Share

Bab 2

Penulis: Gavrila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy.

"Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam.

Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy.

"Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi.

"Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy.

"Kenapa Mama tega menampar Heppy?"

"Nasib perusahaan sudah berada di ujung tanduk Hep, begitu juga dengan semua karyawan yang menggantungkan hidupnya disana. Bahkan hutang-hutang Papamu sudah begitu banyak. Dan dalam tempo satu bulan Papa harus bisa mengembalikan semuanya jika tidak ingin semua aset dan rumah ini disita, bahkan Papa terancam masuk penjara."

"Jadi jika Heppy nggak mau nikah sama orang itu Papa bakal masuk penjara? Tapi Heppy nggak kenal sama orang itu Ma, bahkan Heppy juga tidak tau tampangnya kaya gimana. Mama tau nggak kalau orang itu sudah punya istri, Heppy nggak mau jadi orang ketida Ma."

"Jangankan kamu Hep, Mama sama Papa juga belum pernah melihat bagaimana tampang putra sulung keluarga Martadinata karena selama ia menjalankan bisnisnya selalu melalui orang kepercayaannya. Ia tidak pernah turun langsung. Mama dengar rumor itu, tapi berita itu belum jelas valid Sayang. Hanya desas-desus dari media."

Menatap sekali lagi wajah sang mama yang sangat terlihat sedih dan serba salah, Heppy menghela nafasnya panjang.

Sebagai seorang anak tentu Heppy tidak ingin kedua orang tuanya menanggung beban berat hingga masuk penjara tapi mengorbankan masa depan dan semua mimpinya, Heppy juga tidak rela.

"Beri Heppy waktu untuk memikirkan semua ini Ma," jawab Heppy akhirnya.

Seulas senyum terbit dari bibir Bu Nanda. "Kamu makan dulu sarapannya, kami hanya punya waktu hingga besok siang. Keluarga Martadinata tak ingin lama menunggu. Apapun keputusan kamu, semoga itu yang terbaik untuk kita semua." Bu Nanda memeluk putri bungsunya dengan senyum tulus, mengucapkan terimakasih karena putrinya sudah bisa bersikap lebih dewasa.

---

Di sebuah ruangan meeting di perusahaan Martadinata, asisten pribadi Darrel Martadinata membawa sebuah map yang berisi perjanjian untuk ditandatangani oleh Pak Adi dan Heppy.

"Semua hutang Pak Adi akan dianggap lunas dan Tuan Darrel akan mentransfer suntikan dana untuk perusahaan Bapak setelah putri Bapak sah menjadi istri Tuan Darrel," ucap asisten Tuan Darrel mengambil kembali semua berkas-berkas tersebut.

Ingin rasanya Heppy menangis sekarang, bagaimana tidak? Tampang calon suaminya ia tidak tahu, bahkan pernikahannya sudah mirip seperti transaksi jual beli. Bagaimana nasibnya kelak? Bayang-bayang penderitaan dan masa depan suram sudah ada di depan mata.

"Mengenai acara pernikahan, Tuan Darrel akan memberitahu secepatnya. Terimakasih, saya pamit undur diri karena masih banyak keperluan."

"Baik, terimakasih." Pak Adi mengantarkan sampai pintu kemudian duduk di samping Heppy yang sedang memeluk sang Mama.

"Maafkan Papa, Papa tidak bisa menjadi ayah yang baik buat Heppy." Pak Adi mengelus puncak kepala sang putri sambil tersenyum paksa.

---

Di kamar Heppy.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Heppy. "Masuk," ucapnya lesu.

Ternyata kakaknya, berjalan dengan susah payah karena perut yang sudah sedikit membuncit dan membawa tentengan paperbag yang lumayan besar.

"Ini gaun buat besok, maafin Kakak ya? Seharusnya Kakak yang berada diposisimu, tapi-."

"Sudah lah Kak, Kakak nggak perlu minta maaf. Yang terpenting dia baik-baik saja dengan keluarga yang utuh dan bahagia, Heppy sudah senang," potong Heppy saat tau kemana arah pembicaraan sang Kakak.

"Terimakasih Sayang," sahut Kak Cindy seraya menarik Heppy kedalam pelukannya.

"Besok kamu sudah jadi istri, jaga diri kamu baik-baik ya?" lanjut Kak Cindy sambil menangis membayangkan akan seperti apa nasib pernikahan sang adik. Ia merasa gagal menjadi seorang kakak, tapi ia juga tidak bisa melakukan apapun karena sudah memiliki keluarga kecil sendiri.

---

Di kamar kedua orang tua Heppy.

"Pa, Mama nggak rela sebenarnya melepas Heppy dengan cara seperti ini, bagaimanapun dia masih sangat muda untuk menjadi seorang istri."

"Bagaimana lagi? Kita tidak punya cara lain. Papa juga tidak tega Ma," sahut Pak Adi.

"Bahkan kita tidak boleh mengundang siapapun, termasuk Cindy dan suaminya. Kenapa Tuan Darrel sangat kejam kepada keluarga kita?"

"Sudahlah Ma, kita turuti saja kemauan Tuan Darrel. Kita tahu sendiri bagaimana desas-desus diluar sana tentang Tuan Darrel. Dia mau membantu kita dengan syarat seperti itu jika tidak, kita tahu sendiri apa konsekuensinya."

Mengangguk pasrah, Bu Nanda hanya bisa berdoa untuk kehidupan Heppy setelah ini. Bagaimanapun ia dan suaminya adalah penyebab semua kekacauan ini.

---

Heppy sudah dibangunkan sedari subuh untuk dirias. Bahkan hari ini ia terlihat sangat baik dengan menuruti semua perintah Bu Nanda tanpa protes sedikitpun seperti biasanya. Dengan wajah lesu tak bersemangat, Heppy hanya diam saja ketika perias memoles wajahnya.

Memandang pantulan dirinya di cermin besar, Heppy menahan sesak di dadanya. Hari ini kehidupannya akan berubah. Bu Nanda yang melihat gurat kesedihan di wajah sang putri hanya bisa mengelus pundak Heppy, berusaha menyalurkan kekuatan untuk anak bungsunya.

Selesai dirias, dengan memakai gaun pengantin yang sederhana namun elegan dan pas ditubuh mungilnya, Heppy beserta kedua orang tuanya sudah tiba di sebuah hotel mewah tempat dimana acara pernikahannya akan berlangsung.

Dengan langkah pelan Pak Adi dan Bu Nanda mengantarkan Heppy menuju kursi yang sudah disediakan. Pak Adi dan Bu Nanda bahkan sampai menitikkan air mata memandang wajah cantik sang putri yang menundukkan wajahnya. Mereka tau jika putrinya sangat enggan namun mereka tidak punya pilihan.

Heppy terlihat meremas kuat gaun pengantinnya setelah Papa dan Mamanya meninggalkan ia di depan penghulu dan dua orang saksi yang tak ia kenal. Memandang wajah tua Mama dan Papanya yang kini duduk barisan paling depan kursi tamu undangan yang hanya beberapa orang saja, Heppy memaksakan senyumnya. Ia harus kuat, demi Papa dan Mamanya.

Seorang pria dengan tuksedo putih terlihat berjalan dengan angkuh ke arahnya, diiringi beberapa pengawal dan juga asistennya yang ia lihat kemarin.

Namun yang menarik perhatian Heppy adalah topeng yang menutupi wajah pria itu hingga tak ada satupun orang yang bisa mengenalinya. Ya, dia adalah Darrel Martadinata, tua bangak mata keranjang yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

Kedua mata mereka bertemu, iris coklat itu sungguh asing dimata Heppy, bahkan terlihat begitu dingin dan misterius. Tanpa senyum pria itu segera duduk dan meminta penghulu untuk segera memulai acara.

"Saya terima nikah dan kawinnya Heppy Arlinda Putri binti Adi Wijaya dengan mas kawin satu set perhiasan seberat lima ratus gram dan uang sebesar lima ratus juta rupiah dibayar tunai."

Dengan satu tarikan nafas pria itu mengucap ijab qobul dan Heppy sah menjadi miliknya.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu.

"Sah."

Tak kuasa Bu Nanda meneteskan air matanya. Sesuai perjanjian yang tertulis dan ditandatangani di atas materai, Heppy sekarang sudah sah menjadi milik pria itu.

Selesai berdoa, saat Heppy hendak berdiri untuk sungkem kepada kedua orang tuanya, pria yang sekarang sudah sah menjadi suaminya malah pergi meninggalkannya.

"Saya beri waktu lima belas menit untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kedua orang tuamu. Perlu kamu ingat, saya tidak suka menunggu." Kalimat itu yang ia bisikkan kepada Heppy saat sebelum ia pergi dan memberikan kode kepada para bodyguardnya untuk mengawasi Heppy.

Pak Adi dan Bu Nanda bergegas menghampiri sang putri dan memeluknya erat. "Maafkan Papa, Nak," ucap Pak Adi dengan tangisnya.

Sedangkan Bu Nanda hanya bisa menangis tergugu. Lidahnya kelu tak mampu mengucapkan sepatah kata pun untuk menguatkan sang putri. Bu Nanda sangat menyesal membayangkan bagaimana kehidupan putrinya bersama pria dingin tak berperasaan seperti Tuan Darrel.

"Sudahlah Pa, Ma. Heppy ikhlas. Anggap saja ini bentuk bakti Heppy kepada Mama dan Papa. Tidak ada yang perlu disesali, mungkin sudah takdir Heppy harus seperti ini. Mama dan Papa harus bahagia ya? Entah kapan Heppy bisa bertemu lagi dengan kalian, tapi semoga secepatnya kita bisa kembali bertemu. Heppy sangat mencintai Mama dan Papa, kalian harus bahagia walaupun tanpa Heppy. Ucapkan salam Heppy juga kepada Kak Cindy dan Kak Deny, Heppy minta maaf karena tidak bisa berpamitan secara langsung. Heppy pamit ya Pa, Ma. Jaga diri kalian baik-baik."

Heppy memeluk erat kedua orang tuanya sampai dua orang bodyguard menariknya paksa.

"Papa Mama harus kuat, Heppy sayang kalian," ucap Heppy sebelum menghilang dibalik pintu meninggalkan Bu Nanda yang menangis keras hingga jatuh pingsan dipelukan Pak Adi.

Bab terkait

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 3

    Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 4

    "Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 5

    Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 6

    "Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 7

    Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 8

    Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 1

    "What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa

Bab terbaru

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 8

    Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 7

    Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 6

    "Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 5

    Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 4

    "Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 3

    Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 2

    Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan

  • ISTRI KECIL SANG DIREKTUR   Bab 1

    "What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa

DMCA.com Protection Status