Hazel menggigit bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa.Sergio menghela napas tak berdaya dan genggamannya pada Hazel mengencang, masih mencoba menenangkannya.Sekitar satu jam kemudian, istri sopir yang bernama Indah pun tiba. Melihat suaminya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, air mata langsung jatuh. Dia bersandar di samping tempat tidur dan menangis tersedu-sedu."Mandra, kenapa kamu bisa terluka begini? Jelas-jelas saat berangkat tadi kamu masih baik-baik saja ....""Pembunuh mana yang membuatmu menjadi seperti ini? Kamu benar-benar malang ...."Sergio mengerutkan kening dan tanpa sadar menutup telinga Hazel dengan tangannya, agar Hazel tidak berpikir yang tidak-tidak.Melihat Indah menangis seperti ini, hati Hazel terasa tidak nyaman.Dia berinisiatif untuk berbicara, "Bu Indah, aku minta maaf. Pak Mandra mengalami kecelakaan saat mengantarku. Kami pasti akan bertanggung jawab."Indah langsung menoleh ke belakang, menatap tajam pada sosok Hazel. Tatapannya ini d
Hazel mengikuti Sergio keluar dari bangsal. Baru melangkah dua langkah, tubuhnya tiba-tiba terangkat.Dia terkesiap kaget dan tanpa sadar melingkarkan lengannya ke leher Sergio, sementara tangannya yang lain mencengkeram kerah kemeja Sergio dengan erat."Om, apa yang kamu lakukan?""Gendong kamu pulang."Perawat lain dan keluarga pasien yang berjalan melewati koridor langsung menoleh dengan rasa ingin tahu saat melihat keduanya berpelukan.Pipi Hazel perlahan-lahan memerah. Dia bicara pelan, "Nggak perlu, aku bisa jalan sendiri."Luka-lukanya sebagian besar ada di kepala, kakinya hanya terluka sedikit, tidak menghalanginya untuk berjalan."Kamu terluka, jadi nurut saja dan bersandarlah kepadaku."Sergio menolak untuk melepaskannya dan menggendong Hazel masuk ke dalam lift.Hazel meronta beberapa saat. Setelah menyadari kalau Sergio tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepaskannya, dia hanya bisa pasrah.Karena tidak bisa melawan, jadi dia hanya bisa menerimanya.Lagi pula, sepanjang ha
Adam terus mondar-mandir di dalam vila dengan panik setelah mendengar kabar kecelakaan yang menimpa Hazel.Para pelayan juga ikut cemas.Hazel memiliki kepribadian yang baik dan memperlakukan mereka dengan baik, sehingga hampir semua orang menyukainya.Mereka juga sangat khawatir setelah tahu Hazel mengalami kecelakaan..Adam sangat cemas dan sesekali melirik ke arah pintu, tidak lupa untuk memerintahkan para pelayan, "Apa makanannya sudah siap? Tuan dan Nyonya mungkin belum makan, cepat siapkan.""Jangan lupa, jangan siapkan makanan berat. Singkirkan semua makanan pedas dan berminyak ...."Pelayan mengiakan, lalu berlari ke dapur untuk menemui koki.Setelah beberapa saat, yang datang bukanlah Hazel dan Sergio, melainkan Liana.Liana keluar dari mobil dengan bantuan Firdan, masuk ke dalam vila dengan ekspresi cemas di wajahnya."Apa yang terjadi? Aku dengar Hazel mengalami kecelakaan mobil? Apa dia belum kembali?"Bukankah mereka bilang sudah dalam perjalanan?Kalau tahu Sergio akan me
Melihat sikap patuh Hazel, Sergio tersenyum puas. Lalu, dia membungkuk dan menggendong Hazel.Hazel bergerak, merasa sedikit canggung dengan posisi ini. Dia berbisik pelan pada Sergio, "Om, gendong depan saja, nggak enak kalau begini banyak yang lihat."Sergio tersenyum, lalu bertanya sambil mengangkat alisnya, "Hmm? Bukannya ini posisi yang bagus?"Hazel cemberut dan pipinya memerah. Lalu, dia menimpali, "Aku bukan anak kecil. Cuma anak-anak yang digendong begini sama orang tuanya."Sergio menarik sebuah kursi dan mendudukkan Hazel di pangkuannya, lalu berbisik di samping wajahnya, "Di mataku, Hazel tetaplah seorang anak kecil."Dia sengaja mendekat saat berbicara, membuat napasnya menerpa wajah Hazel.Rasa panas yang tak terkatakan menyebar di wajah Hazel. Dia membenamkan wajahnya di bahu Sergio karena malu.Dia membisikkan sebuah peringatan, "Ibu lihat, itu. Jadi jangan bicara macam-macam."Sergio menahan tawanya. Melihat kalau Hazel benar-benar malu, dia langsung setuju untuk tidak
Hazel ingin mengatakan sesuatu yang lain, tetapi ketika melihat kekhawatiran di mata Sergio, dia tidak bicara lagi."Baiklah kalau begitu."Sergio akhirnya tersenyum puas, telapak tangannya mengusap lembut bagian atas rambut Hazel. "Pintar."Satu jam kemudian, Intan tiba di Grand Permata, membawa berkas-berkas yang harus diselesaikan.Awalnya, dia mengira hanya Hazel yang ada di ruang kerja. Siapa sangka begitu masuk, dia melihat Sergio juga ada di sana.Pria itu perlahan mengangkat pandangannya dan melirik Intan sekilas.Intan langsung ketakutan dan berdiri diam, tidak berani bergerak."Tuan ... Tuan Sergio."Hazel menatap Intan sambil tersenyum, lalu menoleh untuk menatap Sergio. "Om, kamu bikin Bu Intan takut."Sergio menunduk, ada sedikit kesedihan dalam nada suaranya yang rendah dan dingin, "Aku belum melakukan apa-apa."Hazel tertawa tidak berdaya.Ada beberapa orang, bahkan tanpa mengucapkan sepatah kata pun atau melakukan apa pun, hanya berdiam diri di sana, tetapi sudah membua
Intan terkesiap. Karena tidak mendengar jelas pertanyaan Hazel, jadi dia bertanya bingung, "Apa?"Hazel tertawa pelan dan menjawab lembut, "Bu Intan jangan khawatir. Aku cuma ingin lebih mengenalmu saja, nggak ada niat lain."Senyum di sudut bibir Intan menegang sejenak, tetapi dengan cepat kembali normal."Ternyata begitu. Sebelumnya saja bekerja selama lima tahun untuk Tuan Krisna. Sekretarisnya nggak cuma saya saja, tapi mereka mengundurkan diri satu per satu."Hazel mengangguk mengerti dan melambaikan tangannya sambil menangani dokumen-dokumen di depannya. "Aku mengerti, lanjutkan pekerjaanmu, Bu Intan. Aku akan menghubungimu kalau ada sesuatu."Intan tidak bisa memahami apa yang ada di benak Hazel. Setelah menatapnya dalam-dalam, dia meninggalkan ruang kerja.Dalam perjalanan kembali ke perusahaan, telepon Intan tiba-tiba berdering.Intan melihat identitas penelepon dan menyadari kalau itu adalah panggilan dari nomor yang tidak dikenal, jadi dia menolak panggilan itu.Namun tidak
Begitu mendekat, Hazel bisa mencium aroma bunga di taman. Bahkan, terlihat ada beberapa kupu-kupu yang beterbangan di antara bunga-bunga itu.Hazel menarik napas dalam-dalam dan menutup matanya dengan nyaman.Dia mengenakan baju tidur sederhana berwarna putih bersih, yang membuat sosoknya terlihat sangat suci di antara bunga-bunga itu.Angin sepoi-sepoi berembus lembut dan ujung pakaiannya berkibar, seakan kibarannya mampu menggerakkan kedalaman hati seseorang.Sergio yang kebetulan baru pulang kerja pun melihat pemandangan ini.Dia turun dari mobil dan berdiri di samping, menatap Hazel secara diam-diam.Meskipun ada jarak, tetapi masih tidak bisa menghalangi panasnya sorot matanya.Adam yang melihat kepulangan Sergio pun menyapanya, "Tuan sudah pulang?"Hazel yang mendengar itu pun menoleh ke arah pintu. Senyum di bibirnya perlahan terkembang saat melihat sosok yang perlahan mendekat."Om!""Hmm, lagi apa?" Sergio berdiri di depan Hazel, tangannya yang panjang melingkari pinggang Haze
Justin menelan ludah dengan susah payah, senyum pahit yang tak tertahankan terkembang di wajahnya.Ya, dia menyesalinya.Saat Hazel dulu mengejarnya, dia tidak bisa menghargainya dengan baik, malah tertipu oleh penampilan Darra yang lembut dan baik hati.Setelah akal sehatnya tersadar, dia akhirnya menyadari kalau dialah yang membuat Hazel menjauh darinya.Hubungan mereka tidak bisa kembali seperti dulu lagi.Ketika kembali memikirkan apa yang dia lihat di layar monitor dua hari lalu, saat di mana Hazel meringkuk di pelukan Sergio dengan senyum manis di wajahnya, dia tidak bisa menahan rasa sakit yang menusuk di hatinya.Melihatnya terus melamun tidak jelas, Sergio langsung mencibir.Dia sendiri yang memilih untuk melepaskan Hazel, tetapi sekarang dia mendatanginya dengan sikap seperti pria yang memiliki cinta yang dalam?Sergio berkata dengan tidak sabar "Apa masih ada hal lain? Kalau nggak ada kamu bisa keluar. Aku harus bekerja."Justin terdiam cukup lama sebelum akhirnya ia berbica
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya