Keesokan harinya, Amelia dan Yuki berangkat menuju rumah mama Amelia di luar kota. Sesampainya di rumah Mama Amelia, keduanya disambut dengan pelukan hangat dan hidangan makanan mewah beraneka macam."Tante nggak tau makanan kesuakaanmu karena nggak tanya ke Amelia. Jadi, tante buat aja semua yang bisa tante buat. Semoga ada cocok sama seleramu," kata Mama Amelia tersenyum cantik pada Yuki."Tante berlebihan. Ini terlalu banyak," kata Yuki."Udah sih, makan aja. Bungkus juga bawa pulang," sahut Amelia."Oh, ide bagus. Nanti pas mau pulang tante bungkusin ya," kata Mama Amelia."Nggak usah, tante. Malah ngerepotin. Saya aja enggak bawa apa-apa dateng kesini," kata Yuki merasa tidak enak."Nggak bawa apa-apa gimana? Itu buah sama roti yang kamu bawa tadi apa? Itukan juga buah tangan darimu," kata Mama Amelia.Mama Amelia meminta putrinya untuk mengajak Yuki segera makan siang. Amelia mengambilkan piring untuk Yuki, "ayo makan. Masakan mamaku enak-enak. Dijamin deh," ucapnya bangga mema
Yuki berpamitan pada Mama Amelia. Dia memeluk Mama dari temannya dengan begitu erat."Yuki pulang dulu, tante. Jaga kesehatan ya. Lain waktu kita bertemu lagi," ucap Yuki dengan senyum cantik."Ya, sayang. Kamu juga kesehatan. Titip Amelia ya," jawab Mama Amelia."Ok, siap. Aku bakalan jagain Amelia kok," jawab Yuki, langsung masuk ke dalam mobil. Tidak beberapa lama Amelia keluar dari dalam rumah dan berpamitan."Aku balik dulu, Ma," pamitmya. Masih dengan hati yang setengah kesal.Mama Amelia segera memeluk putri tercintanya dengan erat, "hati-hati di jalan, sayang. Kabari Mama kalau sudah sampai," katanya melepas pelukan."Ok," jawab Amelia singkat.Amelia juga segera masuk ke dalam mobil, dan mobil langsung pergi meninggalkan kediaman Mama Amelia. Terlihat Mama Amelia melambai, Yuki juga langsung membuka kaca mobil dan membalas lambaian tangan Mama Amelia.Yuki menutup kaca mobil, "sayang banget nggak bisa nginep. Kapan-kapan kalau dateng kita nginep yuk," ajak Yuki."Hm, ok," ja
Keesokan harinya ...Cristopher baru saja tiba di parkiran depan gedung apartemen Yuki. Segera setelah tiba, dia menghubungi Yuki. Dilihatnya jam yang melingkar di pergelagan tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 10.55 pagi waktu setempat.Beberapa saat kemudian ponsel Cristopher bergetar. Dia mendapat panggilan dadi Thomas."Ya, Tom?" tanya Cristopher. Segera setelah menerima panggilan."Pak, saya sudah siapkan semua keperluan anda. Apa perlu dokumennya saya kirim ke rumah? Atau anda hanya akan memakai data dalam file?""Aku butuh keduanya. Kalau kamu nggak sibuk dan sempat, kamu antarkan saja ke rumah. Kalau kamu sibuk nggak apa. Nanti aku bisa print sendiri di rumah," jawab Cristopher."Saya antar saja, Pak.""Ok, oh ya, kamu jangan lupa kirim semua jadwalku selama aku pergi ya. Aku akan pelajari nanti," kata Cristopher."Baik, Pak.""Jangan lupa makan siang. Aku tutup teleponmu," kata Cristopher. Yang langsung mengakhiri panggilan Thomas.Cristopher manatap layar ponselnya.
Selesai dari galeri seni, Cristopher mengajak Yuki makan siang ke tempat yang biasa dia datangi karena bagi Cristopher masakan di tempat tersebut cukup enak dan harganya juga murah."Capek ya? Kamu pasti lapar. Ayo, kita makan dulu," kata Cristopher. Mengajak Yuki untuk makan dulu sebelum lanjut pergi ke tempat lain.Yuki menganggukkan kepala, "Ya, Pak.""Kebetulan memang laper. Pak Boss ku memang super peka dan pengertian ya," batin Yuki yang mengikuti langkah kaki Cristopher masuk ke dalam sebuah restoran."Halo, selamat siang, selamat datang. Apakah anda sudah memesan layanan?" sapa seorang pelayan dilanjutkan dengan bertanya apakah Cristopher sudah memesan layana dari restorannya atau belum."Sudah. Atas nama Cristopher," jawab Cristopher. Yang langsung menunjukkan bukti pemesanan pada pelayan di ponselnya," Pelayan dengan segera memeriksa dan langsung mengantar Cristopher dan Yuki menuju ruangan yang sudah dipesan.Pelayan mempersilakan Cristopher dan Yuki melihat menu, "silaka
Di toko buku, Cristopher menemui pemilik toko dan bertanya tentang buku novel "Boss Dingin dan Nona Manja" padanya. Pemilik toko langsung mengantar Cdistopher dan Yuki ke tempat di mana buku novel tersebut dipajang. "Kamu tahu yang sedang tren ya, Nak. Buku ini sedang laris-larisnya," ucap penjua sembari tersenyum. "Ya, Pak. Terimakasih sudah mengantar saya," ucap Cristopher. "Ya, sama-sama. Silakan lihat-lihat dulu. Saya mau menata buku," ucap si pemilik toko yang langsung pergi. Yuki menatap Cristopher dan segera menarik tangan Cristopher agar memiringkan kepalanya. Segera Cristopher tahu maksudnya dan memiringkan kepalanya. Yuki berbisik, "Pak, untuk apa beli buku novel itu?" tanyanya. "Untukmu," jawab Cristopher berbisik lembut. Yuki kaget, "ya? Untuk saya? Ke-kenapa? Kan saya sudah membaca setengahnya," jawab Yuki lagi berbisik. Cristopher mengambil satu buu novel "Boss Dingin da Nona Manja" dan diberikannya pada Yuki. "Yang kamu pinjam besok kembalikan ke Thomas
Thomas meminta Cristopher melakukan video call. Cristopher menuruti dan menunjukkan seluruh varian yang ada di toko roti pada Thomas. Agar lebih mudah Cristopher menggumakan kamera belakang ponselnya."Yang itu, Pak."Cristopher mengambil satu roti pilihan Thomas, "yang ini?" tanyanya."Ya, Pak. Terus yang sebelahnya, Pak. Rasa keju dan sebelahnya lagi, lalu sebelahnya lagi yang rasa cokelat. Apa ada puding, Pak? Kalau ada belikan saya puding cokelat ya." "Ya, nanti aku tanyakan ke yang jual ada tidak puding cokelat. Seharusnya ada sih," jawab Cristopher."Ok, Pak. Saya mau memeriksa dokumen dulu. Bapak silakan bersenang-senang.Segera Cristopher mengakhiri panggilan dan mengambil apa yang sudah dipilih Thomas dan memasukannya ke dalam keranjangnya."Wah, bapak belikan pak Thomas ya?" goda Yuki."Iya nih. Mumpung saya inget," jawab Cristopher."Baiknya. Sampai inget segala," sahut Yuki."Begitu-begitu dia itu sudah lama kerja sama saya loh. Pokoknya dia orang yang paling bisa saya pe
Yuki mendekati Amelia dan langsung memeluk Amelia dengan erat."Mel," panggil Yuki dengan perasaan sedih.Amelia mendorong Yuki dan segera menadahkan kepala, "Yuki ... " panggilnya yang langsung menangis tersedu-sedu.Yuki memeluk Amelia lagi. Mencoba menenangka Amelia."Kenapa kamu di sini, huh?" tanya Yuki mengusap air mata teman baiknya."Maafin aku. Aku nggak mau dengerin nasihatmu atau mamaku. Aku bener-bener bodoh banget," ucap Amelia."Coba tenang dulu," kata Yuki."Minum dulu," kata Cristopher menyodorkan botol berisi air mineral pada Amelia.Amelia kaget, "Pak CEO," katanya melongo."Nggak apa-apa. Kamu bisa santai kalau di luar kantor. Minum dulu, baru kita pindah tempat. Enggak enak dilihatin banyak orang," kata Cristopher.Amelia menerima botol pemberian Cristopher dan segara minim. Setelah minum sedikit, Cristopher meminta Yuki memapah Amelia berjalan mengikutinya. Mereka singgah disebuah kafe. Di sana Cristopher memesankan Yuki dan Amelia minum. Setelah menunggu beberap
Hari senin di mulai. Yuki mengawali paginya dengan sukacita dan senyuman. Berharap hari seninnya lancar dan baik-baik saja.Baru saja dia berpikir demikian, hal menyebalkan terjadi. 5 menit sebelum jam kerja, seorang kurir datang membawa buket bunga dan memberikannya kepada Luna. Dengan suara lantang, kurir tersebut menyebut nama Dion sebagai pengirimnya saat Luna bertanya siapa orang yang mengiriminya bunga. Seketika suasana dalam ruangan menjadi heboh dan ramai."Wah, Luna. Bunganya bagus banget.""Ciyeee yang dapet bunga dari pacarnya. Iri deh.""Mau juga dong. Pacarku gak seromantis pacarmu sih.""Nggak usah iri. Lagian ini kan cuma bunga. Yang nggak pernah dikasih bunga sama pacarnya sabar dulu ya. Hehe ... " ucap Luna melirik ke arah Yuki."Lihat nih, Dion ngasih aku bunga lagi. Gimana denganmu, Yuki?" batin Luna sombong.Yuki dan Luna sempat bertatapan sesaat. Sampai Yuki memilih untuk memalingkan pandangan karena merasa jijik dengan kelakuan Luna yang terang-terangan memusuhin
Sebelumnya ...Karena keasikan bermain dan lupa waktu, tidak terasa Cristopher dan Yuki tinggal lebih lama dari perkiraan."Gimama ini, Pak? Udah mau malam," kata Yuki panik."Saya juga nggak tahu ini gimana. Kita keasikan main sih," jawab Cristopher."Kalian nggak nginep aja?" tawar Alfred.Yuki menatap Cristopher, keduanya saling bertatapan."Gimana? Mau nginep?" tanya Cristopher pada Yuki."Bapak sendiri gimana? Saya sih nggak masalah nginep. Toh besok hari minggu," jawab Yuki."Saya juga nggak masalah, tapi saya perlu telepon yang jaga Stevy dulu sekalian ngasih tahu Stevy kalau saya nggak bisa jemput dia. Kalau gitu kita nginep aja ya?" jawab Cristopher.Yuki menganggukkan kepala, "iya, Pak.""Jadi nginep? Kalau iya aku sama istriku siapin kamar dan keperluan kalian dulu. Oh ya, mau 1 kamar atau 2 kamar nih?" tanya Alfred."Dua," jawab Yuki."Satu," jawab Cristopher.Dan mereka menjawab di waktu yang bersamaan.Alfred dan Lily saling memandang penuh rasa heran."Aduh, kok. Jawaba
Nicholas berjalan mendampingi Thomas menuju ruang khusus yang sudah dipesan Stevano. "Pak, apa sungguh nggaka akan terjadi apa-apa?" tanya Thomas pada Nicholas."Apa maksudmu? Ini hanya makan malam dan Pak Ketua cuma ingin mengobrol santai denganmu," jawab Nicholas.Thomas terdiam, "apa sungguh nggak apa-apa? Kok aku merinding?" batinnya khawatir.Nicholas menghentikan langkah kakinya, "jawab aja sebisamu. Apa yang kamu tahu apa adanya. Tanpa mengurangi atau menambahi. Beliau nggak suka orang yang banyak omong jadi kalau bisa jawabanmu sesuaikan pertanyaan beliau," ucapnya. Memberikan saran untuk Thomas."Oh, kalau seperti itu sama kayak ngadepin Pak Cris dong. Jadi nggak akan ada masalah," batin Thomas."Saya mengerti," jawab Thomas."Bagus. Ayo, nggak baik membiarkan atasan menunggu," kata Nicholas.Keduanya kembai berjalan dan tidak beberapa lama sampai."Tunggu dulu di sini. Aku akan kasih tau kedatanganmu ke beliau," kata Nicholas."Ya," jawab Thomas.Nicholas masuk dalam ruanga
"Jangan bahas apapun tentang Giant Grup. Mengerti?" tulis Cristopher cepat-cepat, lalu mengirimnya pada Alfred.Ponsel alfred berdering, Cristopher dan Alfred saling bertatapan. Dengan cepat Cristopher memberi isyarat agar Alfred segera membaca pesannya. Untungnya Alfred peka dan lansung tau maksufd Cristopher."Maaf ya, sebentar. Ada pesan mendesak yang harus saya baca," kata Alfred.Alfred membaca pesan Cristopher, lalu meletakkan ponselnya di atas meja."Pekerjaanku lancar. Cuma ada masalah dikit. Nantilah aku ceritain lebih jelasnya," kata Cristopher."Oh, ok-ok. Santai saja," jawab Alfred.Lily datang membawa teh dan kudapan."Maaf lama. Walaupun tidak seberapa, tapi mohin dicicipi. Ini produk rumahan penduduk sini," kata Lily."Oh, iya. Makasih," jawab Yuki.Lily duduk di samping suaminya, dan mereka mulai mengobrol. Setelah cukup lama mengobrol, barulah Yuki tahu tempat apa yang dia dan Cristopher kunjungi.Tepat di belakang rumah Alfred, ada dua rumah terpisah yang digunakan A
Akhir pekan tiba. Ini pertama kalinnya Cristopher bersantai diakhir pekan karena biasanya dia akan sibuk dengan alat berat di tempat gym. Yuki tak mengizinkan Cristopher melakukan olah raga berat dan hanya diperbolehkan berlari mengelilingi taman dan sekitaran apartemen.Usai olah raga, Cristopher dan Yuki memasak sarapan bersama. Mereka membagi tugas dan saling membantu saat membutuhkan.Karena tidak hati-hati saat bergerak, siku Yuki tidak sengaja menyenggol sebuah mangkuk kaca yang membuat mangkuk kaca jatuh dan pecah."Awas," kata Cristopher.Dengan sigap Cristopher mengangkat tubuh mungil Yuki dan mendudukan Yuki di meja dapur. Agar Yuki tidak mengingak pecahan mangkuk. Segera Cristopher memeriksa kaki Yuki."Ada yang sakit? Kamu kena pecahan kaca?" tanyanya panik.Yuki menggelengkan kepala, "enggak ada yang sakit kok," jawabnya.Melihat kaki Yuki baik-baik saja. Seketika Cristopher menghela napas lega.Melihat Cristopher yang panik dan mengkhawatirkannya, membuat Yuki senang. Ja
Sepanjang perjalanan menuju apartemen Luna, Luna dan Dion hanya saling diam. Merasa ada sesuatu dengan Luna, Dion memberanikan diri bertanya."Ada apa?" tanya Dion."Apanya?" tanya balik Luna."Kamu nggak kayak biasanya. Kenapa diem terus?" tanya Dion lagi."Lagi nggak mood," jawab Luna."Kamu nggak mau cerita?" tanya Dion menatap Luna sekilas, lalu kembali menatap ke depan."Kamu ada ngomong apa sih ke mamamu? Kok kayaknya mamamu itu nggak suka gitu loh sama aku," tanya Luna ingin tahu."Masa sih? Aku nggak ada ngomong apa-apa kok. Aku cuma ngasih tau mama aja kalau mau ada yang kenalan. Terus tanya, mama ada waktu enggak, gitu aja. Nggak yang macem-macem," jawab Dion berbohong. Sebenarnya Dion sudah menceritakan semua keburukan Luna pada Mamanya dan karena itulah Mamanya ingin segera menemui Luna."Beneran? Kamu nggak lagi bohong, 'kan?" tanya Luna ingin jawaban yang jujur dari Dion."Aku enggak bohong, Luna. Serius," jawab Dion dengan penuh keyakinan. "Terus kenapa ya? Kok cara li
Hari pertemuan yang dinantikan akhirnya datang. Luna dan Lusiana bertemu untuk makan malam, sepulang kerja.Luna memperkenalkan diri pada Lusiana. Bersikap ramah dan sopan. Dia tersenyum dengan begitu anggun."Halo, tante. Senang ketemu tante. Saya Luna," sapa Luna."Oh, halo. Saya Lusiana, mamanya Dion. Senang bertemu denganmu," sapa Lusiana tersenyum cantik.Lusiana mempersilakan Luna duduk. Luna duduk berhadapan dengan Lusiana, dan Dion duduk di samping Luna.Tanpa banyak menunggu, Lusiana segera memanggil pelayan dan memesan menu makan malam. "Berapa usiamu, Luna?" tanya Lusiana."25, tante," jawab Luna."Ah, 25 tahun. Tinggal sendiri atau bersama keluarga?" tanya Lusiana lagi."Saya nggak punya keluarga. Saya besar di panti asuhan dan sekarang tinggal sendiri," jawab Luna."Aduh, anak nggak punya orang tua. Gimana bisa sih Dion kenal perempuan kayak gini. Masih mending Yuki," batin Lusiana."Oh, begitu. Pasti sulit ya," kata Lusiana."Nggak juga. Saya sudah terbiasa sendiri dan
Dion sedang duduk termenung di ruang tamu rumahnya. Dia berpikir tentang apa yang harus dilakukannya dengan Luna yang terus membuatnya sakit kepala. Mamanya yang baru keluar kamar melihat dan langsung bertanya apa hal yang terjadi pada putranya?"Ada apa?" tanya mama Dion duduk di samping Dion. "Mama nggak tidur?" tanya balik Dion, tanpa menjawab pertanyaan dari mamanya. "Mama mau ambil minum, waktu keluar kamar lihat kamu diam melamun. Makanya mama datang dan tanya, kamu kenapa?" jawab mama Dion menjelaskan."Aku nggak apa-apa kok Ma. Mama bisa ninggalin aku sendiri," jawab Dion. Dion dan Mamanya saling Diam. Sampai saat Mama Dion memulai pembicaraan lagi."Mama mau dengar ceritamu. Apa nggak boleh? kamu udah lama nggak cerita-cerita sama mama," pinta Lusiana, Mama Dion."Aku pusing, Ma ... " jawab Dion. "Ya sudah. Kamu cerita sama mama. Ada apa?" tanya Lusiana penasaran. Apa yang membuat anaknya begitu khawatir dan murung. "Aku lagi ada masalah. Mama tau 'kan alasan aku putus
Saat antri di kasir, Yuki dan Cristopher asik mengobrol. Keduanya bicara dengan berbisik."Pak, dasinya nggak dilonggarin aja? Kan udah nggak di kantor. Mau saya bantu longgarin nggak?" bisik Yuki bertanya."Boleh aja. Tolong ya," bisik Cristopher.Cristopher segera membungkukkan badan dan menundukkan kepala agar Yuki tak perlu berjinjit untuk melonggarkan dasi dan melepas kancing kemejanya. Yuki segera melonggarkan dasi dan melepas kancing kemeja Cistopher. Keduanya sempat bertatapan dan saling tersenyum satu sama lain."Sudah," bisik Yuki."Makasih ya," bisik Cristopher.Karena terlalu asik berbincang, Yuki dan Cristopher sampai di tegur seorang nenek yang sedang mengantri di belakang keduanya."Hei, kalian berdua. Kalian pengantin baru, ya? Mesra-mesranya dilanjut di rumah saja. Bisa tolong maju? Antrian di depan kalian sudah maju," kata si nenek.Yuki dan Cristopher tersentak kaget. Keduanya Saling memandang, lalu bersamaan menatap si nenek."Nenek bicara pada kami?" tanya Yuki.
Yuki dan Cristopher sampai di Giant Market. Supermarket besar super lengkap langganan Yuki."Sering ke sini?" tanya Cristopher.Yuki menganggukkan kepala, "ya, nggak sering juga. Biasa mampir sebulan satu sampai dua kali buat beli kebutuhan harian. Karena menurut saya disini barangnya super lengkap dan lumayan murah. Cocoklah untuk kaum mendang-mending kayak saya," jawabnya.Cristopher menganggukkan kepala, "hm, gitu."Saat Yuki ingin mengambil troli, dia sudah keduluan Cristopher."Aku yang dorong trolinya. Kamu yang pilih-pilih," kata Ceistopher."Ok," jawab Yuki tersenyum senang.Yuki berjalan berkeliling diikuti Cristopher. Diam-diam mata Cristopher menyelisik sekitaran untuk mengamati situasi dan pelayan dari Giant Market. "Silakan dicoba tasternya," kata seorang ibu-ibu pada Yuki dan Cristopher saat keduanya lewat.Yuki mengintip sekilas, "apa ini?" tanyanya."Silakan, Nona. Ini adalah ... produk terbaru dari kami. Ada dua varian rasa, original dan pedas.""Permisi ya," kata Yu