Perusahaan Hardwin juga berkecimpung di industri pakaian. Jadi, Ervan juga sudah pernah bertemu dengan mereka.Namun, dengan ukuran perusahaan mereka, mereka tidak memenuhi syarat untuk bekerja sama dengan Perusahaan Hardwin.Ekspresi wajah beberapa bos itu tiba-tiba berubah. Mereka dengan cepat-cepat memohon belas kasihan, "Pak Sergio, kami sudah menyadari kalau kami salah. Tolong maafkan kami kali ini. Jangan bunuh kami semua!""Lantaran kalian tahu kalau Hazel adalah istriku, seharusnya kalian tahu kalau aku bukanlah orang yang bisa dianggap enteng."Sergio mengibaskan Pak Tanu dengan mata dingin dan menarik Hazel pergi tanpa menoleh ke belakang. Dia meninggalkan sekelompok orang yang memohon dengan getir itu di belakangnya.Sergio membawa Hazel ke ruangan lainnya.Sergio memegang tangan Hazel dan duduk. Dia meminta handuk panas kepada pelayan dan menyeka tangan Hazel dengan hati-hati.Hazel kemudian duduk dengan patuh. Matanya menatap alis Sergio yang indah itu tanpa berkedip."Pam
Setelah Vexal dan Rafael pergi, hanya Hazel dan Sergio yang tersisa di dalam ruangan tersebut.Hazel dengan hati-hati mengulurkan tangannya, mengaitkan jarinya yang putih dan ramping itu ke jari kelingking Sergio, lalu menggoyangkannya sebanyak beberapa kali dengan lembut."Paman, jangan marah. Marah-marah nggak baik untuk kesehatan.""Kamu sendiri juga tahu kalau kamu sudah membuatku marah?" Sergio meliriknya sekilas dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengus dingin saat dia bertanya, "Apa lain kali kamu berani mengulanginya lagi?"Hazel buru-buru menunjukkan senyum penuh sanjungan dan menggelengkan kepalanya dengan patuh. "Aku nggak berani lagi!"Urusan selanjutnya urusan nanti. Yang paling penting sekarang adalah menenangkan paman.Bagaimanapun, paman tidak akan selalu berada di sisinya setiap kali Hazel mengalami kecelakaan. Itu sebabnya, Hazel harus selalu belajar untuk menangani semuanya sendiri. Jika tidak, dia tidak akan pernah menjadi dewasa.Namun, Hazel hanya berani m
Rasa sakit di hati Sergio langsung terobati usai mendengar kata-kata ini.Istrinya langsung teringat dengannya begitu dia diintimidasi.Hazel mengatakan kalau dia merindukannya.Senyum tipis langsung muncul di wajah tampan Sergio yang semula begitu dingin dan serius.Sudut mulutnya juga terangkat naik membentuk senyuman.Senyum di wajahnya benar-benar tidak bisa dikendalikan lagi.Hazel berinisiatif untuk merangkul Sergio, menekan kepalanya ke lengan pria itu dengan penuh kekuatan. Lalu, dia berkata sambil tersenyum, "Ya, posisi Om di hatiku sangat penting."Lengkungan mulut Sergio terkembang makin dalam. Dia mulai mengambilkan makanan untuk Hazel. "Makan yang banyak, setelah itu kita pulang.""Ya."Hazel dengan senang hati menerima makanan yang diambilkan Sergio untuknya. Dia juga beberapa kali menyuapi Sergio makanan kesukaannya.Keduanya menikmati makan kali ini dengan penuh kepuasan.Usai sampai di rumah, Hazel langsung melepas sepatu hak tingginya dan dengan santai melemparkan lua
Hazel merasakan panas di pipinya begitu memahami jawaban Sergio.Tanpa sadar dia ingin menarik kakinya dan menghindari Sergio. Namun, Sergio sudah terlebih dahulu menyadari akan hal ini dan tidak memberinya kesempatan untuk melarikan diri.Sentuhan di pergelangan kakinya terasa kering dan hangat, seolah-olah ada arus listrik yang menyambar seluruh tubuhnya di tempat itu, menimbulkan gelombang kesemutan.Dia memelototi Sergio dengan kecewa. "Om ...."Melihat sikap malu-malu Hazel, Sergio pun tidak menggodanya lebih jauh. Dia tersenyum dan melepaskan kaki Hazel. "Sudah, aku nggak mau bercanda lagi. Kamu pasti capek setelah sibuk seharian. Istirahatlah.""Hmm." Hazel mengangguk patuh dan perlahan-lahan memejamkan matanya.Mungkin Hazel benar-benar kelelahan atau mungkin pelukan Sergio terlalu nyaman, membuatnya dengan cepat tertidur.Sergio tidak tidur. Matanya yang dalam menatap wajah Hazel yang tertidur tanpa berkedip, terjebak dalam pesona Hazel.Mendengar napas Hazel yang mulai teratu
Selain punya kemampuan bisnis, Hazel juga seorang perancang busana terkenal di dalam negeri. Rancangannya bahkan sampai diapresiasi oleh ahli mode internasional. Dia juga merupakan orang pertama di dunia yang dianugerahi gelar perancang busana terbaik di dalam negeri.Semua yang Sergio lakukan sekarang hanyalah sebuah investasi.Sergio percaya bahwa selama dia memberikan waktu kepada Hazel, Hazel pasti bisa memberikan kejutan yang berbeda.Setelah panggilannya dengan Ervan berakhir, Sergio membuka konferensi video, menyelesaikan dokumen-dokumen yang ada dan kembali ke kamar.Hazel masih tertidur. Wajah kecilnya terbenam dalam selimut, satu sisi pipinya sedikit berubah bentuk, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.Sergio tidak bisa menahan diri dan membungkuk untuk mencium bibir merah Hazel.Bibir hangat keduanya saling menempel, membuat Sergio merasakan kesemutan di sekujur tubuhnya.Namun, pada akhirnya dia tidak ingin membangunkan Hazel. Setelah memberikan ciuman dangkal, dia haru
Melihat senyuman di wajah Hazel, suasana hati Sergio langsung berubah bahagia.Jari-jarinya dengan lembut mengetuk kemudi beberapa kali, lalu dia menoleh untuk melihat Hazel. "Nyonya Hazel, aku sudah melakukan bantuan yang sangat besar. Apa kamu nggak punya sesuatu untukku?"Hazel mengerjap, menangkap maksud dari pertanyaan Sergio ini.Melihat tatapan telisik yang ditutupi dengan tatapan main-main di mata Sergio, seketika Hazel ingin tertawa.Dari kabar yang beredar selama ini, seorang Sergio yang bertanggung jawab atas Keluarga Hardwin dan seorang presdir Perusahaan Hardwin bisa mendapatkan apa pun yang diinginkannya.Namun pada saat ini, dia menunjukkan sedikit kehati-hatian saat berada di depan Hazel.Bagaimana mungkin Hazel tidak tersentuh?"Klik!" Sabuk pengaman terlepas. Hazel mendekati Sergio perlahan, lalu mencium lembut wajah tampan itu.Ciuman itu terbilang dangkal dan hanya satu sentuhan, begitu cepat hingga hampir tidak mungkin untuk mendapatkan yang namanya kepuasan.Namun
Jika bukan karena masih ada pekerjaan yang harus ditangani, Sergio pasti akan membawa Hazel bersamanya setiap saat dan membawanya ke mana pun dia pergi.Setelah beberapa saat, Hazel akhirnya merasakan panas di wajahnya perlahan-lahan menghilang. Dia membuka pintu mobil dan berniat untuk turun.Namun belum sempat keluar dari mobil, pergelangan tangannya sudah dicengkeram.Hazel menoleh dan memelototi Sergio dengan kesal, "Kenapa lagi? Kamu nggak mau aku kerja?"Melihatnya kesal, Sergio malah tersenyum tidak berdaya.Dia bergerak mendekat, merapikan pakaian dan rambut Hazel yang sedikit acak-acakan sebelum memberikan ciuman lagi di dahi Hazel."Pergilah, jangan lupa buat merindukanku."Hazel mengangkat dagunya dan berkata dengan manja, "Aku belum tentu punya waktu. Sekarang aku sangat sibuk!"Sergio kembali tertawa saat melihat sikap menggemaskan Hazel, ingin memeluk dan menciumnya lagi.Namun, pada akhirnya dia memutuskan untuk menahan diri.Dia masih memahami prinsip untuk berhenti seb
Melihat tatapan bingung Hazel, mata Intan berkedip beberapa kali. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "Bu Hazel, kalau begitu saya akan pergi dulu."Hazel mengangguk pelan, lalu menjawab, "Pergilah dan periksakan kondisimu. Jangan menunda hal penting seperti itu."Intan pun buru-buru memasuki lift.Sesampainya di ruangan, Hazel tidak langsung membuka dokumen terkait pekerjaan, melainkan menopang pipinya sambil berpikir keras.Hamil ....Sudah beberapa bulan sejak dia dan Sergio menikah, bukankah seharusnya mereka juga mempertimbangkan untuk memiliki seorang anak?Begitu pikiran itu muncul, Hazel langsung menepisnya.Dia baru saja mengambil alih perusahaan dan memiliki banyak pekerjaan yang harus ditangani. Sergio juga bertanggung jawab atas bisnis besar seperti Perusahaan Hardwin, jadi selalu sibuk setiap harinya.Intinya adalah dia belum siap untuk menjadi seorang ibu untuk saat ini.Dia bahkan belum tentu bisa mengurus dirinya sendiri, jadi bagaimana terpikirkan untuk mengurus anak?Meny