Malam hari sebelum kejadian, Dion ternyata lebih dulu menghubungi Yuki. Merasa khawatir pada keadaan Dion, Yuki lantas menyusul Dion setelah tahu di mana Dion berada. Saat Yuki ingin membantu Dion yang sedang mabuk berat, tiba-tiba saja Luna muncul dan langsung membantu Dion. Yuki lantas mengurungkan niatnya dan memilih untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Yuki merasa sedih. Air matanya menetes begitu saja membasahi kedua pipinya. Aneh memang, kenapa dia harus menangisi laki-laki yang mengkhianatinya? Namun, Yuki tak bisa menepis jika Dion adalah sosok yang amat disayanginya. Yuki menyeka air matanya, "Kamu nggak boleh lemah, Yuki. Beginilah hidup. Nggak semua berjalan sesuai keinginanmu," batinnya. Sesampainya di rumah, Yuki segera meringkas dan memilah semua barang pemberian Dion. Memasukkannya ke dalam kotak besar. Ada beberapa boneka, pakaian, sepatu, bahkan jam tangan pasangan. Ada juga cincin yang Dion berikan sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu. Tak hanya itu,
Saat Dion ingin pergi meninggalkan Luna, Luna mengatakan sesuatu yang membuat Dion mengurungkan niatnya untuk pergi.Luna manatap punggung Dion yang membelakanginya, "Nggak cuma kamu yang bisa ngancam, Dion."Dion memegang gagang pintu darurat, "aku nggak peduli ucapanmu," ucap Dion tanpa memalingkan pandangan.Luna tersenyum masam, "wah, kamu sungguh nggak peduli? Meski itu adalah aibmu?" tanya Luna."Apapun itu aku udah bilang aku nggak peduli. Jangan ganggu aku, aku sibuk. Tunggu aku hubungi aja," kata Dion masih tidak mau peduli perkataan Luna."Ok, kita lihat aja. Sampai mana kamu bisa keras kepala dengan ketidakpedulianmu, setelah aku menyebar video kita semalam. Atau aku perlu mempostingnya di grup chat kantor?" Luna mulai menunjukkan taringnya untuk menggigit Dion.Dion berbalik menatap Luna, "apa maksudmu, Luna?" tanyanya dengan raut wajah tak senang.Luna tersenyum, "kenapa? Kamu takut?" ucap Luna merasa puas melihat wajah tidak senang Dion."Video apa yang kamu bicarakan?"
Seminggu telah berlalu, dan minggu berikutnya datang. Dalam seminggu, sudah banyak makanan, minuman, makanan penutup atau snack yang diterima Yuki dari Cristopher. Namun, semuanya diberikan Yuki pada Amelia dengan berbagai macam alasan. Tentu saja Amelia yang awalnya biasa saja akhirnya menaruh rasa curiga dan penasaran akan berbagai macam makanan yang selama ini diterimanya.Amelia menggeser kursinya mendekati Yuki yang sedang duduk menatap layar komputer."Yuki," panggil Amelia."Hm," jawab Yuki."Aku tuh penasaran, tapi ya nggak enak juga mau tanya. Gimana ya?" kata Amelia ragu-ragu."Apa sih? Tanya ya tanya aja, biar nggak penasaran. Kalau enggak ya enggak. Nggak usah bingung dong," sahut Yuki tanpa tahu apa maksud Amelia."Gitu ya, ya udah kalau gitu aku mau tanya nih ... sebenarnya makanan yang kamu kasih ke aku kamu beli atau kamu dapat dari orang? Jawab jujur," tanya Amelia tiba-tiba.Yuki langsung terdiam mendengar pertanyaan Amelia. Namun, dia masih belum bisa mengatakan yan
Yuki kembali ke kantor untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Karena saat pulang Yuki terburu-buru, dia lupa memasukkan ponsel ke dalam tas, dan hanya memasukkan ponsel ke dalam laci meja kerjanya.Di ambilnya ponsel dari dalam laci, lalu dimasukkannya ke dalam tas. Yuki segera pergi meninggalkan ruangan.Dia menunggu lift turun, beberapa saat kemudian pintu lift terbuka dan Yuki melihat ada di Cristopher di dalam lift. Cristopher sendiri terkejut melihat Yuki masih berada di kantor, padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 malam."Masuklah," pinta Cristopher."Silakan Pak CEO turun lebih dulu," jawab Yuki. Pintu lift tertutup, dan lift berjalan turun. Yuki seketika menghela napas lega."Wah, bisa-bisanya kita ketamu disaat yang nggak tepat. Untung aja aku minta dia duluan turun," batin Yuki.Yuki melihat lift mulai berjalan naik dari lantai dasar ke lantai tempatnya berada. Begitu lift berhenti dan pintu terbuka, betapa terkejutnya Yuki melihat Cristopher yang masih ada di dalam li
Yuki berbaring memeluk boneka, dia memikirkan kembali perkataan Cristopher. "Dari mana dia tahu? Apa dia menyelidiki semuaya diam-diam? Kenapa dia melakukannya?" gumam Yuki menatap langit-langit kamarnya.Yuki menggelengkan kepala perlahan, "apa sih, kenapa juga aku kepikiran? tapi aneh aja gitu, kok dia mesti repot cari tahu, padahal kita kan cuma pasangan semalam. Apa dia beneran punya perasaan ke aku? Ah, nggak mungkin. Mana ada baru ketemu, lihat sekali langsung jatuh cinta. Masa iya dia jatuh cinta sama perempuan gak jelas yang ngajakin tidur bareng. Kalau iya namanya sih dia udah gila. Aku juga udah gila," batin Yuki.Semakin dipikirkan semakin aneh dan semakin membuat Yuki penasaran. Dia ingin bertanya, tetapi ragu. Bisa saja yang dipikirkannya tidak benar dan nantinya malah membuat salah paham.Malam semakin larut, tapi mata Yuki tak juga terpejam. Dia sudah berkali-kali mengubah posisi tidur bahkan sampai berguling. Namun, matanya tak juga mau terpejam. Malah yang ada matany
Dengan alasan mencari berkas ke gudang yang terletak di lantai yang sama dengan ruangan CEO, Yuki berpamitan pergi pada Amelia sepuluh menit sebelum memasuki waktu istirahat makan siang. Yuki meminta Amelia untuk tidak menunggunya dan makan siang lebih dulu. Amelia mengiakan permintaan Yuki, meminta Yuki tidak terlalu lama di gudang sehingga tidak melewatkan waktu makan siang.Kesempatan itu digunakan Yuki untuk diam-diam menemui Cristopher di ruangannya. Sebelum masuk ke ruang CEO, Yuki lebih dulu bertemu Thomas dan meminta izin masuk."Halo, Pak," sapa Yuki."Halo, Nona Yuki. Apa ada yang perlu dibantu?" tanya Thomas."Maaf tiba-tiba datang. apakah pak CEO berada dalam ruangan? Bolehkah saya bertemu sebentar? Ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan pada beliau," tanya Yuki usai menyapa Thomas. Dia meminta izin pada Thomas bertemu Cristopher.Thomas bangun dari posisi duduk, "oh, begitu. Pak CEO ada di dalam. Sebentar ya, saya sampaikan dulu kedatangamu pada beliau," kata Thomas.T
Yuki duduk diam menatap layar komputernya. Pikirannya dipenuhi dengan Cristopher yang membuatnya kesal.Dahi Yuki berkernyit, "Bisa-bisanya dia kayak gitu. Nyebelin banget," gumam Yuki."Astaga, kepalaku mau meledak. Bisa-bisanya dia pinter ngomong. Cocoknya dia jadi juru bicara nggak sih. Muka sama sifatnya beda banget. Kenapa sih dia harus jadi Bosku di kantor? Kebetulan macam apa ini ya Tuhan?" batin Yuki mengeluh.Yuki memendamkan wajahnya di atas meja, "Apa aku berhenti kerja aja terus buka usaha ya? Eh, tapi usaha apa? Aku bahkan nggak punya rencana atau kepikiran mau buat usaha. Hais ... bener-bener deh, keluhnya lagi."Beberapa kali Yuki membenturkan kepalanya ke meja. Sampai ditegur Amelia."Yuki, kamu ngapain benturin kepalamu ke meja?" tanya Amelia yang baru saja datang.Yuki memalingkan pandangan menatap Amelia, "Ada rekomendasi usaha nggak? Usaha apa gitu," tanyanya tiba-tiba.Amelia mengerutkan dahi, "usaha? Kamu mau buka usaha?" tanyanya."Ya, kalau terpaksa. Enaknya us
Sejujurnya Cristopher merasa sedikit tidak nyaman menceritakan semuanya kepada Thomas, tetapi dia juga tak bisa merahasiakannya lebih lama lagi. Melihat Thomas yang terdiam, membuat Cristopher berpikir yang tidak-tidak."Kenapa dia diam saja?" batin Cristopher."Apa kamu sedang mengejekku sekarang?" tanya Cristopher menatap Thomas."Mana mungkin, Pak. Saya tidak akan pernah melakukannya," jawab Thomas."Cerita kayak gini ... aku sebenarnya ngerasa nggak enak buat cerita ke kamu, Tom. Rasanya aneh aja gitu," kata Cristopher mengungkapkan perasaannya."Bapak nggak perlu khawatir. Saya tahu apa yang bapak pikrikan. Tenang saja, saya janji akan jaga mulut. Toh saya tidak punya waktu luang menganggur karena sibuk dengan pekerjaan," kata Thomas dengan sangat yakin."Tom, aku ada satu pertanyaan lagi. Jawab dengan jujur ya," kata Cristopher.Thomas menganggukkan kepala, "Ya, silakan bicara, Pak.""Misalnya kamu dapat peringatan dari seseorang. Contohnya kamu biasanya suka kasih seseorang itu
Dion sedang duduk termenung di ruang tamu rumahnya. Dia berpikir tentang apa yang harus dilakukannya dengan Luna yang terus membuatnya sakit kepala. Mamanya yang baru keluar kamar melihat dan langsung bertanya apa hal yang terjadi pada putranya?"Ada apa?" tanya mama Dion duduk di samping Dion. "Mama nggak tidur?" tanya balik Dion, tanpa menjawab pertanyaan dari mamanya. "Mama mau ambil minum, waktu keluar kamar lihat kamu diam melamun. Makanya mama datang dan tanya, kamu kenapa?" jawab mama Dion menjelaskan."Aku nggak apa-apa kok Ma. Mama bisa ninggalin aku sendiri," jawab Dion. Dion dan Mamanya saling Diam. Sampai saat Mama Dion memulai pembicaraan lagi."Mama mau dengar ceritamu. Apa nggak boleh? kamu udah lama nggak cerita-cerita sama mama," pinta Lusiana, Mama Dion."Aku pusing, Ma ... " jawab Dion. "Ya sudah. Kamu cerita sama mama. Ada apa?" tanya Lusiana penasaran. Apa yang membuat anaknya begitu khawatir dan murung. "Aku lagi ada masalah. Mama tau 'kan alasan aku putus
Saat antri di kasir, Yuki dan Cristopher asik mengobrol. Keduanya bicara dengan berbisik."Pak, dasinya nggak dilonggarin aja? Kan udah nggak di kantor. Mau saya bantu longgarin nggak?" bisik Yuki bertanya."Boleh aja. Tolong ya," bisik Cristopher.Cristopher segera membungkukkan badan dan menundukkan kepala agar Yuki tak perlu berjinjit untuk melonggarkan dasi dan melepas kancing kemejanya. Yuki segera melonggarkan dasi dan melepas kancing kemeja Cistopher. Keduanya sempat bertatapan dan saling tersenyum satu sama lain."Sudah," bisik Yuki."Makasih ya," bisik Cristopher.Karena terlalu asik berbincang, Yuki dan Cristopher sampai di tegur seorang nenek yang sedang mengantri di belakang keduanya."Hei, kalian berdua. Kalian pengantin baru, ya? Mesra-mesranya dilanjut di rumah saja. Bisa tolong maju? Antrian di depan kalian sudah maju," kata si nenek.Yuki dan Cristopher tersentak kaget. Keduanya Saling memandang, lalu bersamaan menatap si nenek."Nenek bicara pada kami?" tanya Yuki.
Yuki dan Cristopher sampai di Giant Market. Supermarket besar super lengkap langganan Yuki."Sering ke sini?" tanya Cristopher.Yuki menganggukkan kepala, "ya, nggak sering juga. Biasa mampir sebulan satu sampai dua kali buat beli kebutuhan harian. Karena menurut saya disini barangnya super lengkap dan lumayan murah. Cocoklah untuk kaum mendang-mending kayak saya," jawabnya.Cristopher menganggukkan kepala, "hm, gitu."Saat Yuki ingin mengambil troli, dia sudah keduluan Cristopher."Aku yang dorong trolinya. Kamu yang pilih-pilih," kata Ceistopher."Ok," jawab Yuki tersenyum senang.Yuki berjalan berkeliling diikuti Cristopher. Diam-diam mata Cristopher menyelisik sekitaran untuk mengamati situasi dan pelayan dari Giant Market. "Silakan dicoba tasternya," kata seorang ibu-ibu pada Yuki dan Cristopher saat keduanya lewat.Yuki mengintip sekilas, "apa ini?" tanyanya."Silakan, Nona. Ini adalah ... produk terbaru dari kami. Ada dua varian rasa, original dan pedas.""Permisi ya," kata Yu
Yuki sengaja berlama-lama mengerjakan pekerjaannya. Saat semua teman-temanya sudah bersiap pulang, dia masih sibuk mengetik keyboard dan menatap layar komputer. Saat Amelia mengajak turun bersama, Yuki meminta Amelia pulang duluan karena masih ada sedikit pekerjaan yang akan dilakukannya."Loh, belum selesai? Kayaknya tadi santai-santai, aku kira udah selesai," kata Amelia yang baru selesai bersiap."Iya nih. Tadi ada salah ketik. Hehe ..." jawab Yuki beralasan."Mau aku tungguin, atau dibantu mungkin?" tanya Amelia.Yuki menggelengkan kepala, "e-enggak perlu. Aku kerjain sendiri aja. Kamu bisa pulang dulu," jawabnya tersenyum."Ok, aku duluan kalau gitu. Kamu cepet tuh selesaikan biar bisa pulang. Jangan pulang malam-malam," kata Amelia memperingatkan."Siap, Bu. Hati-hati dijalan ya," kata Yuki."Ya, kamu juga hati-hati pulangnya nanti. Aku pergi dulu. Dah ..." Amelia berpamitan melambaikan tangan pada Yuki."Dah," jawab Yuki. Membalas lambaian tangan Amelia.Amelia pergi setelah be
Suasana begitu hening. Papa dan anak hanya saling diam. Sampi sang Papa mulai angkat suara."Bagaimana kabarmu?" tanya Stevano.Cristopher menatap Stevano, "ada angin apa Papa tanya kabarku? Bersikaplah seperti yang biasa Papa lakukan. Nggak usah sok dekat atau sok perhatian," jawab Cristopher."Apa salahnya papa tanya kabarmu?" tanya Stevano."Nggak salah, tapi aneh. Aku dengernya aneh. Papa yang kukenal nggak pernah tuh tanya kabar," jawab Cristopher."Kamu masih nggak berubah ya," kata Stevano."Kenapa harus berubah? Yang membuatku seperti ini 'kan papa sendiri. Cuma papa di dunia ini yang tega membiarkan anaknya sendirian melawan kerasnya hidup di saat anak itu masih membutuhkan sosok Papa dalam hidupnya," sahut Cristopher.Stevano duduk bersandar menatap Cristopher, "Cris ... tahukah kamu? Papa juga dalam keadaan yang sulit setelah kehilangan mamamu. Mamamu itu segalanya buat papa. Mungkin sekarang kamu anggap ucapan papa ini lelucon. Papa yakin, kamu pasti akan merasakannya nant
Seorang laki-laki paruh baya sedang melihat sebuah dokumen dan sebuah foto. Disampingnya ada laki-laki sebaya yang merupakan sekretarisnya."Jadi maksudmu, Cris tinggal di apartemen perempuan ini?" tanya laki-laki paruh baya pada sekretarisnya. Menunjuk sebuah foto yang ada di atas meja dihadapannya."Ya, Pak. Informasi yang saya dapat tidak mungkin keliru karena sekretaris Tuan Muda sendiri yang memberitahu saya," jawab sekretaris."Anak yang nggak pernah membuka hati buat siapapun, tiba-tiba mau tinggal bersama perempuan. Apa pemikiranmu sama denganku?" tanya Stevano, yang adalah Papa dari Cristopher."Sepertinya begitu. Kata sekretarisnya, mereka sudah terlibat dalam sebuah hubungan semalam sebelum menjadi atasan dan bawahan di kantor," jawab Nicholas, Sekretaris Stevano."Hubungan semalam? Apa itu namanya, yang biasa dipakai anak zaman sekarang itu loh," kata Stevano berusaha mengingat."One night stand, Pak. Anak muda zaman sekarang menyingkatnya menjadi ONS," jawab Nicholas."Ya
Keduanya panjang lebar bercerita satu sama lain. Kini tidak ada lagi kesalahpahaman ataupun rahasia diantara mereka. "Saya kok jadi ngatuk ya," ucap Yuki."Nggak boleh tidur, nanti malah bangun kesiangan. Kita lari pagi aja yuk," Cristopher mengajak Yuki olah raga agar tidak mengantuk."Hm, saya malas lari. Gimana dong?" sahut Yuki malas."Nggak boleh males. Olahraga penting buat kesehatan," kata Cristopher."Iya deh iya. Saya ganti baju dulu kalau gitu," jawab Yuki.Yuki segera pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Dan tidak lama keluar setelah ganti pakaian."Bapak nggak ganti?" tanya Yuki menatap Cristooher."Ganti dong," jawab Cristopher.Cristopher segera masuk kamar Yuki dan mengambil pakaian gantinya di koper. Yuki melihat Cristopher hendak berganti pakaian dan segera menawari bantuan."Perlu saya bantu?" tawar Yuki."Nggak usah. Saya bisa sendiri kok, " jawab Cristopher.Yuki melihat Cristopher membuka baju, terlihat tubuh kekar berotot milik Cristopher. Perut seksi
"Apa sih yang dia pikirkan. Bisa-bisanya gitu dia mencium bibirku mana digigit, ish ... bikin malu aja," batin Yuki semakin malu.Yuki duduk di sofa dengan memegang erat gelas berisi Cokelat panas. Jantungnya masih berdegup kencang. Cristopher duduk di samping Yuki, "kenapa tiba-tiba pergi?" tanyanya."Nggak tau ah. Bapak nakal," jawab Yuki memalingkan pandangan dari Cristopher."Nakal? Oh, yang tadi? Saya kan cuma batuin ngelap bibirmu. Karena tangan saya di gips ya saya pakai bibir saya. Kenapa? Kamu nggak suka saya cium?" tanya Cristopher."Bukannya nggak suka. Saya tuh kaget. Tiba-tiba gitu bapak cium saya. Mana bapak gigit bibir saya," jawab Yuki."Kalau kamu kesal. Kamu boleh bales kok. Saya malah senang," kata Cristopher tersenyum tampan."Wah, nantangin nih orang. Aku gigit balik tau rasa ntar," batin Yuki."Bener nih saya boleh balas? Ntar saya gigit balik bapak jangan protes loh," sahut Yuki menatap Cristopher."Ayo sini," kata Cristopher mendekatkan wajahnya ke wajah Yuki.
Yuki tak bisa menolak permintaan Bossnya dan akhirnya tidur di sofa dengan Bossnya. "Ini sempit," keluh Yuki beralasan. Dia tidur membelakangi Cristopher."Jangan banyak beralasan dan cepat tidur. Besok kita masih harus bekerja," sahut Cristopher. "Saya kalau tidur suka guling-guling loh. Nanti bapak kalau kena tendang jangan marah. Kan bapak yang minta saya tidur di sini," kata Yuki."Hm, saya sudah tahu tingkahmu waktu tidur. Nggak usah dijelasin lagi," jawab Cristopher.Yuki mengerutkan dahi, "hah? Sudah tau kataya. Kapan?" batinnya bingung.Seketika Yuki ingat kejadian saat dia bertemu Cristopher pertama kali di bar."Jangan-jangan waktu itu ya? Mati aku," batinnya lagi. Yuki menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu."Apa waktu itu dia kena tendang? Atau dia kena siku? His ... bener-bener deh. Kenapa sih dia harus tau semua sisi burukku. Mau ditaruh mana mukaku ini?" batin Yuki merasa diri sendiri menyedihkan.Tiba-tiba Cristopher melingkarkan tangannya ke perut Yuki. Se