Yuki duduk diam menatap layar komputernya. Pikirannya dipenuhi dengan Cristopher yang membuatnya kesal.Dahi Yuki berkernyit, "Bisa-bisanya dia kayak gitu. Nyebelin banget," gumam Yuki."Astaga, kepalaku mau meledak. Bisa-bisanya dia pinter ngomong. Cocoknya dia jadi juru bicara nggak sih. Muka sama sifatnya beda banget. Kenapa sih dia harus jadi Bosku di kantor? Kebetulan macam apa ini ya Tuhan?" batin Yuki mengeluh.Yuki memendamkan wajahnya di atas meja, "Apa aku berhenti kerja aja terus buka usaha ya? Eh, tapi usaha apa? Aku bahkan nggak punya rencana atau kepikiran mau buat usaha. Hais ... bener-bener deh, keluhnya lagi."Beberapa kali Yuki membenturkan kepalanya ke meja. Sampai ditegur Amelia."Yuki, kamu ngapain benturin kepalamu ke meja?" tanya Amelia yang baru saja datang.Yuki memalingkan pandangan menatap Amelia, "Ada rekomendasi usaha nggak? Usaha apa gitu," tanyanya tiba-tiba.Amelia mengerutkan dahi, "usaha? Kamu mau buka usaha?" tanyanya."Ya, kalau terpaksa. Enaknya us
Sejujurnya Cristopher merasa sedikit tidak nyaman menceritakan semuanya kepada Thomas, tetapi dia juga tak bisa merahasiakannya lebih lama lagi. Melihat Thomas yang terdiam, membuat Cristopher berpikir yang tidak-tidak."Kenapa dia diam saja?" batin Cristopher."Apa kamu sedang mengejekku sekarang?" tanya Cristopher menatap Thomas."Mana mungkin, Pak. Saya tidak akan pernah melakukannya," jawab Thomas."Cerita kayak gini ... aku sebenarnya ngerasa nggak enak buat cerita ke kamu, Tom. Rasanya aneh aja gitu," kata Cristopher mengungkapkan perasaannya."Bapak nggak perlu khawatir. Saya tahu apa yang bapak pikrikan. Tenang saja, saya janji akan jaga mulut. Toh saya tidak punya waktu luang menganggur karena sibuk dengan pekerjaan," kata Thomas dengan sangat yakin."Tom, aku ada satu pertanyaan lagi. Jawab dengan jujur ya," kata Cristopher.Thomas menganggukkan kepala, "Ya, silakan bicara, Pak.""Misalnya kamu dapat peringatan dari seseorang. Contohnya kamu biasanya suka kasih seseorang itu
Di taman ...Yuki dan Amelia berjalan-jalan santai mengelilingi taman setelah makan malam. "Mel, gimana kalau bulan depan kita pergi ke panti asuhan? Kamu bisa nggak?" tanya Yuki pada Amelia."Bisa-bisa aja sih. Kamu serius mau jadi relawan? Kalau mau jadi relawan sih nggak usah jauh-jauh sampai ke plosok. Ikut mamaku aja," jawab Amelia bertanya sekaligus memberikan saran."Bukan jadi relawan, Mel. Aku ke sana mau nyumbang, sekalian mau lihat langsung kayak apa tempatnya. Sekalian cuci matalah," jawab Yuki menjelaskan."Oh, gitu. Gini aja, gimana kalau sabtu ini kamu ikut aku ke rumah mamaku? Kamu bisa nginep juga kok. Kita tanya mamaku aja baiknya gimana. Soalnya mamaku paling tahu begituan. Daripada nanti kamu nyumbang ke tempat yang gak tepat dan salah sasaran," kata Amelia. Lagi-lagi memberikan saran pada Yuki.Yuki menganggukkan kepala pelan, "hm, boleh juga. Nggak ada salahnya tanya sama lebih berpengalaman," jawab Yuki."Omong-omong, kamu mau nyumbang apa? Perlu sewa mobil box
Esok harinya. Pada saat semua orang dalam ruangan sibuk bekerja. Tiba-tiba ada seorang kurir datang mengantarkan buket bunga untuk Yuki. Perhatian semua orang langsung teralihkan. Mereka penasaran siapa orang yang mengirim buket bunga untuk Yuki.Yuki sendiri dibuat tercengang oleh kiriman buket itu. Dengan perasaan campur aduk, mau tidak mau Yuki menerimanya. Dia melihat ada sebuah catatan di dalam buket, dan disitu dia baru tau siapa orang yang mengirim buket bunga padanya."Dia lagi, dia lagi," batinnya tidak senang.Yuki meletakkan buket bunga di meja kosong yang ada dibelakangnya, lalu segera menyimpan catatan pengirim ke dalam tasnya agar identitas si pengirim tidak diketahui rekan kerjanya."Wow, cantik sekali. Dari siapa? Apa kamu punya pacar baru?" cecar Amelia ingin tahu."Nggak tau. Nggak kenal," jawab Yuki berbohong."Nggak kenal apa nggak kenal?" sindir Amelia yang tahu Yuki sedang berbohong."Ih, apa sih. Dibilang gak kenal ya gak kenal," jawab Yuki masih enggan memberit
Jam makan siang telah berakhir. Amelia dan Yuki kembali ke ruangan mereka untuk kembali bekerja.Begitu sampai di ruangan, suasana di ruagan tampak begitu ramai. Yuki tidak peduli dan tidak mau tahu, dia segera kembali ke mejanya. Sedangkan Amelia lebih memilih untuk melihat apa hal yang terjadi. Yang sampai membuat kehebohan satu ruangan.Ternyata Luna sedang memarekan bunga pemberian Dion pada rekan kerja yang lain. Terlihat Luna memeluk buket bunga mawar merah berukuran besar dan dikerununi rekan yang lain."Wah, bagus sekali.""Ya, tentu saja. Kan pacarku selalu ngasih yang terbaik," jawab Luna tersenyum."Boleh ku foto?""Aku juga mau foto.""Sabar, sabar. Satu-satu ya. Jangan berebut," ucap Luna dengan melirik ke arah Yuki yang sudah mulai sibuk bekerja."Apa dia nggak berniat melihat?" batin Luna."Aduh, buket bunganya besar dan berat. Karena nggak ada tempat juga aku taruh di meja aja. Kalian bisa ambil gambar sepuasnya," kata Luna.Karena di belakang meja kerja Luna tidak ada
Sepulang kerja, Yuki sengaja mampir ke ruangan Cristopher. Melihat ada Thomas yang sedang sibuk menatap layar komputer, Yuki menerka Cristopher pun ada di dalam ruangannya."Selamat sore, Pak Thomas," sapa Yuki dengan suara lembut.Thomas memalingkan pandangannya menatap Yuki, "oh, halo. Selamat sore juga, Nona Yuki. Ada apa kamu datang? Apa yang bisa saya bantu?" tanya Thomas usai menjawab salam Yuki."Begini ... apakah Pak Cristopher ada di dalam? Saya ingin bertemu dengan beliau," jawab Yuki ragu-ragu menyampaikan niatnya datang."Beliau ada di dalam. Sebentar ya, saya sambungkan ke telepon dulu," jawab Thomas. Yang langsung menganggat gagang telepon dan menghubungi Cristopher.Thomas memberitahu kedatangan Yuki pada Cristopher, dan Yuki diizinkan masuk.Thomas meletakkan gagang telepon ke tempatnya, "Masuklah. Pak Cris sudah mengizinkanmu masuk," katanya dengan suara lembut.Yuki menganggukkan kepala, "Terimakasih, Pak Thomas. Saya permisi masuk dulu," kata Yuki yang langsung perg
Sebelumnya ...Saat Cristopher sedang mencari udara segar di atap gedung perusahaannya, dia secara tidak sengaja menguping dengar pembicaraan tiga orang karyawannya yang membicarakan Luna dan Yuki."Eh, kamu tau nggak itu loh, anak divisi pemasaran, si Luna ... dia dikirimin buket bunga super besar dan mewah dari pacarnya.""Pacarnya si Dion anak divisi produksi bukan sih? Yang denger-denger mantan si Yuki apa ya? Ah, nggak tau lah. Pokoknya gitu.""Iya, iya. Aku denger kok. Katanya juga si Yuki lagi caper tuh. Biasa cari perhatian anak-anak divisinya gitu. Biar populer apa ya?""Rumor yang lagi rame bener nggak sih? Yang katanya Yuki tuh orang ketiga dihubungan Luna sama Dion? Aku tuh penasaran banget tau. Mau tanya orangnya langsung kan nggak mungkin.""Bukannya kebalikannya? Kalau dari yang aku denger. Katanya Si Luna itu pelakornya. Yuki sama Dion kan mau tunangan dan nggak tau kenapa Dionnya malah sama Luna. Kayaknya Dion selingkuh deh. Apa si Luna yang gatel. Nggak tau juga sih.
Sebelumnya ...Yuki baru saja keluar dari dalam lift. Dari kejauhan dia meliat Dion berlari terburu-buru keluar gedung kantor. Ponsel Yuki bergetar. Dia mendapat panggilan dari Amelia. Segera Yuki menerima panggilan teman baiknya itu."Halo," jawab Yuki."Yuki, kamu sudah sampai rumah?" "Belum. Aku masih di jalan. Ada apa?" tanya Yuki."Oh, gitu. Nggak apa sih. Cuma tannya. Omong-omong aku sudah bilang ke mamaku lewat telepon, aku bilang kalau kita mau dateng terus nginep sekalian mau tanya-tanya soal panti. Mamaku jawab iya. Sabtu nanti jadi, 'kan?""Ya, jadilah. Emang kenapa? Kamu ada acara?" tanya Yuki."Enggak juga sih. Aku ada acaranya hari minggu.""Hm, gitu. Ya, sudah kalau gitu. Aku tutup teleponnya dulu ya. Mau jalan pulang nih. Nanti sampai rumah aku chat," kata Yuki."Ok, hati-hati di jalan."Yuki memutus panggilan Amelia dan memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Kakinya kembali melangkah menuju pintu utama."Capek banget. Sampai rumah enaknya mandi terus langsung tidur aja,
Yuki baru masuk apartemen sepulang pergi bersama Amelia. Begitu masuk dia tak melihat Stevy ataupun Cristopher di manapun."Ke mana mereka?" batin Yuki.Dia melihat sekelili lagi untuk memastikan, tapi memang tidak melihat Stevy ataupun Cristopher.Buru-buru Yuki ke kamar mandi untuk cuci tangan dan kaki, lalu pergi ke kamarnya.Saat di kamar, Yuki kaget melihat Cristopher yang sedang tidur siang di temani Stevy yang tidur di kaki Cristopher.Yuki segera berganti pakaian dan naik ke tempat tidur. Dia tidur di samping Cristopher. Yuki mengubah posisi tidurnya menghadap Cristopher. Posisi Cristopher juga sedang menghadap Yuki. Yuki membelai rambut Cristopher, lalu tersenyum."Kalau punya wajah tampan, mau ngapain aja tetap tampan. Apa karena wajahnya ya, waktu di bar aku mengajaknya menghabiskan satu malam? Kalau bukan wajahnya lalu apa? Lagian orang kayak aku yang dilihat nomor satu sudah pasti tampangnya," batin Yuki.Tangan Yuki turun menyentuh hidung Cristopher, "hidungnya mancung
Amelia dan Yuki baru saja tiba di sebuah toko yang menjual perlengkapam make-up terlengkap di kota. Karena hari minggu, maka banyak pengunjung yang datang ke toko tersebut."Aku boleh nunggu di sini aja?" tanya Yuki. Malas berkeliling karena lelah."Oh, kamu mau duduk aja? Boleh aja kok. Kalau gitu aku keliling dulu, ya?" jawab Amelia.Setelah memastikan temannya duduk, Amelia bergegas pergi berkeliling. Mencari apa yang dia butuhkan.Yuki mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan dia melihat sebuah kartu juga ada di dalam tasnya, lalu mengambil kartu itu."Ini kartu siapa?" batinnya.Yuki langsung teringat ucapan Cristopher yang akan mentransfermya uang untuk belanja. Merasa tak yakin, Yuki segera memfoto kartu yang ditemukannya dan dikirimnya pada Cristopher.Yuki mengirim pesan pada Cristopher, "pak, ini kartu bapak, bukan? Kok ada di tas saya, ya?" "Ya. Itu milik saya. Sengaja saya masukan dalam tasmu. Pinnya 543876.""Ngapain bapak ngasih pin? Saya enggak belanja kok," balas Yuk
Saat Yuki dan Cristopher sedang asik memasak, tiba-tiba terdengar suara bel."Siapa yang datang? Biar aku buka," kata Cristopher.Cristopher ingin membuka pintu, tapi dicegah Yuki."Tunggu," ucap Yuki."Ya? Kenapa?" tanya Cristopher."Apa bapak janjian sama Pak Thomas, dan memintanya datang ke sini?" tanya Yuki memastikan.Cristopher menggelengkan kepala, "enggak, saya nggak pernah ganggu waktu libur karyawan saya kok. Biasanya kalau ada urusan mendesak saya paling chat atau telepon. Itupun jarang saya lakukan," jawabnya."Kalau gitu siapa?" gumam Yuki mengerutkan dahi."Makanya saya buka dulu biar kita tahu siapa. Mungkin tetangga atau siapa gitu," jawab Cristopher."Masa iya tetangga. Nggak mungkin ah. Selama saya tinggal di sini, tetangga nggak pernah bertamu kok," jawab Yuki.Bel pintu terus berbunyi, sampai tiba-tiba terdengar suara ketukan."Yuki, Yuki ... " panggil seseorang dari luar, yang adalah Amelia.Yuki dan Cristopher saling menatap kaget. "Itu 'kan teman kamu," kata Cr
Dipeluknya tubuh Yuki, lalu diciuminya leher sampai bahu Yuki.Cristopher menggigit, lalu menghidap lembut daun telinga Yuki."Ah, mmhh ... " erang Yuki tersentak. Dia tidak menduga Cristopher akan menggigit dan menghisap telinganya.Dikecupnya leher, dada, lalu digigitnya telinga sebelahnya dan dihisap lembut.Yuki memejamkan mata, menikamti setiap kecupan Cristopher. Bibirnya sedikit terbuka, membuat Cristopher tergoda untuk menciumnya. Diciumnya bibir Yuki dengan lembut.Sementara kedua bibir bergulat, tangan nakal Cristopher menyusup masuk ke dalam kaus yang Yuki kenakan. Diusapnya perut Yuki, sampai naik ke atas. Disentuhnya dada Yuki lembut."Ah ..." Tangan yang nakal itu kini mengusai dada Yuki. Dengan sengaja dada Yuki dipermainnkan agar Cristopher mendengar suara seksi desahan Yuki."Ahh ... mhh ...""Ahh ... paakk ...""Hm? Kenapa?" bisik Cristopher."Ahh ... hhh ... ja-jangan disentuh," pinta Yuki."Nggak boleh disentuh? Kalau dicium boleh nggak?" tanya Cristopher.Yuki me
Alfred dan Lily mengajak Cristopher dan Yuki makan malam di sebuah kedai makan sedeharan. Menurut Alfred, kedai masakan di kedai tersebut enak. Dan kebetulan Alfred dan Lily kenal baik pemilik kedai.Demi untuk menjamu tamu istimewa, Alfred memesan hidangan yang istimewa juga. Yuki terlihat senang, dia bisa makan mie pedas yang dirindukannya. Karena Cristopher tak bisa makan pedas, dia pesankan mie dengan kuah tidak pedas."Gimana? Enak, 'kan?" tanya Alfred."Enak sekali. Coba aja rumahku di sini. Udah pasti tiap mood turun langsung makan di sini," jawab Yuki."Kamu mau pindah tinggal di sini? Ada tuh rumah kosong yang dijual. Kebetulan pemiliknya sudah diajak tinggal bareng anaknya dan rumahnya dijual," jawab Alfred.Cristopher menatap Yuki, "memangnya kamu yakin betah? Ntar semimggu juga udah bosen," sahutnya.Yuki menatap Cristopher, "kayaknya itu bapak deh, bukan saya. Saya tinggal di mama aja ok kok," jawab Yuki.Alfred dan Lily memperhatikan kedua orang dihadapan mereka yang sed
Sebelumnya ...Karena keasikan bermain dan lupa waktu, tidak terasa Cristopher dan Yuki tinggal lebih lama dari perkiraan."Gimama ini, Pak? Udah mau malam," kata Yuki panik."Saya juga nggak tahu ini gimana. Kita keasikan main sih," jawab Cristopher."Kalian nggak nginep aja?" tawar Alfred.Yuki menatap Cristopher, keduanya saling bertatapan."Gimana? Mau nginep?" tanya Cristopher pada Yuki."Bapak sendiri gimana? Saya sih nggak masalah nginep. Toh besok hari minggu," jawab Yuki."Saya juga nggak masalah, tapi saya perlu telepon yang jaga Stevy dulu sekalian ngasih tahu Stevy kalau saya nggak bisa jemput dia. Kalau gitu kita nginep aja ya?" jawab Cristopher.Yuki menganggukkan kepala, "iya, Pak.""Jadi nginep? Kalau iya aku sama istriku siapin kamar dan keperluan kalian dulu. Oh ya, mau 1 kamar atau 2 kamar nih?" tanya Alfred."Dua," jawab Yuki."Satu," jawab Cristopher.Dan mereka menjawab di waktu yang bersamaan.Alfred dan Lily saling memandang penuh rasa heran."Aduh, kok. Jawaba
Nicholas berjalan mendampingi Thomas menuju ruang khusus yang sudah dipesan Stevano. "Pak, apa sungguh nggaka akan terjadi apa-apa?" tanya Thomas pada Nicholas."Apa maksudmu? Ini hanya makan malam dan Pak Ketua cuma ingin mengobrol santai denganmu," jawab Nicholas.Thomas terdiam, "apa sungguh nggak apa-apa? Kok aku merinding?" batinnya khawatir.Nicholas menghentikan langkah kakinya, "jawab aja sebisamu. Apa yang kamu tahu apa adanya. Tanpa mengurangi atau menambahi. Beliau nggak suka orang yang banyak omong jadi kalau bisa jawabanmu sesuaikan pertanyaan beliau," ucapnya. Memberikan saran untuk Thomas."Oh, kalau seperti itu sama kayak ngadepin Pak Cris dong. Jadi nggak akan ada masalah," batin Thomas."Saya mengerti," jawab Thomas."Bagus. Ayo, nggak baik membiarkan atasan menunggu," kata Nicholas.Keduanya kembai berjalan dan tidak beberapa lama sampai."Tunggu dulu di sini. Aku akan kasih tau kedatanganmu ke beliau," kata Nicholas."Ya," jawab Thomas.Nicholas masuk dalam ruanga
"Jangan bahas apapun tentang Giant Grup. Mengerti?" tulis Cristopher cepat-cepat, lalu mengirimnya pada Alfred.Ponsel alfred berdering, Cristopher dan Alfred saling bertatapan. Dengan cepat Cristopher memberi isyarat agar Alfred segera membaca pesannya. Untungnya Alfred peka dan lansung tau maksufd Cristopher."Maaf ya, sebentar. Ada pesan mendesak yang harus saya baca," kata Alfred.Alfred membaca pesan Cristopher, lalu meletakkan ponselnya di atas meja."Pekerjaanku lancar. Cuma ada masalah dikit. Nantilah aku ceritain lebih jelasnya," kata Cristopher."Oh, ok-ok. Santai saja," jawab Alfred.Lily datang membawa teh dan kudapan."Maaf lama. Walaupun tidak seberapa, tapi mohin dicicipi. Ini produk rumahan penduduk sini," kata Lily."Oh, iya. Makasih," jawab Yuki.Lily duduk di samping suaminya, dan mereka mulai mengobrol. Setelah cukup lama mengobrol, barulah Yuki tahu tempat apa yang dia dan Cristopher kunjungi.Tepat di belakang rumah Alfred, ada dua rumah terpisah yang digunakan A
Akhir pekan tiba. Ini pertama kalinnya Cristopher bersantai diakhir pekan karena biasanya dia akan sibuk dengan alat berat di tempat gym. Yuki tak mengizinkan Cristopher melakukan olah raga berat dan hanya diperbolehkan berlari mengelilingi taman dan sekitaran apartemen.Usai olah raga, Cristopher dan Yuki memasak sarapan bersama. Mereka membagi tugas dan saling membantu saat membutuhkan.Karena tidak hati-hati saat bergerak, siku Yuki tidak sengaja menyenggol sebuah mangkuk kaca yang membuat mangkuk kaca jatuh dan pecah."Awas," kata Cristopher.Dengan sigap Cristopher mengangkat tubuh mungil Yuki dan mendudukan Yuki di meja dapur. Agar Yuki tidak mengingak pecahan mangkuk. Segera Cristopher memeriksa kaki Yuki."Ada yang sakit? Kamu kena pecahan kaca?" tanyanya panik.Yuki menggelengkan kepala, "enggak ada yang sakit kok," jawabnya.Melihat kaki Yuki baik-baik saja. Seketika Cristopher menghela napas lega.Melihat Cristopher yang panik dan mengkhawatirkannya, membuat Yuki senang. Ja