membuatku bisa mendapatkan Tuan David. Bahkan membuat Tuan David tidak punya pilihan lain selain menikahiku!" Laras nampak memberikan penawaran. Etnan tiba tiba memijit pelipisnya, ntah kenapa ia merasa tidak yakin akan bisa membantu Laras. Laras yang melihat ekspresi Etnan nampak ragu, lalu men
"Dilara .... Kapankah kau menyadari? Jika aku sudah mencintaimu sejak 8 tahun yang lalu," gumam Etnan dalam hatinya. Namun, akhirnya ia memilih untuk fokus pada pekerjaannya untuk memantau jalannya acara yang dibuat oleh Tuannya. Sementara itu, ditempat lain. Dilara nampak menghentikan langkah kakinya. Kala Tuannya malah membawanya ke sebuah ruangan dengan pintu yang terlihat sangat mewah. Walau pun, sudah lebih dari dua minggu bekerja dimansion. Namun, baru kali ini ia melihat ada ruangan yang memiliki pintu besar dan berornamen emas, bahkan sepertinya pintu itu dilengkapi dengan beberapa fitur keamanan yang canggih. Dilara nampak memperhatikan seksama, jari jemari milik David yang terlihat lihai dan juga cekatan kala memencet beberapa tombol yang terpasang di bagian handle pintu. Tak berselang lama pintu itu pun terbuka. Dari kejauhan, Dilara melihat sebuah ranjang besar nan mewah. Jadi ia bisa menduga, jika ruangan yang sedari tadi ingin dibuka oleh David adalah sebuah
"Tuan, sepertinya saya bisa membuka baju saya sendiri!" ujar Dilara dengan nada suara takut. Dilara menyadari bahwa kini dirinya hanya berdua dengan David di sebuah kamar. Pikiran tentang hal buruk yang mungkin terjadi membuat jantungnya berdebar kencang. Memang gaun ketat yang kini menempel di tubuhnya, ia dibantu oleh beberapa orang untuk memakainya termasuk tadi David yang melihatnya. Namun saat itu ada banyak orang di sekitarnya, situasinya sangat berbeda dengan sekarang. Seiring waktu berjalan, kecemasan yang menggelayuti pikiran Dilara semakin menjadi-jadi. Dia tentu saja tahu bahwa David adalah pria normal yang bisa saja merasa terangsang. "Apakah aku seharusnya benar-benar mengandalkan diriku sendiri saat ini? Haruskah aku melawan rasa takutku dan mencoba mempertahankan harga diriku?" batin Dilara dalam hati. "Sudah aku katakan padamu! Aku sama sekali tidak menyukai adanya penolakan. Apakah hukuman yang aku berikan saat aku menjebloskanmu masuk ke kandang singa
Sementara David sendiri yang kuasai oleh hawa nafsu yang membara, benar-benar sulit untuk mengendalikan dirinya. Ia sama sekali tidak memperdulikan rintihan yang keluar dari bibir Dilara, ia malah melepaskan kancing bajunya satu persatu membuat dada bidang nan kekar sekarang ini benar benar terekspos dengan nyata. David menatap Dilara dari atas sampai bawah, melihat kaki jenjang nan seksi milik Dilara yang begitu mulus dan putih dan dibalut dengan hels tinggi. Membuat David ingin segera menerkam Dilara bulat-bulat. Air mata terus mengalir dari ke dua pelupuk mata Dilara, dirinya sekarang ini benar benar ketakutan. Sementara David sendiri, malah seperti orang yang kesetanan. Dengan langkah yang terlihat begitu santai, David terus melangkahkan kakinya menuju kearah Dilara. Sementara Dilara terus memundurkan tubuhnya, namun sayang, sekarang ini tubuhnya malah sudah mentok ditembok. "Tuan, saya mohon jangan ...!" Karena gelap mata, David sama sekali tidak memperdulikan rin