Share

Bab 7

Author: Gavrila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh.

"Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinya

Heppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya.

"Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?"

"Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar."

"Kau habis begadang semalam?"

"Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak."

"Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak."

"Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella.

"Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung."

"Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti.

"Ibu mertua kita," jelas Bella.

"Hah? Benarkah?"

"Iya benar, sebaiknya kita segera mempersiapkan diri dari sekarang. Ya sudah, Kakak kembali dulu ya," pamit Bella sembari menepuk pelan pipi Heppy yang kini terpaku ditempat sebelum berbalik pergi kembali ke paviliunnya.

Heppy menoleh kearah Dinar, menariknya mendekat. "Dinar, seperti apa ibu mertuaku itu?" tanyanya pada Dinar.

"Yang benar saja? Kau tak tau sedikitpun tentang ibu mertuamu sendiri? Sebenarnya kau ini niat tidak sih menikah dengan Tuan Darrel?"

"Kau pikir aku menikah dengan beruang kutub itu dengan suka relarela seperti istrinya yang lain? Nggak ya!"

"Jadi kau terpaksa menikah?"

"Catat ya, bukan terpaksa, tapi dipaksa. Beda lo."

"Woaa.. Berarti Tuan Darrel yang ingin menikahimu?"

"Kenapa wajahmu terlihat terkejut seperti itu? Apa jangan-jangan ketiga istri Tuan Darrel menikah dengan suka rela?"

"Bagaimana ya, Nyonya Steffi menikah dengan Tuan Darrel karena perjodohan, Nyonya Bella menikah karena Tuan Darrel merasa kasihan akibat kecelakaan, sedangkan Nyonya Viona karena dia yang memaksa Tuan Darrel. Lalu kau? Sepertinya aku harus bersorak untukmu."

"Sebentar, tadi kau bilang Kak Bella menikah karena kecelakaan, apa maksudnya itu?"

"Tuan Darrel menikahi Nyonya Bella karena Nyonya Bella dilecehkan oleh paman Tuan Darrel dan hendak dibunuh. Tuan merasa kasihan karena Nyonya Bella juga sebatang kara lalu menikahinya."

"Ternyata nasib Kak Bella lebih malang dari pada diriku. Kau tahu, ini semua terjadi gara-gara Adi," keluh Heppy dengan kesal.

"Adi? Siapa itu? Apa dia kekasihmu?"

"Bukan, dia Ayahku," sahut Heppy sambil menatap Dinar.

"Astaga, durhaka sekali kau. Bukankah dia ayah kandungmu?"

"Iya dia Ayahku tapi malah menjualku pada predator kutub utara itu sebagai jaminan atas semua hutangnya. Aaarghhhh... Dinar... Aku ingin bebas dan keluar dari sini."

Dinar menepuk pelan pundak Heppy, "Sudahlah, kau terima saja nasibmu. Setidaknya kau bisa hidup dengan nyaman dan aman disini, tidak kekurangan apapun."

"Ah sudah lupakah, sebaiknya kau ceritakan saja seperti apa ibu mertuaku itu."

"Beliau adalah Nyonya Laras, ibu kandung Tuan Darrel, sedangkan ayah Tuan Darrel sudah meninggal karena sakit sejak Tuan Darrel masih kecil. Nyonya Laras memiliki dua putra, yaitu Tuan Darrel dan Tuan Devan. Tuan Devan masih sangat muda, sepertinya tidak beda jauh dari kita karena Tuan Darrel dan Tuan Devan terpaut umur yang cukup jauh."

"Lalu dimana Devan sekarang berada?"

"Tuan Devan sekarang menjadi CEO di salah satu perusahaan Tuan Darrel."

"Apakah dia tampan?"

"Ya dan masih bujangan."

Mata Heppy berbinar. "Wahh, seharusnya aku menikah saja dengannya."

"Dia bujang karena tidak ingin menikah. Tuan Devan memiliki banyak sekali wanita tapi tidak untuk dinikahinya."

"Aishh, ternyata sama saja."

"Sudah-sudah. Sebaiknya kau lekaslah tidur jika masih mengantuk. Ketika Nyonya besar datang kau tak akan mempunyai kesempatan untuk tidur karena kegiatan akan sangat banyak."

"Baiklah, tolong kau tutup tirainya."

Dinar menutup tirai kamar Heppy agar Nyonya-nya tidur dengan nyaman dan bergegas keluar setelah menutup pintunya.

---

"Heppy ayo bangun."

Heppy tak bergeming saat Dinar menggoyangkan tubuhnya.

"Heppy cepatlah bangun, Nyonya besar sudah hampir tiba."

"Lalu aku harus apa? Aku mengantuk dan masih ingin tidur." Bukannya bangun, Heppy malah menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya.

"Astaga, bahkan ketiga Nyonya yang lain sudah bersiap sedari tadi, tapi kau malah asyik tidur. Ayo bangun."

"Kau pergilah Dinar, biarkan aku tidur sebentar lagi. Jangan ganggu."

Dinar hanya menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan tingkah Nyonya-nya yang pemalas itu. Dinar harus ekstra sabar mengahadapi Nyonya kecilnya yang bisa dibilang masih labil itu.

Brakkk!!

Dinar terkejut saat pintu kamar terbuka dengan kasar. Tidak lama kemudian Tuan Darrel bersama Reyhan membuat Dinar yang masih terkejut membelalakan kedua matanya.

Walaupun suara pintu yang dibuka paksa menimbulkan bunyi yang cukup keras tapi hal itu tidak lantas membuat tidur Heppy terganggu, ia masih saja tertidur dengan nyenyak di balik selimutnya.

"Apa dia tidak mau beranjak dari tempat tidurnya?" tanya Tuan Darrel.

"Maaf Tuan." Dinar sudah gemetar ketakutan di tempatnya, ia takut jika Tuan Darrel marah karena dia tidak becus mengurus Nyonya kecilnya.

"Kau keluarlah." Tuan Darrel mengibaskan tangannya meminta Dinar menyingkir. Mengambil alih tempat Dinar, Tuan Darrel mendekati ranjang dan duduk di sebelah Heppy yang masih tidur dengan selimut membungkus seluruh tubuhnya.

Dengan pelan Tuan Darrel membuka selimut yang menutupi kepala Heppy, kemudian menepuk pelan pipinya. Mencoba membangunkan Heppy.

"Eeghhhhh..."

Tuan Darrel kembali menepuk pipi Heppy, kali ini dengan sedikit keras.

"Apasih, minggir ah." Heppy menepis tangan Tuan Darrel.

Tidak lagi menepuk pipi, kali ini Tuan Darrel mencubit hidung Heppy hingga sang empunya kesulitan bernafas.

"Nggak bisa nafas anj..." Tuan Darrel segera menutup mulut Heppy, memotong umpatan yang hendak keluar dari mulut istri kecilnya itu.

Heppy yang sudah tersadar membulatkan kedua matanya begitu terkejut mendapati Tuan Darrel berada di dalam kamarnya. Menyadari itu ia segera mendekap erat selimutnya menutupi tubuhnya kembali karena saat tidur Heppy hanya memakai pakaian dalamnya saja.

Mengedarkan pandangannya mencari Dinar, ternyata asistennya itu sudah dibawa keluar oleh Reyhan. Meninggalkan Heppy hanya berdua saja dengan Tuan Darrel.

"Masih tidak ingin bangun?"

Heppy menatap kesal kearah Tuan Darrel yang mengganggu tidurnya.

"Cepat bangun, atau kau akan mendapat hukuman karena terlambat menemui ibukku."

"Aku tak ingin pergi."

"Tapi kau harus pergi."

"Memangnya kenapa jika aku tak ingin pergi. Keluarlah."

"Kau siapa berani memerintahku, disini aku Tuannya."

"Baiklah kalau kau tak keluar, aku yang akan keluar, bahkan kalau perlu keluar dari tempat ini sekalian." Heppy menantang dengan mendongakkan wajahnya.

"Tundukkan wajahmu setan kecil."

Bukannya menunduk, Heppy semakin mendongakkan wajahnya dan dengan berani menatap kedua mata Tuan Darrel. Keduanya saling bertatapan tanpa ada yang mau mengalah.

"Kau memang sangat berani."

"Tentu saja aku berani, apalagi dengan pria mesum sepertimu."

"Apa kau bilang?"

"Pria MESUM," Heppy menekankan kata mesum.

Dengan kesal Tuan Darrell menarik tengkuk Heppy dan mencium bibirnya. Heppy yang tadinya nampak berani seketika membeku tak berkutik.

Deg... Deg... Deg...

Suara degup jantung mereka saling berpacu. Heppy sama sekali tidak berontak. Masih terpaku dengan apa yang telah terjadi. Bibir mereka masih saling menempel dengan mata yang saling menatap.

"Aargghhhh!!! Beraninya kau!" geram Heppy setelah lebih dulu melepaskan tautan bibir mereka.

Mencoba menghapus bekas bibir Tuan Darrell dari bibirnya sendiri dengan punggung tangannya. "Ini ciuman pertamaku. Kau! Arghh!!" Heppy dengan murka menunjuk-nunjuk Tuan Darrell.

"Memangnya kenapa? Aku suami sahmu." Tuan Darrell menjawab dengan entengnya.

"Arghhhh!!!" Heppy bangkit dan memukul-mukul Tuan Darrell, tapi naasnya selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya melorot.

Tuan Darrell yang melihat kejadian itu hanya tersenyum kecil. Nampak dengan jelas tubuh setengah telanjang Heppy yang hanya memakai bra dan celana dalam berwarna violet terpampang nyata di depannya. Warna yang cukup kontras dengan kulit putih Heppy membuat Tuan Darrell sejenak terpaku.

"Matamu ihh!" Heppy dengan cepat menutup mata Tuan Darrell dengan telapak tangannya yang kecil.

Melihat tingkah istri kecilnya mampu membuat Tuan Darrell yang terkenal dingin itu tertawa kecil.

Heppy mengambil selimutnya yang jatuh lalu dengan cepat ia gunakan untuk menyelimuti Tuan Darrell. Ia kemudian dengan cepat berlari masuk ke kamar mandi.

"Dinar, cepat kesini. Bantu aku mandi," teriak Heppy dari dalam kamar mandi.

Mendengar teriakan Heppy, Dinar dan Reyhan bergegas masuk ke dalam kamar. Dinar masuk ke dalam kamar mandi untuk membantu Heppy, sedangkan Reyhan membantu menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Tuan Darrell.

---

Heppy memakai dress berwarna pastel sederhana namun elegant, bergabung bersama Tuan Darrell dan ketiga madunya yang lain untuk menyambut kedatangan ibu mertuanya yang hampir tiba.

Ia berdiri di barisan paling belakang karena terlalu malas untuk beramah-tamah karena hari ini moodnya sedang tidak baik.

Mobil mewah terlihat memasuki gerbang dan berhenti di depan paviliun utama. Seorang pengawal membukakan pintu mobil, Nyonya besar turun dengan anggun dan elegant. Wajahnya masih terlihat cantik dan tubuhnya masih terlihat bugar meskipun usianya sudah menginjak enam puluh tahun.

"Selamat siang, Nyonya." Steffi menyambut dengan ramah.

"Steffi, kau makin cantik saja," puji Nyonya besar.

"Ma," sapa Tuan Darrell.

"Ah anak ini ya. Bisa-bisanya membiarkan Mamamu yang sudah tua ini yang harus mengunjungimu terlebih dulu."

"Darrell sudah menjadwalkan akan mengunjungi Mama lusa nanti."

"Itu terlalu lama, Mama sudah sangat merindukanmu."

Nyonya besar nampak berjalan mendekati para istri Tuan Darrell, memperhatikan mereka satu persatu.

"Bella, sepertinya kau jarang memperhatikan penampilanmu ya? Lihat ini, beberapa kerutan sudah mulai muncul di wajahmu," ucap Nyonya besar sambil menyentuh wajah Bella.

"Ah Viona, kau nampak lebih segar dari terakhir kita bertemu."

Setelah menepuk pundak Viona, Nyonya besar berlalu dan menghampiri Heppy. Memperhatikan dengan seksama melalui kaca matanya. Heppy hanya tersenyum dan mencoba untuk tetap terlihat tenang.

"Kau, siapa namamu?"

"Heppy, Nyonya."

Nyonya besar menatap Tuan Darrell, "Kau menikah lagi? Dia sepertinya masih sangat muda dan terlalu kecil untuk menjadi istrimu."

Heppy merasa menang saat Nyonya besar terlihat menyalahkan Tuan Darrell.

"Tapi tak masalah, wanita muda seperti dia justru biasanya lebih cepat memberikanku cucu."

Jedarr!!

Bagaikan diterbangkan tinggi lalu dijatuhkan. Cucu ya? Sepertinya Nyonya besar terlalu banyak berharap.

"Nyonya, mari masuk. Steffi akan seduhkan teh hangat untuk Nyonya." Steffi menghampiri Nyonya besar dan menuntunnya masuk.

Bella menepuk pundak Heppy dan tersenyum aneh sebelum menggandeng lengan Heppy, menyusul yang lainnya masuk ke paviliun.

Mereka semua kini berkumpul di meja makan. Heppy memilih duduk di kursi paling ujung, setidaknya disana dia merasa lebih nyaman karena tidak berdekatan dengan Tuan Darrell setelah kejadian tadi di kamarnya.

Heppy hanya menjadi pendengar saat Nyonya besar menceritakan keluh kesahnya.

"Darrell, Mamamu ini sudah tua. Kapan kau akan memberikan Mama cucu? Dan kau Steff, kau ini istri pertama, kenapa belum juga mengandung? Bukankah kau sudah berjanji pada Mama untuk segera memeberikan Mama cucu?"

"Ma, sudahlah. Jangan membahas hal ini terus."

"Jangan bahas kau bilang? Kau pikir berapa umurmu sekarang? Sudah melewati kepala tiga. Mama tidak mau tahu, pokoknya secepatnya kau harus memberikan Mama cucu. Kau ini memiliki banyak istri untuk apa jika tidak bisa memberikan Mama cucu?"

"Kau gadis kecil, kemarilah," perintah Nyonya besar pada Heppy yang nampak diam.

Heppy dengan ragu beranjak dari kursinya dan menghampiri Nyonya besar. Berdiri tepat di samping ibu mertuanya itu. Tidak disangka-sangka, Nyonya besar mengelus perut rata Heppy.

"Semoga lekas ada janin yang berkembang disini," ucap Nyonya besar yang membuat semua orang terkejut.

Kenapa harus Heppy? Heppy hanya mampu tersenyum kecut saat mendapati Steffi menatapnya dengan sinis.

Heppy menelan ludahnya, sudah pasti mulai saat ini Steffi akan mengawasi gerak-geriknya.

Ahh menyebalkan, kenapa anak sama ibu sama saja. Suka membuat hariku berat. Gerutu Heppy dalam hati.

Related chapters

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 8

    Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 1

    "What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 2

    Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 3

    Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 4

    "Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 5

    Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 6

    "Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih

Latest chapter

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 8

    Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 7

    Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 6

    "Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 5

    Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 4

    "Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 3

    Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 2

    Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 1

    "What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa

DMCA.com Protection Status