“Kita bertemu lagi, Sayang!” tukas Matthias yang sontak memicu leher Ariella berubah kencang.Terlebih saat pemuda itu bangkit dan berjalan mendekat, Ariella benar-benar sesak napas. Melihat Matthias, sungguh mengingatkannya saat-saat disekap di gedung tua kala itu.‘Sebaiknya aku tidak berurusan dengannya!’ batin Ariella dalam hati.Kakinya perlahan mundur. Dia berniat menghindari Matthias, sebelum pemuda ini bertindak gila. Namun, saat Ariella hendak berbalik, tiba-tiba Matthias melangkah cepat dan langsung mendorong pintu hingga ambang itu tertutup. Matthias bahkan menguncinya dari dalam, membuat Ariella membelalak tegang.“A-apa yang Anda lakukan?!” Ariella mendecak waspada.Dia berusaha menampik tangan Matthias untuk membuka kunci. Akan tetapi, pemuda itu malah mencabut kunci tadi, lantas memasukkan ke dalam sakunya.Ariella berbalik sambil memicing sengit, tapi Matthias langsung mengungkung wanita tersebut dengan sebelah tangannya yang bertumpu ke pintu.“Kau pikir bisa kabur da
‘Jika itu Asisten Tuan Muda … berarti Tuan Peter! Apa ini ada hubungannya dengan kasus Tuan Muda Lucas yang dipenjara?’ batin Ariella menerka.Diam-diam dia melirik Matthias dan berusaha menyimak obrolan mereka. Tapi sialnya, Matthias malah menatapnya sambil memicing sengit.Tanpa ragu, pemuda itu pun berkata pada seseorang di seberang. “Pastikan kau tutup mulut agar Lucas tidak bisa lolos dari tuntutan!”Mendapati itu, Ariella sontak membelalak dengan leher tegang. Tangannya mencengkeram paha tatkala Matthias menyeringai sinis padanya.“Kau dengar? Suami yang tak pernah menganggapmu akan membusuk di penjara!” cecarnya tajam usai menutup telepon.Sambil menelan saliva dengan berat, Ariella pun menimpali, “ja-jadi Anda yang menjebak Tuan Muda Lucas?!”Matthias seketika menyeringai. Dia menoleh ke depan seraya tertawa terbahak-bahak. Matthias ingat, Lucas mengancam akan mengurungnya dalam bui saat mengetahui dia menyekap Ariella. Tapi rasanya dunia telah berbalik.Pemuda tersebut mengus
“Hah!” Peter menatap waspada.Beruntungnya dia bisa mencekal tangan wanita itu, lalu merebut senjata tajam tadi dengan sebelah hastanya.“Bagaimana bisa Anda mengarahkan senjata tajam pada orang lain?!” Peter mendecak tajam.Tapi wanita tadi dengan geram menyambar, “kalian sudah membunuh suamiku. Kenapa aku tidak bisa membunuh kalian? Kalian tidak puas mengambil nyawa suamiku dan sekarang ingin melenyapkanku juga?!”“Nyonya, tolong sadarlah. Saya tidak bermaksud menyakiti Anda. Saya hanya ingin bicara baik-baik!” sahut Peter tegas.Dia melempar belati tadi menjauh. Istri korban Santa Manila itu mengamati lokasi jatuhnya senjata tajam tersebut, tapi Peter dengan sigap merengkuh kedua lengannya dan memaksa wanita tadi menghadapnya.“Maafkan saya, Nyonya. Tapi saya sungguh tidak berniat membahayakan nyawa Anda!” sambung Asisten Lucas tersebut.Sang wanita terdiam. Dia tahu, kedatangan Peter ingin mengorek masalah kecelakaan mendiang suaminya.‘Tuan Matthias bilang aku hanya perlu diam. J
***“Aish, sialan! Bukankah aku sudah menyuruhnya diam? Kenapa malah mengungkap semuanya pada Peter?!” Matthias mengumpat garang. “Dasar tidak berguna. Dia memang pantas mati!”Pemuda itu amat kesal usai mendapat laporan dari mata-mata yang mengawasi di rumah istri korban proyek Santa Manila.Matthias mengusap dagunya kasar, seraya berujar buncah. “Kak Lucas pasti tahu aku mengkhianatinya. Jadi aku tidak boleh kehilangan kepercayaan Kak Felix. Aku harus berhasil mengurus masalah ini atau Kak Felix akan membuangku!”Pemuda tersebut menoleh ke sebelah. Di ranjang itu, Ariella masih terbaring dalam keadaan tak sadarkan diri, karena tadi Matthias memukulnya di titik lemah. Ya, dengan begitu Matthias justru lebih mudah membawanya ke apartemen studio yang biasa dia gunakan membuat film dewasa bersama teman-temannya.“Aku akan membalas perbuatanmu, jalang sialan. Karena saat itu kau kabur, wajahku jadi remuk dipukuli Lucas. Malam ini kau akan membayarnya. Jangan harap Lucas bisa menolongmu k
“Tu-tuan Felix?!” Ariella melebarkan maniknya seluas cakram.Ya, itu memang Felix Baratheon. Dia yang mulanya meminta Matthias agar membawa Ariella ke kantornya, kini berubah pikiran dan ingin bermain dengannya di apartemen adik sepupunya.Ketegangan pun merambat ke seluruh nadi wanita itu. Terlebih saat mengamati Felix mengunci pintu, lalu berjalan ke arahnya.“Beberapa hari ini kita tidak bertemu di mansion. Ternyata kau berlagak bekerja di galeri, jalang sialan!” tukas Felix menaikkan sebelah alisnya.Tatapan Ariella berubah gemetar. Sungguh sial, karena dirinya malah terjebak dengan para pria bajingan ini.Sambil memegang dressnya yang sepanjang lutut, Ariella lantas berkata, “apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Muda?!”Bukannya langsung menyahut, Felix justru melirik Matthias yang menahan sakit.“Kak Felix, jalang ini benar-benar kurang ajar ‘kan?” tukas pemuda itu mengadu.Lawan bincangnya pun beralih menatap Ariella sembari menarik seringai tipis. Semakin dia mendekat, Ariella
‘A-aku, harus menghentikannya!’ Ariella bergeming dalam hati.Meski Felix memaksanya membuka mulut dengan mendorong lidahnya masuk, tapi Ariella dengan kuat menggertakkan giginya. Tangan wanita tersebut berusaha menyingkirkan pria itu dengan mencakar lengan, bahkan mendorong dadanya.Namun, setiap reaksinya justru memacu gairah Felix semakin liar. Darah pria tersebut berdesir penuh hasrat, hingga dia tak ragu melumat bibir Ariella yang kenyal. Tapi detik itu juga Ariella malah membuka mulut dan langsung menggigit bibir Felix amat kuat.“Ugh!” Felix mengernyit saat gelenyar merah yang anyir mendominasi mulutnya.Belum sampai pria itu bangkit, sebelah tangan Ariella malah memukulnya dengan gelas lilin ganja yang diraihnya dari nakas.“Hah ….” Ariella seketika bisa bernapas lega saat Felix menarik diri darinya.Pukulan yang cukup keras, membuat darah merembes dari pelipis Felix. Dan itu memicunya mengerang kesakitan.“Argh, dasar brengsek!” umpat Felix mengusap lukanya.Di saat lengahnya
“Ya, terima kasih ….” Ariella meredam ucapnya saat mengangkat pandangan. “Ha-halley?!”Dia membelalak selaras dengan sang pria yang juga melebarkan irisnya.“Ariella, apa yang kau lakukan di sini?” Halley bertanya penasaran.Namun, wanita itu hadapannya malah tampak gugup. Tangannya yang bertumpu pada bahu Halley terasa bergetar dan Halley menyadari bahwa terjadi sesuatu.“Apa ada masalah?” tanya pria itu lagi.Dengan raut wajah buncahnya, Ariella menjawab, “ba-bawa aku pergi, Halley. Tolong … aku harus keluar dari tempat ini!”Kecemasan menggantung di matanya. Halley tahu situasi ini tidak biasa, terlebih tatapannya tak sengaja jatuh pada leher Ariella yang penuh bekas cumbuan. Itu seketika membangkitkan amarah di matanya. Halley pun menarik diri, lalu merengkuh tangan Ariella.“Ayo lewat sini!” tukasnya kemudian.Namun, belum sampai mereka beranjak, Matthias yang keluar hanya dengan celana panjangnya pun memekik, “berhenti di sana, jalang sialan!”Ariella sontak berpaling dengan tat
“Apa urusannya dengan Anda?!” tukas Halley disertai tatapan tajam.Sikapnya yang kasar, seketika memicu seringai tipis melenggang di bibir Felix. “Brengsek! Kau pikir bisa bicara sembarangan hanya karena kau kacung Lucas?! Kau memang pantas mati!” decaknya berniat menarik pelatuk pistolnya. Namun, Halley yang sejak tadi waspada, langsung menampik lengan Felix yang tengah mengacungkan pistol itu. Gerakannya yang cepat dan tegas, sontak membuat Felix kewalahan karena posisi mereka hanya menginjak anak tangga yang sempit. Saat itulah, Halley mengambil kesempatan dengan memukul dagu bawah Felix. Namun, adik tiri Lucas itu malah menyikutnya keras, sampai-sampai kaki Halley nyaris meleset dari pijakan tangganya. “Kita harus menghabisinya, Kak!” Matthias tiba-tiba memberang. Tanpa ragu, pemuda tersebut langsung mendorong Halley hingga punggung pria tersebut menatap dinding. Sialnya Matthias yang sudah dikebaki emosi, tak kenal ampun. Dirinya menghujam perut Halley dengan tendangan, memb
“Sial! Hanya karena mabuk, kau jadi meracau?!” Damien mendecak sinis. Dirinya yang tinggal bersama Ariella selama lima tahun, sangat tau bahwa Lucas tidak ada dalam sejarah hidup wanita itu. Sangat konyol jika tiba-tiba Lucas mengakui Ariella sebagai istrinya, padahal punya Giselle sebagai tunangan! Damien melangkah dengan sorot tajam. Meski dadanya kebas akibat tendangan Lucas tadi, tapi dia tak ragu meraih tangan Ariella dari pria itu. “Kemarilah, Ariella!” dengusnya. Namun, Lucas yang malah menahan pinggang wanita itu disertai tatapan berang. Dan saat bersamaan, Damien langsung mengacungkan senjata apinya tepat ke dahi Lucas. “Menyingkir dari Ariella, sebelum peluru ini melubangi kepalamu!” tukas Damien penuh ancaman. Alih-alih menyahut dengan ucapan, Lucas justru menepis tangan Damien dengan gerakan kilat, sengaja membuat pistol yang dipegang jatuh. Dan saat itulah, tangan Lucas menadahi dari bawah, hingga berhasil menangkap senjata tersebut. ‘Hah, sialan!’ Damien mem
“Apa yang kau lakukan pada Ariella, dasar sialan!” Damien mendengus berang setelah melayangkan pukulan.Benar, Damien Rudwick mengikuti Ariella setelah mendengar wanita itu menyalakan mobilnya. Dia yang mengamati dari balkon atas, terserang curiga sebab Ariella keluar diam-diam. Itu pun di jam semalam ini. Apalagi ponsel Ariella mati saat Damien coba menghubunginya.Hingga tanpa ragu, Damien langsung turun dan membuntuti Ariella yang menuju apartemen pinggiran Linberg.Seketika, amukan Damien meledak saat mengetahui Lucas Baratheon ada di sana. Terlebih pria itu berani menyentuh Ariella!Damien mengepal dan hendak memukul lagi. Tapi Lucas dengan sigap mengangkat kakinya dan menendang dada lelaki itu. Gerakannya yang kasar, membuat Damien terhuyung. Saat itulah, Lucas bergegas bangkit dan langsung menghajar balik sebelah wajah Damien.Gelenyar merah pun mengalir dari sudut mulut Damien.“Aish, sial!” desisnya.Belum sampai Damien waspada, Lucas kembali meninju, hingga membuatnya menatap
“Sepertinya Anda mabuk!” Ariella mengernyit saat mencium alkohol menyengat dari Lucas.Tapi sial, pria itu tak menggubris dan malah menghimpitnya.Sebelah tangan Lucas mengungkung Ariella, lantas mendecak, “kau harus tau akibat membohongiku!”Dia sudah terbakar amukan sejak Ariella menutup telepon tadi. Bahkan dadanya kian meradang saat menyelidiki lokasi wanita itu.“Berapa gelas yang Anda minum? Sayang sekali, padahal saya membawakan wine untuk—”“Ariella!” dengus Lucas menyambar berang. “Kenapa kau ada di vila Damien? Jangan bilang kau tinggal di sana?!”Sang wanita mengerjap tegang, lalu berkata, “apa urusannya dengan—”“Ah!”Belum tuntas ucapan Ariella, tiba-tiba Lucas membungkam mulutnya dengan ciuman. Tanpa memberi kesempatan menolak, Lucas langsung melumat bibir wanita itu dengan kasar. Pagutannya kian panas selaras dengan tangan kiri yang merengkuh pinggul Ariella agar rapat padanya.‘Lucas Baratheon, kau yang mulai lebih dulu. Jadi aku akan melakukannya tanpa rasa bersalah!’
“Kau … mendengar semuanya?” Ariella bertanya dengan tatapan berangsur tegang.Melihat perubahan iras muka wanita itu, Damien yakin ada sesuatu.“Katakan! Apa seseorang mengancammu?” tukas pria tersebut menyidik.Ariela yang semula berat bicara, kini jadi bernapas lega. Artinya Damien tidak menyadari semua ucapannya pada Lucas.Dirinya tersenyum tipis, lalu berkata, “bukan, Damien. Hanya saja, ada kesalahpahaman di pihak Emerauld mengenai kerja sama dengan yayasan.”“Emerauld?” Damien mengernyitkan kening. “Jika kau butuh bantuan mengenai Yayasan, aku bisa—”“Tidak, kau sudah sibuk dengan proyek pengembangan rumah kuno mereka. Aku akan menemui pihak Emerauld agar bisa diskusi dengan nyaman,” sahut Ariella berdalih.Walau merasa bersalah, dirinya lebih tak ingin pria itu mengetahui masa lalunya bersama Lucas.“Baiklah, kau bisa memberitahuku kapan saja jika perlu bantuan,” tutur Damien yang lantas mendapat anggukan wanita tersebut.Alih-alih langsung mangkir, pria itu malah menatap lebih
“Tuan Lucas?” Nada seorang wanita terdengar dari seberang.Dan itu seketika memicu sebelah bibir Lucas menyeringai tipis.“Menarik! Kau langsung mengenali suaraku!” tukas pria tersebut meletakkan kaleng birnya.“Dari mana Anda mendapat nomor ponsel saya? Lalu kenapa Anda menelepon saya? Itu pun di malam hari!” Ariella menyambar dengan intonasi sengal.Benar, orang yang dihubungi Lucas dengan ponsel khusus itu memang Ariella Edelred.Bukannya langsung menjawab, Lucas malah kian tersenyum miring. Entah mengapa, dia sangat senang mendengar wanita itu marah.“Anda tidak akan bicara? Kalau begitu saya akan menutup teleponnya!” Ariella berujar lagi.Tapi belum sampai panggilan itu diputus, Lucas lantas berkata, “bukankah kau bilang ingin bantuanku?!”“Pergilah ke alamat yang aku kirimkan melalui pesan. Aku—”“Kenapa saya harus?!” Ariella buru-buru menyambar tegas. “Kita sudah sepakat bertemu di PeterSoul akhir pekan!”Alis Lucas mengernyit. Setelah menghilang lima tahun, rupanya wanita ini l
“Wah! Apa ini benar?” Ava berlari menghampiri Jane saking antusiasnya.Ariella tersenyum dan lantas berujar, “hati-hati, Ava. Kau bisa jatuh.”Akan tetapi sang putri tak mendengarnya. Ava hanya terpaku pada kucing putih menggemaskan yang dibawa Jane untuknya.“Bibi! Berikan kucingnya padaku, ayo berikan!” tutur anak perempuan itu melompat girang.Ya, sudah lama Ava ingin memelihara kucing. Dia bahkan merayu Ariella dengan bermacam cara.Tapi saat itu Ariella malah berkata, “apa Ava yakin bisa memelihara kucingnya? Jika Ava memutuskan memelihara kucing, Ava harus memberinya makan dan minum setiap hari. Ava harus menyiapkan tempat tidur yang nyaman. Dan Ava harus bisa menjaganya dengan baik.”Benar, Ariella telah menanamkan tanggung jawab sedari putrinya kecil.Walau Ava menjawab sanggup, tapi Ariella pikir saat itu usia putrinya masih terlalu muda. Jadi dia berjanji akan memberi ijin merawat kucing setelah Ava lulus taman kanak-kanak.Namun, hari ini Jane membawakan kucing putih yang ca
“Ada apa, Pimpinan?” tutur sang Bodyguard bertanya.Alih-alih menjawab, Richard malah menatap Ariella dengan ekspresi sulit diterka. Selama wanita itu jadi menantunya, Richard memang tak pernah menyapa. Tapi dia tidak mungkin lupa, bahwa Lucas menikahi Ariella setelah ketahuan tidur bersama.Lirikan Richard turun pada Ava. Tanpa basa-basi dia pun bertanya, “apa dia anak Lucas?!”Sungguh, lidah Ariella langsung kelu, mulutnya pun membeku dan sangat berat bicara.‘Sial! Kenapa aku harus bertemu dengannya?!’ batin Ariella amat geram.Genggamannya pada tangan sang putri kian erat, saat dia melanjutkan. ‘Tidak! Aku tidak akan membiarkan keluarga Baratheon mengambil Ava dariku. Ava hanya putriku!’“Kau tidak menjawab, apa artinya itu benar? Anak ini cucuku?!” Richard berujar dengan nada lebih menekan.Wajahnya yang berang, memicu Ava mundur, berlindung di belakang sang ibu.Meski terkejut, anak tersebut malah berkata, “Mommy, kenapa Kakek ini tiba-tiba marah pada kita?”Saat itulah Ariella t
“Lihatlah, Kak!” tukas Josh sambil menyerahkan tab pada Damien.Di layar benda pipih itu terpampang berita menghebohkan dari Casta News. Ya, sebuah sedan hitam ditemukan meledak di dasar jurang. Agaknya mobil itu melaju kencang tanpa kendali, lalu menabrak pembatas jalan hingga terjun melewati tebing pinggiran La Fosa.Daerah tersebut cukup sepi dan jarang ada patroli. Tak heran pihak polisi terlambat menemukan korban kecelakaan sebab tak ada laporan.Josh tidak mungkin menyodorkan warta tanpa alasan.Damien yang telah memberinya titah pun bertanya, “jangan bilang, orang yang mengemudi ini ….”“Benar, Kak!” Josh menyahut tanpa ragu. “Aku melacak setiap jalur yang dilewati mobil dengan plat nomor yang kakak berikan. Mobil itulah yang meledak di dasar jurang!”Josh sangat ahli meretas. Semalaman dia begadang, memeriksa setiap titik CCTV yang dilalui mobil lelaki misterius yang mengejar Ariella.“Bagaimana dengan pengemudinya?!” Damien bertanya dengan amukan tertahan.“Belum ditemukan!” s
“Dia masih istri saya, karena kami tidak pernah bercerai!” Lucas berkata tegas.Ucapan tersebut seketika memicu kening Belatia mengernyit. Nyaris saja dia tak percaya, tapi iras muka pria itu tak seperti bercanda.“Lucas!” Belatia menjeda ujarnya.Jelas sekali dia kecewa karena sampai menyebut pria itu dengan panggilan berbeda.“Bibi pikir perasaanmu pada Giselle tidak pernah berubah. Sejak remaja kalian sudah bersama. Bibi dan mendiang ibumu—”“Bibi sangat tau, satu-satunya orang yang saya cintai tidak akan bisa kembali!” sahut Lucas yang akhirnya menoleh ke lawan bincang. “Saya mengerti Bibi memiliki janji dengan mendiang Ibu, tapi perasaan saya bukan urusan Bibi!”Pria itu pun bangkit.Belum sampai melangkah pergi, Belatia lantas mendecak, “lalu apa y