Deon menoleh ke sebelah kanan. Seorang pria paruh baya dengan rambut yang sebagiannya sudah memutih terlihat berjalan. Setibanya, dia berdiri di depan Deon dengan jarak beberapa meter, lalu menyilangkan tangan.
Di titik ini, sang lelaki mengangkat sebelah alisnya, lalu berjalan mendekat beberapa langkah. Deon meneliti sang pria paruh baya yang mengenakan baju tanpa lengan dan terlihat bahwa otot-ototnya menyembul.
“Coba aku tebak. Kamu pasti orang penting di Ular Kobra.”
Deon membuang puntung rokok, lalu menginjaknya.
Pria paruh baya tertawa terbahak-bahak. “Ya, ya. Kamu sudah bisa menebak saya ini siapa di Ular Kobra.”
“Ketua
Ketika Roki hendak membuka pintu mobil untuk masuk, sebuah teriakan menggelegar menghentikannya.“Woy! Kami datang!”Perhatian Roki dan Deon pun teralihkan. Keduanya melihat ke sumber suara. Segerombolan pria dengan celana jeans sobek-sobek dan berkacamata terlihat telah memenuhi jalan. Di titik ini, Deon pun keluar lagi dari mobil, lalu berjalan menghampiri segerombolan pria tersebut.Roki mengikuti di belakang Deon.“Siapa kalian?” tanya Deon.Orang-orang tersebut menanggapi pertanyaan Deon hanya dengan tawa bergelak. Lantas, kening Deon mengerut. Roki mendekati sang ketua, lalu berbisik, “Bos, mereka adalah komplotan Jenas!&
“Bos kalian sudah kalah!” teriak Deon sambil mengangkat pedang tinggi-tinggi dengan tajamnya yang menghadap ke langit.Semua mata anggota komplotan Jenas tertuju pada Deon. Sedangkan, Deon tersenyum tipis dan mulai berkata dengan suara menggelegar: “Jenas hari ini resmi bubar! Kalian, anggota Jenas, akan bergabung menjadi anggota Bruno yang baru.”Tidak ada tanggapan dari anggota Jenas. Deon melihat bahwa beberapa anggota menelan ludahnya sendiri.“Ada yang keberatan?”Untuk kesekian kalinya, tidak ada tanggapan dari anggota Jenas. Di titik ini, kening Deon lantas mengerut.“Aku tanya, ADA YANG KEBERATAN?!”
Setelah berhasil mengisi bahan bakar, Deon dan Roki melanjutkan perjalanan untuk ke markas besar Bruno. Namun, di tengah perjalanan, Deon tertarik oleh sebuah insiden di sebuah toko di pinggir jalan yang cukup ramai.“Roki, menepi,” perintah Deon kemudian.Sesuai titah sang lelaki, Roki pun menepikan mobil, lalu bertanya, “Ada apa, Bos?”“Aku punya ide menarik!” pungkas Deon sambil tersenyum lebar. Setelah itu, dia membuka pintu mobil, lalu keluar.Ditatapnya sekitar 15 pria begundal yang tengah memalak di sebuah toko. Roki pun mengangguk-angguk.“Jadi, lo tertarik sama mereka?”
Deon benar-benar terkejut karena pria dengan anting-anting tersebut dapat menangkis pukulannya dengan sangat cepat dan mudah. Kini, sang lawan lantas tersenyum sombong padanya. Setelah mengembuskan napas panjang, Deon mulai berpikir.“Kayaknya dia bukan orang sembarangan. Aku yakin banget, nggak ada preman pasar dengan kemampuan hebat kayak dia,” pikir Deon yang kemudian kembali mengatur postur kuda-kudanya.“Ada apa? Lo sedang berpikir kenapa gue jauh lebih hebat dari lo?” tukas si pria dengan jaket kulit yang akhirnya semakin membuat Deon heran.“Hebat sekali kamu. Kamu bisa membaca pergerakanku. Dan sekarang, kamu bisa membaca pikiranku. Tapi, yah, emang bener. Aku salut dengan kemampuanmu. Aku nggak akan mengelak kalau kamu emang jauh lebih
Mengetahui kenyataan bahwa ketua Tyrex Cabang Pertama akhirnya muncul juga, Deon tersenyum lebar. Dia justru semakin terlihat bersemangat untuk melakukan sebuah pertarungan satu lawan satu dengan sang lelaki.“Jangan pikir aku akan terkejut!”Deon memulai serangannya dengan sebuah tendangan memutar yang terangkat secara menyamping. Dengan sangat lugas, sang lawan menunduk, kemudian menunggu momen saat Deon kembali berdiri tegak dan menjaga keseimbangannya. Usai itu, barulah dia menyerang dengan tinju lurus.Kali ini, Deon tidak membiarkan dirinya terkena oleh pukulan lawan. Dia menangkap tinju lelaki beranting dengan sangat mudah, lalu berusaha memelintirnya. Akan tetapi, tenaga sang lawan tidak dapat diremehkan.
Tanpa basa-basi lagi, Deon menyerang dengan semua kemampuan yang ia miliki. Dia berlari dan berniat menerjang Kevin. Sayang sekali, terjangannya ditangkap dengan sangat mudah. Ia lalu dibanting hingga menggelepar di tanah dengan kepala yang terbentur.Di titik ini, Deon menjerit dan mengumpat karena rasa sakit yang ia rasakan di kepala. Walau begitu, Kevin terlihat tidak berniat menghentikan serangannya. Dia tak segan-segan kembali memaksa Deon bangkit.“Bangun lo! Tolol!”Kevin dengan sangat lugas mengentak dada Deon menggunakan telapak tangannya hingga membuat lelaki tersebut terempas ke badan mobil. Untuk kesekian kalinya, Kevin kembali mengangkat Deon, lalu membantingnya ke kap depan mobil.“Ma
Deon mengembuskan napas lega setelah melakukan serangan kejut yang menyebabkan Kevin kini terkulai tidak berdaya usai terempas pada badan mobil. Terlihat bahwa kepalanya bocor dan cairan kental mengalir di sana. Saat Deon melihatnya pun, lelaki tersebut sudah tak bisa memutar lehernya ke mana pun.“Kayaknya aku terlalu berlebihan, deh,” pikir Deon.Tentu saja, mobil Deon juga tampak penyok akibat kerasnya tubuh Kevin terempas. Lelaki bertubuh atletis ini justru lebih mengkhawatirkan mobilnya. Dia berjalan dan memeriksa kendaraan tersebut.“Ini biayanya akan sangat mahal. Mau nggak mau harus ganti yang baru,” ucap Deon.Tak lama kemudian, Roki bersama para preman lain menghampirinya.
Jaya Kusuma tersentak kaget mendengar perintah Deon. Keningnya mengerut, lalu bertanya, “Memangnya kenapa kita harus membatalkannya, Deon?”“Tyrex.” Tatapan Deon berubah serius. “Tyrex punya jaringan yang sangat besar di seluruh Asia. Aku curiga kalau pemasok senjata ilegal yang membuat janji denganmu itu adalah salah satu komplotan Tyrex. Kita harus menutup semua kemungkinan!Aku nggak mau kita terlibat perang di markas sendiri.”Jaya Kusuma kembali duduk. Dia terlihat memikirkan saran Deon barusan.“Aku cukup setuju dengan pendapatmu. Tapi, bagaimana caranya kita bisa membatalkan perjanjian itu, sedangkan mereka sudah dalam perjalanan menuju ke markas ini?”