Home / CEO / ISTRI KESAYANGAN OM BARA / Bab 7. Ipar adalah Maut

Share

Bab 7. Ipar adalah Maut

Author: Lavinka
last update Last Updated: 2024-08-21 19:26:50

“Bisa gak, sih, gak usah bikin kegaduhan di kamarku?!” Kehadiran Bara yang tiba-tiba membuat Tisa terlonjak kaget.

Gadis Itu langsung duduk dengan benar. Namun, dia membuang muka ketika ditatap oleh sang suami.

“Aku kan udah bilang sama kamu, kalau lapar ya, minum! Jangan makan!” Suara Bara kembali terdengar.

Tisa yang sudah bosan diolok-olok segera angkat bicara. “Di mana-mana, kalau laper ya, makan, Om Suami. Om, tuh yang aneh!” Tisa balas mencibir. “Om itu kan udah tua, usianya jelas lebih dari Tisa. Tapi, masa gitu doang aja gak ngerti.”

Bara memejamkan mata, menghindar dari tatapan seindah malam milik Tisa. Maniknya gelap dan Bara tidak suka. Ada perasaan aneh jika dia terus memperhatikannya.

“Waktu aku sesusia kamu, aku terlalu sibuk belajar sampai gak tahu apa namanya jajan.”

Tisa mencibir. “Yakin begitu?”

Bara menaikkan satu alisnya. “Maksud kamu apa?” Tangannya yang ada di dalam saku celana gatal ingin menoyor kepala istrinya yang songong.

“Om Suami kan pasti udah kaya dari lahir dan semua makanan sudah disediakan tanpa perlu repot nyari duit dulu!” Tisa balas menyindirnya.

Tatapan mata Bara terlihat dingin. Dia benci jika orang mengungkit masa kecilnya. “Jika kamu tak tahu apa-apa tentangku, lebih baik kamu diam!” katanya di antara gemertak giginya.

Tisa berdiri, berjalan mendekat pada sang suami yang langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia jelas menangkap luka di sana, tetapi pria tua itu begitu cepat menghindar. Aneh

Tisa kemudian mengedikkan bahu. Gadis itu berjalan mendekati pagar pembatas yang menghubungkan kamar dengan taman bunga di bawahnya. Kamar mereka bukan di lantai dua, hanya saja jarak tanah dan ubin yang diinjak mereka bisa mencapai satu setengah meter. Entah untuk apa, Tisa tidak tahu.

“Intinya Tisa laper dan pengin makan, Om,” ujarnya dengan tangan mengusap perutnya, perih.

“Apa kamu memang sekeras kepala ini sedari dulu?” Bara bertanya dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

Tisa melirik Bara dari balik bahunya. “Otak Tisa gak bisa mikir kalau laper, Om,” jawabnya lemas.

“Cih! Menyusahkan saja!”

Pria itu menghilang beberapa saat dan dia kembali dengan satu kantong kresek besar. “Makan di sini dan aku gak mau sampai ada serpihan berceceran di dalam kamarku!” katanya ketus.

“Eh, ini serius buat aku semua, Om?” Tisa mengejar langkah Bara. Wajahnya yang tadi ditekuk kini sudah berubah sumringah. “Aih, Om ternyata baik banget, deh. Makin ganteng, kan, kalau gitu. Sekali lagi makasih, Om!” Gadis itu mengedipkan satu matanya, kemudian berlari ke arah balkon untuk memakan cemilan dari sang suami.

Bara terhenyak dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Tisa. Gadis itu baru saja mencium pipinya, lagi. Dia menggeram dengan tangan terkepal erat. “Berani sekali itu bocah menciumiku!” Dia langsung mengusap pipinya dan berjalan ke ruang kerjanya. “Lebih baik aku kerja daripada ngurusin itu bocah!”

Walaupun mendumel, Bara tetap tiba bisa menghilangkan pikiran tentang Tisa. Tangannya yang sedari tadi hanya memegang kertas tanpa melakukan apa pun, kini berada di pipi, mengusap bagian di mana gadis itu menciumnya.

“Eh, apa yang aku lakukan?” Bara menggelengkan kepala. Dia bahkan menampar wajahnya sendiri. Memperingati agar tidak kebablasan dan berakhir percuma.

Tisa sendiri kini tengah bahagia, tersenyum dengan banyak makanan di atas meja, serta kanan dan kiri tubuhnya. Kakinya bergoyang-goyang, layaknya anak kecil yang baru saja mendapatkan surprise dari ibunya.

“Om Suami kalau lagi baik, ganteng, yah!” Dia terkikik sendiri. Tiba-tiba, bibirnya mengerucut. “Tapi, kalau lagi galak, beuh! Anjing di luar aja kalah galaknya sama Om Suami,” sambungnya bergidik ngeri.

“Tisa! Hei, aku di bawah!” Sebuah suara laki-laki memanggil si gadis yang sedang enak-enaknya makan di balkon.

Tisa menoleh masih dengan keripik di dalam mulutnya yang menggembung. Keningnya mengernyit was-was dengan keberadaan Danandra. Dia jelas masih mengingat kejadian di mana ia hampir dilecehkan oleh adik iparnya.

“Hei, kok kamu malah malingin muka? Tisa … liat sini!” Danandra tidak patah semangat ketika dicuekin oleh istri dari abangnya. “Kamu pasti kesepian, kan? Ayo, ke sini aja! Di sini enak, loh. Ada kolam ikan, bunga-bunga yang indah, dan juga buah-buahan yang segar.”

Mendengar makanan yang disebutkan oleh Danandra, membuat Tisa menelan ludah. Dia mengintip dari balik bulu matanya. Melihat dengan seksama akan sekitar. Benar saja, selain bunga, ada beberapa pohon buah dari mangga, jambu, bahkan apel pun ada di sana.

“Ini sebenarnya rumah, apa kebun, sih? Kok, segala macam buah-buahan ada di sini?” Tisa menggigit bibirnya. Ragu, tetapi juga ingin.

Ketika Tisa sibuk dengan keraguannya, tiba-tiba seseorang sudah duduk manis di pagar balkon. “Hei, kamu mau, kan, berpetualang denganku?”

“Dia gak akan ke mana-mana.” Suara dari pintu balkon segera menginterupsi Tisa yang hendak membuka mulut.

“Om?” Tisa melongo.

Bara melirik ke arah Tisa, lalu melengos. Tatapannya kini tertuju pada sang adiknya. “Dan kamu, Andra! Sudah Abang bilang berkali-kali, jangan gangguin istriku! Abang gak suka kamu deket-deket istriku!”

“Yaelah, Bang. Abang gak usah nutup-nutupin perasaan Abang yang sesungguhnya, deh.” Danandra menyeringai. Dia bahkan tak canggung untuk duduk di pagar balkon dan mengedip ke arah Tisa. Namun, gadis itu justru terlihat takut padanya.

“Sial! Istrimu benar-benar sulit ditaklukan, Bang. Kau pakai pelet apa, sih? Sampai dia gak mau sama aku?” tanya Danandra dengan seenak jidat.

Bara menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Abang gak pernah menggunakan hal semacam itu, Ndra. Maaf aja. Pesona Abang jauh lebih kuat dibandingkan dirimu,” jawabnya percaya diri.

Tisa melirik ke arah dua kakak-beradik itu sambil ngemil. “Eh!” Dia terkejut dan segera berdiri ketika adik iparnya berjalan mendekatinya. “Mau ngapain kamu, Tuan?” tanyanya takut.

“Andra!” Bara langsung menarik kerah kemeja adiknya hingga kini mereka saling berhadapan. “Bukankah tadi Abang udah bilang–”

“Oi, kalem, Bang!” Andra mengangkat kedua tangannya ketika Bara mencengkeramnya begitu kuat.

Tisa mengerjap kaget melihat kakak-beradik itu hendak berkelahi. Dia pun segera menengahi. Bibirnya sempat mengerucut ketika berdiri di antara kedua kakak-beradik itu, tingginya hanya sebatas bahu mereka.

“Kamu ngapain, Bocah?” Bara segera menarik tangan Tisa. Menatapnya dengan tajam hingga si istri langsung menciut.

Danandra yang mendengar panggilan Bara pada Tisa segera berdecih. “Katanya suami-istri. Tapi, kenapa Abang manggil istrinya dengan sebutan bocah?” ejeknya. “Lagian, yah. Di mana-mana suami manggil istrinya dengan panggilan sayang, honey, cintaku, dan panggilan manis lainnya. Lah, dirimu, Bang?”

“Jaga mulut kamu, Ndra!” Bara hendak menghampiri adiknya, tetapi Tisa menghalangi dengan memeluknya.

Related chapters

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 8. Kamu bau

    “Eits! Kakak-beradik gak boleh berantem!” Tisa melerai. “Lagian, ya, Tuan. Terserah kami berdua dong, mau manggil apa. Bocah, kek. Om, kek. Ya, itu terserah kami. Bagi Tisa,” ujarnya melirik ke arah sang suami, “Om Suami itu adalah lelaki yang sangat keren, ganteng, bahkan dia begitu baik sama Tisa!” Tisa berkata seperti itu karena mengingat bagaimana Bara yang mau menuruti kemauannya. Buktinya, sang suami memberinya satu kantong kresek cemilan. Baik, kan? Pujian itu ternyata membuat Bara besar kepala. Hidungnya bahkan langsung kembang kempis di pelukan sang istri. Satu sudut bibirnya menyeringai menatap Danandra. “See, apa perlu aku mengumumkan lagi kepadamu jika kami ini adalah pasangan suami-istri?” Bara terlihat bangga. Danandra melihat ke arah Tisa, lalu abangnya dengan kecewa. Namun, secepat kilat ekspresi itu berubah ceria ketika melihat lagi wajah gadis cantik di depannya. “Manis. Jika abangku galak dan tidak memperlakukanmu dengan baik, aku selalu ada di belakangmu, ok!”

    Last Updated : 2024-08-21
  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 9. Aku Tendang kamu, Bocah!

    Tanpa berbalik, Bara menjawab, “apa, sih? Kamu gak usah deket-deket aku, deh! Kamu itu bau!” “Bau?” Tisa kemudian membaui dirinya sendiri dengan hidung dienduskan. Namun, ia pikir tidak ada yang janggal. Ia tak menambahkan apa pun pada tubuhnya, bahkan parfum pun masih sama. Tisa menoleh mendongak, menatap sang suami yang tampak masih sibuk menutup hidung. Sekali lagi ia membaui bagian bahu dan lengannya. “Gak bau, kok, Om,” balasnya dengan wajah polos. “Tapi, kamu bau!” “Em, apa Om gak suka sama bau parfum Tisa?” Suara gadis itu terdengar bertanya-tanya. “Padahal, Tisa udah mandi loh, Om, tadi pagi. Jadi, kayaknya gak mungkin bau, deh!” Bara melirik Tisa dari balik bahunya. “Bukan parfummu, tapi bau micin yang ada di sekitarmu membuat hidungku gatel, Bocah!” balasnya, lalu kembali bersin. “Aish! Makanya ‘kan aku tadi bilang ke kamu, kalau aku tidak suka jika ada serpihan makananmu di kamar ini!” “Ahh, maaf, Om. Tisa gak tau.” Suara Tisa terdengar bersalah. “Tisa pikir, Om suam

    Last Updated : 2024-08-21
  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 10. Siksaan

    “To-long … j-jangan! T-tisa gak mau, Paman. Jangan! S-sakit … u-udah, Ti-sa gak ku-at, Paman!” Tubuh gadis yang ada di atas ranjang terlihat begitu gusar. Adalah Tisa Ratu Ayu, matanya yang tertutup seolah membuktikan jika dirinya sedang mengalami mimpi buruk. “J-jangan, Paman! Sakit… Ti-sa janji gak akan bantah lagi!” rintih gadis itu dengan mata tertutup dan menangis. Tiba-tiba, ia berteriak, “Ampun, Paman!” Tisa terbangun. Mata gadis itu membelalak lebar dengan deru napas yang memburu. Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Ia lalu menarik kedua kakinya, memeluknya dengan air mata yang mengalir deras. Tiba-tiba, telinganya seolah-olah mendengar suara bentakan dari sekitar sehingga membuat gadis itu menjerit. “Tidak! T-tisa gak mau, Paman! T-tisa janji akan menuruti ucapan Paman. Tapi, jangan sakiti Tisa lagi! Ini sakit, Paman!” Ia tergugu sambil menangis. Dalam bayangan Tisa, pamannya sedang memegang rotan, memukulnya tanpa ampun dengan mata memerah, mengancam seolah henda

    Last Updated : 2024-08-21
  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 11. Bara Posesif

    Siang ini, Bara masih berada di kamar. Pria itu terlihat sibuk dengan laptop dan kacamata bacanya, sementara sesekali ekor matanya melirik ke arah ranjang di mana sang istri masih terlelap. Luka di tangan dan kakinya sudah dibersihkan oleh dokter. Jadi, tidak akan ada infeksi atas semacamnya.Tiba-tiba, suara ketukan pintu dari luar yang disusul dengan panggilan dari seseorang membuat Bara mendongak. “Masuk!” ucap Bara mempersilahkan. “Permisi, Tuan. Ini saya Oji!”Bara yang sedari tadi menunggui istrinya segera berjalan menuju sofa. Jika dulu kamar tidurnya akan bebas terlihat dari pintu, kini sudah ada sekat yang terbuat dari bambu sehingga orang tidak akan bisa melihat keadaan atas ranjang.Jangan tanyakan ini usul siapa? Sudah jelas Tisalah pelakunya. Kenapa Bara tidak menolak? Atau, kenapa ia mau-mau saja menuruti kemauan istri kecilnya itu? Alasannya, Tisa dilindungi oh Sanjaya, ayahnya sendiri. Coba bagaimana itu? Bara jelas kalah telak dari Tisa. Mau berdebat pun percuma.U

    Last Updated : 2024-08-22
  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 12. Tidak Mau Berbagi

    Tubuh Bara langsung berbalik dan matanya menatap tajam Tisa. “Atas dasar apa aku harus menggendongmu? Hm!” Tangannya masih di dalam saku celana ketika menemukan wajah istrinya yang tampak cemberut.“Tisa gak mungkin ngesot dong, Om, ke ruang makan,” jawabnya cerdik.Bibir Bara menyeringai, kemudian menyahutnya tak kalah sinis. “Bermimpi saja untuk bisa digendong olehku!” “O-om! Yakh, bagaimana bisa kamu meninggalkanku dengan kondisi seperti ini? O-om….”Bara langsung menutup kamarnya dan berjalan menuju ke ruang makan dengan seringainya. Ia sudah kembali ke setelan pabrik yang cuek dan dingin. Kakinya melangkah dengan santai menuju ruang makan. Namun, ketika berbelok, ia berpapasan dengan adiknya. “Bang, apa benar Tisa terluka? Kok, bisa? Emang lo apain, sih? Jadi laki gak usah jahat bisa gak, sih, Bang?” Andra terdengar panik. Adiknya bahkan hendak menyusup ke belakang tubuhnya sebelum ia menghentikan.“Apa lagi, sih, Ndra? Lagian, kalau kamu gak tau apa-apa mending diem aja, deh!”

    Last Updated : 2024-08-23
  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 13. Main Yang Agak Lain

    Gadis itu mencoba berdiri sambil berpegangan pada meja dan tersenyum ke arah sang suami. “Tisa udah selesai kok, Om.” “Tapi, makananmu belum habis, Sayang!” Itu suara Sanjaya. Pria tua itu kemudian menatap Bara sambil menggelengkan kepala. "Apa kamu gak bisa nungguin istrimu selesai makan, Nak?"Bata hendak menyahuti, tetapi suara istrinya sudah lebih dulu menginterupsi. Ia pun akhirnya diam saja."Tis Audah kenyang beneran kok, Yah." ujarnya sambil menatap ayah mertuanya dengan tangan mengusap perut. “Tadi, sebelum ke sini, Tisa udah ngemil, Yah,” akunya dusta.Sejak bangun tidur, gadis itu langsung ke kamar mandi. Jadi, mana sempat ngemil. Salahkan saja tampang rupawan suaminya ketika terlelap, sungguh menggoda iman.“Kalau begitu biar nanti Ayah minta bibi buat mengantarkan cemilan ke kamar kalian.” Sanjaya mempersilakan. “Bara, hati-hati bawa menantu Ayah!”Bibir Tisa seketika mengulas senyum lebar. “Makasih. Ayah yang terbaik!” Ia mengacungkan kedua ibu jarinya, tetapi setelah i

    Last Updated : 2024-08-24
  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 14. Akhirnya, Belah Duren

    Cantika Gisella Agung adalah nama seorang perempuan yang masih bertakhta di dalam hatinya. Ia adalah mantan, sekaligus cinta pertama Bara waktu usia mereka beranjak dewasa. Wanita itu jugalah yang membuatnya rela melakukan apa pun, asal bisa bersamanya. Akan tetapi, mereka harus putus karena sebuah konflik antar keluarga. Ayah Bara tidak merestui hubungan mereka karena keluarga Cantika adalah saingan bisnis keluarga Sanjaya. Pertentangan itu tentu saja membuatnya terpuruk.Bara sempat memperjuangkan Cantika, tetapi wanita itu justru memilih mundur, dan pergi meninggalkannya untuk bertunangan dengan pria lain–Gumi Putra Handoyo– seorang CEO. Setelah kabar pertunangan mereka, Bara tak lagi mendengar kabar apa pun lagi tentang Cantika. Lebih tepatnya, ia yang menutup akses dari segala hal yang berkaitan tentang wanita tersebut. Sudah cukup luka yang ditorehkan oleh wanita itu, Bara tak sanggup lagi jika harus bertemu kembali dengannya.Se

    Last Updated : 2024-08-24
  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 15. Luluh

    “Tisa pengin jalan-jalan. Boleh?”“Huh!”Tisa menggeser posisi berdirinya menjadi di samping sang suami. Namun, tiba-tiba tangannya ditarik hingga ia menjadi duduk di pangkuan Bara. “O-om?” Gadis itu kaget. “Apaan, sih?” Tangannya refleks menyentuh wajahnya yang merona malu. Apalagi ketika tangan besar itu memeluk pinggangnya mesra. Lalu, tatapan yang terarah lurus ke dalam bola matanya. Tisa semakin malu hingga jadi salah tingkah sendiri.“Bicaralah di sini,” bisik Bara dengan suara terdengar melunak. Ditambah, tangan itu mulai membelai surai Tisa lembut. Dalam hati Tisa menjerit, “please, jangan buat dirinya menggila dengan perlakuan manismu, Om!”Sungguh, gadis kecil itu mulai menggila hanya mendapati sikap Bara yang manis. Padahal, selama ini si pria tua yang jarak usianya hampir 2 kali lipat dari umurnya selalu bersikap ketus, bahkan kejam. Namun, hari ini ia melihat jelas perubahan yang cukup signifikan sehingga membuat jantungnya cenat-cenut.Dengan sedikit ragu, tangan Tisa

    Last Updated : 2024-08-25

Latest chapter

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 47. Kembali

    “Bagaimana ini?” Pada saat Tisa kebingungan, dia lalu menemukan pengawal pribadinya. Dia pun melambaikan tangannya ke arah Ricky.Tanpa disuruh dia kali, pemuda yang bernama Ricky itu berjalan ke arahnya dan menunduk hormat. “Ada yang bisa saya bantu, Nona?”“Bisa tolong kamu bawa Basta dulu? Saya ada urusan,” beritahunya.Ricky yang memang mengenal jelas siapa pria yang kini tengah memeluk kaki Nona Mudanya mengangguk patuh. “Baik, Nona.” Setelah Basta dibawa pergi oleh Ricky, Tisa pun memegang bahu yang ternyata bergetar milik suaminya. Dia yang sudah sangat merindukan suaminya tentu merasa bersedih dan tidak tega. “Bangunlah, Mas, sebaiknya kita cari tempat untuk bicara!” putus Tisa kemudian. Tisa kurang nyaman jika harus menjadi perhatian banyak orang. Bara mengangguk, lalu berdiri. Dia langsung membawa tangan mereka dalam satu tautan hangat yang sudah sekian lama tak dia daoatkan. “Biarkan begini ya, Sayang?” tanyanya den

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 46. Terungkap

    “Arghh!” Tiba-tiba, Bara merasa sakit di bagian perut. Dia meringis sambil meremas baju bagian bawah dengan badan membungkuk. “Yah, ndak papa?” Panggilan cadel dan sedikit tak jelas, serta usapan di bagian punggung membuat Bara menengadahkan wajahnya sambil menahan sakit. Dengan terengah, ia memaksakan bibirnya tersenyum ketika menemukan ekspresi cemas di wajah batita tersebut. “Makasih, Sayang. Karena kamu, Om sudah jauh lebih baik,” kilahnya tak ingin membuat khawatir. Dia lalu menegakkan badan kemudian mengusap puncak kepala Basta. Biarlah dia yang sakit, tanpa perlu ada yang tahu sebenarnya.“Ndak!” Basta menggelengnkeras kepala. “Yah, Atit?” Wajah anak kecil masih saja khawatir. “Acuk, yu, Yah … alem!” ajaknya kemudian.Bara sempat tidak mengerti maksud ucapan Basta. Namun, dia sadar ketika tangannya terus ditarik oleh anak kecil tersebut. “Apa kamu mengajak Om masuk ke dalam?” tanyanya bodoh.“Hem! Cuk, yuk, Ya

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 45. Penyesalan

    “Jika boleh meminta, Bara ingin mengejarnya. Tapi, Bara juga gak mau egois, Yah!” Pria itu tampak merenung.“Ckckck! Pantas saja menantuku milih kabur daripada tetap bertahan denganmu,” cibir Sanjaya pada anaknya.“Yah!” Bara terlihat merengek.Sanjaya menghela napas, lalu menepuk bahu sang anak. “Apa kau tahu jika Tisa itu sangat mencintaimu?”Bara mengangguk ragu. “Entahlah, Yah.”Sanjaya yang gemas pada Bara lalu menempeleng kepala putranya. “Badan besar, umur tua, emang gak menjamin,” cibirnya pedas, “intinya, kamu itu terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Sampai kau melupakan hal yang sesungguhnya, Nak!”“Jadi, maksud Ayah, prasangka Bara selama ini salah?”“Hem. Jadi, kau akan tetapi diam saja? Atau, kamu emang gak mau kembali pada menantuku?” Sanjaya menatap putranya dengan serius.Bara menggeleng. Tekadnya sekarang makin kuat untuk tetap mendapatkan kata maaf dari Tisa. “Bara akan mel

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 44. Mengantar Nyawa

    “Sayang, kamu di mana? Aku kangen sama kamu!” Bara menatap pigura foto pernikahan mereka dengan tatapan merindu. Badannya juga tak sesegar dulu, bahkan dia menjadi malas hanya sekedar memotong jambang. Semenjak empat tahun lalu, tepatnya ketika sang istri kabur dari rumah Dia memutuskan untuk tinggal di apartemen, sendirian. Semua dilakukan untuk ketenangan hati serta batinnya. Jika di rumah, kepalanya penuh.“Pulanglah, Baby! Aku minta maaf karena sudah bodoh melukai gadis yang benar-benar tulus mencintaiku. Mungkin jika saat itu aku tidak termakan kecemburuanku, mendengarkan dulu penjelasan mu, kamu pasti masih berada di sisiku,” gumamnya seorang diri.Kini, dia menyesal, sangat-sangat menyesal. Andai bisa memutar waktu, Bara tidak ingin gegabah dan mencari tahu dulu tentang mereka berdua. Bukan malah main tuduh dan mabuk hingga melampiaskan kekesalannya pada hal yang salah.Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Sanjaya bahkan sampai menghajar

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 43. Kabur

    Tisa merasa gelisah di tempat tidurnya. Berkali-kali dia berusaha untuk memejamkan mata, tetapi selalu tidak bisa. Akhirnya, dia menyerah dan menatap jam dinding di mana sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Namun, sisi ranjang di sampingnya belum juga terisi.“Sebenarnya kamu ke mana, sih, Mas? Kenapa kamu belum pulang juga? Apa karena kamu masih kesal kepadaku?” Wajahnya berubah sendu dan tidak bersemangat. Dalam kegelisahannya, dia duduk sambil bersandar. Tisa ingin menyusul sang suami, tetapi dia tidak tahu keberadaan Bara. Telepon pun sedari tadi tidak diangkat. Membuat hatinya semakin was-was, takut terjadi apa-apa dengan sang suami. “Tapi, aku juga nggak bisa hanya berdiam diri seperti ini terus,” katanya sambil berpikir keras. “Iya, aku harus cari Mas Bara kemanapun dia berada!” Tekadnya kuat. Gadis itu pun bangun dari ranjang untuk mengganti piyamanya dengan celana jeans, serta kaos pendek yang dilapisi dengan jaket. Dia bukan gadi

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 42. Keributan

    “Apa-apaan bocah itu?” Bara hendak turun, tetapi tangannya langsung mengepal karena melihat si pemuda dengan sekonyong-konyong menarik tubuh Tisa ke dalam pelukan. “Bajigur!”Wajah Bara langsung melengos dan tidak mau menatap ke arah dua muda-mudi itu. Dia mengepalkan tangan karena kecewa pada sang istri. Tidak semestinya Tisa bermesraan dengan orang lain. Apalagi, ada dirinya sekarang.“Tuan, Nona sedang ke sini,” beritahu si supir.“Hem.”Badan memilih diam saja ketika pintu geser terbuka bahkan suara pekikan dari sang istri pun tidak diindahkan. Bayangan ketika sang istri berpelukan dengan pria lain membuat emosinya mendidih. “Mas Bara beneran jemput Tisa?” Suara bernada riang itu langsung menembus gendang telinga Bara. “Makasih, Mas,” sambungnya sambil memeluknya. Akan tetapi, Bara tidak membalas pelukan sang istri. Dia justru terlihat cuek dan lebih memilih untuk melihat tabnya. “Aku kan emang udah janji untuk menjemputmu. Jadi, aku pasti datang,” jawabnya sambil lalu.Sepertin

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 41. Antara Janji dan Dusta

    “Maaf,” jeda Bara dengan tatapan bersalah. “Tadi pagi begitu buru-buru karena ada panggilan urgent. Jadi, aku gak bisa nganter kamu. Masalah telpon dan chat kamu, ponselku tertinggal di dalam mobil, sedangkan aku sibuk meeting dengan klien jadi gak tahu kamu menghubungiku,” jelasnya satu persatu.“Dan kamu itu berharga, Sayang, lebih dari yang kamu kira. Justru, aku yang merasa denial di sisimu.” Kepala pria itu tertunduk. “Kamu cantik, pintar, dan masih muda, sedangkan aku?” “Mas, kenapa bicara seperti itu?” Tisa merangsek ke dalam pelukan suaminya. “Justru, kamu itu adalah suami idaman banget. Kamu kaya, tampan, mapan, dan aku hanyalah seorang gadis biasa yang tidak memiliki kelebihan apa pun. Lagi pula ….”“Lagipula kenapa, Baby?” Tangan Bara menarik dagu istrinya hingga mereka saling bertatapan. “Katakan!”Tisa menghela napas tentang pemikirannya beberapa hari ini. Dia begitu terganggu dengan ketidakhadiran sang suami di dekatnya, juga termasuk masalah status mereka. Anggap saja

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 40. Dicecar Istri

    “Ratna?” “Iya, ini aku Ratna. Saudara kamu.”Tisa menatap anak dari paman dan bibinya dengan raut senang. Mereka pun berpelukan saking bahagianya. Namun, mereka tahu jika tempat yang sedang mereka kunjungi tidak boleh berisik. Alhasil, dia mengajak Ratna untuk duduk di rooftop mall.Mereka berdua tampak begitu senang satu sama lain. Walaupun paman dan bibinya suka menindas ya, tetapi bagi Tisa, Ratna adalah saudara sekaligus teman yang baik. Huhungan dua gadis muda itu juga tidak ada masalah, kecuali waktu kabur itu.“Gimana kabar kamu, Rat? Kita udah lama banget, loh, gak ketemu,” celetuk Tisa sambil melihat wajah Ratan yang kini terlihat kurus. “Apa mereka masih senang memaksakan kehendaknya?”“Ya, gini, deh.” Ratna menjawab ambigu. Tisa tahu bagaimana orang tua Ratna membesarkan sang anak. Mereka yang terobsesi memiliki anak yang pintar dan mendapatkan jodoh orang kaya, menuntut si anak untuk belajar dan belajar. Tidak heran jika dulu Ratna memilih kabur ketika akan dijodohkan d

  • ISTRI KESAYANGAN OM BARA    Bab 39. Bertemu Lagi

    Tisa diajak Zaki untuk mengobrol berdua di halaman belakang kampus. Gadis itu sedikit horor sebenarnya karena tempat tersebut jarang dilewati oleh mahasiswa lain. Jika nanti dirinya diapa-apakan? Tisa bergidik ngeri sendiri memikirkannya. Lagian, tidak mungkin orang sepintar dan setampan Abdulah Zaki melakukan hal tak berperikemanusiaan. Tisa yang sudah bosan segera menghela napas. “Jadi, apa yang sebenarnya Kakak mau tanyakan pada Tisa?” “Sa, apa benar kamu sudah menikah?” “Eh? Oh, itu.” Tisa sempat terdiam untuk beberapa saat, tetapi setelah itu tersenyum. Dia menjadi teringat bagaimana posesifnya Bara semalam hingga mengirimkan sebuah kata-kata yang akan memukul mundur si rival. Kelakuan suaminya memang kadang tidak ingat umur. Sudah tua, tetapi kadang masih cemburuan seperti ABG labil.“Jika Tisa bilang iya, apa Kak Zaki akan mundur?” Akhirnya, dia memilih jujur. Toh, Bara juga sudah mengungkap statusnya pada kakak seniornya. Jadi, berbohong pun terasa percuma.“Jadi benar,

DMCA.com Protection Status