Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti.
Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti.Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri.Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebunan, batin Heppy membenarkan rumor yang beredar tentang sifat suaminya itu."Silahkan Nyonya," ucap salah satu pengawal yang membukakan pintu mobil untuk Heppy. "Mari," sambungnya seraya mengantarkan Heppy hingga depan pintu rumah yang telah dipenuhi beberapa maid yang sudah berbaris rapi.Dengan sedikit canggung dan rasa takut, Heppy berjalan pelan karena di barisan paling depan berdiri tiga wanita cantik yang menatapnya dengan penuh intimidasi. 'Apakah mereka para istri pria tua itu?' batin Heppy berbisik."Jadi kau Heppy?" tanya salah satu wanita itu dengan tatapan yang ketara sekali tidak menyukai Heppy."Ya," jawab Heppy singkat lalu membungkuk memberi hormat. Berusaha tenang meski sangat terlihat jika nyalinya menciut dan tubuh bergetar.Wanita itu kemudian memberinan kode kepada salah satu maid yang langsung maju mendekati Heppy. "Dia adalah asisten pribadimu yang bertugas mengurus semua keperluanmu nantinya," ucapnya kemudian setelah maid itu berdiri dibelakang Heppy."Saya Dinar, Nyonya. Asisten pribadi Nyonya mulai sekarang dan yang akan bertugas dan bertanggung jawab terhadap semua keperluan Nyonya. Ijinkan saya untuk memperkenalkan mereka kepada Nyonya?" Maid itu memperkenalkan diri dan meminta ijin yang di jawab anggukan oleh Heppy."Mereka adalah para istri Tuan Darrel yang lainnya. Nyonya Steffi istri pertama Tuan. Nyonya Bella istri kedua dan Nyonya Viona istri ketiga. Disini Nyonya Steffi lah yang bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan penghuni rumah ini selaku penanggung jawab rumah tangga. Beliau semua tinggal terpisah di paviliun masing-masing. Untuk Nyonya Heppy juga akan tinggal terpisah di Paviliun Rabu sesuai dengan jadwal kunjungan Tuan. Sekian penjelasan singkat dari saya, jika ada yang ingin Nyonya ketahui, jangan sungkan untuk bertanya pada saya," ucap maid itu menjelaskan lalu kembali undur diri dibelakang Heppy."Selain Dinar, mereka juga yang akan menjadi maid di paviliunmu. Jika kau ingin tetap selamat, patuhi semua peraturan yang ada." Steffi kembali berbicara sambil menunjuk beberapa maid yang lain sebelum kemudian pergi bersama kedua istri Tuan Darrel yang lain."Nyonya ingin berkeliling dulu atau langsung ke paviliun?" tanya maid pribadinya dengan sopan."Ke paviliun saja, aku lelah." Bagaimana tidak lelah, berada di dalam mobil entah berapa jam dengan masih memakai gaun pengantin yang menyusahkan juga riasan yang tebal, membuat Heppy sangat gerah.Setelah berjalan beberapa saat, Heppy dan para mainya sampai di Paviliun Hari Rabu. Seperti yang asistennya bilang tadi jadi pria tua itu akan kesini tiap hari Rabu? Batin Heppy berbicara sendiri sambil mengamati interior paviliunnya."Seberapa kaya sih sebenernya pria tua itu?" bisik Heppy sambil berjalan menuju kamar yang ditunjukkan asistennya.Baru juga Heppy merebahkan tubuhnya yang lelah, asistennya sudah kembali menghampiri. "Air hangatnya sudah siap Nyonya, silahkan anda mandi sebelum dingin," ucap asistennya."Hahh, aku lelaahhhh. Dan tolong jangan panggil aku Nyonya, aku punya nama. Heppy, panggil Heppy. Oke?""Sudah peraturannya seperti itu Nyonya, saya tidak berani.""Terserah kau saja lah, aku capek ingin cepat istirahat." Heppy berdiri dengan malas dan berjalan ke kamar mandi."Kau mau apa lagi?" tanya Heppy yang bingung melihat asistennya ikut masuk ke dalam kamar mandi."Tentu saja membantu Nyonya mandi," jawabnya sambil membantu membuka gaun pengantin Heppy."Ehh nggak usah, aku bisa sendiri. Sana keluar," tolak Heppy sambil menahan gaunnya yang hendak di bukakan oleh asistennya."Itu sudah tugas saya Nyonya, saya tidak berani melanggar peraturan,""Nggak nggak, aku nggak mau. Aku tak kan membiarkanmu melihatku telanjang," pekik Heppy masih dengan erat mempertahankan gaunnya."Atau Nyonya mau saya panggilkan maid yang lain?" tawar asistennya."Jangan, cukup kau saja yang membuatku bertambah pusing. Sekarang berbaliklah.""Tapi Nyonya.""Berbaliklah," potong Heppy cepat sambil memutar tubuh asistennya membelakangi dirinya.Dengan cepat ia membuka gaunnya sendiri dan cepat-cepat masuk ke dalam bathup yang sudah penuh dengan busa, merendam seluruh tubuhnya agar tak terlihat oleh asistennya itu.Menyadari Nyonyanya sudah berendam ke dalam air, ia segera berbalik dan menghampirinya. Membantu menyabuni tubuh Heppy, memijat pundak, dan kepalanya saat keramas."Kau tadi, siapa namamu?" tanya Heppy saat asistennya masih memijitnya. Heppy mulai nyaman dan menikmati pelayanan asistennya itu."Saya Dinar, Nyonya.""Umur?""21 tahun Nyonya.""Wahh benarkah? Kau lebih tua dariku tapi wajahmu masih sangat imut. Aku baru 18 tahun. Jadi kau tidak perlu memanggilku Nyonya, panggil Heppy aja. Oke?""Saya tidak berani Nyonya, saya masih membutuhkan pekerjaan ini," tolak asistennya dengan halus."Aishhh, kau ini," desis Heppy sebal mendengar jawaban asistennya."Jadi Tuanmu itu seperti apa sih orangnya?""Tuan Darrel maksud Nyonya?""Iya, memangnya Tuanmu ada berapa?" ketus Heppy berusaha sabar."Tuan Darrel itu orangnya sangat tegas dan tidak suka disinggung atau semacamnya, jika sedikit saya Nyonya menyinggungnya, Nyonya bisa mendapatkan hukuman.""Hukuman? Boleh juga tuh, siapa tau bisa cerai, haha," tawa Heppy saat membayangkan dirinya masih mempunyai kesempatan untuk terbebas dari pernikahan terkutuk ini."Bukan seperti itu Nyonya, Tuan tidak pernah menceraikan istri-istrinya. Kalaupun ada yang ingin keluar dari sini, Tuan tidak akan membiarkan mereka keluar dengan selamat.""Benarkah?" tanya Heppy terkejut."Astaga mulutku. Maafkan saya Nyonya, tidak seharusnya saya berbicara hal buruk pada Nyonya. Saya bersedia dihukum Nyonya," sesal Dinar sambil sesekali menampar mulutnya sendiri."Aku tidak sejahat itu Dinar. Sudah hentikan," sahut Heppy cepat sambil menghentikan Dinar yang akan kembali menampar mulutnya.Saya mohon jangan di ambil hati dan dijadikan beban pikiran apa yang saya katakan barusan Nyonya," pinta Dinar memohon."Iya iya, kau santai saja denganku," jawab Heppy sambil menepuk pundak Dinar.Selesai dengan ritual mandinya, Heppy dengan pasrah dijadikan seperti boneka oleh Dinar dan maidnya yang lain. Mulai dari berpakaian, berdandan, mengeringkan dan menyisir rambut hingga yang lainya semua mereka yang mengurus. Heppy tinggal berdiam diri semua sudah beres."Sebentar lagi jam makan malam, Nyonya harus segera bersiap bersama para istri yang lain untuk menuju ruang makan sebelum Tuan datang." Dinar memberitahu."Apa?" Heppy lemas seketika membayangkan ia harus menikmati makan malam bersama Pak Tua itu dan para madunya yang lain."Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir
Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam
"Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih
Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be
Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku
"What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa
Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan
Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku
Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be
"Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih
Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam
"Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir
Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun
Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan
"What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa