Keesokan harinya ...
Yuki berangkat pagi-pagi sekali dengan wajah kusam karena semalaman tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran tentang kejadian bodoh yang diperbuatnya pada Bosnya. Yuki melihat pintu lift mulai tertutup, sementara dia berada tak jauh. Dengan cepat Yuki berlari menuju lift. "Tunggu," ucap Yuki meminta orang di dalam lift menahan pintu untuknya. Yuki sampai di depan lift, tapi pintu lift sudah tertutup. Namun, sesaat kemudian pintu lift terbuka dan Yuki melihat seseorang yang tak ingin ditemuinya berada di dalam lift. Mata Yuki melebar, "Dia ... ah, sial sekali. kenapa aku malah ketemu sama dia? Aku nggak boleh ketahuan," batin Yuki panik. "Tidak masuk?" tanya seseorang di dalam lift, yang adalah Cristopher. "Si-silakan anda duluan, Pak CEO. Saya menunggu lift selanjutnya saja," jawab Yuki yang langsung menundukkan kepala menghindari tatapan Cristopher. "Masuklah," pinta Cristopher menatap Yuki. Yuki terdiam dan tetap menunduk. Cristopher yang melihat Yuki terdiam kembali meminta Yuki untuk masuk ke dalam lift. "Pilih salah satu, masuk sendiri atau mau saya tarik masuk?" tanya Cristopher dengan nada suara dingin. Yuki terkejut, "ya? sa-saya masuk sendiri," jawab Yuki. Yuki berjalan masuk ke dalam lift. Dia berdiri di belakang Cristopher menempel dinding lift. Tak beberapa lama pintu lift langsung tertutup dan lift mulai berjalan naik. "Kenapa juga dia maksa aku masuk? Mana suaranya ngeri gitu," batin Yuki semakin panik. Suasana hening, sampai lift berhenti di lantai tujuan Yuki. Pintu lift terbuka dan Yuki langsung bersiap keluar dari lift, tetapi tangan Yuki ditahan oleh Cristopher. "Nona bar, bisa luangkan waktu sebentar?" tanya Cristopher yang akhirnya mengetahui jika Yuki adalah perempuan di bar yang mengganggunya dan mengacaukan pikirannya akhir-kahir ini. Deg! Jantung Yuki berdetak kencang saat Cristopher memanggilnya Nona bar. Itu berarti Cristopher tahu siapa dirinya. "Dia sudah tahu? Kapan dia tahu?" tanya Yuki dalam hati. Yuki menatap Cristopher, "ya? anda bicara pada saya?" tanya Yuki yang masih berpura-pura tak mengerti ucapan Cristopher. Cristopher menutup pintu lift, dan lift berjalan naik ke lantai selanjutnya. Pintu lift terbuka, Cristopher menarik tangan Yuki keluar dari lift dan masuk dalam ruangannya. Cristopher melepas tangan Yuki, "kenapa kamu menghindari saya, Nona Bar? Bukankah kemarin kamu menundukkan kepala karena tak mau ketahuan?" tanyanya menatap Yuki. "Saya tidak mengerti maksud anda," jawab Yuki memalingkan pandangan dari Cristopher. Cristopher tersenyum, lalu memijat pelipisnya pelan. Terlihat jelas kalau Cristopher sudah mulai kesal karena Yuki masih terus berpura-pura tak mengenalnya. Tidak punya pilihan lain, Cristopher mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan menunjukkan sesuatu pada Yuki. "Lihat ini," kata Cristopher. Yuki melihat rekaman CCTV yang memperlihatkan Yuki pergi dari kamar dengan terburu-buru keesokan harinya setelah malamnya bercumbu mesra dengan Cristopher. "Berakhir sudah. Aku nggak bisa ngelak lagi kalau kayak gini," batin Yuki. Yuki memegang tangan Cristopher, "maafkan saya, Pak. Sungguh, saya minta maaf. Saya mengakui kesalahan saya," ucap Yuki yang akhirnya mengakui hal bodoh yang dilakukannya. "Mengaku salah di bagian mananya? Bagian kamu merayu saya, kamu melarikan diri begitu saja setelah menggoda saya, atau kamu yang memberi saya tips seolah saya ini gigolo?" tanya Cristopher memojokkan Yuki. "Se-semuanya, Pak. Saya mengakui semuanya. Sejujurnya saat bangun saya bingung juga kaget makanya saya melarikan diri. Soal uang, saya kira hanya sebagai biaya ganti rugi karena sudah melakukan hal bodoh pada anda. Maafkan saya," jelas Yuki yang menyesali perbuatannya. "Terus apa alasan kamu menghindari saya sebenarnya?" tanya Cristopher serius. "Karena saya takut sekaligus malu," jawab Yuki jujur. "Kalau saya nggak lihat data semua karyawan, saya nggak akan pernah tahu kalau perempuan yang saya cari-cari sampai kepala saya pusing ada di perusahaan ini. Pantes aja saat saya lihat kamu saya ngerasa nggak asing. Kamu sudah membuat banyak kesalahan, Nona bar. Jadi, bagaimana kamu akan bertanggung jawab? Cristopher menatap Yuki dengan tatapan mata tajam seolah menusuk. "A-apa yang harus saya lakukan, Pak? Saya akan melakukan semuanya jika itu bisa membuat amarah anda mereda," jawab Yuki serius. "Saya nggak percaya ucapanmu," jawab Cristopher yang berjalan menuju mejanya. Cristopher meletakkan ponselnya di meja dan melapas jasnya, lalu menggantungnya. "Kenapa? Bagian mana dari ucapan saya yang nggak bisa dipercaya?" tanya Yuki berjalan mendekati Cristopher. Cristopher menatap Yuki, "siapa yang akan percaya ucapan seseorang yang nggak bertanggung jawab. Setelah datang tak diundang, merayu saya, menggoda saya dan setelah mendapatkan semuanya kamu pergi hanya dengan meninggalkan catatan dan uang." "Saya kan sudah ngaku kalau salah. Memang benar saya pergi dan nggak bertanggung jawab. Bukan berarti saya nggak bisa dipercaya," kata Yuki tak terima dengan perkataan Cristopher. "Tunggu, sejak tadi bapak terus bilang bertanggung jawab, bertanggung jawab, memangnya apa yang perlu di pertanggung jawabkan oleh saya? Kita kan melakukannya karena kedua pihak setuju," tanya Yuki menatap Cristopher dengan tatapan mata penuh kecurigaan. "Itukan yang pertama buat saya," jawab Cristopher. "Itu juga yang pertama buat saya," sahut Yuki. "Saya tahu itu," sahut Cristopher. "Lalu? Kenapa anda meminta saya bertanggung jawab? Saya saja tidak meminta bapak untuk bertanggung jawab," Yuki penasaran dengan alasan Cristopher. "Kalau kamu minta saya akan bertanggung jawab kok. Kan kamunya aja yang langsung pergi," jawab Cristopher. "Ya? barusan anda bilang apa?" tanya Yuki kaget. "Apa sih. Kenapa dia ngomong sesuatu hal yang bikin kepikiran? Dasar nggak jelas," batin Yuki. Cristopher mendekati Yuki, "saya bilang. Saya akan bertanggung jawab kalau kamu memintanya. Sayangnya kamu nggak minta dan malah pergi. Jadi, saya aja yang minta kamu tanggung jawab." "Pak, bisa nggak bapak lupain aja kejadian itu? Begini, itu ... saat itu saya mabuk dan melakukan hal bodoh yang saya pikirkan karena sedang marah pada seseorang. Kita kan melakukannya atas kemauan bersama. Toh kita nggak saling kenal. Jadi, anggap saja itu semacam one night stand. Saya nggak akan minta bapak bertanggung jawab," Yuki ingin hubungan malam panas diantara dia dan Cristopher dilupakan saja demi kenyamanan bersama. "Dengan gini dia pasti ngerti kan? Aku sudah tegas bilang nggak butuh dia tanggung jawab. Bukannya dia harusnya seneng nggak perlu repot tanggung jawab?" batin Yuki. "Saya nggak mau," tolak Cristopher. Yuki terkejut, "ke-kenapa tidak?" tanyanya. "Saya berani berbuat saya juga harus berani bertanggung jawab. Saya bukan laki-laki yang nggak tahu malu yang cuma mencicipi dan pergi gitu aja," jelas Cristopher serius. "Kalau perempuan itu bukan saya, apakah bapak akan seperti ini?" tanya Yuki ingin tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Cristopher. "Tidak. Saya bukan laki-laki yang akan tidur dengan sembarang perempuan. Saya melakukannya karena itu kamu," jawab Cristopher. "Maksud anda? Anda tertarik dengan saya?" tanya Yuki memastikan apa yang dipikirkannya. "Ya," jawab singkat Cristopher. Yuki terdiam tak bisa berkata-kata. Dia tak menyangka kalau Cristopher akan berterus terang dan jujur mengakui perasaannya. "Aduh, kepalaku langsung pusing. Kenapa jadi gini sih?" batin Yuki. "Saya menghargai pemikiran bapak yang ingin bertanggung jawab. Namun, saya tidak ingin terlibat hubungan apapun dengan bapak kecuali hubungan kerja karena bagaimanapun anda adalah atasan saya. Saya harap anda mengerti dan bisa memahami keputusan saya. Saya masih harus bekerja, Pak. Permisi," Setelah mengutarakan isi pikirannya, Yuki langsung berpamitan dan pergi meninggalkan Cristopher sendiri dalam ruangan. Cristopher hanya diam menatap kepergian Yuki, lalu tersenyum tipis.Yuki duduk di kursinya dan memikirkan apa yang baru saja terjadi antara dia dan Cristopher. Sebenarnya dia tidak bermaksud bicara kasar pada Cristopher, tetapi dia tidak punya pilihan lain selain menarik garis tegas. Dia tidak ingin asal berhubungan dengan laki-laki dan hatinya pun masih belum siap usai dikhianati kekasih dan temannya."Apa kata-kataku keterlaluan? Dia pasti marah," gumam Yuki.Yuki menggelengkan kepalanya cepat, "sudahlah. Mau dia marah atau enggak aku nggak peduli. Kalau misal marah terus aku dipecat ya terima aja," batin Yuki.Yuki mencoba melupakan sesaat apa yang terjadi dan mulai fokus bekerja. Beberapa menit kemudian, satu per satu rekan kerja lain mulai berdatangan. Sampai saat Luna datang dengan membawa hadiah untuk semua rekan satu divisinya. Membuat seluruh ruangan heboh."Semuanya, aku bawakan kalian hadiah. Mohon diterima ya," kata Luna dengan tersenyum cantik.Seorang menerima pemberian Luna, "wah, apa ini?""Makasih, Luna.""Wow, bagus sekali. Makasih,
Yuki memergoki kekasihnya berselingkuh dengan teman yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Pertengkaran tak terhindarkan. Yuki yang kesal langsung menarik rambut teman perempuan yang bermain gila dengan kekasihnya."Dasar perempuan murahan! Beraninya kamu menggoda kekasih temanmu sendiri," kata Yuki mencengkram kuat rambut temannya.Teman perempuan Yuki berteriak meminta tolong pada kekasihnya yang juga kekasih Yuki sembari menangis."Dion," panggilnya.Dion segera menolong. Dia mencengkram pergelangan tangan Yuki kuat-kuat."Lepaskan tanganmu, Yuki!" sentak Dion.Dion berusaha melepaskan cengkraman tangan Yuki dan akhirnya berhasil. Dion yang kesal langsung mendodong tubuh Yuki hingga tersungkur ke lantai."Kamu nggak apa-apa, Luna? Mana yang sakit?" tanya Dion khawatir. Mengusap kepala Luna, kekasih gelapnya."Aku baik-baik aja," jawab Luna memeluk Dion.Dion menatap Yuki tajam, "berani sekali kamu ngelakuin ini, Yuki. Bagaimana kalau Luna terluka? Aku nggak akan pernah memaa
Keesokan paginya, Yuki terbangun dari tidurnya dan mendapati seseorang memeluknya dari belakang. Mata Yuki melebar saat melihat tangan kekar yang melingkari perutnya. "I-ini tangan siapa?" batinnya kebingungan.Dengan hati-hati Yuki memindahkan tangan laki-laki asing yang memeluknya dan dia segera bangun dari tempat tidur.Penasaran dengan siapa orang yang menghabiskan malam dengannya, Yuki memalingkan pandangan dan melihat seorang laki-laki tertidur pulas tanpa mengenakan pakaian."Si-siapa dia? Aku gak kenal dia. Aku tidur dengan siapa?" batin Yuki mulai panik.Yuki mencoba mengingat apa yang terjadi padanya dan hanya ingat beberapa hal saja. Begitu ingat jika dia sudah melakukan kesalahan besar Yuki langsung terkejut dan membekap mulutnya sendiri."Gila, gila, gila! Kamu beneran udah gila, Yuki. Gimana bisa kamu melakukan ini dengan laki-laki yang bahkan nggak kamu kenal. Sial! Aku bakal kena masalah kalau kayak gini," batin Yuki semakin panik.Yuki terdiam sesaat untuk menjernih
1 minggu kemudian ...Rumor tentang Yuki yang dibuat oleh Luna menghilang tanpa jejak, tetapi muncul rumor baru dan masih disangkut pautkan dengan Yuki. Beredar rumor jika Yuki sebenarnya dicampakkan oleh Dion, dan karena tak terima, Yuki yang marah menyerang Dion dan Luna secara brutal.Amelia yang mendengar rumor itu langsung memasang badan untuk teman baiknya. Dia menyanggah rumor dan meminta semua orang untuk berhati-hati dalam berbicara dan tidak menyebar berita palsu."Dasar orang-orang gila," gerutu Amelia.Yuki tersenyum, "Sudahlah, Mel. Kenapa juga kamu meladeni mereka. Meski kamu jelasin sampai mulutmu berbuih, kalau mereka nggak mau percaya ya percuma. Mereka pasti hanya akan percaya ucapan orang yang ingin mereka percayai. Semakin kamu tanggepin, mereka semakin menjadi.""Benar sih, tapi aku greget aja gitu. Pengen rasanya ku lakban mulut mereka semua," sahut Amelia gemas sekaligus geram."Oh ya, aku dengar atasan baru kita mau datang ya? Bener nggak sih?" tanya Yuki meng
Yuki duduk di kursinya dan memikirkan apa yang baru saja terjadi antara dia dan Cristopher. Sebenarnya dia tidak bermaksud bicara kasar pada Cristopher, tetapi dia tidak punya pilihan lain selain menarik garis tegas. Dia tidak ingin asal berhubungan dengan laki-laki dan hatinya pun masih belum siap usai dikhianati kekasih dan temannya."Apa kata-kataku keterlaluan? Dia pasti marah," gumam Yuki.Yuki menggelengkan kepalanya cepat, "sudahlah. Mau dia marah atau enggak aku nggak peduli. Kalau misal marah terus aku dipecat ya terima aja," batin Yuki.Yuki mencoba melupakan sesaat apa yang terjadi dan mulai fokus bekerja. Beberapa menit kemudian, satu per satu rekan kerja lain mulai berdatangan. Sampai saat Luna datang dengan membawa hadiah untuk semua rekan satu divisinya. Membuat seluruh ruangan heboh."Semuanya, aku bawakan kalian hadiah. Mohon diterima ya," kata Luna dengan tersenyum cantik.Seorang menerima pemberian Luna, "wah, apa ini?""Makasih, Luna.""Wow, bagus sekali. Makasih,
Keesokan harinya ...Yuki berangkat pagi-pagi sekali dengan wajah kusam karena semalaman tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran tentang kejadian bodoh yang diperbuatnya pada Bosnya.Yuki melihat pintu lift mulai tertutup, sementara dia berada tak jauh. Dengan cepat Yuki berlari menuju lift."Tunggu," ucap Yuki meminta orang di dalam lift menahan pintu untuknya. Yuki sampai di depan lift, tapi pintu lift sudah tertutup. Namun, sesaat kemudian pintu lift terbuka dan Yuki melihat seseorang yang tak ingin ditemuinya berada di dalam lift.Mata Yuki melebar, "Dia ... ah, sial sekali. kenapa aku malah ketemu sama dia? Aku nggak boleh ketahuan," batin Yuki panik."Tidak masuk?" tanya seseorang di dalam lift, yang adalah Cristopher."Si-silakan anda duluan, Pak CEO. Saya menunggu lift selanjutnya saja," jawab Yuki yang langsung menundukkan kepala menghindari tatapan Cristopher."Masuklah," pinta Cristopher menatap Yuki.Yuki terdiam dan tetap menunduk. Cristopher yang melihat Yuki terdiam kem
1 minggu kemudian ...Rumor tentang Yuki yang dibuat oleh Luna menghilang tanpa jejak, tetapi muncul rumor baru dan masih disangkut pautkan dengan Yuki. Beredar rumor jika Yuki sebenarnya dicampakkan oleh Dion, dan karena tak terima, Yuki yang marah menyerang Dion dan Luna secara brutal.Amelia yang mendengar rumor itu langsung memasang badan untuk teman baiknya. Dia menyanggah rumor dan meminta semua orang untuk berhati-hati dalam berbicara dan tidak menyebar berita palsu."Dasar orang-orang gila," gerutu Amelia.Yuki tersenyum, "Sudahlah, Mel. Kenapa juga kamu meladeni mereka. Meski kamu jelasin sampai mulutmu berbuih, kalau mereka nggak mau percaya ya percuma. Mereka pasti hanya akan percaya ucapan orang yang ingin mereka percayai. Semakin kamu tanggepin, mereka semakin menjadi.""Benar sih, tapi aku greget aja gitu. Pengen rasanya ku lakban mulut mereka semua," sahut Amelia gemas sekaligus geram."Oh ya, aku dengar atasan baru kita mau datang ya? Bener nggak sih?" tanya Yuki meng
Keesokan paginya, Yuki terbangun dari tidurnya dan mendapati seseorang memeluknya dari belakang. Mata Yuki melebar saat melihat tangan kekar yang melingkari perutnya. "I-ini tangan siapa?" batinnya kebingungan.Dengan hati-hati Yuki memindahkan tangan laki-laki asing yang memeluknya dan dia segera bangun dari tempat tidur.Penasaran dengan siapa orang yang menghabiskan malam dengannya, Yuki memalingkan pandangan dan melihat seorang laki-laki tertidur pulas tanpa mengenakan pakaian."Si-siapa dia? Aku gak kenal dia. Aku tidur dengan siapa?" batin Yuki mulai panik.Yuki mencoba mengingat apa yang terjadi padanya dan hanya ingat beberapa hal saja. Begitu ingat jika dia sudah melakukan kesalahan besar Yuki langsung terkejut dan membekap mulutnya sendiri."Gila, gila, gila! Kamu beneran udah gila, Yuki. Gimana bisa kamu melakukan ini dengan laki-laki yang bahkan nggak kamu kenal. Sial! Aku bakal kena masalah kalau kayak gini," batin Yuki semakin panik.Yuki terdiam sesaat untuk menjernih
Yuki memergoki kekasihnya berselingkuh dengan teman yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Pertengkaran tak terhindarkan. Yuki yang kesal langsung menarik rambut teman perempuan yang bermain gila dengan kekasihnya."Dasar perempuan murahan! Beraninya kamu menggoda kekasih temanmu sendiri," kata Yuki mencengkram kuat rambut temannya.Teman perempuan Yuki berteriak meminta tolong pada kekasihnya yang juga kekasih Yuki sembari menangis."Dion," panggilnya.Dion segera menolong. Dia mencengkram pergelangan tangan Yuki kuat-kuat."Lepaskan tanganmu, Yuki!" sentak Dion.Dion berusaha melepaskan cengkraman tangan Yuki dan akhirnya berhasil. Dion yang kesal langsung mendodong tubuh Yuki hingga tersungkur ke lantai."Kamu nggak apa-apa, Luna? Mana yang sakit?" tanya Dion khawatir. Mengusap kepala Luna, kekasih gelapnya."Aku baik-baik aja," jawab Luna memeluk Dion.Dion menatap Yuki tajam, "berani sekali kamu ngelakuin ini, Yuki. Bagaimana kalau Luna terluka? Aku nggak akan pernah memaa