“Apa urusannya dengan Anda?!” tukas Halley disertai tatapan tajam.Sikapnya yang kasar, seketika memicu seringai tipis melenggang di bibir Felix. “Brengsek! Kau pikir bisa bicara sembarangan hanya karena kau kacung Lucas?! Kau memang pantas mati!” decaknya berniat menarik pelatuk pistolnya. Namun, Halley yang sejak tadi waspada, langsung menampik lengan Felix yang tengah mengacungkan pistol itu. Gerakannya yang cepat dan tegas, sontak membuat Felix kewalahan karena posisi mereka hanya menginjak anak tangga yang sempit. Saat itulah, Halley mengambil kesempatan dengan memukul dagu bawah Felix. Namun, adik tiri Lucas itu malah menyikutnya keras, sampai-sampai kaki Halley nyaris meleset dari pijakan tangganya. “Kita harus menghabisinya, Kak!” Matthias tiba-tiba memberang. Tanpa ragu, pemuda tersebut langsung mendorong Halley hingga punggung pria tersebut menatap dinding. Sialnya Matthias yang sudah dikebaki emosi, tak kenal ampun. Dirinya menghujam perut Halley dengan tendangan, memb
WARNING: Chapter ini mengandung adegan dewasa!“Matthias, bawa bajingan ini!” Felix memerintah tegas.Adik sepupunya yang masih mencekal lengan Ariella pun menyahut antusias. “Serahkan padaku, Kak!”Matthias lantas menghampiri Halley, lalu menyeretnya dengan kasar mengikuti Felix yang kini menarik Ariella masuk lift untuk kembali ke lantai atas.Begitu tiba di sana, Mattias langsung memaksa Halley duduk di kursi. Pemuda itu mengikat tangan dan kakinya dengan tali cukup kuat. Meski Halley memberontak, dirinya kesulitan lepas sebab tubuhnya masih cedera.“Sial! Jika kalian ingin membunuhku, bunuh saja sekarang. Tapi lepaskan Ariella!” Halley memberang penuh umpatan.Matthias yang baru selesai mengikat kakinya, seketika bangkit dan langsung menghajar wajahnya dengan kasar.“Ugh!” Halley mengeryit tatkala gelenyar merah merembes lebih deras dari sudut mulutnya.Meski kesakitan, tapi Halley tetap memicing sinis, hingga membuat Matthias dengan geram mencengkeram rahangnya.“Bajingan seperti
“Ada apa, Kak?!” Matthias bertanya penasaran. Felix hanya bungkam mendengarkan ucapan dari telepon. Irisnya melirik Matthias, lalu berujar, “baiklah, Ibu. Aku akan membereskannya!”Matthias yang mendapat tatapan bengis seketika merinding. Tapi belum sampai dia bertanya lagi, Felix sudah lebih dulu mendengus tajam. “Kenapa kau tidak bilang kalau Peter menemui istri korban Santa Manila itu?!”“Heuh?” Matthias menjeda rekaman dari kameranya. “A-aku memang akan melaporkan ini pada Kakak, tapi—”“Tapi kenapa sampai sekarang kau diam saja?!” Felix menyambar cepat dan penuh tekanan. Dia bahkan menghempas Ariella ke samping, hingga wanita itu jatuh ke ranjang. Saat itulah, Ariella menarik selimut menutupi tubuhnya. Dia perlahan meraih dress yang tergeletak di lantai, lalu buru-buru memakainya.Felix pun bangkit, tanpa segan dia langsung mendorong bahu Matthias sampai punggungnya menatap nakas. “Ka-Kak Felix, tenanglah! Lagi pula aku sudah mengurusnya. Aku sudah meminta mata-mata kita unt
Ariella yang bungkam, membuat rasa sabar Felix terkikis.“Cepat berikan padaku!” Pria itu menyentak tegas, selaras tangannya yang menekan lengan Ariella lebih kuat.Akan tetapi wanita itu hanya menatapnya berang, seolah tak sudi memberikan yang Felix minta. Sialnya, pria tersebut langsung menampik kotak obat yang dipegang Ariella hingga jatuh ke lantai. Saat itulah, ponsel Peter tak sengaja keluar dari sana.“Aish, sialan!” Makian lolos dari mulut Felix ketika mengambil benda pipih itu.Bibirnya menyeringai puas, tapi ini sungguh membuat Ariella was-was.Dengan tatapan tegasnya, wanita itu menuntut balasan. “Saya sudah mengambil ponsel Tuan Peter, sekarang tepati janji Anda. Bebaskan Halley!”Ya, Felix memang membuat kesepakatan itu dengannya. Usai mendengar kabar dari Beatrice bahwa Peter memegang bukti kuat untuk membebaskan Lucas, Felix harus melakukan apapun untuk memusnahkannya. Sebab itu, dia meminta Ariella mengkhianati Lucas dengan mencuri bukti itu dari Peter.Pria tersebut m
‘Sialan! Apa yang dia lakukan?!’ Lucas mencecar penuh makian dalam hatinya.Mulanya dia tak menggubris setiap bualan Felix, tapi saat melihat video Ariella yang berjalan telanjang dan duduk di paha adiknya, sungguh membuat amukannya meradang. Bahkan kedua tangannya yang saling berkaitan di atas meja, ini tampak mengepal geram.‘Jadi selama ini aku memelihara seorang pengkhianat?!’ sambung pria itu membatin berang.Emosinya pun kian membengkak ketika Felix berujar, “kau tahu, Kak? Jalang ini sangat pandai bergoyang di atas ranjang. Apa dia juga memuaskanmu? Aku menyukainya karena dia selalu patuh padaku, termasuk mencuri ponsel Peter!”Iras muka Felix berangsur berang selaras dengan kalimat terakhirnya yang kebak tekanan. Dia tertawa penuh ejekan mengamati wajah Lucas yang sejak tadi menatapnya dingin.“Hah … aku rasa kau harus mengganti asistenmu yang bodoh itu, agar lebih becus bekerja. Atau kau mau aku rekomendasikan seseorang? Aish, tapi apa gunanya? Kau akan membusuk di penjara!”
Pengacara pembela Lucas meraih sesuatu dari balik jasnya, lalu berujar tegas. “Ini ponsel milik mendiang Caesar yang ditemukan di lokasi kontruksi proyek Santa Manila, Yang Mulia!”Dia juga memampangkan benda pipih itu ke arah jaksa penuntut yang menatapnya. Dan itu membuat Felix yang berada di sebelah Ariella mengerutkan dahinya kesal.‘Sialan! Kenapa mereka bisa menemukan ponsel korban? Bukankah Matthias sudah mengurus semuanya?!’ cecarnya membatin geram.Reaksinya tersebut berbending terbalik dengan Ariella yang berbinar penuh harap.“Ponsel itu tidak akan membuktikan apapun!” Felix mencibir seakan mematahkan kesenangan Ariella.Namun, detik berikutnya sang pengacara menyalakan layar proyektor di depan ruang sidang. Di sana terpampang pesan obrolan mendiang korban proyek Santa Manila dengan sang istri, sebelum kecelakaan.Hakim ketua dan semua orang yang melihatnya sontak membelalak, mengetahui sepasang suami istri itu sengaja merencanakan kecelakaan.[Aku takut, istiku.][Kau suda
‘Hah … Tu-tuan Muda ingin membunuhku!’ batin Ariella menutup mulutnya dengan sebelah tangan.Sensasi empedu seperti naik ke leher, tubuhnya pun gemetar ketakutan saat mendapati orang mengincar nyawanya. Dan sial, saking terkejutnya, bahu Ariella tak sengaja menyenggol pintu ruangan tersebut, hingga terbuka lebih lebar.‘Ah! Celaka!’ Wanita itu bergeming kaget selaras dengan Peter yang kini menoleh ke arah pintu.“Tuan Muda, sepertinya ada tikus yang berusaha menguping pembicaraan kita!” tukas Peter menatap tegas.Lucas yang berada di kursinya, menilik ke arah pintu dengan sorot tajam. Tampak jelas amarah membara tergantung di matanya.“Saya akan menangkapnya, Tuan Muda!” Peter berujar sambil menoleh pada Lucas lagi.Alih-alih menyetujui, Lucas justru mengangkat telapak tangannya, memberi kode pada sang asisten untuk menahan diri.Sementara Ariella yang berada di balik ambang itu, semakin ketakutan. Dia buru-buru berbalik dan mangkir dari sana. Saking buncahnya, wanita tersebut hampir
“Brengsek!” Felix mengumpat geram. “Siapa yang berani masuk se—”Kata-kata lelaki itu kembali tertelan, bahkan maniknya langsung berubah seluas cakram begitu melihat Beatrice memicing jijik ke arahnya. “Hah! I-ibu?!” Felix seketika menjauh dari Ariella. Sang waninta yang sejak tadi tengkurap di meja billiard itu pun bergegas merapikan diri. Tapi saat berpaling pada Felix, dia tak segan menggampar wajah lelaki tersebut dengan kerasnya. “Kau!” Felix menatap tajam saat merasakan wajahnya memanas di bekas tamparan. Namun, Ariella tak gentar sebab dirinya tak bersalah. Wanita itu sudah lelah menjadi bahan fantasi bejat Felix. Hingga dengan manik yang memerah, Ariella berujar tegas pada Beatrice. “Nyonya Besar, Tuan Muda Felix berniat memperkosa saya!”“Sialan! Apa yang kau bicarakan, dasar jalang?!” Felix menyambar dengan raut wajah berangnya. Tapi bukannya menciut, Ariella malah menunjuk botol alkohol yang tergeletak di karpet dekat tempat Beatrice berdiri. “Alkohol itu! Tuan Muda
“Luke, buka pintunya. Aku tau kau ada di dalam. Cepat buka. Kenapa kau menghindariku?!” tukas Giselle dari luar.Begitu siuman di rumah sakit, Giselle langsung menanyakan Lucas. Meski Belatia marah habis-habisan karena dia bertindak gila, tapi Giselle tetap keras kepala. Apalagi dia telah mengetahui hubungan Lucas dan Ariella. Mana mungkin dirinya diam saja?“Luke, bicaralah sekali saja padaku. Aku mohon temui aku, Luke!” Giselle terus berujar penuh harap.Sementara di dalam, Lucas hanya bungkam dengan keringat yang mengebaki dahi dan tengkuknya. Sensasi panas pun menjalar ke seluruh tubuh, membuatnya tak karuan.‘Brengsek!’ batin Lucas mengumpat tajam saat kepalanya bertambah pening.Irisnya melayap ke sekitar dan terpaku pada wine yang tadi disesapnya. Saat itulah Lucas bisa menerka bahwa anggur tersebut yang membuatnya kacau seperti ini.‘Hah, sial! Apa sejak awal ini rencanamu, Ariella?!’ geming Lucas dengan rahang mengeras.Dia semakin kesal sebab meminumnya setelah Ariella pergi
‘Apa itu suruhan Lucas?’ batin Damien menerka.Dia meraih belati, lantas melangkah ke ruang depan dengan waspada.‘Jika bajingan itu yang mengirimnya, aku tidak akan membiarkannya kembali hidup-hidup!’ Damien bertekad geram.Namun, mendadak lampu ruangan tersebut menyala terang. Damien sontak membelalak saat mendapati sosok tinggi besar yang familiar.“Ayah?” tukas pria itu merapatkan alis.Ya, Hessen Rudwick-ayah Damien tersebut melepas mantel dan beranjak menuju sofa.“Ayah tidak tau kau di sini. Kenapa tidak menyalakan lampu? Apa kau minum-minum?” tukas Hessen yang hafal tabiat putranya.Dia merebahkan punggung ke sofa sambil memejamkan mata.“Bawakan Ayah alkohol juga. Ayah akan bergabung denganmu sampai mabuk!” sambung lelaki itu. Damien menarik napas panjang. Biasanya dia melarang Hessen menelan alkohol, tapi entah kenapa kali ini dirinya membiarkan.Tak lama kemudian, Damien kembali membawa dua botol. Dirinya duduk sambil menuangkan alkohol kadar rendah untuk sang ayah.“Kali i
“Apa yang kau katakan?!” tukas Damien menuntut penjelasan.Ariella yang berada di sebelah tak langsung menjawab. Meski harusnya menenangkan Damien, tapi entah mengapa mulutnya berat bicara.Sang pria berpaling seraya mendesaknya lagi. “Kau bercanda ‘kan, Ariella? Kau marah karena aku mengikutimu diam-diam, sampai berbohong padaku jika Lucas—”“Maafkan aku, Damien. Harusnya aku memberitahumu lebih awal bahwa—”“Tidak!” sahut Damien memangkas. “Kau sudah bilang padaku kalau Ayah Ava meninggal. Kenapa tiba-tiba Lucas? Hah … tidak. Sebelumnya kau tidak pernah berhubungan dengan si brengsek itu. Mustahil! Ini sangat gila, Ariella!”Ariella paham Damien terus menampik fakta, tapi dia tak bisa menutupi terus.Dengan manik gemetar, wanita tersebut berkata, “aku bersalah, Damien. Aku tau kau marah dan kecewa padaku. Tapi aku tidak menyesal menemui Lucas karena aku sangat membutuhkannya!”“Meski aku sangat membenci Lucas dan berulang kali ingin membunuhnya dalam pikiranku, tapi aku tidak bisa me
“Sial! Hanya karena mabuk, kau jadi meracau?!” Damien mendecak sinis. Dirinya yang tinggal bersama Ariella selama lima tahun, sangat tau bahwa Lucas tidak ada dalam sejarah hidup wanita itu. Sangat konyol jika tiba-tiba Lucas mengakui Ariella sebagai istrinya, padahal punya Giselle sebagai tunangan! Damien melangkah dengan sorot tajam. Meski dadanya kebas akibat tendangan Lucas tadi, tapi dia tak ragu meraih tangan Ariella dari pria itu. “Kemarilah, Ariella!” dengusnya. Namun, Lucas yang malah menahan pinggang wanita itu disertai tatapan berang. Dan saat bersamaan, Damien langsung mengacungkan senjata apinya tepat ke dahi Lucas. “Menyingkir dari Ariella, sebelum peluru ini melubangi kepalamu!” tukas Damien penuh ancaman. Alih-alih menyahut dengan ucapan, Lucas justru menepis tangan Damien dengan gerakan kilat, sengaja membuat pistol yang dipegang jatuh. Dan saat itulah, tangan Lucas menadahi dari bawah, hingga berhasil menangkap senjata tersebut. ‘Hah, sialan!’ Damien mem
“Apa yang kau lakukan pada Ariella, dasar sialan!” Damien mendengus berang setelah melayangkan pukulan.Benar, Damien Rudwick mengikuti Ariella setelah mendengar wanita itu menyalakan mobilnya. Dia yang mengamati dari balkon atas, terserang curiga sebab Ariella keluar diam-diam. Itu pun di jam semalam ini. Apalagi ponsel Ariella mati saat Damien coba menghubunginya.Hingga tanpa ragu, Damien langsung turun dan membuntuti Ariella yang menuju apartemen pinggiran Linberg.Seketika, amukan Damien meledak saat mengetahui Lucas Baratheon ada di sana. Terlebih pria itu berani menyentuh Ariella!Damien mengepal dan hendak memukul lagi. Tapi Lucas dengan sigap mengangkat kakinya dan menendang dada lelaki itu. Gerakannya yang kasar, membuat Damien terhuyung. Saat itulah, Lucas bergegas bangkit dan langsung menghajar balik sebelah wajah Damien.Gelenyar merah pun mengalir dari sudut mulut Damien.“Aish, sial!” desisnya.Belum sampai Damien waspada, Lucas kembali meninju, hingga membuatnya menatap
“Sepertinya Anda mabuk!” Ariella mengernyit saat mencium alkohol menyengat dari Lucas.Tapi sial, pria itu tak menggubris dan malah menghimpitnya.Sebelah tangan Lucas mengungkung Ariella, lantas mendecak, “kau harus tau akibat membohongiku!”Dia sudah terbakar amukan sejak Ariella menutup telepon tadi. Bahkan dadanya kian meradang saat menyelidiki lokasi wanita itu.“Berapa gelas yang Anda minum? Sayang sekali, padahal saya membawakan wine untuk—”“Ariella!” dengus Lucas menyambar berang. “Kenapa kau ada di vila Damien? Jangan bilang kau tinggal di sana?!”Sang wanita mengerjap tegang, lalu berkata, “apa urusannya dengan—”“Ah!”Belum tuntas ucapan Ariella, tiba-tiba Lucas membungkam mulutnya dengan ciuman. Tanpa memberi kesempatan menolak, Lucas langsung melumat bibir wanita itu dengan kasar. Pagutannya kian panas selaras dengan tangan kiri yang merengkuh pinggul Ariella agar rapat padanya.‘Lucas Baratheon, kau yang mulai lebih dulu. Jadi aku akan melakukannya tanpa rasa bersalah!’
“Kau … mendengar semuanya?” Ariella bertanya dengan tatapan berangsur tegang.Melihat perubahan iras muka wanita itu, Damien yakin ada sesuatu.“Katakan! Apa seseorang mengancammu?” tukas pria tersebut menyidik.Ariela yang semula berat bicara, kini jadi bernapas lega. Artinya Damien tidak menyadari semua ucapannya pada Lucas.Dirinya tersenyum tipis, lalu berkata, “bukan, Damien. Hanya saja, ada kesalahpahaman di pihak Emerauld mengenai kerja sama dengan yayasan.”“Emerauld?” Damien mengernyitkan kening. “Jika kau butuh bantuan mengenai Yayasan, aku bisa—”“Tidak, kau sudah sibuk dengan proyek pengembangan rumah kuno mereka. Aku akan menemui pihak Emerauld agar bisa diskusi dengan nyaman,” sahut Ariella berdalih.Walau merasa bersalah, dirinya lebih tak ingin pria itu mengetahui masa lalunya bersama Lucas.“Baiklah, kau bisa memberitahuku kapan saja jika perlu bantuan,” tutur Damien yang lantas mendapat anggukan wanita tersebut.Alih-alih langsung mangkir, pria itu malah menatap lebih
“Tuan Lucas?” Nada seorang wanita terdengar dari seberang.Dan itu seketika memicu sebelah bibir Lucas menyeringai tipis.“Menarik! Kau langsung mengenali suaraku!” tukas pria tersebut meletakkan kaleng birnya.“Dari mana Anda mendapat nomor ponsel saya? Lalu kenapa Anda menelepon saya? Itu pun di malam hari!” Ariella menyambar dengan intonasi sengal.Benar, orang yang dihubungi Lucas dengan ponsel khusus itu memang Ariella Edelred.Bukannya langsung menjawab, Lucas malah kian tersenyum miring. Entah mengapa, dia sangat senang mendengar wanita itu marah.“Anda tidak akan bicara? Kalau begitu saya akan menutup teleponnya!” Ariella berujar lagi.Tapi belum sampai panggilan itu diputus, Lucas lantas berkata, “bukankah kau bilang ingin bantuanku?!”“Pergilah ke alamat yang aku kirimkan melalui pesan. Aku—”“Kenapa saya harus?!” Ariella buru-buru menyambar tegas. “Kita sudah sepakat bertemu di PeterSoul akhir pekan!”Alis Lucas mengernyit. Setelah menghilang lima tahun, rupanya wanita ini l
“Wah! Apa ini benar?” Ava berlari menghampiri Jane saking antusiasnya.Ariella tersenyum dan lantas berujar, “hati-hati, Ava. Kau bisa jatuh.”Akan tetapi sang putri tak mendengarnya. Ava hanya terpaku pada kucing putih menggemaskan yang dibawa Jane untuknya.“Bibi! Berikan kucingnya padaku, ayo berikan!” tutur anak perempuan itu melompat girang.Ya, sudah lama Ava ingin memelihara kucing. Dia bahkan merayu Ariella dengan bermacam cara.Tapi saat itu Ariella malah berkata, “apa Ava yakin bisa memelihara kucingnya? Jika Ava memutuskan memelihara kucing, Ava harus memberinya makan dan minum setiap hari. Ava harus menyiapkan tempat tidur yang nyaman. Dan Ava harus bisa menjaganya dengan baik.”Benar, Ariella telah menanamkan tanggung jawab sedari putrinya kecil.Walau Ava menjawab sanggup, tapi Ariella pikir saat itu usia putrinya masih terlalu muda. Jadi dia berjanji akan memberi ijin merawat kucing setelah Ava lulus taman kanak-kanak.Namun, hari ini Jane membawakan kucing putih yang ca