"Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan.
"Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy."Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar."Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin.Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdiri, bagaimana jika harus melayaninya. Heppy tidak akan mau.Tiba di ruang makan ditemani oleh Dinar yang kini berdiri dibelakangnya, ketiga istri Tuan Darrel memandang Heppy dengan tatapan aneh."Duduklah disamping Bella," perintah Steffi."Iya Kak." Heppy dengan patuh menurut perintah sang istri tua.Berbeda dengan kedua madunya yang lain, sepertinya Bella lebih welcome kepada Heppy, terbukti saat Steffi dan Viona yang memandangnya dengan sinis, Bella justru tersenyum ramah."Sepertinya kau tidak ingin menarik perhatian ya?" tanya Bella setelah Heppy duduk disampingnya."Iya Kak, saya tidak terbiasa memakai make up," jawab Heppy."Rupanya kau tidak ingin disayang oleh Tuan Darrel. Kami disini berusaha merias diri sebaik mungkin untuk menarik perhatiannya, kau justru berkebalikannya. Tapi baguslah, sainganku jadi berkurang satu," ucap Viona ikut berbicara.Percakapan mereka terhenti saat seorang pengawal Tuan Darrel memasuki ruang makan. Mereka semua berdiri menyambut kedatangan Tuan Darrel, sementara Heppy yang kebingungan karena belum benar-benar mengerti peraturan disana hanya mengikuti saja.Suara sepatu yang beradu dengan lantai marmer menggema memenuhi ruang makan. Berjalan seorang pria dengan angkuhnya, walaupun gagah dan tampan tapi keangkuhan tetap mendominasi di diri pria itu.Heppy menelan ludahnya susah payah, apakah itu suaminya? Bukan pria tua seperti yang ia bayangkan? Heppy masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya, belum pernah ia bertemu dengan pria dewasa yang menarik seperti itu."Selamat malam Tuan," ucap ketiga istrinya berbarengan.Heppy hanya diam dan menunduk karena tidak mengerti, membuat Tuan Darrel menatapnya karena salah satu istrinya tidak menyambut kedatangannya.Merasa ditatap dengan tajam, Heppy semakin menundukkan wajahnya."Duduklah," ucap Tuan Darrel.Heppy sungguh takut melakukan kesalahan lagi, ia tampak begitu frustasi dan kikuk selama makan malam berlangsung. Namun sepertinya, sejauh ini Tuan Darrel masih memaklumi dan membiarkan karena ia istri baru disini.Makan malam berlangsung begitu hening dan sepi. Selesai makan malam, Tuan Darrel langsung pergi meninggalkan ruang makan, begitu pula dengan istri-istrinya yang kembali ke paviliun masing-masing. Heppy pun segera ikut bergegas pergi kembali ke paviliunnya sendiri.---Heppy yang tidak kunjung mengantuk memilih berjalan menuju jendela kamarnya. Memandang langit yang malam ini dipenuhi bintang. Memutar kembali kilasan kejadian hingga ia sampai disini. Belum genap satu hari berada disini, rasanya ia sudah ingin pergi saja."Nyonya tidurlah, malam sudah larut," ucap Dinar"Kemarilah Dinar," panggil Heppy meminta Dinar mendekat. "Malam ini apakah malam pertamaku? Hari ini hari Rabu bukan?""Benar Nyonya,""Bukan, maksudku aku resmi menikah hari ini, apakah Tuan Darrel tidak kesini?""Mungkin tidak Nyonya?" jawab Dinar."Benarkah?""Ya Nyonya, Tuan sangat jarang mengunjungi para istrinya.""Ahh syukurlah, ternyata sedari tadi aku mengkhawatirkan yang tidak perlu, hahaha." Heppy dengan riang menyeret Dinar untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya, menuangkan teh yang sudah disediakan dan memberikan satu cangkir untuk Dinar."Minumlah, sebagai tanda perkenalan." Heppy berujar sambil memberikan secangkir teh kepada Dinar."Maaf Nyonya, saya tidak berani.""Sudah ku bilang, kau santai saja denganku, ck kau ini.""Maaf Nyonya, saya tidak berani. Nyonya sebaiknya menjaga jarak dengan saya. Saya hanya pelayan disini," sahut Dinar takut-takut."Sudah nggak papa, nggak ada yang lihat. Kita seumuran hanya beda tipis. Jangan kaku lah. Aku tak pernah menganggapmu pelayanan, kau teman pertamaku disini. Jadi jangan sungkan, oke?" Heppy memaksa hingga akhirnya Dinar duduk dan menerima cangkir tehnya dengan sedikit rasa takut."Kenapa kau bisa terjebak disini? Apa kau juga bernasib sama sepertiku?" tanya Heppy."Tidak Nyonya, saya bekerja disini karena keinginan saya sendiri." Dinar menjawab dengan sopan."Kenapa harus memilih tempat ini?""Emm itu, anu Nyonya-,""Seharusnya jika ingin mencari kerja, jangan ditempat seperti ini, ditempat lain saja.""Maaf Nyonya, hari sudah semakin larut, saya pamit undur diri." Dinar dengan segera bangkit dari duduknya dan membawa cangkir tehnya keluar dari kamar Nyonyanya."Dinar! Kau ini. Aku belum ngantuk, temani aku ngobrol," teriak Heppy yang dihiraukan oleh Dinar. Sepertinya asistennya itu enggan berbicara terlalu lama dengan Heppy, takut salah menjawab segala pertanyaan yang nantinya akan muncul dari bibir sang Nyonya.---Heppy yang baru saja tertidur menjelang pagi mendadak kesal saat sinar matahari masuk menyoroti kamarnya. Tirai yang baru saja dibuka oleh Dinar berkibaran tertiup angin pagi yang turut masuk hingga membuat Heppy yang hanya menggunakan gaun malam tipis menarik selimut keseluruh tubuhnya karena dingin."Selamat pagi Nyonya, sudah waktunya anda mandi pagi lalu mengikuti kegiatan hari ini,""Biarkan aku tidur, aku masih ngantuk," sahut Heppy kembali menarik selimut hingga menutupi kepalanya saat Dinar berusaha membuka selimutnya."Tapi hari ini ada kegiatan olah raga bersama, Nyonya," ucap Dinar memberi tahu."Aku tidak suka berolahraga, tinggalkan aku. Biarkan aku tidur.""Tapi Nyonya harus ikut. Nyonya Steffi akan menghukum Nyonya jika absen tanpa alasan dalam kegiatan dan bermalas-malasan seperti ini.""Arghhh, oke oke." Dengan mata yang terpejam Heppy berjalan menuju kamar mandi sambil meraba-raba. Dinar dengan sabar mengikuti Nyonyanya.Masih dengan mata terpejam ia dengan malas melepas pakaiannya dan masuk kedalam bathup. "Argghhh dingin sekali, ini masih sangat pagi untuk mandi dengan air dingin Dinar," teriak Heppy sambil keluar dengan cepat dan menarik bathrobe."Saya tau Nyonya." Dinar menunduk takut mendengar teriakan Heppy."Lalu kenapa kau siapkan air dingin, bukan air hangat seperti kemarin?""Sudah peraturan Nyonya. Nyonya harus terbiasa," jawab Dinar sambil kembali membantu sang Nyonya untuk mandi.Kenapa peraturan disini sangat menjengkelkan dan menyebalkan. Apa ia akan betah hidup selamanya disini? Batin Heppy menggerutu.Beberapa saat setelahnya, Heppy sudah berlari-lari kecil di sekitar paviliunnya."Selamat pagi Heppy," sapa Bella yang kebetulan lewat depan paviliun Heppy."Eh Kak Bella, selamat pagi Kak. Mau kemana pagi-pagi sudah sangat cantik?" sahut Heppy dengan senyum cerahnya."Memangnya kita bisa pergi kemana?" tanya Bella sambil tertawa. "Mau jogging bareng?" tawar Bella yang langsung di iyakan oleh Heppy.Dengan celana legging dan kaos berwarna biru, tak lupa rambut yang di kuncir kuda, Heppy berlari kecil sambil sesekali mengobrol santai dengan Bella."Yuk mampir dulu, kita minum teh?" tawar Bella saat mereka sampai di depan Paviliun Selasa, milik Bella."Boleh Kak?" tanya Heppy."Tentu saja boleh dong, yuk masuk," ajak Bella menuntun Heppy memasuki paviliunnya."Wahh paviliun Kak Bella bagus ya, interiornya juga cantik, di depan juga banyak sekali bunga-bunga yang indah," puji Heppy saat masuk dan melihat paviliun milik Bella untuk pertama kali.Mereka minum teh dengan tenang sambil bertukar cerita, membuat Heppy pagi itu terlihat sedikit antusias menjalani harinya."Jadi kesibukan Kak Bella berkebun?""Ya seperti itulah, disini semua istri Tuan Darrel harus punya kesibukan masing-masing untuk menghilangkan rasa bosan. Jadi kamu juga barus punya kesibukanmu sendiri," jawab Bella sambil tersenyum manis."Baiklah Kak, aku akan membuat kesibukan sendiri nanti." Heppy bersyukur setidaknya disini ia masih memiliki Dinar dan juga Bella yang bersikap baik padanya. Setidaknya dua orang itu yang mau melihat dan menerima dirinya dengan tulus. Bahkan dengan Bella, Heppy merasa seperti bersama kakaknya sendiri.---Heppy kembali ke paviliunnya diikuti dengan Dinar yang setia menemaninya kemanapun ia pergi. "Eh itu ada pohon mangga, wuihh sudah matang-matang lagi," seru Heppy kegirangan melihat pohon mangga yang sedang berbuah."Nyonya mau mangga itu?" tanya Dinar."Boleh?""Boleh Nyonya, tapi-eh Nyonya tunggu," teriak Dinar mengejar Heppy yang sudah berlari mendekati pohon mangga itu."Nyonya tunggu, biar saya panggilkan pengawal untuk memetikkan mangga itu." Dinar bergegas pergi meninggalkan Heppy sendirian, mencari pengawal untuk meminta bantuan."Duh lama sekali, aku sudah tidak sabar memakanmu Nak," gumam Heppy sambil memandangi buah mangga yang tampak menggoda bergelantungan di atas sana. Bahkan air liurnya seperti akan menetes menayangkan rasa buah segar itu.Menghiraukan Dinar, Heppy memanjat sendiri pohon mangga itu. "Manjat gini mah kecil," ucap Heppy. Dengan sekejap ia sudah berada di atas pohon dengan duduk di dahannya yang lumayan besar sambil memetik beberapa buah mangga dan menjatuhkannya."Sedang apa kau?""Kau tak lihat, jelas sedang memetik mangga. Kau pikir di atas sini aku sedang mencuci baju," jawab Heppy tanpa menoleh ke arah siapa yang bertanya."Cepat turun!""Sebentar, satu lagi.""Perlu ku ambilkan tangga untuk turun?""Boleh juga, nanti akan kubagi kau beberapa.""Tak perlu, aku bisa membelinya sendiri.""Benarkah-" bola mata Heppy membulat sempurna saat menunduk dan melihat Tuan Darrel berdiri dibawah sana dengan tatapan tajamnya."Tu-tuan," ucap Heppy terbata dan lirih."Cepat turun! Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?""Ba-baik Tuan." Dengan gemetar Heppy perlahan menuruni pohonpohon tanpa berani melihat kebawah, tampat dimana seekor beruang kutub siap memangsanya. Nyalinya yang tadinya berani kini menciut berhadapan dengan pria itu."Aaaaa... Arghhh... Aww shhh..." Heppy terjatuh dari atas pohon saat tidak sengaja dahan yang ia pijaki patah. Menimpa tubuh Tuan Darrel yang sedari tadi berdiri dibawah sana.Mata Heppy masih terpejam erat karena takut. Semerbak wangi parfum mahal tercium di hidungnya. Heppy mencoba meraba karena tubuhnya tidak merasakan sakit.Tuan Darrel hanya diam tanpa berkata sedikitpun saat Heppy terjatuh dan menimpa tubuhnya.Heppy perlahan membuka matanya dan...Pletakkk!!!Dengan keras Tuan Darrel menjitak kening Heppy sambil terus memandangnya."Aww sakit..." Heppy mengelus keningnya yang terasa panas."Apakah sangat nyaman berada diatasku?"Mendengar itu Heppy tersadar dan secepat kilat bangkit dari atas tubuh Tuan Darrel dan merapikan pakaian yang sedikit kotor.Menatap Heppy dengan tatapan tajam dan dingin, Tuan Darrel pergi tanpa berkata sepatah katapun setelah membersihkan pakaiannya sendiri. Meninggalkan Heppy yang masih berdiri mematung seorang diri.Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam
"Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih
Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be
Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku
"What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa
Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan
Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun
Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku
Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be
"Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih
Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam
"Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir
Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun
Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan
"What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa