Rafael diam-diam menarik bibirnya membentuk senyuman tipis, lalu menunjukkan gerakan mempersilakan.Winda tidak punya pilihan lain selain masuk ke dalam mobilnya.Setengah jam kemudian, mobil sudah terparkir di lantai bawah rumah Winda. Winda melirik ke arah Rafael dan berkata, "Tuan, terima kasih karena sudah membantuku hari ini."Rafael mengetuk setir mobil dengan lembut, lalu bertanya sambil mengangkat alis, "Hmm? Apa yang akan kamu lakukan untuk berterima kasih kepadaku?"Winda tertegun, lalu menjawab, "Aku akan mentraktir makan, tapi aku nggak bisa kasih yang mahal."Winda memang sudah mendapat pekerjaan, tetapi dia masih harus membayar uang sewa rumah.Namun, Rafael tidak peduli dan mengangguk pelan, "Ya! Kalau begitu aku menantikannya. Sudah malam, cepat masuk dan istirahatlah."Winda mengangguk, melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.Setelah sampai di rumah, Winda menghela napas lega. Entah kenapa, dia selalu merasa gugup saat berduaan dengan Rafael.Apa yang dia p
Sergio yang baru selesai mandi berjalan ke sisi ranjang, lalu mencium kening Hazel dengan lembut.Hazel memelototinya dengan kesal. "Ini salahmu! Aku jadi kesiangan begini!"Sergio tersenyum, lalu mengambil baju yang ada di tangan Hazel, membantu Hazel memakainya. Lalu, dia menjawab lembut, "Ya, ini memang salahku. Pintarnya, masih sakit nggak?"Wajah Hazel memerah, bahkan rona merah ini menjalar sampai ke telinganya.Masih sakit nggakPintarnya ....Selama ini tidak ada yang pernah memanggilnya seperti ini.Bibir Hazel yang merah merona sedikit cemberut, dia mendengus dengan nada kesal, "Sudahlah, kali ini aku maafkan."Melihat sikap patuh Hazel, Sergio tidak bisa menahan senyumnya.Hazel-nya masih bisa luluh dengan mudah, membuat Sergio memiliki dorongan untuk lebih menyayangi dan memanjakannya.Sergio menunduk dan memberikan sebuah kecupan di bibir Hazel. Kecupan ini tidak mengandung nafsu, sangat tulus dan serius."Hazel, aku mencintaimu."Hazel tidak menyangka Sergio akan menyatak
Di dalam salah satu vila di Kota Palapa.Video yang sama juga sedang diputar.Mata pria yang memegang ponsel membara saat menatap wanita dalam video, yang mengenakan gaun yang bagian belakangnya memiliki model panjang. Dandanannya sangat cantik, temperamennya pun sangat menawan. Saat ini, tatapan matanya terlihat rumit.Tepat pada saat itu, sebuah tangan dengan kasar merenggut ponsel dari tangannya. Orang itu berteriak marah, "Justin, kamu sudah menatap video ini selama setengah jam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya?"Justin mendongak dan menatap wanita yang berdiri di depannya dengan tidak senang, lalu menjawab datar, "Kembalikan ponselku."Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil ponselnya kembali.Namun, Darra mundur dua langkah dan mencibir, "Justin, aku tanya lagi. Apa yang kamu lakukan barusan?""Bukannya cuma lihat video saja? Kenapa kamu terlihat begitu menghayati?"Justin dengan tidak sabar beranjak dari sofa, lalu mengulangi perkataannya, "Kembalikan ponselku!""Nggak akan!
Bukan hanya itu saja. Darra tidak pernah merasa puas, merasa kalau apa yang diberikan Justin terlalu sedikit, bahkan membandingkannya dengan Sergio. Dia juga meminta Justin untuk merebut harga keluarga yang ada di tangan Sergio.Ketika Justin berbincang singkat dengan wanita lain pun Darra akan curiga, menuduhnya selingkuh.Justin benar-benar lelah.Kalau pernikahan bisa mengubah seseorang sampai seperti ini, dia akan memilih untuk tidak menikah selamanya.Darra membuka mulutnya, kilatan kepanikan terlihat di matanya. "Nggak begitu, Kak Justin. Kenapa kamu berpikir seperti itu tentangku? Aku sayang banget sama kamu! Semua yang aku lakukan juga demi kamu."Justin tersenyum sendiri, menatap ponsel yang sudah hancur di lantai, lalu bertanya, "Menghancurkan ponsel juga demi aku?"Darra berkedip merasa bersalah, lalu menjawab dengan kesal, "Aku ... aku begitu karena kamu melihat video Kakak terus. Aku takut kamu menyesal karena sudah menikah denganku! Aku nggak sengaja!"Justin menghela nap
Hazel mengambil cuti satu hari di rumah dan kembali ke kantor keesokan harinya.Namun hari ini, suasana di perusahaan jelas sedikit berbeda. Banyak karyawan yang berkumpul dan membicarakan sesuatu dengan berbisik-bisik.Melihat Hazel, ekspresi mereka langsung berubah menjadi serius. "Bu Hazel, selamat pagi."Hazel mengangguk dan langsung masuk ke dalam lift.Meski tidak bertanya, samar-samar dia mendengar nama Yudhis disebutkan dalam perbincangan mereka.Sesampainya di ruang kantor, Intan masuk dengan tergesa-gesa, lalu berkata dengan raut wajah cemas dan bingung, "Bu Hazel, ini surat pengunduran diri yang Yudhis minta untuk diserahkan kepada Bu Hazel. Dia sudah mengemasi barang-barangnya dan pergi."Hazel tidak terkejut dan mengangguk pelan, "Taruh saja di sana. Beritahukan kepada departemen desain untuk rapat."Intan terdiam, lalu menjawab, "Bu Hazel, jadi Bu Hazel sudah tahu soal pengunduran diri Yudhis?""Hmm."Hazel mengangguk sebagai jawaban.Dia memang menghargai bakat Yudhis, t
Hazel mendongak dan melihat ke luar jendela. Tangannya yang berlumuran darah dengan gemetar menurunkan jendela dan meminta bantuan....Sergio sedang berada di tengah-tengah rapat ketika menerima telepon. Ervan bergegas masuk, berkata dengan nada cemas, "Tuan, gawat. Nyonya ... Nyonya mengalami kecelakaan mobil!""Apa?" Sergio berdiri dari kursinya dengan kaget dan langsung pergi dengan tergesa-gesa setelah mengatakan kalau rapat ditunda.Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Sergio melajukan mobil dengan sangat cepat. Kalau bisa, dia ingin terbang karena ingin cepat sampai di rumah sakit.Otot dan sarafnya terasa tegang. Dia terus berdoa dalam hati agar Hazel baik-baik saja.Ketika keluar dari mobil, kaki Sergio gemetar. Kalau tidak berpegangan pada pintu, dia mungkin akan jatuh ke tanah.Namun, dia tidak berani membuang waktu barang satu detik pun dan dengan cepat berlari ke ruang gawat darurat.Dokter sedang mengoleskan obat kepada Hazel ketika dia tiba di sana.Sosok Hazel begitu ke
Mungkin karena aura Sergio terlalu kuat, dokter yang ditatap dengan sorot dingin dan tegas oleh Sergio merasa tidak nyaman saat mengobati Hazel.Ketika dokter tidak fokus, tangannya bergetar tak terkendali."Ugh ...."Merasakan rasa sakit di dahi, Hazel tidak bisa menahan diri dan meringis kesakitan.Wajah Sergio seketika berubah suram, suaranya yang rendah membawa niat mematikan yang kental, "Kalau nggak bisa ngobatin luka, minta dokter lain yang melakukannya."Dokter itu tertawa getir. Dia tentu saja ingin mengoleskan obat dengan benar.Namun, siapa yang tidak takut saat ditatap oleh seseorang seperti Sergio?Hazel menarik ujung jas Sergio perlahan, lalu mengingatkan sesuatu kepadanya, "Om, kamu bikin dokter takut."Ketika Sergio mendengar ini, ekspresi tegang di wajahnya langsung mengendur. Niat mematikan dan ketidak pedulian di bagian bawah matanya perlahan-lahan memudar.Meskipun masih mencekam, jelas terlihat bahwa tekanan udara di sekelilingnya tidak serendah sebelumnya.Dokter
Hazel menggigit bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa.Sergio menghela napas tak berdaya dan genggamannya pada Hazel mengencang, masih mencoba menenangkannya.Sekitar satu jam kemudian, istri sopir yang bernama Indah pun tiba. Melihat suaminya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, air mata langsung jatuh. Dia bersandar di samping tempat tidur dan menangis tersedu-sedu."Mandra, kenapa kamu bisa terluka begini? Jelas-jelas saat berangkat tadi kamu masih baik-baik saja ....""Pembunuh mana yang membuatmu menjadi seperti ini? Kamu benar-benar malang ...."Sergio mengerutkan kening dan tanpa sadar menutup telinga Hazel dengan tangannya, agar Hazel tidak berpikir yang tidak-tidak.Melihat Indah menangis seperti ini, hati Hazel terasa tidak nyaman.Dia berinisiatif untuk berbicara, "Bu Indah, aku minta maaf. Pak Mandra mengalami kecelakaan saat mengantarku. Kami pasti akan bertanggung jawab."Indah langsung menoleh ke belakang, menatap tajam pada sosok Hazel. Tatapannya ini d
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya