Jika bukan karena masih ada pekerjaan yang harus ditangani, Sergio pasti akan membawa Hazel bersamanya setiap saat dan membawanya ke mana pun dia pergi.Setelah beberapa saat, Hazel akhirnya merasakan panas di wajahnya perlahan-lahan menghilang. Dia membuka pintu mobil dan berniat untuk turun.Namun belum sempat keluar dari mobil, pergelangan tangannya sudah dicengkeram.Hazel menoleh dan memelototi Sergio dengan kesal, "Kenapa lagi? Kamu nggak mau aku kerja?"Melihatnya kesal, Sergio malah tersenyum tidak berdaya.Dia bergerak mendekat, merapikan pakaian dan rambut Hazel yang sedikit acak-acakan sebelum memberikan ciuman lagi di dahi Hazel."Pergilah, jangan lupa buat merindukanku."Hazel mengangkat dagunya dan berkata dengan manja, "Aku belum tentu punya waktu. Sekarang aku sangat sibuk!"Sergio kembali tertawa saat melihat sikap menggemaskan Hazel, ingin memeluk dan menciumnya lagi.Namun, pada akhirnya dia memutuskan untuk menahan diri.Dia masih memahami prinsip untuk berhenti seb
Melihat tatapan bingung Hazel, mata Intan berkedip beberapa kali. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "Bu Hazel, kalau begitu saya akan pergi dulu."Hazel mengangguk pelan, lalu menjawab, "Pergilah dan periksakan kondisimu. Jangan menunda hal penting seperti itu."Intan pun buru-buru memasuki lift.Sesampainya di ruangan, Hazel tidak langsung membuka dokumen terkait pekerjaan, melainkan menopang pipinya sambil berpikir keras.Hamil ....Sudah beberapa bulan sejak dia dan Sergio menikah, bukankah seharusnya mereka juga mempertimbangkan untuk memiliki seorang anak?Begitu pikiran itu muncul, Hazel langsung menepisnya.Dia baru saja mengambil alih perusahaan dan memiliki banyak pekerjaan yang harus ditangani. Sergio juga bertanggung jawab atas bisnis besar seperti Perusahaan Hardwin, jadi selalu sibuk setiap harinya.Intinya adalah dia belum siap untuk menjadi seorang ibu untuk saat ini.Dia bahkan belum tentu bisa mengurus dirinya sendiri, jadi bagaimana terpikirkan untuk mengurus anak?Meny
Yudhis berpura-pura tidak melihat kewaspadaan dan rasa kesal di mata Hazel. Dia berkata sambil tersenyum, "Bu Hazel sepertinya sangat waspada kepadaku. Jangan khawatir, aku nggak akan melakukan apa pun padamu."Gurat ejekan terselip di mata Hazel saat mendengar perkataan Yudhis. "Kamu pikir aku akan percaya?"Kalau memang benar seperti yang Yudhis katakan, bahwa dia tidak akan melakukan apa pun pada Hazel, kenapa pria ini terus mendekatinya dan bahkan datang wawancara ke JY Group?Yudhis tidak menjawab dan hanya berkata, "Kamu hanya perlu tahu kalau aku tidak mengincarmu dengan sengaja. Aku cuma ingin membantumu melalui ini semua.""Kamu bilang begini seolah aku utang budi kepadamu. Kamu bekerja di sini dan akulah yang memberimu gaji. Hubungan di antara kita berdua hanya sebatas hubungan kerja, jangan membuatnya seakan kita dekat."Hazel tahu kalau Yudhis tidak sesederhana yang terlihat, jadi sebisa mungkin dia ingin menjauhinya.Yudhis langsung tertawa saat mendengar perkataannya, men
Bahkan setelah mereka bersama, sikap Yudhis tetap dingin.Mereka tidak pernah melakukannya lagi. Bahkan ciuman layaknya pasangan pun tidak pernah mereka lakukan lagi.Satu-satunya keintiman yang tercipta di antara mereka adalah saat di mana Winda berinisiatif untuk memeluknya terlebih dahulu.Namun, tidak lama setelah hubungan mereka terjalin, Yudhis pergi dengan alasan ada sesuatu yang terjadi.Pada saat itu, Winda begitu tenggelam dalam kebahagiaan hubungan mereka, jadi tidak menyadari perbedaan sikap Yudhis dan hanya berasumsi kalau Yudhis terlalu sibuk.Namun saat dia melihat hal ini dari sudut pandang orang lain, dia terkejut saat menyadari bahwa dialah yang selama ini selalu berjuang dalam hubungan mereka.Yudhis akan memberikan balasan ketika ingat. Kalau tidak ingat, dia hanya akan melupakannya.Sementara Winda malah mempermalukan dirinya sendiri karena memiliki fantasi yang tidak realistis tentangnya.Melihat tatapan mata orang di sekitar yang tertuju pada mereka, Yudhis pun l
Tiba-tiba, potongan-potongan kecil suatu ingatan melintas di benak Yudhis.Dia pernah bertemu Winda di sebuah hotel satu hari sebelum mereka resmi berpacaran.Saat itu, pipi Winda memerah dan dia menatap Yudhis dengan sorot malu-malu. Wajahnya bahkan menunjukkan kekaguman yang sangat kentara.Sejak hari itu, Winda makin sering mengajaknya bertemu, mencari berbagai macam topik untuk mengobrol dengannya.Dalam sekejap, seolah-olah ada sesuatu yang tiba-tiba meledak di dalam pikirannya!Melihat Yudhis tidak berkata apa-apa, Hazel mengerutkan kening dan membentak, "Yudhis, aku nggak peduli apa sebenarnya tujuanmu, tapi Winda nggak salah! Kamu nggak boleh mempermainkan perasaannya!"Yudhis pun tersadar dan terlihat sedikit linglung. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berbalik dan meninggalkan perusahaan.Melihat kepergian Yudhis, Winda menampakkan raut wajah khawatir. "Hazel, ada yang nggak beres sama ekspresinya. Jangan-jangan terjadi sesuatu?"Hazel memelototinya dengan kesal. "Kenap
Sergio tidak pernah merasa ada yang salah dengan kedekatan Winda dengan Hazel.Bagaimanapun juga, mereka berdua adalah sahabat dekat.Meski sesekali merasa cemburu, dia berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri karena dia tidak ingin menjadi terlalu posesif dan membatasi kebebasan Hazel untuk berteman.Namun hari ini, apa yang telah dia dengar?Apa maksudnya jika Hazel adalah seorang pria, Winda akan meminta Hazel menikahinya!Hazel itu istrinya!Miliknya!Melihat pemandangan keduanya yang saling berpelukan erat, rasa cemburu yang sebelumnya belum pernah ada kini muncul di hati Sergio.Dia langsung terbatuk dengan sengaja, menyela percakapan di antara keduanya.Memanfaatkan saat di mana keduanya terdiam, dia berjalan mendekati Hazel dengan langkah cepat. Dia menarik pergelangan tangan Hazel dan memisahkan keduanya dengan cepat.Winda sedang memeluk sahabat baiknya yang wangi dan lembut untuk menceritakan isi hatinya. Tiba-tiba saja dia merasa kosong.Begitu mendongak, dia bertemu denga
Saat ini, Winda pasti sangat sedih.Dulu, saat Winda putus cinta, mereka berdua akan pergi ke klub untuk minum-minum, mabuk-mabukan dan menangis.Sekarang Winda sedang hamil. Dia pasti tidak bisa minum. Khawatirnya dia akan melakukan sesuatu yang membahayakan.Dia menatap Sergio dan berkata pelan, "Om, kita antar Winda saja. Kalau nggak, aku nggak akan merasa tenang."Setelah mengatakan itu, dia menoleh ke arah Winda dan berkata, "Winda, nurut saja. Jangan membuatku khawatir."Ketika Winda mendengar ini, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi dan tidak punya pilihan selain menganggukkan kepala tanda setuju.Namun, dia masih diam-diam melirik raut wajah Sergio.Melihat tidak ada ekspresi menakutkan di wajahnya, hatinya menjadi sedikit lebih lega.Sergio mengemudikan mobil sementara kedua gadis itu duduk di belakang dan mengobrol.Hazel menyandarkan kepalanya di bahu Winda dan bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan dengan bayi dalam perutmu? Melahirkannya atau ...."Winda sudah putus dengan
Pada akhirnya, Sergio hanya bisa pasrah dan menyetujui permintaan Hazel.Apa lagi yang bisa dia lakukan dengan istri kesayangannya ini?Manjakan saja!Namun sebelum mereka naik ke lantai atas, Sergio mematikan mesin mobil. Dia melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil, berjalan ke arah Hazel.Dia berkata kepada Winda, "Winda, ada yang ingin aku sampaikan sama Hazel sebentar.""Ah, ya. Aku paham. Aku nggak akan mengganggu dunia kalian berdua!"Winda sangat berterus terang, bahkan tanpa menunggu persetujuan Hazel, dia berbalik dan naik ke atas.Hazel berdiri diam, mendongak untuk menatap Sergio dan bertanya dengan curiga, "Om, apa yang mau kamu katakan?"Menatap matanya yang jernih dan polos, tatapan Sergio tiba-tiba berubah kesal."Apa cuma Winda saja yang kamu pedulikan?"Hazel terdiam, lalu menyadari kalau Sergio cemburu.Dia tertawa pelan, nadanya penuh ketidak berdayaan, "Tuan Sergio, rasa cemburumu sudah meluap dan melayang ke mana-mana.""Ini karena ada wanita yang nggak