Ketika Deon berusaha meresapi pernyataan Melinda tentang seorang perempuan yang jauh lebih sadis darinya itu, sang lelaki mendapatkan sebuah bayangan samar.
“Bayangan apa lagi ini?” batin Deon.
“Jangan melamun! Kita sedang di dalam perjalanan dan mobil lo lajuin dengan kecepatan yang tinggi,” tegur Melinda.
Deon pun kembali berkonsentrasi menyetir, menambah kecepatan mobil hingga tak lebih dari 15 menit, mereka tiba di tempat tujuan.
“Jangan deket-deket sama bangunan kosong itu. Kita cari tempat aman untuk parkir mobil,” ucap Melinda kemudian.
Seperti yang Melinda katakan, Deon mencari tempat yang aman dan cukup renggang
Deon menelan ludahnya sendiri. Dia sungguh tidak percaya bahwa perempuan bernama Melinda ini pada akhirnya mengkhianatinya.“Mel—”Deon tak sempat menyelesaikan kalimatnya. Kepalanya dipukul dengan gagang pistol oleh sang perempuan.“Gue nggak menyuruh lo ngomong! Diem lo!” bentak Melinda dengan nada tinggi di dekat telinga Deon.Seketika itu, rahang Deon mengeras. Dia menggertakkan giginya karena merasa ingin sekali menghantam wajah Melinda.“Okay! Baiklah. Apa yang kamu inginkan?” tanya Deon kemudian.Melinda mengangkat satu sudut bibirnya. Sementara itu,
Sang perempuan bergaun merah bertepuk tangan sambil tersenyum lebar. Dia pun berdiri di hadapan Deon dan Melinda dengan hanya berjarak satu meter.“Sialan! Kenapa kepalaku tiba-tiba sakit kayak gini?!” batin Deon sambil memegangi kepalanya. “Dan … siapa cewek di dalam pikiranku ini?”Melinda terlihat sangat tegang. Sementara itu, sang perempuan dengan lipstik merah memiringkan senyuman.“Aku sangat terkesan denganmu, Melinda. Aku pikir seperti inilah caramu berpikir. Mengkhianati Tyrex dan Ayah yang sudah membesarkanmu sejak kecil. Kamu memang perempuan nggak tahu diuntung!” tegasnya dengan tatapan tajam yang mengintimidasi.Melinda menelan ludahnya sendiri. Sedangkan, Deon
“Kalian urus si Melinda tengik. Sedangkan, aku akan melawan cowok yang terlihat tampan dan menarik itu.” Kikan tersenyum lebar sambil menatap Deon.Tepat ketika para anggota Tyrex mendengar perintah sang ketua, Melinda diserang dari berbagai sisi. Sementara itu, Deon mau tak mau harus siap melawan Kikan dengan senjata chainsaw miliknya.“Menarik!” seru Deon sambil menghindari setiap serangan Kikan. Sebisa mungkin, Deon harus menjaga jarak dari sang lawan. Kalau tidak, tentu saja bagian tubuhnya bisa terluka dengan tingkat yang tinggi.“Kamu cepat juga!”Kikan mempercepat gerakan tangannya. Menurut Deon, lawannya saat ini asal serang saja karena tidak ada target pasti yang ingin di
“Perketat keamanan di luar gedung!” titah Kikan dengan suara menggelegar. Pria bertopi koboi secepatnya menghubungi anggota lain yang berjaga di luar gedung.“Perketat keamanan di luar!”“Kami diserang! Komplotan Bruno dengan persenjataan lengkap sedang mengamuk!”Mendengar pengakuan dari salah satu anggota di luar melalui alat komunikasi radio, kening Kikan mengerut. Semakin tajam dia menatap Deon.“Cowok sialan! Kamu cerdik juga!”Di titik ini, Deon pun tertawa terbahak-bahak. Dengan kilat, dia menepis tangan Kikan, lalu menyerangnya dengan tendangan memutar. Sang perempuan berhasil dirubuhkan. Deon tak berh
Kikan yang merasakan liarnya lidah Deon bermain di dalam mulutnya pun berusaha mendorong lelaki ini. Sayangnya, Deon punya tenaga yang tidak terbatas saat ini dan menyulitkan sang perempuan melakukan aksinya. Tak berhasil menggunakan tangan, Kikan mencoba dengan kakinya.Secepat kilat, Deon menjauh sebelum kaki lawannya itu membuatnya lumpuh dalam sekejap. Deon tersenyum kecut menyaksikan wajah Kikan yang seolah-olah syok.“Ada apa? Tatapanmu kosong sekali. Apa kamu udah mulai menikmati percumbuan kita?”Di titik ini, Deon tertawa terbahak-bahak. Dia berjalan mondar-mandir di depan Kikan sambil menyatukan kedua tangan di belakang punggung.“Rasanya … nikmat sekali.” 
Mendengar informasi yang baru saja disampaikan oleh salah satu anggota Tyrex, Deon lantas menyeringai.“Yakin udah ngalahin semua anggota Bruno?”“Kenapa aku harus nggak yakin? Bruno cuma sampah rendahan. Mereka bisa keok sama anggota Tyrex nggak lebih dari lima menit,” jawab Kikan dengan nada sombong.Deon tertawa terbahak-bahak. “Angkuh sekali kamu! Aku jadi semakin tertarik untuk mengalahkanmu!”Saat sang lelaki hendak menyerang, tiba-tiba Kikan mengulurkan tangan dan berkata, “Berhenti!”Tentu saja, pergerakan Deon terhenti.“Aku udah nggak
Begitu saja, Deon melayangkan tendangan hingga berhasil membentur perut lawannya yang mengenakan tudung dan penutup mulut. Sang lawan segera melompat mundur hingga beberapa saat kemudian, rekan-rekannya yang lain datang menghampiri.Di titik ini, Deon tersenyum kecut menatap satu per satu lawan yang penampilannya hampir sama.“Wah, wah, ada ninja di sini,” cetus Deon sambil tertawa sesekali.Roki segera mendekati sang bos dan berkata, “Bos, hati-hati. Penampilan mereka emang setara dengan kemampuan yang mereka miliki. Soalnya, ketua mereka adalah seorang ninja dari Jepang.”Deon mengangguk setelah mendengar penjelasan Roki.“Ak
Deon menoleh ke sebelah kanan. Seorang pria paruh baya dengan rambut yang sebagiannya sudah memutih terlihat berjalan. Setibanya, dia berdiri di depan Deon dengan jarak beberapa meter, lalu menyilangkan tangan.Di titik ini, sang lelaki mengangkat sebelah alisnya, lalu berjalan mendekat beberapa langkah. Deon meneliti sang pria paruh baya yang mengenakan baju tanpa lengan dan terlihat bahwa otot-ototnya menyembul.“Coba aku tebak. Kamu pasti orang penting di Ular Kobra.”Deon membuang puntung rokok, lalu menginjaknya.Pria paruh baya tertawa terbahak-bahak. “Ya, ya. Kamu sudah bisa menebak saya ini siapa di Ular Kobra.”“Ketua