Jam makan siang telah berakhir. Amelia dan Yuki kembali ke ruangan mereka untuk kembali bekerja.Begitu sampai di ruangan, suasana di ruagan tampak begitu ramai. Yuki tidak peduli dan tidak mau tahu, dia segera kembali ke mejanya. Sedangkan Amelia lebih memilih untuk melihat apa hal yang terjadi. Yang sampai membuat kehebohan satu ruangan.Ternyata Luna sedang memarekan bunga pemberian Dion pada rekan kerja yang lain. Terlihat Luna memeluk buket bunga mawar merah berukuran besar dan dikerununi rekan yang lain."Wah, bagus sekali.""Ya, tentu saja. Kan pacarku selalu ngasih yang terbaik," jawab Luna tersenyum."Boleh ku foto?""Aku juga mau foto.""Sabar, sabar. Satu-satu ya. Jangan berebut," ucap Luna dengan melirik ke arah Yuki yang sudah mulai sibuk bekerja."Apa dia nggak berniat melihat?" batin Luna."Aduh, buket bunganya besar dan berat. Karena nggak ada tempat juga aku taruh di meja aja. Kalian bisa ambil gambar sepuasnya," kata Luna.Karena di belakang meja kerja Luna tidak ada
Sepulang kerja, Yuki sengaja mampir ke ruangan Cristopher. Melihat ada Thomas yang sedang sibuk menatap layar komputer, Yuki menerka Cristopher pun ada di dalam ruangannya."Selamat sore, Pak Thomas," sapa Yuki dengan suara lembut.Thomas memalingkan pandangannya menatap Yuki, "oh, halo. Selamat sore juga, Nona Yuki. Ada apa kamu datang? Apa yang bisa saya bantu?" tanya Thomas usai menjawab salam Yuki."Begini ... apakah Pak Cristopher ada di dalam? Saya ingin bertemu dengan beliau," jawab Yuki ragu-ragu menyampaikan niatnya datang."Beliau ada di dalam. Sebentar ya, saya sambungkan ke telepon dulu," jawab Thomas. Yang langsung menganggat gagang telepon dan menghubungi Cristopher.Thomas memberitahu kedatangan Yuki pada Cristopher, dan Yuki diizinkan masuk.Thomas meletakkan gagang telepon ke tempatnya, "Masuklah. Pak Cris sudah mengizinkanmu masuk," katanya dengan suara lembut.Yuki menganggukkan kepala, "Terimakasih, Pak Thomas. Saya permisi masuk dulu," kata Yuki yang langsung perg
Sebelumnya ...Saat Cristopher sedang mencari udara segar di atap gedung perusahaannya, dia secara tidak sengaja menguping dengar pembicaraan tiga orang karyawannya yang membicarakan Luna dan Yuki."Eh, kamu tau nggak itu loh, anak divisi pemasaran, si Luna ... dia dikirimin buket bunga super besar dan mewah dari pacarnya.""Pacarnya si Dion anak divisi produksi bukan sih? Yang denger-denger mantan si Yuki apa ya? Ah, nggak tau lah. Pokoknya gitu.""Iya, iya. Aku denger kok. Katanya juga si Yuki lagi caper tuh. Biasa cari perhatian anak-anak divisinya gitu. Biar populer apa ya?""Rumor yang lagi rame bener nggak sih? Yang katanya Yuki tuh orang ketiga dihubungan Luna sama Dion? Aku tuh penasaran banget tau. Mau tanya orangnya langsung kan nggak mungkin.""Bukannya kebalikannya? Kalau dari yang aku denger. Katanya Si Luna itu pelakornya. Yuki sama Dion kan mau tunangan dan nggak tau kenapa Dionnya malah sama Luna. Kayaknya Dion selingkuh deh. Apa si Luna yang gatel. Nggak tau juga sih.
Sebelumnya ...Yuki baru saja keluar dari dalam lift. Dari kejauhan dia meliat Dion berlari terburu-buru keluar gedung kantor. Ponsel Yuki bergetar. Dia mendapat panggilan dari Amelia. Segera Yuki menerima panggilan teman baiknya itu."Halo," jawab Yuki."Yuki, kamu sudah sampai rumah?" "Belum. Aku masih di jalan. Ada apa?" tanya Yuki."Oh, gitu. Nggak apa sih. Cuma tannya. Omong-omong aku sudah bilang ke mamaku lewat telepon, aku bilang kalau kita mau dateng terus nginep sekalian mau tanya-tanya soal panti. Mamaku jawab iya. Sabtu nanti jadi, 'kan?""Ya, jadilah. Emang kenapa? Kamu ada acara?" tanya Yuki."Enggak juga sih. Aku ada acaranya hari minggu.""Hm, gitu. Ya, sudah kalau gitu. Aku tutup teleponnya dulu ya. Mau jalan pulang nih. Nanti sampai rumah aku chat," kata Yuki."Ok, hati-hati di jalan."Yuki memutus panggilan Amelia dan memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Kakinya kembali melangkah menuju pintu utama."Capek banget. Sampai rumah enaknya mandi terus langsung tidur aja,
Karena khawatir nggak jelas aku tiba-tiba aja udah di sini. Gimana nih? Balik atau ku kasih aja ke dia? Ngapain juga aku khawatir sama dia yang cuma orang asing," batin Yuki. Berdiri di depan pintu utama gedung kantornya.Yuki tiba di pintu utama gedung kantor dan bertemu satpam yang sedang berjaga. Saat ditanya, Yuki beralasan kalau ponselnya tertinggal. Dan saat Yuki bertanya apakah di kantor masih ada orang? Satpam menjawab, jika Pak Boss sedang lembur."Maaf ya, Pak udah bohong. Malu juga kalau sampai dia tahu aku datang cuma buat nganter makanan buat Pak Boss," batin Yuki.Yuki segera masuk ke dalam gedung dengan menenteng bungkusan berisi makanan. "Ayo cepet, ayo cepet," gumam Yuki.Suasana di dalam gedung lantai satu begitu sunyi dan sepi. Bahkan sebagian lampu sudah padam. Hanya lampu tengah saja yang hidup. Yuki melihat satu dari dua lift masih beroperasi. Dan menggunakannya untuk naik sampai ke lantai paling atas, yang tidak lain adalah lantai kantor Cristopher.Lift berhen
Cristopher baru menyelesaikan pekerjaannya dan merapikan meja kerjanya. Dia berdiri dari posisinya duduk dan berjalan mendekat ke sofa. Dilihatnya Yuki sudah terlelap tidur dengan posisi setengah duduk. Kakinya masih menempel lantai, tetapi setengah tubuhnya sudah miring ke tepian sofa. Mata Cristopher menatap jam di dinding ruagannya, jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam waktu setempat. Segera Cristopher membetulkan posisi tidur Yuki agar nyaman. Menaikkan kaki Yuki ke sofa dan menyangga kepala Yuki dengan bantalan sofa agar kepala dan leher Yuki tidak sakit. Diambilnya jasnya, lalu diselimutkannya ke tubuh Yuki.Cristopher duduk di tepi sofa mengamati Yuki dan membelai rambut Yuki dengan lembut."Cantiknya," puji Cristopher dengan suara lembut, lalu tersenyum tampan.Cristopher tiba-tiba saja menguap dan merasa nganguk. Mata yang tadinya segar langsung merah dan berair. Karena sofa yang berukuran besar hanya satu, dan sudah dipakai Yuki, maka Cristopher memilih tidur dengan pos
Cristopher baru selesai mandi dan berganti pakaian. Dia mengenakan kemeja biru muda lengan panjang dan mengancingkan kancing satu per satu sembari bercermin. Dia mengingat sesuatu yang tiba-tiba membuatnya tersenyum."Dasar," gumamnya tersenyum tampan.Cristopher lanjut memasang dasi, lalu mengenakan stelan jasnya dan tak lupa mengenakan jam tangan kesayangannya. Setelah beberapa detik bercermin untuk membenahi rambut, dia lantas segera pergi keluar dari kamarnya.Saat keluar kamar, dia bertemu asisten rumah tangga yang biasa datang setiap pagi untuk membersihkan rumahnya."Selamat pagi, Cris. Sarapanmu sudah siap," sapanya tersenyum ramah. Memberitahu jika sarapan sudah siap sedia."Halo, Bi. Selamat pagi," sapa balik Cristopher tersenyum. Berjalan menuju meja makan untuk sarapan.Asisten rumah mengikuti Cristopher dan menyajikan air putih di dalam gelas. "Wah, nasi goreng," ucap Cristopher senang. Melihat sepiring nasi goreng kesukaannya lengkap dengan telur mata sapi.Asisten ruma
Yuki masuk ke dalam ruangannya dan melihat belum ada yang datang sama sekali. Seperti biasa, Yuki langsung membuka semua tirai di ruangan. Yuki menarik kursi dan duduk, "baca lagi kali ya, sambil nunggu jam masuk kerja."Yuki membuka buku dan lanjut membaca. Dia begitu menghayati membaca sampai tidak sadar waktu telah berlalu dan semua rekan kerjanya sudah datang, termasuk Amelia.Amelia melihat Yuki fokus membaca. Dia mendekati Yuki, lalu ikut membaca apa yang dibaca Yuki. Satu kalimat dua kalimat tampak biasa saja bagi Amelia. Sampai pada adegan di mana kedua tokoh utama dalam novel berciuman di ruang kerja CEO sampai melakukan adegan panas."Oh my God!" seru Amelia mengejutkan Yuki yang langsung menutup buku secepat kilat.Yuki menatap Amelia, "kebiasan deh," ucap Yuki.Amelia menutup mulutnya dan menatap Yuki dengan tatapan mata yang aneh. Tingkah laku Amelia juga langsung membuat Yuki bingung."Yuki kamu ... astaga Yuki ... " kata Amelia."Apa sih. Berisik banget. Sana-sana," us
Cristopher melihat Dion sudah pergi jauh. Dia memalingkan pandangan menatap Yuki dan segera mengenakan jasnya kepada Yuki.Cristopher menggandeng tangan Yuki, "Ayo, saya antar kamu pulang."Yuki hanya menganggukkan kepala, dan mengikuti Cristopher.Yuki menatap tangannya yang digenggam Cristopher, lalu menatap punggung Cristopher. Dia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya."Apa dia baru pulang?" batin Yuki bertanya.Cristopher membuka pintu mobil, dan Yuki segera masuk ke dalam mobil. Cristopher menutup pintu mobil dan segera berjalan menuju sisi lain mobilnya, lalu segera membuka pintunya dan masuk ke dalamnya.Yuki melihat Cristopher masuk ke dalam mobil, menutup pintu dan segera mengenakan sabuk pengaman."Terimakasih sudah membantu saya, Pak. Saya nggak tau apa yang akan terjadi kalau saja bapak gak datang bantu saya tadi," ucap Yuki bersyukur dan berterimakasih kepada Cristopher."Saya akui kamu memang berani, tapi kali ini keberanianmu bisa membuatmu dalam bahaya, Yuki.
Malam harinya ...Karena ada pekerjaan tambahan, Yuki memutuskan untuk lembur menyelesaikannya. Sehingga dia pulang terlambat daripada rekannya yang lain.Baru saja Yuki melangkahkan kaki keluar dari pintu utama gedung kantor, Dion yang sedari tadi sudah menunggu Yuki di lobi menghadang jalan Yuki."Yuki," panggil Dion. Berjalan mendekati Yuki.Yuki memalingkan pandangan dan langsung menghentikan langkahnya, "kenapa dia masih di sini? Apa dia juga lembur?" batin Yuki tidak senang.Dion berdiri dihadapan Yuki, "ayo bicara sebentar," ajak Dion."Maaf, aku sibuk. Lain waktu saja," tolak Yuki. Yang ingin segera pulang dan istirahat karena sudah lelah."Sibuk apa? Pekerjaanmu juga sudah selesai, 'kan?" tanya Dion."Memangnya kesibukan itu hanya pekerjaan? Aku juga punya hal lain yang harus dilakukan. Ngerti?" jawab Yuki mulai kesal."Aku nggak akan banyak menyita waktumu kok. 5 menit aja," kata Dion. Masih gigih membujuk Yuki untuk bisa diajak bicara."Apa sih maunya? bikin kesel aja," bat
Karena marah, Dion sama sekali tidak mau menjawab pesan ataupun panggilan dari Luna. Saat dihampiri, Dion menolak menemui dengan berbagai macam alasan. Mau tak mau Luna hanya bisa diam menunggu amarah Dion mereda, tetapi Luna juga tak punya kesabaran sebanyak itu. Dia yang memiliki sifat tidak sabaran berulah dengan menyebar rumor tak berdasar. Lagi-lagi yang dia andalkan hanyalah kekuatan orang lain bukan kekuatannya sendiri.Tiba-tiba saja beredar rumor jika Yuki memaksa Dion untuk memenuhi keinginanya. Padahal Dion sudah menolak. Sehingga membuat Dion dan Luna bertengkar dan bermusuhan. Rencana pernikahan Dion dan Luna pun berujung kandas. Semua penyebabnya adalah Yuki.Amelia yang tidak sengaja mendengar rumor itu, segera berlari menemui Yuki yang sedang sibuk bekerja. "Yuki, bisa ikut aku sebentar?" tanya Amelia dengan penuh harap."Ya? Ke-kenapa kamu melihatku begitu?" tanya Yuki bingung."Nanti aku jelasin. Pokoknya ikut aku dulu," jawab Amelia."Apa nggak bisa nanti? Sekarang
Keesokan harinya ... Seperti biasa, seorang kurir datang dan membawa buket bunga mawar merah dengan berukuran besar."Wah, ada yang ngirim bunga lagi.""Buat siapa?""Ya pasti Luna lah. Buketnya besar gitu.""Lebih besar dari yang kemarin nggak sih?"Luna yang melihat kurir di depan pintu dengan membawa buket bunga mawar segera berdiri dari duduknya."Itu pasti kiriman dari Dion," batin Luna senang.Baru saja Luna berdiri dan dengan percaya diri melangkah meninggalkan mejanya, kurir mengumumkan pemilik bunga tersebut."Atas nama Yuki ... " ucap kurir.Seketika tubuh Luna lemas. Dia segera berpegang pada ujung meja dan melangkah mundur."Yuki? Untuk Yuki?" gumam Luna."Eh, kok bukan Luna? Buat Yuki ternyata.""Lihat ... dia udah jalan mau ngambil bunganya tuh. Eh, tau-tau bukan buat dia.""Sstt ... jangan keras-keras kalau ngomong ih.""Udahlah. Kalian ini apa sih? Gitu aja ribut-ribut.""Astaga, siapa sih yang ngirim? Iri banget tau.""Makanya punya pacar. Punya pacar aja enggak sok-
Yuki, Amelia dan Thomas makan siang bersama di kantin. "Wah, menu makan siang hari ini enak sekali ya," ucap Amelia yang lahap makan."Nggak usah buru-buru makan. Besok, lusa dan seterusnya makanan kantin bakalan enak terus kok," sahut Thomas."Loh, kok bisa?" tanya Amelia kaget."Kan Pak Cristopher meninjau langsung bagian dapur dan meminta koki memperbaiki menu makanan. Beliau juga menambah biaya operasional dapur dengan uang pribadinya. Makanya menunya enak-enak," jelas Thomas bangga."Apa ada alasan, kenapa beliau bertindak demikian?" tanya Yuki ingin tahu alasan dibalik Cristopher yang langsung meninjau dapur kantin."Hm, kayaknya karena pas makan siang pertama kali deh. Beliau ngerasa makanan kantin kurang memuaskan, baik rasa ataupun menu. Beliau langsung kepikiran sama semua karyawannya. Dan saat beliau tanya kepala beberapa orang yang sedang makan, beliau mendapat jawaban yang mencengangkan. Beberapa orang itu menjawab mereka terpaksa makan karena makan siang kantor kan grat
Hari senin di mulai. Yuki mengawali paginya dengan sukacita dan senyuman. Berharap hari seninnya lancar dan baik-baik saja.Baru saja dia berpikir demikian, hal menyebalkan terjadi. 5 menit sebelum jam kerja, seorang kurir datang membawa buket bunga dan memberikannya kepada Luna. Dengan suara lantang, kurir tersebut menyebut nama Dion sebagai pengirimnya saat Luna bertanya siapa orang yang mengiriminya bunga. Seketika suasana dalam ruangan menjadi heboh dan ramai."Wah, Luna. Bunganya bagus banget.""Ciyeee yang dapet bunga dari pacarnya. Iri deh.""Mau juga dong. Pacarku gak seromantis pacarmu sih.""Nggak usah iri. Lagian ini kan cuma bunga. Yang nggak pernah dikasih bunga sama pacarnya sabar dulu ya. Hehe ... " ucap Luna melirik ke arah Yuki."Lihat nih, Dion ngasih aku bunga lagi. Gimana denganmu, Yuki?" batin Luna sombong.Yuki dan Luna sempat bertatapan sesaat. Sampai Yuki memilih untuk memalingkan pandangan karena merasa jijik dengan kelakuan Luna yang terang-terangan memusuhin
Yuki mendekati Amelia dan langsung memeluk Amelia dengan erat."Mel," panggil Yuki dengan perasaan sedih.Amelia mendorong Yuki dan segera menadahkan kepala, "Yuki ... " panggilnya yang langsung menangis tersedu-sedu.Yuki memeluk Amelia lagi. Mencoba menenangka Amelia."Kenapa kamu di sini, huh?" tanya Yuki mengusap air mata teman baiknya."Maafin aku. Aku nggak mau dengerin nasihatmu atau mamaku. Aku bener-bener bodoh banget," ucap Amelia."Coba tenang dulu," kata Yuki."Minum dulu," kata Cristopher menyodorkan botol berisi air mineral pada Amelia.Amelia kaget, "Pak CEO," katanya melongo."Nggak apa-apa. Kamu bisa santai kalau di luar kantor. Minum dulu, baru kita pindah tempat. Enggak enak dilihatin banyak orang," kata Cristopher.Amelia menerima botol pemberian Cristopher dan segara minim. Setelah minum sedikit, Cristopher meminta Yuki memapah Amelia berjalan mengikutinya. Mereka singgah disebuah kafe. Di sana Cristopher memesankan Yuki dan Amelia minum. Setelah menunggu beberap
Thomas meminta Cristopher melakukan video call. Cristopher menuruti dan menunjukkan seluruh varian yang ada di toko roti pada Thomas. Agar lebih mudah Cristopher menggumakan kamera belakang ponselnya."Yang itu, Pak."Cristopher mengambil satu roti pilihan Thomas, "yang ini?" tanyanya."Ya, Pak. Terus yang sebelahnya, Pak. Rasa keju dan sebelahnya lagi, lalu sebelahnya lagi yang rasa cokelat. Apa ada puding, Pak? Kalau ada belikan saya puding cokelat ya." "Ya, nanti aku tanyakan ke yang jual ada tidak puding cokelat. Seharusnya ada sih," jawab Cristopher."Ok, Pak. Saya mau memeriksa dokumen dulu. Bapak silakan bersenang-senang.Segera Cristopher mengakhiri panggilan dan mengambil apa yang sudah dipilih Thomas dan memasukannya ke dalam keranjangnya."Wah, bapak belikan pak Thomas ya?" goda Yuki."Iya nih. Mumpung saya inget," jawab Cristopher."Baiknya. Sampai inget segala," sahut Yuki."Begitu-begitu dia itu sudah lama kerja sama saya loh. Pokoknya dia orang yang paling bisa saya pe
Di toko buku, Cristopher menemui pemilik toko dan bertanya tentang buku novel "Boss Dingin dan Nona Manja" padanya. Pemilik toko langsung mengantar Cdistopher dan Yuki ke tempat di mana buku novel tersebut dipajang. "Kamu tahu yang sedang tren ya, Nak. Buku ini sedang laris-larisnya," ucap penjua sembari tersenyum. "Ya, Pak. Terimakasih sudah mengantar saya," ucap Cristopher. "Ya, sama-sama. Silakan lihat-lihat dulu. Saya mau menata buku," ucap si pemilik toko yang langsung pergi. Yuki menatap Cristopher dan segera menarik tangan Cristopher agar memiringkan kepalanya. Segera Cristopher tahu maksudnya dan memiringkan kepalanya. Yuki berbisik, "Pak, untuk apa beli buku novel itu?" tanyanya. "Untukmu," jawab Cristopher berbisik lembut. Yuki kaget, "ya? Untuk saya? Ke-kenapa? Kan saya sudah membaca setengahnya," jawab Yuki lagi berbisik. Cristopher mengambil satu buu novel "Boss Dingin da Nona Manja" dan diberikannya pada Yuki. "Yang kamu pinjam besok kembalikan ke Thomas