Setelah Vexal dan Rafael pergi, hanya Hazel dan Sergio yang tersisa di dalam ruangan tersebut.Hazel dengan hati-hati mengulurkan tangannya, mengaitkan jarinya yang putih dan ramping itu ke jari kelingking Sergio, lalu menggoyangkannya sebanyak beberapa kali dengan lembut."Paman, jangan marah. Marah-marah nggak baik untuk kesehatan.""Kamu sendiri juga tahu kalau kamu sudah membuatku marah?" Sergio meliriknya sekilas dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengus dingin saat dia bertanya, "Apa lain kali kamu berani mengulanginya lagi?"Hazel buru-buru menunjukkan senyum penuh sanjungan dan menggelengkan kepalanya dengan patuh. "Aku nggak berani lagi!"Urusan selanjutnya urusan nanti. Yang paling penting sekarang adalah menenangkan paman.Bagaimanapun, paman tidak akan selalu berada di sisinya setiap kali Hazel mengalami kecelakaan. Itu sebabnya, Hazel harus selalu belajar untuk menangani semuanya sendiri. Jika tidak, dia tidak akan pernah menjadi dewasa.Namun, Hazel hanya berani m
Rasa sakit di hati Sergio langsung terobati usai mendengar kata-kata ini.Istrinya langsung teringat dengannya begitu dia diintimidasi.Hazel mengatakan kalau dia merindukannya.Senyum tipis langsung muncul di wajah tampan Sergio yang semula begitu dingin dan serius.Sudut mulutnya juga terangkat naik membentuk senyuman.Senyum di wajahnya benar-benar tidak bisa dikendalikan lagi.Hazel berinisiatif untuk merangkul Sergio, menekan kepalanya ke lengan pria itu dengan penuh kekuatan. Lalu, dia berkata sambil tersenyum, "Ya, posisi Om di hatiku sangat penting."Lengkungan mulut Sergio terkembang makin dalam. Dia mulai mengambilkan makanan untuk Hazel. "Makan yang banyak, setelah itu kita pulang.""Ya."Hazel dengan senang hati menerima makanan yang diambilkan Sergio untuknya. Dia juga beberapa kali menyuapi Sergio makanan kesukaannya.Keduanya menikmati makan kali ini dengan penuh kepuasan.Usai sampai di rumah, Hazel langsung melepas sepatu hak tingginya dan dengan santai melemparkan lua
Hazel merasakan panas di pipinya begitu memahami jawaban Sergio.Tanpa sadar dia ingin menarik kakinya dan menghindari Sergio. Namun, Sergio sudah terlebih dahulu menyadari akan hal ini dan tidak memberinya kesempatan untuk melarikan diri.Sentuhan di pergelangan kakinya terasa kering dan hangat, seolah-olah ada arus listrik yang menyambar seluruh tubuhnya di tempat itu, menimbulkan gelombang kesemutan.Dia memelototi Sergio dengan kecewa. "Om ...."Melihat sikap malu-malu Hazel, Sergio pun tidak menggodanya lebih jauh. Dia tersenyum dan melepaskan kaki Hazel. "Sudah, aku nggak mau bercanda lagi. Kamu pasti capek setelah sibuk seharian. Istirahatlah.""Hmm." Hazel mengangguk patuh dan perlahan-lahan memejamkan matanya.Mungkin Hazel benar-benar kelelahan atau mungkin pelukan Sergio terlalu nyaman, membuatnya dengan cepat tertidur.Sergio tidak tidur. Matanya yang dalam menatap wajah Hazel yang tertidur tanpa berkedip, terjebak dalam pesona Hazel.Mendengar napas Hazel yang mulai teratu
Selain punya kemampuan bisnis, Hazel juga seorang perancang busana terkenal di dalam negeri. Rancangannya bahkan sampai diapresiasi oleh ahli mode internasional. Dia juga merupakan orang pertama di dunia yang dianugerahi gelar perancang busana terbaik di dalam negeri.Semua yang Sergio lakukan sekarang hanyalah sebuah investasi.Sergio percaya bahwa selama dia memberikan waktu kepada Hazel, Hazel pasti bisa memberikan kejutan yang berbeda.Setelah panggilannya dengan Ervan berakhir, Sergio membuka konferensi video, menyelesaikan dokumen-dokumen yang ada dan kembali ke kamar.Hazel masih tertidur. Wajah kecilnya terbenam dalam selimut, satu sisi pipinya sedikit berubah bentuk, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.Sergio tidak bisa menahan diri dan membungkuk untuk mencium bibir merah Hazel.Bibir hangat keduanya saling menempel, membuat Sergio merasakan kesemutan di sekujur tubuhnya.Namun, pada akhirnya dia tidak ingin membangunkan Hazel. Setelah memberikan ciuman dangkal, dia haru
Melihat senyuman di wajah Hazel, suasana hati Sergio langsung berubah bahagia.Jari-jarinya dengan lembut mengetuk kemudi beberapa kali, lalu dia menoleh untuk melihat Hazel. "Nyonya Hazel, aku sudah melakukan bantuan yang sangat besar. Apa kamu nggak punya sesuatu untukku?"Hazel mengerjap, menangkap maksud dari pertanyaan Sergio ini.Melihat tatapan telisik yang ditutupi dengan tatapan main-main di mata Sergio, seketika Hazel ingin tertawa.Dari kabar yang beredar selama ini, seorang Sergio yang bertanggung jawab atas Keluarga Hardwin dan seorang presdir Perusahaan Hardwin bisa mendapatkan apa pun yang diinginkannya.Namun pada saat ini, dia menunjukkan sedikit kehati-hatian saat berada di depan Hazel.Bagaimana mungkin Hazel tidak tersentuh?"Klik!" Sabuk pengaman terlepas. Hazel mendekati Sergio perlahan, lalu mencium lembut wajah tampan itu.Ciuman itu terbilang dangkal dan hanya satu sentuhan, begitu cepat hingga hampir tidak mungkin untuk mendapatkan yang namanya kepuasan.Namun
Jika bukan karena masih ada pekerjaan yang harus ditangani, Sergio pasti akan membawa Hazel bersamanya setiap saat dan membawanya ke mana pun dia pergi.Setelah beberapa saat, Hazel akhirnya merasakan panas di wajahnya perlahan-lahan menghilang. Dia membuka pintu mobil dan berniat untuk turun.Namun belum sempat keluar dari mobil, pergelangan tangannya sudah dicengkeram.Hazel menoleh dan memelototi Sergio dengan kesal, "Kenapa lagi? Kamu nggak mau aku kerja?"Melihatnya kesal, Sergio malah tersenyum tidak berdaya.Dia bergerak mendekat, merapikan pakaian dan rambut Hazel yang sedikit acak-acakan sebelum memberikan ciuman lagi di dahi Hazel."Pergilah, jangan lupa buat merindukanku."Hazel mengangkat dagunya dan berkata dengan manja, "Aku belum tentu punya waktu. Sekarang aku sangat sibuk!"Sergio kembali tertawa saat melihat sikap menggemaskan Hazel, ingin memeluk dan menciumnya lagi.Namun, pada akhirnya dia memutuskan untuk menahan diri.Dia masih memahami prinsip untuk berhenti seb
Melihat tatapan bingung Hazel, mata Intan berkedip beberapa kali. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "Bu Hazel, kalau begitu saya akan pergi dulu."Hazel mengangguk pelan, lalu menjawab, "Pergilah dan periksakan kondisimu. Jangan menunda hal penting seperti itu."Intan pun buru-buru memasuki lift.Sesampainya di ruangan, Hazel tidak langsung membuka dokumen terkait pekerjaan, melainkan menopang pipinya sambil berpikir keras.Hamil ....Sudah beberapa bulan sejak dia dan Sergio menikah, bukankah seharusnya mereka juga mempertimbangkan untuk memiliki seorang anak?Begitu pikiran itu muncul, Hazel langsung menepisnya.Dia baru saja mengambil alih perusahaan dan memiliki banyak pekerjaan yang harus ditangani. Sergio juga bertanggung jawab atas bisnis besar seperti Perusahaan Hardwin, jadi selalu sibuk setiap harinya.Intinya adalah dia belum siap untuk menjadi seorang ibu untuk saat ini.Dia bahkan belum tentu bisa mengurus dirinya sendiri, jadi bagaimana terpikirkan untuk mengurus anak?Meny
Yudhis berpura-pura tidak melihat kewaspadaan dan rasa kesal di mata Hazel. Dia berkata sambil tersenyum, "Bu Hazel sepertinya sangat waspada kepadaku. Jangan khawatir, aku nggak akan melakukan apa pun padamu."Gurat ejekan terselip di mata Hazel saat mendengar perkataan Yudhis. "Kamu pikir aku akan percaya?"Kalau memang benar seperti yang Yudhis katakan, bahwa dia tidak akan melakukan apa pun pada Hazel, kenapa pria ini terus mendekatinya dan bahkan datang wawancara ke JY Group?Yudhis tidak menjawab dan hanya berkata, "Kamu hanya perlu tahu kalau aku tidak mengincarmu dengan sengaja. Aku cuma ingin membantumu melalui ini semua.""Kamu bilang begini seolah aku utang budi kepadamu. Kamu bekerja di sini dan akulah yang memberimu gaji. Hubungan di antara kita berdua hanya sebatas hubungan kerja, jangan membuatnya seakan kita dekat."Hazel tahu kalau Yudhis tidak sesederhana yang terlihat, jadi sebisa mungkin dia ingin menjauhinya.Yudhis langsung tertawa saat mendengar perkataannya, men
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya