Sepanjang perjalanan menuju apartemen Luna, Luna dan Dion hanya saling diam. Merasa ada sesuatu dengan Luna, Dion memberanikan diri bertanya."Ada apa?" tanya Dion."Apanya?" tanya balik Luna."Kamu nggak kayak biasanya. Kenapa diem terus?" tanya Dion lagi."Lagi nggak mood," jawab Luna."Kamu nggak mau cerita?" tanya Dion menatap Luna sekilas, lalu kembali menatap ke depan."Kamu ada ngomong apa sih ke mamamu? Kok kayaknya mamamu itu nggak suka gitu loh sama aku," tanya Luna ingin tahu."Masa sih? Aku nggak ada ngomong apa-apa kok. Aku cuma ngasih tau mama aja kalau mau ada yang kenalan. Terus tanya, mama ada waktu enggak, gitu aja. Nggak yang macem-macem," jawab Dion berbohong. Sebenarnya Dion sudah menceritakan semua keburukan Luna pada Mamanya dan karena itulah Mamanya ingin segera menemui Luna."Beneran? Kamu nggak lagi bohong, 'kan?" tanya Luna ingin jawaban yang jujur dari Dion."Aku enggak bohong, Luna. Serius," jawab Dion dengan penuh keyakinan. "Terus kenapa ya? Kok cara li
Akhir pekan tiba. Ini pertama kalinnya Cristopher bersantai diakhir pekan karena biasanya dia akan sibuk dengan alat berat di tempat gym. Yuki tak mengizinkan Cristopher melakukan olah raga berat dan hanya diperbolehkan berlari mengelilingi taman dan sekitaran apartemen.Usai olah raga, Cristopher dan Yuki memasak sarapan bersama. Mereka membagi tugas dan saling membantu saat membutuhkan.Karena tidak hati-hati saat bergerak, siku Yuki tidak sengaja menyenggol sebuah mangkuk kaca yang membuat mangkuk kaca jatuh dan pecah."Awas," kata Cristopher.Dengan sigap Cristopher mengangkat tubuh mungil Yuki dan mendudukan Yuki di meja dapur. Agar Yuki tidak mengingak pecahan mangkuk. Segera Cristopher memeriksa kaki Yuki."Ada yang sakit? Kamu kena pecahan kaca?" tanyanya panik.Yuki menggelengkan kepala, "enggak ada yang sakit kok," jawabnya.Melihat kaki Yuki baik-baik saja. Seketika Cristopher menghela napas lega.Melihat Cristopher yang panik dan mengkhawatirkannya, membuat Yuki senang. Ja
"Jangan bahas apapun tentang Giant Grup. Mengerti?" tulis Cristopher cepat-cepat, lalu mengirimnya pada Alfred.Ponsel alfred berdering, Cristopher dan Alfred saling bertatapan. Dengan cepat Cristopher memberi isyarat agar Alfred segera membaca pesannya. Untungnya Alfred peka dan lansung tau maksufd Cristopher."Maaf ya, sebentar. Ada pesan mendesak yang harus saya baca," kata Alfred.Alfred membaca pesan Cristopher, lalu meletakkan ponselnya di atas meja."Pekerjaanku lancar. Cuma ada masalah dikit. Nantilah aku ceritain lebih jelasnya," kata Cristopher."Oh, ok-ok. Santai saja," jawab Alfred.Lily datang membawa teh dan kudapan."Maaf lama. Walaupun tidak seberapa, tapi mohin dicicipi. Ini produk rumahan penduduk sini," kata Lily."Oh, iya. Makasih," jawab Yuki.Lily duduk di samping suaminya, dan mereka mulai mengobrol. Setelah cukup lama mengobrol, barulah Yuki tahu tempat apa yang dia dan Cristopher kunjungi.Tepat di belakang rumah Alfred, ada dua rumah terpisah yang digunakan A
Yuki memergoki kekasihnya berselingkuh dengan teman yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Pertengkaran tak terhindarkan. Yuki yang kesal langsung menarik rambut teman perempuan yang bermain gila dengan kekasihnya."Dasar perempuan murahan! Beraninya kamu menggoda kekasih temanmu sendiri," kata Yuki mencengkram kuat rambut temannya.Teman perempuan Yuki berteriak meminta tolong pada kekasihnya yang juga kekasih Yuki sembari menangis."Dion," panggilnya.Dion segera menolong. Dia mencengkram pergelangan tangan Yuki kuat-kuat."Lepaskan tanganmu, Yuki!" sentak Dion.Dion berusaha melepaskan cengkraman tangan Yuki dan akhirnya berhasil. Dion yang kesal langsung mendodong tubuh Yuki hingga tersungkur ke lantai."Kamu nggak apa-apa, Luna? Mana yang sakit?" tanya Dion khawatir. Mengusap kepala Luna, kekasih gelapnya."Aku baik-baik aja," jawab Luna memeluk Dion.Dion menatap Yuki tajam, "berani sekali kamu ngelakuin ini, Yuki. Bagaimana kalau Luna terluka? Aku nggak akan pernah memaa
Keesokan paginya, Yuki terbangun dari tidurnya dan mendapati seseorang memeluknya dari belakang. Mata Yuki melebar saat melihat tangan kekar yang melingkari perutnya. "I-ini tangan siapa?" batinnya kebingungan.Dengan hati-hati Yuki memindahkan tangan laki-laki asing yang memeluknya dan dia segera bangun dari tempat tidur.Penasaran dengan siapa orang yang menghabiskan malam dengannya, Yuki memalingkan pandangan dan melihat seorang laki-laki tertidur pulas tanpa mengenakan pakaian."Si-siapa dia? Aku gak kenal dia. Aku tidur dengan siapa?" batin Yuki mulai panik.Yuki mencoba mengingat apa yang terjadi padanya dan hanya ingat beberapa hal saja. Begitu ingat jika dia sudah melakukan kesalahan besar Yuki langsung terkejut dan membekap mulutnya sendiri."Gila, gila, gila! Kamu beneran udah gila, Yuki. Gimana bisa kamu melakukan ini dengan laki-laki yang bahkan nggak kamu kenal. Sial! Aku bakal kena masalah kalau kayak gini," batin Yuki semakin panik.Yuki terdiam sesaat untuk menjernih
1 minggu kemudian ...Rumor tentang Yuki yang dibuat oleh Luna menghilang tanpa jejak, tetapi muncul rumor baru dan masih disangkut pautkan dengan Yuki. Beredar rumor jika Yuki sebenarnya dicampakkan oleh Dion, dan karena tak terima, Yuki yang marah menyerang Dion dan Luna secara brutal.Amelia yang mendengar rumor itu langsung memasang badan untuk teman baiknya. Dia menyanggah rumor dan meminta semua orang untuk berhati-hati dalam berbicara dan tidak menyebar berita palsu."Dasar orang-orang gila," gerutu Amelia.Yuki tersenyum, "Sudahlah, Mel. Kenapa juga kamu meladeni mereka. Meski kamu jelasin sampai mulutmu berbuih, kalau mereka nggak mau percaya ya percuma. Mereka pasti hanya akan percaya ucapan orang yang ingin mereka percayai. Semakin kamu tanggepin, mereka semakin menjadi.""Benar sih, tapi aku greget aja gitu. Pengen rasanya ku lakban mulut mereka semua," sahut Amelia gemas sekaligus geram."Oh ya, aku dengar atasan baru kita mau datang ya? Bener nggak sih?" tanya Yuki meng
Keesokan harinya ...Yuki berangkat pagi-pagi sekali dengan wajah kusam karena semalaman tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran tentang kejadian bodoh yang diperbuatnya pada Bosnya.Yuki melihat pintu lift mulai tertutup, sementara dia berada tak jauh. Dengan cepat Yuki berlari menuju lift."Tunggu," ucap Yuki meminta orang di dalam lift menahan pintu untuknya. Yuki sampai di depan lift, tapi pintu lift sudah tertutup. Namun, sesaat kemudian pintu lift terbuka dan Yuki melihat seseorang yang tak ingin ditemuinya berada di dalam lift.Mata Yuki melebar, "Dia ... ah, sial sekali. kenapa aku malah ketemu sama dia? Aku nggak boleh ketahuan," batin Yuki panik."Tidak masuk?" tanya seseorang di dalam lift, yang adalah Cristopher."Si-silakan anda duluan, Pak CEO. Saya menunggu lift selanjutnya saja," jawab Yuki yang langsung menundukkan kepala menghindari tatapan Cristopher."Masuklah," pinta Cristopher menatap Yuki.Yuki terdiam dan tetap menunduk. Cristopher yang melihat Yuki terdiam kem
Yuki duduk di kursinya dan memikirkan apa yang baru saja terjadi antara dia dan Cristopher. Sebenarnya dia tidak bermaksud bicara kasar pada Cristopher, tetapi dia tidak punya pilihan lain selain menarik garis tegas. Dia tidak ingin asal berhubungan dengan laki-laki dan hatinya pun masih belum siap usai dikhianati kekasih dan temannya."Apa kata-kataku keterlaluan? Dia pasti marah," gumam Yuki.Yuki menggelengkan kepalanya cepat, "sudahlah. Mau dia marah atau enggak aku nggak peduli. Kalau misal marah terus aku dipecat ya terima aja," batin Yuki.Yuki mencoba melupakan sesaat apa yang terjadi dan mulai fokus bekerja. Beberapa menit kemudian, satu per satu rekan kerja lain mulai berdatangan. Sampai saat Luna datang dengan membawa hadiah untuk semua rekan satu divisinya. Membuat seluruh ruangan heboh."Semuanya, aku bawakan kalian hadiah. Mohon diterima ya," kata Luna dengan tersenyum cantik.Seorang menerima pemberian Luna, "wah, apa ini?""Makasih, Luna.""Wow, bagus sekali. Makasih,
"Jangan bahas apapun tentang Giant Grup. Mengerti?" tulis Cristopher cepat-cepat, lalu mengirimnya pada Alfred.Ponsel alfred berdering, Cristopher dan Alfred saling bertatapan. Dengan cepat Cristopher memberi isyarat agar Alfred segera membaca pesannya. Untungnya Alfred peka dan lansung tau maksufd Cristopher."Maaf ya, sebentar. Ada pesan mendesak yang harus saya baca," kata Alfred.Alfred membaca pesan Cristopher, lalu meletakkan ponselnya di atas meja."Pekerjaanku lancar. Cuma ada masalah dikit. Nantilah aku ceritain lebih jelasnya," kata Cristopher."Oh, ok-ok. Santai saja," jawab Alfred.Lily datang membawa teh dan kudapan."Maaf lama. Walaupun tidak seberapa, tapi mohin dicicipi. Ini produk rumahan penduduk sini," kata Lily."Oh, iya. Makasih," jawab Yuki.Lily duduk di samping suaminya, dan mereka mulai mengobrol. Setelah cukup lama mengobrol, barulah Yuki tahu tempat apa yang dia dan Cristopher kunjungi.Tepat di belakang rumah Alfred, ada dua rumah terpisah yang digunakan A
Akhir pekan tiba. Ini pertama kalinnya Cristopher bersantai diakhir pekan karena biasanya dia akan sibuk dengan alat berat di tempat gym. Yuki tak mengizinkan Cristopher melakukan olah raga berat dan hanya diperbolehkan berlari mengelilingi taman dan sekitaran apartemen.Usai olah raga, Cristopher dan Yuki memasak sarapan bersama. Mereka membagi tugas dan saling membantu saat membutuhkan.Karena tidak hati-hati saat bergerak, siku Yuki tidak sengaja menyenggol sebuah mangkuk kaca yang membuat mangkuk kaca jatuh dan pecah."Awas," kata Cristopher.Dengan sigap Cristopher mengangkat tubuh mungil Yuki dan mendudukan Yuki di meja dapur. Agar Yuki tidak mengingak pecahan mangkuk. Segera Cristopher memeriksa kaki Yuki."Ada yang sakit? Kamu kena pecahan kaca?" tanyanya panik.Yuki menggelengkan kepala, "enggak ada yang sakit kok," jawabnya.Melihat kaki Yuki baik-baik saja. Seketika Cristopher menghela napas lega.Melihat Cristopher yang panik dan mengkhawatirkannya, membuat Yuki senang. Ja
Sepanjang perjalanan menuju apartemen Luna, Luna dan Dion hanya saling diam. Merasa ada sesuatu dengan Luna, Dion memberanikan diri bertanya."Ada apa?" tanya Dion."Apanya?" tanya balik Luna."Kamu nggak kayak biasanya. Kenapa diem terus?" tanya Dion lagi."Lagi nggak mood," jawab Luna."Kamu nggak mau cerita?" tanya Dion menatap Luna sekilas, lalu kembali menatap ke depan."Kamu ada ngomong apa sih ke mamamu? Kok kayaknya mamamu itu nggak suka gitu loh sama aku," tanya Luna ingin tahu."Masa sih? Aku nggak ada ngomong apa-apa kok. Aku cuma ngasih tau mama aja kalau mau ada yang kenalan. Terus tanya, mama ada waktu enggak, gitu aja. Nggak yang macem-macem," jawab Dion berbohong. Sebenarnya Dion sudah menceritakan semua keburukan Luna pada Mamanya dan karena itulah Mamanya ingin segera menemui Luna."Beneran? Kamu nggak lagi bohong, 'kan?" tanya Luna ingin jawaban yang jujur dari Dion."Aku enggak bohong, Luna. Serius," jawab Dion dengan penuh keyakinan. "Terus kenapa ya? Kok cara li
Hari pertemuan yang dinantikan akhirnya datang. Luna dan Lusiana bertemu untuk makan malam, sepulang kerja.Luna memperkenalkan diri pada Lusiana. Bersikap ramah dan sopan. Dia tersenyum dengan begitu anggun."Halo, tante. Senang ketemu tante. Saya Luna," sapa Luna."Oh, halo. Saya Lusiana, mamanya Dion. Senang bertemu denganmu," sapa Lusiana tersenyum cantik.Lusiana mempersilakan Luna duduk. Luna duduk berhadapan dengan Lusiana, dan Dion duduk di samping Luna.Tanpa banyak menunggu, Lusiana segera memanggil pelayan dan memesan menu makan malam. "Berapa usiamu, Luna?" tanya Lusiana."25, tante," jawab Luna."Ah, 25 tahun. Tinggal sendiri atau bersama keluarga?" tanya Lusiana lagi."Saya nggak punya keluarga. Saya besar di panti asuhan dan sekarang tinggal sendiri," jawab Luna."Aduh, anak nggak punya orang tua. Gimana bisa sih Dion kenal perempuan kayak gini. Masih mending Yuki," batin Lusiana."Oh, begitu. Pasti sulit ya," kata Lusiana."Nggak juga. Saya sudah terbiasa sendiri dan
Dion sedang duduk termenung di ruang tamu rumahnya. Dia berpikir tentang apa yang harus dilakukannya dengan Luna yang terus membuatnya sakit kepala. Mamanya yang baru keluar kamar melihat dan langsung bertanya apa hal yang terjadi pada putranya?"Ada apa?" tanya mama Dion duduk di samping Dion. "Mama nggak tidur?" tanya balik Dion, tanpa menjawab pertanyaan dari mamanya. "Mama mau ambil minum, waktu keluar kamar lihat kamu diam melamun. Makanya mama datang dan tanya, kamu kenapa?" jawab mama Dion menjelaskan."Aku nggak apa-apa kok Ma. Mama bisa ninggalin aku sendiri," jawab Dion. Dion dan Mamanya saling Diam. Sampai saat Mama Dion memulai pembicaraan lagi."Mama mau dengar ceritamu. Apa nggak boleh? kamu udah lama nggak cerita-cerita sama mama," pinta Lusiana, Mama Dion."Aku pusing, Ma ... " jawab Dion. "Ya sudah. Kamu cerita sama mama. Ada apa?" tanya Lusiana penasaran. Apa yang membuat anaknya begitu khawatir dan murung. "Aku lagi ada masalah. Mama tau 'kan alasan aku putus
Saat antri di kasir, Yuki dan Cristopher asik mengobrol. Keduanya bicara dengan berbisik."Pak, dasinya nggak dilonggarin aja? Kan udah nggak di kantor. Mau saya bantu longgarin nggak?" bisik Yuki bertanya."Boleh aja. Tolong ya," bisik Cristopher.Cristopher segera membungkukkan badan dan menundukkan kepala agar Yuki tak perlu berjinjit untuk melonggarkan dasi dan melepas kancing kemejanya. Yuki segera melonggarkan dasi dan melepas kancing kemeja Cistopher. Keduanya sempat bertatapan dan saling tersenyum satu sama lain."Sudah," bisik Yuki."Makasih ya," bisik Cristopher.Karena terlalu asik berbincang, Yuki dan Cristopher sampai di tegur seorang nenek yang sedang mengantri di belakang keduanya."Hei, kalian berdua. Kalian pengantin baru, ya? Mesra-mesranya dilanjut di rumah saja. Bisa tolong maju? Antrian di depan kalian sudah maju," kata si nenek.Yuki dan Cristopher tersentak kaget. Keduanya Saling memandang, lalu bersamaan menatap si nenek."Nenek bicara pada kami?" tanya Yuki.
Yuki dan Cristopher sampai di Giant Market. Supermarket besar super lengkap langganan Yuki."Sering ke sini?" tanya Cristopher.Yuki menganggukkan kepala, "ya, nggak sering juga. Biasa mampir sebulan satu sampai dua kali buat beli kebutuhan harian. Karena menurut saya disini barangnya super lengkap dan lumayan murah. Cocoklah untuk kaum mendang-mending kayak saya," jawabnya.Cristopher menganggukkan kepala, "hm, gitu."Saat Yuki ingin mengambil troli, dia sudah keduluan Cristopher."Aku yang dorong trolinya. Kamu yang pilih-pilih," kata Ceistopher."Ok," jawab Yuki tersenyum senang.Yuki berjalan berkeliling diikuti Cristopher. Diam-diam mata Cristopher menyelisik sekitaran untuk mengamati situasi dan pelayan dari Giant Market. "Silakan dicoba tasternya," kata seorang ibu-ibu pada Yuki dan Cristopher saat keduanya lewat.Yuki mengintip sekilas, "apa ini?" tanyanya."Silakan, Nona. Ini adalah ... produk terbaru dari kami. Ada dua varian rasa, original dan pedas.""Permisi ya," kata Yu
Yuki sengaja berlama-lama mengerjakan pekerjaannya. Saat semua teman-temanya sudah bersiap pulang, dia masih sibuk mengetik keyboard dan menatap layar komputer. Saat Amelia mengajak turun bersama, Yuki meminta Amelia pulang duluan karena masih ada sedikit pekerjaan yang akan dilakukannya."Loh, belum selesai? Kayaknya tadi santai-santai, aku kira udah selesai," kata Amelia yang baru selesai bersiap."Iya nih. Tadi ada salah ketik. Hehe ..." jawab Yuki beralasan."Mau aku tungguin, atau dibantu mungkin?" tanya Amelia.Yuki menggelengkan kepala, "e-enggak perlu. Aku kerjain sendiri aja. Kamu bisa pulang dulu," jawabnya tersenyum."Ok, aku duluan kalau gitu. Kamu cepet tuh selesaikan biar bisa pulang. Jangan pulang malam-malam," kata Amelia memperingatkan."Siap, Bu. Hati-hati dijalan ya," kata Yuki."Ya, kamu juga hati-hati pulangnya nanti. Aku pergi dulu. Dah ..." Amelia berpamitan melambaikan tangan pada Yuki."Dah," jawab Yuki. Membalas lambaian tangan Amelia.Amelia pergi setelah be
Suasana begitu hening. Papa dan anak hanya saling diam. Sampi sang Papa mulai angkat suara."Bagaimana kabarmu?" tanya Stevano.Cristopher menatap Stevano, "ada angin apa Papa tanya kabarku? Bersikaplah seperti yang biasa Papa lakukan. Nggak usah sok dekat atau sok perhatian," jawab Cristopher."Apa salahnya papa tanya kabarmu?" tanya Stevano."Nggak salah, tapi aneh. Aku dengernya aneh. Papa yang kukenal nggak pernah tuh tanya kabar," jawab Cristopher."Kamu masih nggak berubah ya," kata Stevano."Kenapa harus berubah? Yang membuatku seperti ini 'kan papa sendiri. Cuma papa di dunia ini yang tega membiarkan anaknya sendirian melawan kerasnya hidup di saat anak itu masih membutuhkan sosok Papa dalam hidupnya," sahut Cristopher.Stevano duduk bersandar menatap Cristopher, "Cris ... tahukah kamu? Papa juga dalam keadaan yang sulit setelah kehilangan mamamu. Mamamu itu segalanya buat papa. Mungkin sekarang kamu anggap ucapan papa ini lelucon. Papa yakin, kamu pasti akan merasakannya nant