Share

Bab 5

Byur!

Mimpi itu menghilang. Dilara dipaksa bangun karena tubuhnya diguyur dengan seember air!

"Bangun! Kenapa kau tidur begitu pulas? Bayi Tuan David sudah menangis kencang sejak tadi, kau harus segera menyusuinya!" Seorang Suster yang membawa ember di tangannya nampak menatap Dilara dengan tatapan tajam.

Suster yang lain juga terlihat menggendong bayi David yang masih menangis kencang.

Dilara hanya diam--tidak menanggapi ucapan Suster itu. Ia masih merasa bingung, ingatannya masih tertuju pada mimpinya itu.

Apa hubungan dirinya dengan Ara? Apakah ini ingatannya waktu kecil atau hanya bunga tidur semata?

Ceklek!

Tak berselang lama, pintu terbuka dari arah luar, menampakkan sosok David yang memasuki kamar dengan wajah merah padam.

"Lepas semua baju yang menempel padanya, biarkan dia polos tanpa sehelai benang. Anakku sudah sangat kehausan jika harus menunggu dia mengganti bajunya yang basah dulu!" perintah David dengan suara baritone yang tak terbantahkan.

Dilara mengigit bibir bawahnya kala bajunya sekarang ini dilepas paksa oleh dua orang suster.

Bahkan wajahnya memerah, kala David masih saja menatapnya dengan tatapan marah dan juga penuh kebencian.

"Astaga Dilara, ada apa denganmu? Kamu itu harusnya ingat kalau sekarang kau itu bukan lagi nyonya Arman Maulana yang kaya dan menjadi tuan putri disana. Kau harus kembali ke realita hidupmu yang penuh penderitaan," ujar Dilara pada dirinya sendiri dalam hati.

Setelah ibunya meninggal tujuh tahun lalu, hidup Dilara benar benar berubah seperti neraka.

Ia sering mendapatkan siksaan dan dijadikan sebuah mesin pencetak uang oleh ayahnya.

Karena Ibnu begitu merasa kehilangan, saat istrinya meninggal dunia. Jadi ia melampiaskan semuanya dengan menyiksa Dilara, meminum alkohol dan juga berjudi.

Sehingga membuat hutangnya kian hari kian bertambah. Dan Dilara-lah yang harus menanggung semuanya.

Seumur hidupnya, Dilara bisa merasakan sedikit kebahagiaan saat dirinya dipinang oleh Arman. Karena selama pernikahan dan juga kehamilannya, Arman memperlakukan dirinya bagai seorang permaisuri atau seorang ratu.

Suaminya itu selalu menyayangi, memberikan perhatian, bersikap lemah lembut bahkan selalu menuruti apa yang dia inginkan.

Namun, setelah melahirkan. Hidup Dilara sepertinya kembali seperti di neraka.

Bahkan sosok suami yang lembut dan juga penyayang juga ikut lenyap.

Suaminya malah menyakitinya dengan memfitnah dirinya, lebih kejamnya lagi memasukkannya ke dalam penjara saat tubuhnya belum pulih pasca melahirkan.

Apakah sekarang, ia harus disiksa oleh pria yang notabenenya majikannya?

Plak!

Dilara merasakan sakit dan juga panas di bagian pipinya. Kesadarannya kembali.

"Aku adalah kepala pelayan Tuan David. Kenapa kau itu terus melamun? Ayo segera susui bayinya, karena bayi itu sudah sangat haus!"

Dilara pun buru buru menerima bayi yang di sodorkan kepadanya.

Ia sendiri merutuki kebodohannya, segera menyusui bayi yang ada dipangkuannya.

Saat hendak membuka penutup dada, Dilara tersadar bahwa dirinya kini benar-benar sudah tanpa sehelai benang.

Takut situasi akan semakin memburuk, Dilara dengan cepat memasukkan puting susunya ke mulut bayi David agar anak itu diam dan tidak menangis lagi.

"Mengapa mereka semua memandangiku seperti ini? Ini sungguh memalukan."

Bahkan kala tiga orang suster, kepala pelayan, dan David menatapnya penuh perhatian, Dilara merasa semakin direndahkan dan dipermalukan. Reflek, ia pun mengeratkan ke dua pahanya yang tadi sempat membuka.

"Awas, sampai kau membuat anakku menangis lagi karena kehausan. Aku pasti akan memberikan hukuman padamu dengan menyiksamu." Setelah berkata, David dengan wajah dingin membalikkan badannya dan berjalan ke arah pintu.

Dilara menghembuskan nafas kasar, merasa panik sekaligus putus asa.

Untungnya, itu semua akhirnya berlalu juga.

Sekarang ini waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Dilara hanya tidur beberapa jam sebelumnya, sekarang ini ia benar benar tidak berani untuk menutup kedua kelopak matanya.

Ia takut kalau sampai ketiduran lagi.

Sedari tadi, dia hanya bisa meratapi nasibnya sembari mengingat ingat hidupnya yang setahun penuh kebahagiaan saat bersama dengan suaminya.

Perubahan Arman yang tiba tiba sungguh menorehkan luka tersendiri di dalam hati Dilara.

Sedari tadi, Dilara berpikir dan merenungi hidup yang dijalaninya selama ini.

"Padahal selama ini aku tidak pernah menjahati orang, tapi kenapa orang orang bersikap jahat padaku," gumam Dilara sedih mengingat selama ini ia selalu melakukan kebaikan dihidupnya.

Tiba-tiba kedua bola mata Dilara nampak membulat sempurna, kala ada dua tangan kekar yang memeluk dirinya dari arah belakang.

"Karena kamu itu selalu memilih orang yang salah. Harusnya sedari dulu kamu itu merespon waktu aku dekati, pasti hidupmu sudah berubah bahagia. Bahkan aku akan selalu menjadikan dirimu sebagai ratuku," bisik seorang pria yang terdengar begitu asing ditelinga Dilara.

Deg!

"Si - siapa Anda?" tanya Dilara dengan nada suara terbata. Ia benar benar merasa ketakutan sekarang ini.

Dilara tidak pernah pacaran, ia hanya dekat dengan Arman. Itupun setelah keduanya bertunangan dan akan melangsungkan pernikahan.

"Aku adalah pengagum rahasiamu sewaktu SMA, apakah kamu lupa dengan laki laki culun berkacamata yang dulu pernah memberikan lmu sebuah surat?" Pria itu terlihat masih memeluk Dilara, ia bahkan mengeratkan pelukannya untuk Dilara.

Dilara mencoba mengingat-ingat, namun ia tak menemukannya.

"Aku tidak tahu, tolong jaga tingkah laku Anda!" kata Dilara, panik berusaha melepaskan pelukan pria yang memeluknya.

Sayangnya, upayanya sia-sia.

Tangannya terasa seperti dikurung rapat dalam lengan laki-laki itu.

"Aku adalah Etnan, Dilara. Apakah kamu melupakan aku?"

Dilara nampak merenung dan merasa bingung. Ia sama sekali tidak bisa mengingatnya.

"Sudah lama aku mencari keberadaanmu, dan saat menemukanmu ternyata kamu sudah menikah dengan salah satu orang ternama di negeri ini. Namun, sekarang sepertinya setelah melahirkan seorang pewaris, kamu harus berhadapan dengan fitnah dan kebohongan yang mengerikan dari keluarga yang menikahimu. Walaupun wajahmu sekarang ini babak belur, tentu saja aku masih bisa melihat kecantikan yang pernah ada padamu." Pria itu nampak berbicara panjang lebar berusaha mengingatkan akan kepahitan hidupnya.

 Dilara dibuat semakin panik.

Siapa pria ini?

Bagaimana dia tahu begitu banyak tentang Dilara? 

Bersamaan dengan itu, Etnan melepaskan pelukannya.

Asisten David itu membalikkan tubuh Dilara agar keduanya bisa saling berhadapan.

Mata mereka bertemu, hingga kedua bola mata Dilara nampak membulat sempurna. "Bu--bukankah kamu itu asisten pribadi Tuan David ... "

Ucapan Dilara terhenti kala Etnan langsung membungkam bibir manis Dilara, karena terdengar ada suara pintu yang dibuka dari arah luar!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status