“Perketat keamanan di luar gedung!” titah Kikan dengan suara menggelegar. Pria bertopi koboi secepatnya menghubungi anggota lain yang berjaga di luar gedung.
“Perketat keamanan di luar!”
“Kami diserang! Komplotan Bruno dengan persenjataan lengkap sedang mengamuk!”
Mendengar pengakuan dari salah satu anggota di luar melalui alat komunikasi radio, kening Kikan mengerut. Semakin tajam dia menatap Deon.
“Cowok sialan! Kamu cerdik juga!”
Di titik ini, Deon pun tertawa terbahak-bahak. Dengan kilat, dia menepis tangan Kikan, lalu menyerangnya dengan tendangan memutar. Sang perempuan berhasil dirubuhkan. Deon tak berh
Kikan yang merasakan liarnya lidah Deon bermain di dalam mulutnya pun berusaha mendorong lelaki ini. Sayangnya, Deon punya tenaga yang tidak terbatas saat ini dan menyulitkan sang perempuan melakukan aksinya. Tak berhasil menggunakan tangan, Kikan mencoba dengan kakinya.Secepat kilat, Deon menjauh sebelum kaki lawannya itu membuatnya lumpuh dalam sekejap. Deon tersenyum kecut menyaksikan wajah Kikan yang seolah-olah syok.“Ada apa? Tatapanmu kosong sekali. Apa kamu udah mulai menikmati percumbuan kita?”Di titik ini, Deon tertawa terbahak-bahak. Dia berjalan mondar-mandir di depan Kikan sambil menyatukan kedua tangan di belakang punggung.“Rasanya … nikmat sekali.” 
Mendengar informasi yang baru saja disampaikan oleh salah satu anggota Tyrex, Deon lantas menyeringai.“Yakin udah ngalahin semua anggota Bruno?”“Kenapa aku harus nggak yakin? Bruno cuma sampah rendahan. Mereka bisa keok sama anggota Tyrex nggak lebih dari lima menit,” jawab Kikan dengan nada sombong.Deon tertawa terbahak-bahak. “Angkuh sekali kamu! Aku jadi semakin tertarik untuk mengalahkanmu!”Saat sang lelaki hendak menyerang, tiba-tiba Kikan mengulurkan tangan dan berkata, “Berhenti!”Tentu saja, pergerakan Deon terhenti.“Aku udah nggak
Begitu saja, Deon melayangkan tendangan hingga berhasil membentur perut lawannya yang mengenakan tudung dan penutup mulut. Sang lawan segera melompat mundur hingga beberapa saat kemudian, rekan-rekannya yang lain datang menghampiri.Di titik ini, Deon tersenyum kecut menatap satu per satu lawan yang penampilannya hampir sama.“Wah, wah, ada ninja di sini,” cetus Deon sambil tertawa sesekali.Roki segera mendekati sang bos dan berkata, “Bos, hati-hati. Penampilan mereka emang setara dengan kemampuan yang mereka miliki. Soalnya, ketua mereka adalah seorang ninja dari Jepang.”Deon mengangguk setelah mendengar penjelasan Roki.“Ak
Deon menoleh ke sebelah kanan. Seorang pria paruh baya dengan rambut yang sebagiannya sudah memutih terlihat berjalan. Setibanya, dia berdiri di depan Deon dengan jarak beberapa meter, lalu menyilangkan tangan.Di titik ini, sang lelaki mengangkat sebelah alisnya, lalu berjalan mendekat beberapa langkah. Deon meneliti sang pria paruh baya yang mengenakan baju tanpa lengan dan terlihat bahwa otot-ototnya menyembul.“Coba aku tebak. Kamu pasti orang penting di Ular Kobra.”Deon membuang puntung rokok, lalu menginjaknya.Pria paruh baya tertawa terbahak-bahak. “Ya, ya. Kamu sudah bisa menebak saya ini siapa di Ular Kobra.”“Ketua
Ketika Roki hendak membuka pintu mobil untuk masuk, sebuah teriakan menggelegar menghentikannya.“Woy! Kami datang!”Perhatian Roki dan Deon pun teralihkan. Keduanya melihat ke sumber suara. Segerombolan pria dengan celana jeans sobek-sobek dan berkacamata terlihat telah memenuhi jalan. Di titik ini, Deon pun keluar lagi dari mobil, lalu berjalan menghampiri segerombolan pria tersebut.Roki mengikuti di belakang Deon.“Siapa kalian?” tanya Deon.Orang-orang tersebut menanggapi pertanyaan Deon hanya dengan tawa bergelak. Lantas, kening Deon mengerut. Roki mendekati sang ketua, lalu berbisik, “Bos, mereka adalah komplotan Jenas!&
“Bos kalian sudah kalah!” teriak Deon sambil mengangkat pedang tinggi-tinggi dengan tajamnya yang menghadap ke langit.Semua mata anggota komplotan Jenas tertuju pada Deon. Sedangkan, Deon tersenyum tipis dan mulai berkata dengan suara menggelegar: “Jenas hari ini resmi bubar! Kalian, anggota Jenas, akan bergabung menjadi anggota Bruno yang baru.”Tidak ada tanggapan dari anggota Jenas. Deon melihat bahwa beberapa anggota menelan ludahnya sendiri.“Ada yang keberatan?”Untuk kesekian kalinya, tidak ada tanggapan dari anggota Jenas. Di titik ini, kening Deon lantas mengerut.“Aku tanya, ADA YANG KEBERATAN?!”
Setelah berhasil mengisi bahan bakar, Deon dan Roki melanjutkan perjalanan untuk ke markas besar Bruno. Namun, di tengah perjalanan, Deon tertarik oleh sebuah insiden di sebuah toko di pinggir jalan yang cukup ramai.“Roki, menepi,” perintah Deon kemudian.Sesuai titah sang lelaki, Roki pun menepikan mobil, lalu bertanya, “Ada apa, Bos?”“Aku punya ide menarik!” pungkas Deon sambil tersenyum lebar. Setelah itu, dia membuka pintu mobil, lalu keluar.Ditatapnya sekitar 15 pria begundal yang tengah memalak di sebuah toko. Roki pun mengangguk-angguk.“Jadi, lo tertarik sama mereka?”
Deon benar-benar terkejut karena pria dengan anting-anting tersebut dapat menangkis pukulannya dengan sangat cepat dan mudah. Kini, sang lawan lantas tersenyum sombong padanya. Setelah mengembuskan napas panjang, Deon mulai berpikir.“Kayaknya dia bukan orang sembarangan. Aku yakin banget, nggak ada preman pasar dengan kemampuan hebat kayak dia,” pikir Deon yang kemudian kembali mengatur postur kuda-kudanya.“Ada apa? Lo sedang berpikir kenapa gue jauh lebih hebat dari lo?” tukas si pria dengan jaket kulit yang akhirnya semakin membuat Deon heran.“Hebat sekali kamu. Kamu bisa membaca pergerakanku. Dan sekarang, kamu bisa membaca pikiranku. Tapi, yah, emang bener. Aku salut dengan kemampuanmu. Aku nggak akan mengelak kalau kamu emang jauh lebih