Hazel terdiam, seakan-akan ada sesuatu yang tiba-tiba meledak di benaknya."Apa katamu?"Bagaimana mungkin bayi di dalam perut Winda bukan akan Yudhis?Winda memang gadis yang cukup gila kalau sudah jatuh cinta, tetapi dia bukan gadis yang akan melakukannya dengan siapa saja.Ini tidak mungkin!Yudhis bisa melihat keterkejutan di bawah mata Hazel, lalu memutuskan untuk menjelaskan, "Yang bersama Winda malam itu bukan aku."Hazel masih belum pulih dari keterkejutannya. Dia sudah membuka mulutnya, tetapi tidak tahu harus berkata apa.Yudhis tampak puas dengan reaksinya dan mendekatinya lagi, sambil bergumam di telinganya."Semua kekhawatiranmu itu nggak berdasar. Selama kamu mau, aku bisa membawamu pergi sejauh yang kamu mau.""Gila!" Hazel menyela sambil mencibir, lalu mendorong Yudhis dengan paksa. "Aku nggak tertarik padamu. Selain itu, aku sudah menikah.Yudhis sama sekali tidak peduli. "Menikah atau nggak, aku bisa merebutmu dari Sergio kalau kamu mau."Hazel tampak seperti mendenga
Setelah kejadian ini, banyak orang berpikiran macam-macam.Tidak disangka Bu Hazel ternyata orang yang seperti itu.Sudah punya Sergio, tetapi masih belum merasa cukup, sampai melakukan hal seperti itu di ruangannya dengan pegawainya.Benar-benar tidak bisa dinalar.Hazel merasa ada yang mengganjal di hatinya begitu menyadari kalau mereka salah paham dengannya.Dia memelototi Yudhis dengan kesal, lalu berkata dengan suara dalam yang penuh peringatan, "Nggak usah berlebihan!""Mana mungkin. Aku harusnya malah lebih menyayangi Bu Hazel."Jawaban Yudhis terkesan ambigu, seakan dia memang memiliki hubungan seperti itu dengan Hazel.Nada bicaranya terkesan sombong dan tidak merahasiakan apa pun, benar-benar ingin orang lain salah paham dan berpikiran aneh-aneh.Setelah mengatakan itu dia masih sempat tersenyum tipis, lalu berjalan keluar tanpa menoleh ke belakang di bawah tatapan semua orang.Hazel menghela napas panjang. Dia ingin sekali menarik Yudhis kembali, lalu memintanya menjelaskan
Sore harinya, Intan datang ke ruangan Hazel dan mengatakan, "Bu Hazel, malam ini ada acara makan malam amal di Lumina Hotel. Penyelenggara mengundang Bu Hazel untuk datang. Gaun untuk pergi ke sana sudah disiapkan.""Ya."Hazel mengangguk, menandakan kalau dia mengerti.Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan menoleh untuk melihat Intan di belakangnya."Bu Intan, malam ini kamu nggak perlu ikut. Aku akan meminta Risma buat ikut denganku."Intan tertegun, sedikit kepanikan melintas di pelupuk matanya. Lalu, dia bertanya dengan penuh semangat, "Kenapa? Bu Hazel, apa ada yang kurang dengan kinerja saya?"Hazel tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Matanya tertuju pada perut Intan, lalu dia menjawab, "Kamu lagi hamil, jadi lebih baik jangan pakai sepatu setinggi itu. Ada banyak hal di perjamuan nanti, jangan sampai bayi dalam kandunganmu kenapa-kenapa."Hazel memang menyukai anak kecil.Meskipun masih belum punya pemikiran untuk memiliki anak, masalah ini selalu ada dala
Menyadari berbagai macam tatapan mata banyak orang yang tertuju padanya, Hazel mengaitkan bibirnya erat-erat. Bahkan genggamannya pada tangan Sergio sedikit mengencang tanpa dia sadari.Sergio menunduk dan kebetulan melihat wajah Hazel yang tegang. Dia langsung mengulurkan tangannya dan menarik Hazel ke dalam pelukannya.Dia menundukkan kepalanya dan berbisik ke telinga Hazel, "Jangan gugup, ada aku di sini."Hazel tanpa sadar mengangkat matanya dan bertemu dengan mata Sergio yang penuh kelembutan dan menyalurkan semangat itu.Entah karena matanya yang terlalu memikat atau karena Sergio mampu memberikan rasa aman yang cukup, hati Hazel yang tadinya tegang seketika menjadi rileks.Alisnya perlahan terangkat dan dia menebarkan senyuman ke arah Sergio."Hmm!"Dalam sekejap, tekanan yang berasal dari ruang perjamuan seakan menguap entah ke mana.Sergio tersenyum tipis. Dia memaksa dirinya untuk tidak menundukkan kepala dan mencium Hazel. Dia hanya merangkul pundak Hazel, lalu membawanya ma
Winda benar-benar menunjukkan wajah dingin dan meronta sekuat tenaga. "Hei, Tuan, tolong tunjukkan sedikit rasa hormatmu. Ada banyak orang yang melihat, apa kamu nggak takut kehilangan muka?"Namun, pria itu tidak memiliki rasa takut sedikit pun, malah tertawa dengan penuh semangat."Oh, jadi kamu menolakku karena di sini ada banyak orang? Kalau begitu kita naik ke atas saja. Aku punya kamar presiden suit di sini. Sayang, kamu tenang saja. Aku pasti akan memuaskanmu!"Setelah mengatakan itu, pria itu mendekat dan terlihat ingin mencium bibir Winda.Winda berteriak dan meminta pertolongan kepada orang-orang di sekitar, tetapi semua orang menatapnya dengan acuh, tetapi ada gurat simpati dalam sorot mata mereka.Namun, tidak ada satu orang pun yang bersedia mengulurkan tangan untuk menolongnya.Karena pria itu bukan orang lain, melainkan ayah dari seorang pejabat tinggi di Kota Palapa. Penyelenggara perjamuan ini memiliki hubungan yang tidak biasa dengan pejabat tinggi ini.Tepat ketika W
Dia meraih tangan Hazel dan menggelengkan kepalanya dengan lembut. "Aku baik-baik saja, Rafael yang menolongku."Hazel melirik ke arah yang ditunjuk Winda dan gelombang kemarahan membuncah di dadanya.Jika Rafael tidak datang tepat waktu, Winda pasti sudah dilecehkan!Sungguh keji!Melihat Sergio, mata Rafael langsung berbinar. Dia pun memanggilnya, "Sergio."Sergio mengangguk pelan, lalu menatap pria yang terbaring di lantai, yang masih terus meratap kesakitan."Tuan Bima?"Mata pria paruh baya itu berbinar, merasa kalau dia sudah menemukan seorang penyelamat. Dia mengangguk, lalu menjawab, "Ya, namaku memang Rama. Tuan Sergio ternyata punya daya ingat yang bagus. Tolong minta Tuan Rafael untuk melepaskanku. Kita sama-sama teman, jadi kenapa harus sampai seperti ini?"Sergio mengangkat alisnya, sudut bibirnya perlahan-lahan menyunggingkan senyuman dingin, "Daya ingatku memang bagus, tapi aku nggak ingat kalau ada orang bernama Bima yang berkuasa di Kota Palapa."Nada suaranya memang t
Melihat keraguan dan ketakutan di dasar mata Winda, Rafael langsung berkata, "Nggak perlu. Kalau kamu benar-benar menyesal, bilang padanya. Kalau dia macam-macam lagi sama Winda, dia akan berhadapan dengan Keluarga Bramantyo."Suara Rafael jernih dan penuh daya tarik, membuat jantung Winda berdebar kencang ketika mendengarnya.Penyelenggara acara mengangguk berulang kali dan meyakinkan kalau Bima tidak akan pernah muncul di depan Winda lagi. Setelah itu, Rafael baru melepaskannya.Mendapatkan jawaban yang diinginkan, Rafael menatap penyelenggara acara dengan sorot dingin, lalu menggandeng tangan Winda untuk meninggalkan ruang perjamuan.Melihat punggung keduanya yang menjauh, Hazel mengerjap kosong, matanya dipenuhi kebingungan."Apa yang mereka lakukan ...."Melihat keterkejutan Hazel, Sergio tertawa pelan.Telapak tangannya menempel di atas kepala Hazel dan mengusapnya dengan lembut, lalu dia mengatakan, "Sejelas ini, tapi kamu masih nggak tahu?"Rasanya seperti ada yang meledak di d
Mendengar kata-kata Hazel, Sergio bahkan sampai tertawa terbahak-bahak.Suaranya rendah dan seksi, dadanya bergetar ketika dia tertawa.Pipi Hazel terasa panas. Dia menggosok telinganya dengan ekspresi tidak wajar, merasakan arus listrik mengalir di sepanjang telinganya."Sergio, sudah cukup! Jangan mengejekku lagi!"Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Hazel, sebuah tangan yang hangat dan kuat tiba-tiba melingkari pinggangnya, membuat Hazel tertarik ke dalam pelukannya.Hazel tidak siap dan tubuhnya membentur dada yang keras.Dia mendongak tanpa sadar, lalu melihat kalau Sergio tengah menatapnya. Mata yang dalam itu seakan memantulkan ribuan bintang."Aku nggak mengejekmu, aku cuma lagi bahagia."Hazel yang mendengar itu pun menimpali acuh, "Bahagia kenapa? Kamu memang mengejekku!"Bukankah Hazel hanya terpesona oleh godaan Sergio?Apa yang memalukan dari terpesona oleh suaminya sendiri?Merasakan kelembutan dalam pelukannya, hati Sergio langsung luluh.Dia menunduk, mencium kening
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya