Share

Berbagi Tempat Tidur

Garis-garis penuaan di wajah Tuan Bramantya kian tergurat jelas tatkala mendengar ancaman dari Gavindra. Entah terbuat dari apa hati putranya ini. Sifat kepala batu dan tak mengenal belas kasihan itu memang berasal dari dirinya. Namun, ia masih memiliki sisi lembut bila berdekatan dengan mendiang sang istri, yang tak lain adalah ibu kandung Gavindra. Berbeda dengan perasaan Gavindra yang sudah membeku, hingga tak tersentuh sedikit pun oleh cinta.

“Gavin, berhentilah menyakiti wanita hanya untuk melampiaskan dendammu! Kecelakaan yang menimpamu adalah takdir. Kamu tidak bisa menyalahkan siapapun atas tragedi itu. Bukan hanya kamu yang terpukul, Daddy juga merasakan kesedihan selama bertahun-tahun,” ucap Tuan Bramantya merasakan sesak di rongga dadanya. Dalam sepersekian detik, lelaki yang selalu disegani oleh lawan-lawannya itu terlihat lemah di hadapan sang putra.

Urat-urat di leher Gavindra nampak menonjol. Mendengar ungkapan hati sang ayah, Gavindra tidak bersimpati sama sekali. Just
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status