Hazel merasakan panas di pipinya begitu memahami jawaban Sergio.Tanpa sadar dia ingin menarik kakinya dan menghindari Sergio. Namun, Sergio sudah terlebih dahulu menyadari akan hal ini dan tidak memberinya kesempatan untuk melarikan diri.Sentuhan di pergelangan kakinya terasa kering dan hangat, seolah-olah ada arus listrik yang menyambar seluruh tubuhnya di tempat itu, menimbulkan gelombang kesemutan.Dia memelototi Sergio dengan kecewa. "Om ...."Melihat sikap malu-malu Hazel, Sergio pun tidak menggodanya lebih jauh. Dia tersenyum dan melepaskan kaki Hazel. "Sudah, aku nggak mau bercanda lagi. Kamu pasti capek setelah sibuk seharian. Istirahatlah.""Hmm." Hazel mengangguk patuh dan perlahan-lahan memejamkan matanya.Mungkin Hazel benar-benar kelelahan atau mungkin pelukan Sergio terlalu nyaman, membuatnya dengan cepat tertidur.Sergio tidak tidur. Matanya yang dalam menatap wajah Hazel yang tertidur tanpa berkedip, terjebak dalam pesona Hazel.Mendengar napas Hazel yang mulai teratu
Selain punya kemampuan bisnis, Hazel juga seorang perancang busana terkenal di dalam negeri. Rancangannya bahkan sampai diapresiasi oleh ahli mode internasional. Dia juga merupakan orang pertama di dunia yang dianugerahi gelar perancang busana terbaik di dalam negeri.Semua yang Sergio lakukan sekarang hanyalah sebuah investasi.Sergio percaya bahwa selama dia memberikan waktu kepada Hazel, Hazel pasti bisa memberikan kejutan yang berbeda.Setelah panggilannya dengan Ervan berakhir, Sergio membuka konferensi video, menyelesaikan dokumen-dokumen yang ada dan kembali ke kamar.Hazel masih tertidur. Wajah kecilnya terbenam dalam selimut, satu sisi pipinya sedikit berubah bentuk, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.Sergio tidak bisa menahan diri dan membungkuk untuk mencium bibir merah Hazel.Bibir hangat keduanya saling menempel, membuat Sergio merasakan kesemutan di sekujur tubuhnya.Namun, pada akhirnya dia tidak ingin membangunkan Hazel. Setelah memberikan ciuman dangkal, dia haru
Melihat senyuman di wajah Hazel, suasana hati Sergio langsung berubah bahagia.Jari-jarinya dengan lembut mengetuk kemudi beberapa kali, lalu dia menoleh untuk melihat Hazel. "Nyonya Hazel, aku sudah melakukan bantuan yang sangat besar. Apa kamu nggak punya sesuatu untukku?"Hazel mengerjap, menangkap maksud dari pertanyaan Sergio ini.Melihat tatapan telisik yang ditutupi dengan tatapan main-main di mata Sergio, seketika Hazel ingin tertawa.Dari kabar yang beredar selama ini, seorang Sergio yang bertanggung jawab atas Keluarga Hardwin dan seorang presdir Perusahaan Hardwin bisa mendapatkan apa pun yang diinginkannya.Namun pada saat ini, dia menunjukkan sedikit kehati-hatian saat berada di depan Hazel.Bagaimana mungkin Hazel tidak tersentuh?"Klik!" Sabuk pengaman terlepas. Hazel mendekati Sergio perlahan, lalu mencium lembut wajah tampan itu.Ciuman itu terbilang dangkal dan hanya satu sentuhan, begitu cepat hingga hampir tidak mungkin untuk mendapatkan yang namanya kepuasan.Namun
Jika bukan karena masih ada pekerjaan yang harus ditangani, Sergio pasti akan membawa Hazel bersamanya setiap saat dan membawanya ke mana pun dia pergi.Setelah beberapa saat, Hazel akhirnya merasakan panas di wajahnya perlahan-lahan menghilang. Dia membuka pintu mobil dan berniat untuk turun.Namun belum sempat keluar dari mobil, pergelangan tangannya sudah dicengkeram.Hazel menoleh dan memelototi Sergio dengan kesal, "Kenapa lagi? Kamu nggak mau aku kerja?"Melihatnya kesal, Sergio malah tersenyum tidak berdaya.Dia bergerak mendekat, merapikan pakaian dan rambut Hazel yang sedikit acak-acakan sebelum memberikan ciuman lagi di dahi Hazel."Pergilah, jangan lupa buat merindukanku."Hazel mengangkat dagunya dan berkata dengan manja, "Aku belum tentu punya waktu. Sekarang aku sangat sibuk!"Sergio kembali tertawa saat melihat sikap menggemaskan Hazel, ingin memeluk dan menciumnya lagi.Namun, pada akhirnya dia memutuskan untuk menahan diri.Dia masih memahami prinsip untuk berhenti seb
Melihat tatapan bingung Hazel, mata Intan berkedip beberapa kali. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "Bu Hazel, kalau begitu saya akan pergi dulu."Hazel mengangguk pelan, lalu menjawab, "Pergilah dan periksakan kondisimu. Jangan menunda hal penting seperti itu."Intan pun buru-buru memasuki lift.Sesampainya di ruangan, Hazel tidak langsung membuka dokumen terkait pekerjaan, melainkan menopang pipinya sambil berpikir keras.Hamil ....Sudah beberapa bulan sejak dia dan Sergio menikah, bukankah seharusnya mereka juga mempertimbangkan untuk memiliki seorang anak?Begitu pikiran itu muncul, Hazel langsung menepisnya.Dia baru saja mengambil alih perusahaan dan memiliki banyak pekerjaan yang harus ditangani. Sergio juga bertanggung jawab atas bisnis besar seperti Perusahaan Hardwin, jadi selalu sibuk setiap harinya.Intinya adalah dia belum siap untuk menjadi seorang ibu untuk saat ini.Dia bahkan belum tentu bisa mengurus dirinya sendiri, jadi bagaimana terpikirkan untuk mengurus anak?Meny
Yudhis berpura-pura tidak melihat kewaspadaan dan rasa kesal di mata Hazel. Dia berkata sambil tersenyum, "Bu Hazel sepertinya sangat waspada kepadaku. Jangan khawatir, aku nggak akan melakukan apa pun padamu."Gurat ejekan terselip di mata Hazel saat mendengar perkataan Yudhis. "Kamu pikir aku akan percaya?"Kalau memang benar seperti yang Yudhis katakan, bahwa dia tidak akan melakukan apa pun pada Hazel, kenapa pria ini terus mendekatinya dan bahkan datang wawancara ke JY Group?Yudhis tidak menjawab dan hanya berkata, "Kamu hanya perlu tahu kalau aku tidak mengincarmu dengan sengaja. Aku cuma ingin membantumu melalui ini semua.""Kamu bilang begini seolah aku utang budi kepadamu. Kamu bekerja di sini dan akulah yang memberimu gaji. Hubungan di antara kita berdua hanya sebatas hubungan kerja, jangan membuatnya seakan kita dekat."Hazel tahu kalau Yudhis tidak sesederhana yang terlihat, jadi sebisa mungkin dia ingin menjauhinya.Yudhis langsung tertawa saat mendengar perkataannya, men
Bahkan setelah mereka bersama, sikap Yudhis tetap dingin.Mereka tidak pernah melakukannya lagi. Bahkan ciuman layaknya pasangan pun tidak pernah mereka lakukan lagi.Satu-satunya keintiman yang tercipta di antara mereka adalah saat di mana Winda berinisiatif untuk memeluknya terlebih dahulu.Namun, tidak lama setelah hubungan mereka terjalin, Yudhis pergi dengan alasan ada sesuatu yang terjadi.Pada saat itu, Winda begitu tenggelam dalam kebahagiaan hubungan mereka, jadi tidak menyadari perbedaan sikap Yudhis dan hanya berasumsi kalau Yudhis terlalu sibuk.Namun saat dia melihat hal ini dari sudut pandang orang lain, dia terkejut saat menyadari bahwa dialah yang selama ini selalu berjuang dalam hubungan mereka.Yudhis akan memberikan balasan ketika ingat. Kalau tidak ingat, dia hanya akan melupakannya.Sementara Winda malah mempermalukan dirinya sendiri karena memiliki fantasi yang tidak realistis tentangnya.Melihat tatapan mata orang di sekitar yang tertuju pada mereka, Yudhis pun l
Tiba-tiba, potongan-potongan kecil suatu ingatan melintas di benak Yudhis.Dia pernah bertemu Winda di sebuah hotel satu hari sebelum mereka resmi berpacaran.Saat itu, pipi Winda memerah dan dia menatap Yudhis dengan sorot malu-malu. Wajahnya bahkan menunjukkan kekaguman yang sangat kentara.Sejak hari itu, Winda makin sering mengajaknya bertemu, mencari berbagai macam topik untuk mengobrol dengannya.Dalam sekejap, seolah-olah ada sesuatu yang tiba-tiba meledak di dalam pikirannya!Melihat Yudhis tidak berkata apa-apa, Hazel mengerutkan kening dan membentak, "Yudhis, aku nggak peduli apa sebenarnya tujuanmu, tapi Winda nggak salah! Kamu nggak boleh mempermainkan perasaannya!"Yudhis pun tersadar dan terlihat sedikit linglung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berbalik dan meninggalkan perusahaan.Melihat kepergian Yudhis, Winda menampakkan raut wajah khawatir. "Hazel, ada yang nggak beres sama ekspresinya. Jangan-jangan terjadi sesuatu?"Hazel memelototinya dengan kesal. "Kenap