Cristopher dan Yuki saling bertukar pesan di belakang Amelia dan Thomas. Sesekali kedua saling bertatapan mata, lalu saling mengalihkan pandangan lagi ke ponsel masing-masing.Mereka berempat makan bersama dengan tenang sampai makanan masing-masing habis. Karena sudah selesai makan, Yuki dan Amelia segera berpamitan untuk kembali bekerja. ***Sore harinya ...Karena pekerjaannya sudah selesai, Yuki mengisi waktunya untuk melanjutkan membaca buku novel. Dia penasaran dengan kelanjutan ceritanya.Yuki asik membaca sampai tiba waktu jam kantor berakhir. Amelia mengajak Yuki pulang bersama, saat Yuki ingin menghampiri Amelia yang masih bersiap-siap, Yuki mendapatkan sebuah pesan dari Cristopher. Cristopher ingin mengajak Yuki malam bersama jika Yuki mau.Segera Yuki membalas pesan Cristopher, dan menolak ajakannya. Yuki mengatakan hendak pulang bersama temanya Amelia, karena sudah ada janji sebelumnya. "Ayo," ajak Yuki. Yang sudah siap untuk pulang."Ya, ayo," jawab Amelia tersenyum.Ke
Thomas sibuk mencari-cari sesuatu di rak buku, "mana sih. Perasaan kemarin masih ada deh," batin Thomas bingung. Sesuatu yang dicarinya tidak ada.Cristopher yang melihat Thomas seperti kebingungan, akhirnya langsung menegur dan bertanya apa yang sedang dicari Thomas."Apa yang sedang kamu cari, Tom?" tanya Cristopher."Itu, sepertinya saya kemarin menyimpan buku novel saya di sini. Setelah saya cari kok nggak ada ya, Pak. Padahal saya mau baca buku itu mumpung besok akhir pekan," jawab Thomas yang masih sibuk mencari buku novel miliknya yang tiba-tiba menghilang entah ke mana.Cristopher teringat akan novel yang ditemukan dan akhirnya dipinjam Yuki. Dia lantas bertanya judul buku novel yang di cari Thomas untuk memastikan."Apa judul buku novelmu?" tanya Cristopher."Boss Dingin dan Nona Manja," jawa Thomas."Ah, jadi benar buku itu," gumam Cristopher.Thomas menatap Cristopher, "apa maksud bapak?" tanyanya."Gini ... sebenarnya aku meminjamkan buku novel itu pada seseorang. Dan ses
Keesokan harinya, Amelia dan Yuki berangkat menuju rumah mama Amelia di luar kota. Sesampainya di rumah Mama Amelia, keduanya disambut dengan pelukan hangat dan hidangan makanan mewah beraneka macam."Tante nggak tau makanan kesuakaanmu karena nggak tanya ke Amelia. Jadi, tante buat aja semua yang bisa tante buat. Semoga ada cocok sama seleramu," kata Mama Amelia tersenyum cantik pada Yuki."Tante berlebihan. Ini terlalu banyak," kata Yuki."Udah sih, makan aja. Bungkus juga bawa pulang," sahut Amelia."Oh, ide bagus. Nanti pas mau pulang tante bungkusin ya," kata Mama Amelia."Nggak usah, tante. Malah ngerepotin. Saya aja enggak bawa apa-apa dateng kesini," kata Yuki merasa tidak enak."Nggak bawa apa-apa gimana? Itu buah sama roti yang kamu bawa tadi apa? Itukan juga buah tangan darimu," kata Mama Amelia.Mama Amelia meminta putrinya untuk mengajak Yuki segera makan siang. Amelia mengambilkan piring untuk Yuki, "ayo makan. Masakan mamaku enak-enak. Dijamin deh," ucapnya bangga mema
Yuki berpamitan pada Mama Amelia. Dia memeluk Mama dari temannya dengan begitu erat."Yuki pulang dulu, tante. Jaga kesehatan ya. Lain waktu kita bertemu lagi," ucap Yuki dengan senyum cantik."Ya, sayang. Kamu juga kesehatan. Titip Amelia ya," jawab Mama Amelia."Ok, siap. Aku bakalan jagain Amelia kok," jawab Yuki, langsung masuk ke dalam mobil. Tidak beberapa lama Amelia keluar dari dalam rumah dan berpamitan."Aku balik dulu, Ma," pamitmya. Masih dengan hati yang setengah kesal.Mama Amelia segera memeluk putri tercintanya dengan erat, "hati-hati di jalan, sayang. Kabari Mama kalau sudah sampai," katanya melepas pelukan."Ok," jawab Amelia singkat.Amelia juga segera masuk ke dalam mobil, dan mobil langsung pergi meninggalkan kediaman Mama Amelia. Terlihat Mama Amelia melambai, Yuki juga langsung membuka kaca mobil dan membalas lambaian tangan Mama Amelia.Yuki menutup kaca mobil, "sayang banget nggak bisa nginep. Kapan-kapan kalau dateng kita nginep yuk," ajak Yuki."Hm, ok," ja
Keesokan harinya ...Cristopher baru saja tiba di parkiran depan gedung apartemen Yuki. Segera setelah tiba, dia menghubungi Yuki. Dilihatnya jam yang melingkar di pergelagan tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 10.55 pagi waktu setempat.Beberapa saat kemudian ponsel Cristopher bergetar. Dia mendapat panggilan dadi Thomas."Ya, Tom?" tanya Cristopher. Segera setelah menerima panggilan."Pak, saya sudah siapkan semua keperluan anda. Apa perlu dokumennya saya kirim ke rumah? Atau anda hanya akan memakai data dalam file?""Aku butuh keduanya. Kalau kamu nggak sibuk dan sempat, kamu antarkan saja ke rumah. Kalau kamu sibuk nggak apa. Nanti aku bisa print sendiri di rumah," jawab Cristopher."Saya antar saja, Pak.""Ok, oh ya, kamu jangan lupa kirim semua jadwalku selama aku pergi ya. Aku akan pelajari nanti," kata Cristopher."Baik, Pak.""Jangan lupa makan siang. Aku tutup teleponmu," kata Cristopher. Yang langsung mengakhiri panggilan Thomas.Cristopher manatap layar ponselnya.
Selesai dari galeri seni, Cristopher mengajak Yuki makan siang ke tempat yang biasa dia datangi karena bagi Cristopher masakan di tempat tersebut cukup enak dan harganya juga murah."Capek ya? Kamu pasti lapar. Ayo, kita makan dulu," kata Cristopher. Mengajak Yuki untuk makan dulu sebelum lanjut pergi ke tempat lain.Yuki menganggukkan kepala, "Ya, Pak.""Kebetulan memang laper. Pak Boss ku memang super peka dan pengertian ya," batin Yuki yang mengikuti langkah kaki Cristopher masuk ke dalam sebuah restoran."Halo, selamat siang, selamat datang. Apakah anda sudah memesan layanan?" sapa seorang pelayan dilanjutkan dengan bertanya apakah Cristopher sudah memesan layana dari restorannya atau belum."Sudah. Atas nama Cristopher," jawab Cristopher. Yang langsung menunjukkan bukti pemesanan pada pelayan di ponselnya," Pelayan dengan segera memeriksa dan langsung mengantar Cristopher dan Yuki menuju ruangan yang sudah dipesan.Pelayan mempersilakan Cristopher dan Yuki melihat menu, "silaka
Di toko buku, Cristopher menemui pemilik toko dan bertanya tentang buku novel "Boss Dingin dan Nona Manja" padanya. Pemilik toko langsung mengantar Cdistopher dan Yuki ke tempat di mana buku novel tersebut dipajang. "Kamu tahu yang sedang tren ya, Nak. Buku ini sedang laris-larisnya," ucap penjua sembari tersenyum. "Ya, Pak. Terimakasih sudah mengantar saya," ucap Cristopher. "Ya, sama-sama. Silakan lihat-lihat dulu. Saya mau menata buku," ucap si pemilik toko yang langsung pergi. Yuki menatap Cristopher dan segera menarik tangan Cristopher agar memiringkan kepalanya. Segera Cristopher tahu maksudnya dan memiringkan kepalanya. Yuki berbisik, "Pak, untuk apa beli buku novel itu?" tanyanya. "Untukmu," jawab Cristopher berbisik lembut. Yuki kaget, "ya? Untuk saya? Ke-kenapa? Kan saya sudah membaca setengahnya," jawab Yuki lagi berbisik. Cristopher mengambil satu buu novel "Boss Dingin da Nona Manja" dan diberikannya pada Yuki. "Yang kamu pinjam besok kembalikan ke Thomas
Thomas meminta Cristopher melakukan video call. Cristopher menuruti dan menunjukkan seluruh varian yang ada di toko roti pada Thomas. Agar lebih mudah Cristopher menggumakan kamera belakang ponselnya."Yang itu, Pak."Cristopher mengambil satu roti pilihan Thomas, "yang ini?" tanyanya."Ya, Pak. Terus yang sebelahnya, Pak. Rasa keju dan sebelahnya lagi, lalu sebelahnya lagi yang rasa cokelat. Apa ada puding, Pak? Kalau ada belikan saya puding cokelat ya." "Ya, nanti aku tanyakan ke yang jual ada tidak puding cokelat. Seharusnya ada sih," jawab Cristopher."Ok, Pak. Saya mau memeriksa dokumen dulu. Bapak silakan bersenang-senang.Segera Cristopher mengakhiri panggilan dan mengambil apa yang sudah dipilih Thomas dan memasukannya ke dalam keranjangnya."Wah, bapak belikan pak Thomas ya?" goda Yuki."Iya nih. Mumpung saya inget," jawab Cristopher."Baiknya. Sampai inget segala," sahut Yuki."Begitu-begitu dia itu sudah lama kerja sama saya loh. Pokoknya dia orang yang paling bisa saya pe
Suasana begitu hening. Papa dan anak hanya saling diam. Sampi sang Papa mulai angkat suara."Bagaimana kabarmu?" tanya Stevano.Cristopher menatap Stevano, "ada angin apa Papa tanya kabarku? Bersikaplah seperti yang biasa Papa lakukan. Nggak usah sok dekat atau sok perhatian," jawab Cristopher."Apa salahnya papa tanya kabarmu?" tanya Stevano."Nggak salah, tapi aneh. Aku dengernya aneh. Papa yang kukenal nggak pernah tuh tanya kabar," jawab Cristopher."Kamu masih nggak berubah ya," kata Stevano."Kenapa harus berubah? Yang membuatku seperti ini 'kan papa sendiri. Cuma papa di dunia ini yang tega membiarkan anaknya sendirian melawan kerasnya hidup di saat anak itu masih membutuhkan sosok Papa dalam hidupnya," sahut Cristopher.Stevano duduk bersandar menatap Cristopher, "Cris ... tahukah kamu? Papa juga dalam keadaan yang sulit setelah kehilangan mamamu. Mamamu itu segalanya buat papa. Mungkin sekarang kamu anggap ucapan papa ini lelucon. Papa yakin, kamu pasti akan merasakannya nant
Seorang laki-laki paruh baya sedang melihat sebuah dokumen dan sebuah foto. Disampingnya ada laki-laki sebaya yang merupakan sekretarisnya."Jadi maksudmu, Cris tinggal di apartemen perempuan ini?" tanya laki-laki paruh baya pada sekretarisnya. Menunjuk sebuah foto yang ada di atas meja dihadapannya."Ya, Pak. Informasi yang saya dapat tidak mungkin keliru karena sekretaris Tuan Muda sendiri yang memberitahu saya," jawab sekretaris."Anak yang nggak pernah membuka hati buat siapapun, tiba-tiba mau tinggal bersama perempuan. Apa pemikiranmu sama denganku?" tanya Stevano, yang adalah Papa dari Cristopher."Sepertinya begitu. Kata sekretarisnya, mereka sudah terlibat dalam sebuah hubungan semalam sebelum menjadi atasan dan bawahan di kantor," jawab Nicholas, Sekretaris Stevano."Hubungan semalam? Apa itu namanya, yang biasa dipakai anak zaman sekarang itu loh," kata Stevano berusaha mengingat."One night stand, Pak. Anak muda zaman sekarang menyingkatnya menjadi ONS," jawab Nicholas."Ya
Keduanya panjang lebar bercerita satu sama lain. Kini tidak ada lagi kesalahpahaman ataupun rahasia diantara mereka. "Saya kok jadi ngatuk ya," ucap Yuki."Nggak boleh tidur, nanti malah bangun kesiangan. Kita lari pagi aja yuk," Cristopher mengajak Yuki olah raga agar tidak mengantuk."Hm, saya malas lari. Gimana dong?" sahut Yuki malas."Nggak boleh males. Olahraga penting buat kesehatan," kata Cristopher."Iya deh iya. Saya ganti baju dulu kalau gitu," jawab Yuki.Yuki segera pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Dan tidak lama keluar setelah ganti pakaian."Bapak nggak ganti?" tanya Yuki menatap Cristooher."Ganti dong," jawab Cristopher.Cristopher segera masuk kamar Yuki dan mengambil pakaian gantinya di koper. Yuki melihat Cristopher hendak berganti pakaian dan segera menawari bantuan."Perlu saya bantu?" tawar Yuki."Nggak usah. Saya bisa sendiri kok, " jawab Cristopher.Yuki melihat Cristopher membuka baju, terlihat tubuh kekar berotot milik Cristopher. Perut seksi
"Apa sih yang dia pikirkan. Bisa-bisanya gitu dia mencium bibirku mana digigit, ish ... bikin malu aja," batin Yuki semakin malu.Yuki duduk di sofa dengan memegang erat gelas berisi Cokelat panas. Jantungnya masih berdegup kencang. Cristopher duduk di samping Yuki, "kenapa tiba-tiba pergi?" tanyanya."Nggak tau ah. Bapak nakal," jawab Yuki memalingkan pandangan dari Cristopher."Nakal? Oh, yang tadi? Saya kan cuma batuin ngelap bibirmu. Karena tangan saya di gips ya saya pakai bibir saya. Kenapa? Kamu nggak suka saya cium?" tanya Cristopher."Bukannya nggak suka. Saya tuh kaget. Tiba-tiba gitu bapak cium saya. Mana bapak gigit bibir saya," jawab Yuki."Kalau kamu kesal. Kamu boleh bales kok. Saya malah senang," kata Cristopher tersenyum tampan."Wah, nantangin nih orang. Aku gigit balik tau rasa ntar," batin Yuki."Bener nih saya boleh balas? Ntar saya gigit balik bapak jangan protes loh," sahut Yuki menatap Cristopher."Ayo sini," kata Cristopher mendekatkan wajahnya ke wajah Yuki.
Yuki tak bisa menolak permintaan Bossnya dan akhirnya tidur di sofa dengan Bossnya. "Ini sempit," keluh Yuki beralasan. Dia tidur membelakangi Cristopher."Jangan banyak beralasan dan cepat tidur. Besok kita masih harus bekerja," sahut Cristopher. "Saya kalau tidur suka guling-guling loh. Nanti bapak kalau kena tendang jangan marah. Kan bapak yang minta saya tidur di sini," kata Yuki."Hm, saya sudah tahu tingkahmu waktu tidur. Nggak usah dijelasin lagi," jawab Cristopher.Yuki mengerutkan dahi, "hah? Sudah tau kataya. Kapan?" batinnya bingung.Seketika Yuki ingat kejadian saat dia bertemu Cristopher pertama kali di bar."Jangan-jangan waktu itu ya? Mati aku," batinnya lagi. Yuki menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu."Apa waktu itu dia kena tendang? Atau dia kena siku? His ... bener-bener deh. Kenapa sih dia harus tau semua sisi burukku. Mau ditaruh mana mukaku ini?" batin Yuki merasa diri sendiri menyedihkan.Tiba-tiba Cristopher melingkarkan tangannya ke perut Yuki. Se
Yuki mengambil pesannya dan sedikit mengobrol dengan satpam yang sedang berjaga.Satpam melihat Yuki bersama Cristopher, "dia siapa? Pacarmu ya?" tanyanya."Oh, bukan. Dia itu ... " kata Yuki yang langsung diam, "pokoknya di bukan pacar," kata Yuki."Kalau bukan pacar apa calon suami?" tanya satpam lagi."His, bapak banyak tanya deh. Udah dulu ya, saya mau naik. Bapak juga jangan lupa makan makanan yang saya kasih. Nanti dingin kurang enak," kata Yuki."Siap neng Yuki," jawabnya.Yuki membawa tas berisi pesanan makanan dan segera pergi meninggalkan pos satpam bersama Cristopher."Kamu deket sama satpam di sini?" tanya Cristopher."Ya. Karena saya selalu papasan setiap pagi pas berangkat kerja," jawab Yuki.Cristopher menghentikan langkah kakinya menatap gedung apartemen Yuki yang terlihat cukup tua di matanya. Melihat Cristopher yang berhenti, Yuki juga ikut berhenti."Ada apa, Pak?" tanya Yuki."Sudah berapa lama kamu tinggal di sini?" tanya Cristopher."Sudah hampir lima tahun. Saya
Thomas datang ke apartemen Yuki membawa Stevy dalam pet cargo dan baju Cristopher dalam koper. Juga semua keperluan Stevy dalam tas ransel."Wah, makasih ya. Maaf aku ngerepotin kamu, Tom. Aku nggak tau harus minta tolong ke siapa lagi," kata Cristopher."Nggak apa-apa, Pak. Saya kebetulan searah apartemen bapak tadi, jadi saya langsung mampir begitu bapak telepon. Bagaimana hasil pemeriksaannya?" tanya Thomas penasaran."Ada beberapa retakan. Untung saja saya ajak bapak Cris ke rumah sakit. Coba kalau enggak," sahut Yuki yang baru keluar dari dapur. Yuki membawa teh untuk Thomas.Thomas cukup terkejut mendengar keadaan Cristopher."Lain kali bapak harus lebih menahan diri untuk nggak mukul meja atau apapun. Memang bapak kira tangan bapak itu besi? Kalau seperti ini kan bapak yang susah," omel Thomas."Aduh, aduh. Kalian berdua ini ya ... bisa nggak ngomelnya ditunda lain waktu?" sahut Cristopher."Silakan di minum, Pak. Saya nggak tau tehnya enak apa enggak buat bapak," kata Yuki, me
Yuki mengobati luka di punggung tangan Criatopher dengan hati-hati dan penuh perhatian."Apa sih yang dia lakuin sampai tangannya luka kayak gini? Ck. Dasar nggak bisa hati-hati. Ngeselin, tapi nggak tega banget kalau lihat dia terluka gini," batin Yuki.Melihat Yuki yang begitu serius merawat lukanya, Cristopher jadi merasa bersalah."Kayaknya dia lagi marah sama aku," batin Cristopher."Apa kamu marah?" tanya Cristopher ingin memastikan."Masih tanya. Ya iyalah marah," batin Yuki menjawab."Sudah tau marah nggak dibujuk malah ditanyain terus," batin Yuki lagi.Yuki hanya diam dan terus melakukan pengobatan. Sampai pengobatan selesai dan Yuki berpamitan pulang."Sudah selesai. Saya pulang dulu," kata Yuki berpamitan."Dia pasti bisa jaga diri sendiri. Yang penting aku udah ngasih pertolongan pertama," batin Yuki.Yuki menutup kotak P3K dan membawanya. Saat Yuki berbalik ingin pergi, tiba-tiba Cristopher menarik tangan Yuki sehingga Yuki jatuh dipangkuannya. Keduanya saling bertatapan
"Cukup. Jaga ucapanmu. Dia itu ... " kata Caleb yang langsung disela Cristopher."Biarkan saja dia bicara. Biar dia puas," sela Cristopher.Profesor gila itu tersenyum, "nah, dia aja sadar diri. Cuma CEO perusahaan kecil aja banyak maunya dan banyak tuntutan," ucapnya tidak senang dengan Cristopher."Apa kamu sungguh lolos wawancara di Giant lab?" tanya Cristopher memastikan."Iyalah. Orang hebat kayak aku nggak mungkin bersarang di tempat sampah kayak gini. Aku bakalan ngerjain pekerjaan besar. Bukan pekerjaan remeh kayak sampel produkmu," jawabnya dengan sombong."Baguslah. Kalau gini aku nggak akan merasa bersalah. Terimakasih untuk jawabanmu," kata Cristopher tersenyum."Dih, apa sih. Ini orang udah sinting kali ya. Bisa-bisanya senyum enggak jelas. Udah gila kayaknya," batin Profesor gila.Cristopher mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi seseorang."Halo?""Halo, ini Cristopher Owen. bisa tolong sambungkan saya ke divisi HRD?" tanya Cristopher."Baik, Pak. Sebentar.""H