"Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"
Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum."Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya.Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang.Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy.Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melihat jika mata Tuan Darrel menggelap. Dengan spontan Heppy menyilangkan kedua tangannya di dada.Tidak habis pikir Heppy dibuatnya, jelas-jelas tadi Heppy melihat Tuan Darrel menolak Kak Jia yang sekali pandang saja sudah jelas lebih menggoda dan lebih seksi dari pada Heppy, bagaimana bisa dengan Heppy yang notabenya bertubuh kecil mungil ini bisa membuatnya berpikir mesum.Melihat tingkah Heppy, Tuan Darrel justru menampilkan senyum iblisnya karena melihat pemandangan lain yang justru terpampang lebih jelas sekarang. Gaun malam pendek Heppy tertarik keatas saat Heppy bergerak hingga memperlihatkan kedua paha mulusnya.Menyadari hal itu, Heppy langsung berdiri dari duduknya. Beringsut mundur dengan waspada. "Dinaaarrr awas saja kau nanti," Happy bergumam lirih dengan nada jengkel."Kau ingin mencoba merayuku istri kecilku? Ah sepertinya kau tak jauh berbeda dengan ketiga istriku yang lain." Tuan Darrel berbicara sambil melangkah pelan mendekati Heppy yang semakin beringsut mundur."Stop! Berhenti kau disana!" teriak Heppy saat tak bisa mundur lagi karena menabrak rak buku dibelakangnya."Kenapa? Bukankah kau ingin merayuku dan mendapatkan perhatianku?""Awasss!!" teriak Heppy dengan wajah terkejut sambil menunjuk kebelakang Tuan Darrel."Aku harus kembali ke tempatku, maaf sudah mengganggu waktu Anda, Tuan Darrel. Selamat malam." Saat Tuan Darrel menoleh kebelakang, kesempatan itu digunakan Heppy untuk kabur.Grepp!!Saat hendak membuka pintu, Tuan Darrel sudah lebih dulu mencekal lengan Heppy dan menariknya hingga Heppy berbalik dan masuk kedalam pelukan Tuan Darrel.Wajah Heppy menempel di dada Tuan Darrel yang kekar dan keras. Membuat Heppy membeku seketika. Bahkan dengan jelas Heppy bisa melihat bulu dada Tuan Darrel juga mencium aroma aftershave yang membuat pipinya memerah.Tuan Darrel memeluk Heppy dengan erat, namun tiba-tiba dengan berani telapak tangan Heppy mendorong wajah Tuan Darrel.Tuan Darrel hanya diam menerima sikap kurang ajar dari istri kecilnya itu. "Singkirkan tangan kecilmu itu," ucap Tuan Darrel.Dengan cepat Heppy menurunkan tangannya. Tuan Darrel menundukkan wajahnya mendekati wajah Heppy.Heppy melotot dengan tajam. "Jangan macam-macam, aku pemegang sabuk hitam karate!" ucap Heppy dengan sombong dan begitu percaya diri.Untung saja Tuan Darrel tidak terbawa emosi dengan kelakuan tengil dan kurang ajar Heppy. "Kau setan kecil, apa kau tak takut aku akan menghukummu?""Hukum? Tidak! Ayo hukum aku, bukankah aku istri yang kurang ajar dan keterlaluan. Apa Tuan tidak berniat menceraikanku?""Cerai kau bilang?""Ya, bukankah aku sudah kelewat batas dan bersikap buruk. Aku tidak pantas menjadi istrimu. Jadi ceraikan saja aku dan biarkan aku keluar dari sini.""Kalau begitu bagaimana kalau kau mati saja? Lalu akan ku kirim jasadmu kembali ke rumah kedua orang tuamu.""Hahhh, sebenarnya untuk apa sih Tuan mengoleksi istri banyak jika tidak mencintainya dan hanya mengurungnya di sini?""Aku memang tidak mencintai ketiga istriku.""Hehh, apa kau lupa jika baru saja menikah. Empat ya." Heppy bersungut sambil menunjukkan keempat jarinya di depan wajah Tuan Darrel."Oh, kau juga ingin ku sebut sebagai istri?""Haishhh, lupakan deh. Jadi intinya kau berniat menceraikanku tidak?""Aku ini suamimu bukan temanmu, panggil aku Tuan.""Aku ini istrimu, bukan babumu. Alasan apa aku harus memanggilmu Tuan?" tantang Heppy dengan berani sambil menatap Tuan Darrel tanpa takut. Sedangkan Tuan Darrel hanya mengerutkan keningnya, tidak menyangka jika istri barunya ini begitu berbeda dengan ketiga istrinya yang begitu memuja dirinya."Kau pergilah sebelum kesabaranku habis dan membakarmu hidup-hidup.""Cihh suami macam apa kau ini. Bacaannya majalah dewasa tapi tak mau meniduri Kak Steffi, ibaratnya nih, beruang kutub yang menolak dikasih ikan.""Beruang kutub tak hanya memangsa ikan, bisa saja dia kenyang memangsa pinguin.""Astaga! Apakah kau salah satu kaum belok?""Sepertinya kau sangat tertarik dengan kehidupan seksualku. Apa kau ingin mencobanya?""Big No! Jangan macam-macam. Aku masih kecil!""Aku bahkan sudah menyukaimu sejak kau masih bayi."Heppy termenung mendengarnya. "Hahaha, kau ini bisa saja. Aku bahkan baru pertama kali bertemu denganmu saat ijab kabul." Heppy tertawa seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Tuan Darrel membuka laci meja bacanya dan mengeluarkan selembar foto usang dan memberikannya pada Heppy. "Bukankah ini fotomu saat masih bayi?" tanya Tuan Darrel.Heppy segera mengambil foto itu dan melihatnya dengan teliti. Tak lama kemudian tampak ia begitu terkejut. Disana tampak jelas seorang bayi perempuan dalam dekapan seorang laki-laki tua yang masih gagah."Ini kakekku," tunjuk Heppy pada foto laki-laki tua tadi."Sekarang kau percaya?""Huahahaha, jadi kau berhasrat pada bayi? Ini benar-benar lucu." Heppy kembali tertawa dengan sebelah tangan memegang perutnya dan sebelah tangannya lagi tanpa sadar memukul-mukul lengan Tuan Darrel."Kau bahkan sudah cantik sedari bayi," ucap Tuan Darrel sambil menangkap tangan Heppy dan menggenggamnya.Kedua mata Heppy membola, ia begitu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Bulu kudunya hingga merinding. "Kau pedofil?" pekik Heppy."Bukankah aku menikahimu saat kau sudah cukup umur untuk menjadi istri dan legal dimata negara. Bagaimana bisa kau menyebutnya pedofil?" Tuan Darrel tersenyum geli, tidak marah sedikitpun mendengar tuduhan Heppy.Heppy segera melepaskan tangannya dari genggaman Tuan Darrel kemudian berlari keluar ruangan dengan terbirit-birit.Tuan Darrel kembali tersenyum sinis dan menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir melihat tingkah istri kecilnya itu."Bukankah itu sudah sangat keterlaluan, Tuan?" Seorang pria muncul dari balik kegelapan. Dia adalah Reyhan, asisten pribadi Tuan Darrel."Kau awasi saja dia, jangan sampai dia terluka sedikitpun.""Baik, Tuan."---"Hahh hahh, iyuwhh. Ini benar-benar menjijikkan. Dia memang laki-laki gila." Heppy masuk ke dalam kamarnya dengan nafas putus-putus. Duduk di kasurnya dan mengelap peluh yang membanjiri wajahnya."Heppy, dari mana saja kau? Aku mencarimu sedari tadi," tanya Dinar khawatir."Air, ambilkan aku minum."Dinar bergegas mengambilkan segelas air dan memberikannya pada Heppy yang langsung diminumnya hingga habis."Kau habis olahraga malam?" tanya Dinar setelah kembali menerima gelas kosong dari Heppy."Semua ini salahmu.""Ha? Dinar salah apa?""Kau, kenapa kau memakaikanku gaun tipis macam begini. Lihat saja ini, braku bahkan tercetak jelas," sungut Heppy dengan kesal."Gaun malammu semua seperti itu Heppy, apa kau baru sadar?" Dinar menjawab sambil tersenyum mendengar keluhan Heppy."Kenapa aku harus memakainya?""Tentu saja agar Tuan Darrel melihatmu."Glekkk.Heppy menelan ludahnya dengan kasar membayangkan apa yang baru saja terjadi bersama Tuan Darrel sebelum ini. "Jangan ngawur kamu, Kak Steffi yang sexy saja tak diliriknya, apalagi aku.""Heppy, kau tau. Menurutku dari semua istri Tuan Darrel, kaulah yang paling cantik.""Jiahahaha... Jujur nih ya, belum ada yang memujiku cantik.""Itu karena mereka tak memperhatikanmu. Kau itu cantik dengan caramu sendiri."Heppy hanya tersenyum mendengar Dinar yang selalu saja memujinya.---Malam berlalu, bangun lebih awal membuat Heppy begitu tak berselera dengan sarapannya.Saat ini, nampak Heppy tengah duduk di depan meja makan bersama tiga madunya, menikmati sarapan pagi mereka. Tanpa komentar, Heppy ingin segera menyelesaikan sarapannya dan kembali tidur di kasurnya.Tanpa pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba Tuan Darrel duduk dan bergabung di meja makan bersama keempat istrinya.Steffi yang terkejut langsung memanggil pelayanan untuk melayani suami mereka."Tuan sarapan bersama kami, ini sangat jarang sekali," ucap Steffi girang."Apa tak boleh aku sarapan bersama istriku?" Tuan Darrel menyahut sambil melirik kearah Heppy yang terlihat mengantuk dan sesekali memejamkan matanya."Bukan seperti itu. Saya jadi tidak bisa melayani Tuan dengan baik," sesal Steffi."Sudahlah, lanjutkan sarapan kalian," titah Tuan Darrel sambil meraih sendoknya. Ia kembali melirik Heppy yang kini juga sedang menatapnya. Namun, sepertinya Heppy tidak peduli karena yang ia inginkan hanya segera melanjutkan tidurnya. Tidak memperhatikan jika sedari tadi Tuan Darrel yang terus mencuri pandang kearahnya.Bella yang duduk di samping Heppy sepertinya menyadari gelagat Tuan Darrel pada Heppy. Menyadari tatapan Bella yang nampak curiga padanya, Tuan Darrel tersenyum kecil. Terlihat salah tingkah saat Bella yang notabene-nya adalah istri kedua memergokinya. Seperti seorang remaja yang ketahuan jatuh cinta oleh orangtuanya, Tuan Darrel yang biasanya dingin terlihat begitu hangat saat di dekat Heppy.Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be
Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku
"What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa
Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan
Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun
"Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir
Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam
Heppy merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Heppy. Ia dan ketiga madunya harus mengikuti kemanapun ibu mertuanya pergi, belum lagi tatapan sinis Steffi yang seperti takut jika Heppy benar-benar bisa memberikan Tuan Darrel keturunan. "Hahhh... Daku lelah... " Heppy berguling-guling di atas kasurnya. Teringat sebuah ide, Heppy langsung duduk tegak dan memanggil asistennya. "Dinar," panggil Heppy yang membuat pelayanan itu berlari tergopoh-gopoh. "Iya Nyonya, Nyonya ingin sesuatu?" tanya Dinar. "Kau juga ingin memancing emosiku Dinar?""Maaf, ada apa Hep?""Buatin mie instan rebus pedas pakek daun sawi cabe yang banyak ya? Ah itu cabenya petik di belakang paviliun aja, kayanya ada pohon cabe deh." Heppy sudah ingin meneteskan air liurnya kala membayangkan ia menyeruput kuah pedas dari mie instan itu. "Tapi disini tidak ada mie instan Hep, lagi pula nanti perutmu sakit jika makan yang pedas-pedas," ucap Dinar takut-takut. "Ahh kau ini. Nanti aku
Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh. "Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinyaHeppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya. "Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?""Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar.""Kau habis begadang semalam?""Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak.""Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak.""Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella. "Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung.""Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti. "Ibu mertua kita," jelas Be
"Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum. "Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata."Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya. Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang. Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy. Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melih
Bagai dikejar setan, Heppy berlarian menuju paviliunnya. Sesekali menoleh kebelakang, seperti takut ketahuan. "Jangan sampai ada yang liat, duh bisa mati aku," gumamnya sambil terus berlari. Masuk ke dalam kamar lalu bersembunyi di balik selimutnya. Dinar yang kebetulan juga baru sampai di paviliun kebingungan melihat nyonyanya bergelung dibalik selimut di siang hari seperti ini. Dinar langsung bergegas menghampiri sang nyonya, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan. "Nyonya, saya mencari nyonya tadi, tapi nyonya tidak ada di sana. Nyonya dari mana? Apa nyonya sakit? Kenapa nyonya bergelung di bawah selimut seperti itu?" tanya Dinar. "Ssttt... Jangan keras-keras. Diamlah dulu. Aku membutuhkan ketenangan. Kau pergilah," jawab Heppy tanpa membuka selimutnya. "Nyonya ingin tidur siang? Tapi sekarang masih pukul sepuluh Nyonya, masih terlalu awal untuk tidur siang. ""Argghhh..." Heppy menyibakkan selimut tebalnya, bukan karena marah tapi karena merasa gerah terbungkus di dalam
"Astaga ini menor sekali, hapus hapus. Aku nggak biasa dandan," pekik Heppy saat melihat wajahnya di cermin genggam yang Dinar berikan. "Nyonya ingin make up yang seperti apa? Nyonya harus berdandan walaupun tipis. Itu juga peraturan," tanya Dinar dengan sabar sambil menghapus kembali make up Heppy. "Ya sudah tipis saja, natural gitu loh. Ini nggak usah lah pakek lipstik, pakek ini aja," jawab Heppy sambil mengambil lipgloss dan memberikannya pada Dinar. "Baik Nyonya."Beberapa saat kemudian Heppy sudah siap menuju ruang makan di rumah utama. Di temani oleh Dinar yang akan mendampinginya, Heppy berjalan pelan sambil memegang erat mantelnya menutupi gaun yang menurut Heppy tidak layak pakai. Bagaimana tidak? Ia hanya dipakaikan gaun malam tipis yang tidak bisa melindunginya dari hawa dingin. Heppy berusaha tampil dengan riasan yang sangat sederhana dan senatural mungkin agar tidak menarik perhatian. Membayangkan bagaimana rupa pria tua itu saja sudah membuat bulu kuduk Heppy berdir
Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti. Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti. Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri. Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebun
Bu Nanda masuk ke dalam kamar Heppy dengan membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu, duduk di tepian kasur sambil mengelus kepala Heppy."Mamaaa... Heppy nggak mau nikah," rengek Heppy yang sudah membuka matanya, ralat. Tidak bisa memejamkan matanya sejak perang dingin dengan sang Papa tadi malam. Bu Nanda hanya mengulas senyum getir mendengar rengekan putri bungsunya, walaupun Heppy termasuk anak yang bandel, pembangkang juga selalu membuatnya darah tinggi, keputusan suaminya begitu membuatnya bimbang. Bu Nanda tidak tega melepaskan putrinya yang masih belia untuk menikah, tapi nasib perusahaan dan semua karyawan ada di tangan Heppy. "Kenapa kalian begitu tega, apa kalian benar-benar tidak menyayangi Heppy lagi sampai ingin sekali membuang Heppy ke pria tua itu?" tanya Heppy lagi. "Kamu ingat tidak apa alasan Mama menamparmu kemarin?" tanya Bu NandaNanda yang di jawab anggukan kepala oleh Heppy. "Kenapa Mama tega menampar Heppy?""Nasib perusahaan sudah berada di ujung tan
"What? Nggak! Heppy nggak mau! Apa Papa sudah nggak waras mau jual anak sendiri?" Dengan berkacak pinggang dan dada yang kembang kempis Heppy menolak mentah-mentah keinginan papanya. "Tolonglah Papamu ini Sayang, perusahaan kita sudah di ambang kehancuran. Apa kamu tega melihat perusahaan peninggalan Kakekmu bangkrut?" "Tapi Pa, Heppy baru juga lulus SMA, Heppy juga pengen kuliah.""Nak, perusahaan Martadinata mau membantu Papa hanya dengan syarat Papa bersedia menikahkan salah satu putri Papa dengan anak sulung mereka."Sesungguhnya Pak Adi tidak tega jika harus menikahkan putrinya dengan keturunan Martadinata yang terkenal angkuh dan kejam, tapi nasib perusahaannya ada ditangan Martadinata Corp karena hanya pemilik perusahaan itu yang bersedia menyuntikkan dana yang cukup besar untuk membangkitkan kembali perusahaan yang hampir bangkrut itu. "Kenapa harus Heppy Pa? Heppy masih SMA! Kenapa nggak Cindy saja?" isak Heppy memelas agar Papanya membatalkan perjodohan konyol itu. "Apa