Ariella yang bungkam, membuat rasa sabar Felix terkikis.“Cepat berikan padaku!” Pria itu menyentak tegas, selaras tangannya yang menekan lengan Ariella lebih kuat.Akan tetapi wanita itu hanya menatapnya berang, seolah tak sudi memberikan yang Felix minta. Sialnya, pria tersebut langsung menampik kotak obat yang dipegang Ariella hingga jatuh ke lantai. Saat itulah, ponsel Peter tak sengaja keluar dari sana.“Aish, sialan!” Makian lolos dari mulut Felix ketika mengambil benda pipih itu.Bibirnya menyeringai puas, tapi ini sungguh membuat Ariella was-was.Dengan tatapan tegasnya, wanita itu menuntut balasan. “Saya sudah mengambil ponsel Tuan Peter, sekarang tepati janji Anda. Bebaskan Halley!”Ya, Felix memang membuat kesepakatan itu dengannya. Usai mendengar kabar dari Beatrice bahwa Peter memegang bukti kuat untuk membebaskan Lucas, Felix harus melakukan apapun untuk memusnahkannya. Sebab itu, dia meminta Ariella mengkhianati Lucas dengan mencuri bukti itu dari Peter.Pria tersebut m
‘Sialan! Apa yang dia lakukan?!’ Lucas mencecar penuh makian dalam hatinya.Mulanya dia tak menggubris setiap bualan Felix, tapi saat melihat video Ariella yang berjalan telanjang dan duduk di paha adiknya, sungguh membuat amukannya meradang. Bahkan kedua tangannya yang saling berkaitan di atas meja, ini tampak mengepal geram.‘Jadi selama ini aku memelihara seorang pengkhianat?!’ sambung pria itu membatin berang.Emosinya pun kian membengkak ketika Felix berujar, “kau tahu, Kak? Jalang ini sangat pandai bergoyang di atas ranjang. Apa dia juga memuaskanmu? Aku menyukainya karena dia selalu patuh padaku, termasuk mencuri ponsel Peter!”Iras muka Felix berangsur berang selaras dengan kalimat terakhirnya yang kebak tekanan. Dia tertawa penuh ejekan mengamati wajah Lucas yang sejak tadi menatapnya dingin.“Hah … aku rasa kau harus mengganti asistenmu yang bodoh itu, agar lebih becus bekerja. Atau kau mau aku rekomendasikan seseorang? Aish, tapi apa gunanya? Kau akan membusuk di penjara!”
Pengacara pembela Lucas meraih sesuatu dari balik jasnya, lalu berujar tegas. “Ini ponsel milik mendiang Caesar yang ditemukan di lokasi kontruksi proyek Santa Manila, Yang Mulia!”Dia juga memampangkan benda pipih itu ke arah jaksa penuntut yang menatapnya. Dan itu membuat Felix yang berada di sebelah Ariella mengerutkan dahinya kesal.‘Sialan! Kenapa mereka bisa menemukan ponsel korban? Bukankah Matthias sudah mengurus semuanya?!’ cecarnya membatin geram.Reaksinya tersebut berbending terbalik dengan Ariella yang berbinar penuh harap.“Ponsel itu tidak akan membuktikan apapun!” Felix mencibir seakan mematahkan kesenangan Ariella.Namun, detik berikutnya sang pengacara menyalakan layar proyektor di depan ruang sidang. Di sana terpampang pesan obrolan mendiang korban proyek Santa Manila dengan sang istri, sebelum kecelakaan.Hakim ketua dan semua orang yang melihatnya sontak membelalak, mengetahui sepasang suami istri itu sengaja merencanakan kecelakaan.[Aku takut, istiku.][Kau suda
‘Hah … Tu-tuan Muda ingin membunuhku!’ batin Ariella menutup mulutnya dengan sebelah tangan.Sensasi empedu seperti naik ke leher, tubuhnya pun gemetar ketakutan saat mendapati orang mengincar nyawanya. Dan sial, saking terkejutnya, bahu Ariella tak sengaja menyenggol pintu ruangan tersebut, hingga terbuka lebih lebar.‘Ah! Celaka!’ Wanita itu bergeming kaget selaras dengan Peter yang kini menoleh ke arah pintu.“Tuan Muda, sepertinya ada tikus yang berusaha menguping pembicaraan kita!” tukas Peter menatap tegas.Lucas yang berada di kursinya, menilik ke arah pintu dengan sorot tajam. Tampak jelas amarah membara tergantung di matanya.“Saya akan menangkapnya, Tuan Muda!” Peter berujar sambil menoleh pada Lucas lagi.Alih-alih menyetujui, Lucas justru mengangkat telapak tangannya, memberi kode pada sang asisten untuk menahan diri.Sementara Ariella yang berada di balik ambang itu, semakin ketakutan. Dia buru-buru berbalik dan mangkir dari sana. Saking buncahnya, wanita tersebut hampir
“Brengsek!” Felix mengumpat geram. “Siapa yang berani masuk se—”Kata-kata lelaki itu kembali tertelan, bahkan maniknya langsung berubah seluas cakram begitu melihat Beatrice memicing jijik ke arahnya. “Hah! I-ibu?!” Felix seketika menjauh dari Ariella. Sang waninta yang sejak tadi tengkurap di meja billiard itu pun bergegas merapikan diri. Tapi saat berpaling pada Felix, dia tak segan menggampar wajah lelaki tersebut dengan kerasnya. “Kau!” Felix menatap tajam saat merasakan wajahnya memanas di bekas tamparan. Namun, Ariella tak gentar sebab dirinya tak bersalah. Wanita itu sudah lelah menjadi bahan fantasi bejat Felix. Hingga dengan manik yang memerah, Ariella berujar tegas pada Beatrice. “Nyonya Besar, Tuan Muda Felix berniat memperkosa saya!”“Sialan! Apa yang kau bicarakan, dasar jalang?!” Felix menyambar dengan raut wajah berangnya. Tapi bukannya menciut, Ariella malah menunjuk botol alkohol yang tergeletak di karpet dekat tempat Beatrice berdiri. “Alkohol itu! Tuan Muda
“Tidak, Tuan Muda!” tukas Ariella yang seketika berpaling ke belakang. Dirinya telah susah payah masuk ke galeri seni itu. Dia masih harus mencari bukti kematian Elizabeth di galeri seni tersebut. Mana mungkin Ariella menyerah di tengah jalan?Belum sampai wanita itu melanjutkan ujarnya, Lucas malah beranjak pergi. Ariella tak bisa pasrah. Apapun yang terjadi, dia harus mengatakan semuanya pada sang suami.“Saya bisa menjelaskan bahwa saya tidak memihak Tuan Felix, tapi ….” Ucapan Ariella kembali teredam sebab Lucas tak menghentikan langkahnya. Dengan cepat, wanita itu pun merengkuh tangan Lucas agar berhenti. “Tolong dengarkan saya, Tuan Muda!” tukas Ariella penuh harap. Namun, tanpa diduga Lucas malah berpaling sambil menghempas cekalan Ariella amat kasar. Punggung istrinya itu menatap lemari pendingan, tapi Lucas yang sejak tadi membendung amarah, langsung mengungkungnya dengan sebelah tangan.Manik elang pria itu menatap tajam seraya mendecak, “apa kau tidak paham bahasa manus
“Oh? Bisa dibuka?!”Ariella tak sengaja melepas sambungan di leher patung itu. Maniknya pun mengerjap lebar begitu melihat mini kamera di bagian kepala patung tersebut.‘Apa ini kamera perekam?’ batin Ariella menerka.Dia lantas meraih kamera mini itu, tapi sayangnya indikator di kamera tersebut langsung mati. Dan itu membuat Ariella was-was.“Tidak, semoga ini tidak rusak karena jatuh tadi!” gumam wanita itu memeriksanya lebih dekat.Dirinya berharap penuh pada kamera tersebut. Karena tersembunyi dalam miniature patung, jelas sekali kamera itu menyimpan sesuatu. Mungkin saja Ariella bisa menemukan petunjuk mengenai kematian mendiang Elizabeth.Wanita tersebut hanya mengambil mini kamera tadi, lalu meletakkan miniature patung Potrait of Nancy ke almari pajangan belakang kursi. Dia juga merapikan area meja kerja direktur dan bergegas keluar dari ruangan tersebut.Sambil menggenggam kamera mini tadi, Ariella pun membatin, ‘Ayah, aku yakin kita akan mengungkap kebenaran di balik kecelaka
‘Ternyata selama ini Jalang itu mengorek kematian Elizabeth?!’ geming Beatrice dengan sorot mata membara.Wajahnya terpampang penuh amukan saat menyaksikan rekaman video Elizabeth yang meregang nyawa di ruang direktur Baratheon Gallery!“Hah!” Breatrice segera menutup layar laptop di hadapannya.Tangan wanita paruh baya itu mengepal geram. Ya, padahal selama ini dia sudah menutupi fakta ini dari semua orang. Tapi Ariella yang tiba-tiba mengusik masalah ini, sungguh membuatnya khawatir. Beatrice tidak akan membiarkan satu kutu pengganggu mengancam kedamaiannya.‘Aku harus bertindak. Jangan sampai jalang itu membongkar dan mengacaukan semuanya!’ batin Nyonya Baratheon tersebut amat dongkol. ‘Aku mencapai semua ini tidak mudah. Jadi satu-satunya cara agar segalanya aman, hanyalah menyingkirkan batu sandungan. Jalang itu harus dilenyapkan!’Napas Beatrice membara penuh amukan. Dengan geramnya, dia pun menatap pria bermasker hitam yang sejak tadi bersiaga di depannya.“Kau! Singkirkan jala
“Damien? Kau pulang?” Ariella mengernyit saat berpaling.Sang pria menghampirinya seraya bertanya buncah. “Apa yang terjadi, Ariella?!”Kecemasan kian menggantung di matanya, saat mendapati kaki wanita tersebut berdarah, bahkan pecahan beling berhamburan di lantai. “Maaf, aku ceroboh sekali,” tutur Ariella menyelipkan anakan rambut ke telinga. “Aku tidak sengaja menyenggol cerminnya saat masuk kamar mandi.”Benar, Ariella sempoyongan dan tak sadar menumpukan tangan ke cermin bulat yang menggantung di kamar mandi. Sialnya saat dia nyaris ambruk, tangannya malah menarik cermin itu hingga pecah menghantam lantai.Kaki Ariella seketika terluka sebab cermin tadi menjatuhinya. Bahkan tangannya juga berdarah karena tak sengaja tersayat beling, saat hendak memungutnya.“Aku akan membereskannya dan keluar,” tutur Ariella yang ingin meraih pecahan cermin lagi.“Jangan sentuh itu. Kau bisa terluka lebih parah,” ujar Damien yang lantas merengkuh tangan wanita itu.Tanpa menunggu sahutan, pria te
‘Bersiaplah untuk mati!’ geming pria berpakaian menatap sengit.Dia mempercepat langkah, tapi saat hendak menarik pintu mobil Ariella, Bentley hitam itu tiba-tiba mundur.Ya, Ariella pernah berada di situasi semacam ini. Seorang pembunuh tak peduli jika korbannya memohon ampunan. Satu-satunya yang bisa menolong adalah diri sendiri!Ariella bergegas menghindar, tapi sialnya pria misterius itu malah melompat ke atas kap mobil. Dia memicing tajam pada Ariella, bahkan tanpa ragu menghujamkan belatinya ke kaca depan Bentley tersebut. “Hah!” Manik Ariella berubah selebar cakram.Sialnya dia tak bisa melihat rupa pria tersebut sebab wajahnya tertutup masker hitam.Meski kaca mobil itu tak mudah hancur, tetapi hantaman dari senjata tajam perlahan membuatnya retak. Sampai-sampai Ariella yang berada di dalam membeku dengan tegang.“Jalang sialan!” cecar pria misterius itu penuh umpatan. “Hentikan mobilnya sebelum aku merobek jantungmu!”Dia terus menancapkan balati tadi lebih keras ke kaca mob
***“Paman, kenapa Mommy belum datang menjenguk Ava?” Putri Ariella itu bertanya gelisah.Ya, sudah sejak tadi dia menunggu, bahkan rela menahan kantuk karena ingin melihat Ariella sebelum tidur.Damien yang baru selesai menelepon seseorang, lantas duduk di dekat brankar Ava.“Tuan Putri merindukan Mommy?” tanyanya sambil membelai lembut kepala anak tersebut.“Ya, Ava sangat rindu pada Mommy,” sahut gadis kecil itu menekuk bibirnya. “Mommy bilang, jika Ava menghabiskan makan malam, maka Mommy akan pulang cepat. Tapi kenapa sampai sekarang belum datang?”Damien mengerjap. Dia sendiri khawatir sebab Ariella pergi ke tempat di mana rivalnya berada. Awalnya Damien ingin menemani Ariella, tapi wanita itu menolak karena sudah pasti pihak Baratheon tidak akan menerima Rudwick.‘Pameran seni itu akan segera berakhir.’ Damien menerka usai melirik arlojinya.Dia beralih menatap Ava seraya berkata, “sebentar lagi Mommy akan pulang. Ava tidur dulu, ya. Paman akan menemani Ava di sini.”“Ava tidak
“Sangat tidak tau malu. Kau berkoar sebagai kekasih Damien, tapi bermain belakang dengan tunanganku. Apa Damien tau kau semenjijikkan ini?!” Giselle memberang penuh amukan. Tangannya terangkat lagi, bersiap memukul sisi lain wajah Ariella. Namun, belum sampai tamparan itu mendarat, Ariella lebih dulu menahan lengan Giselle dengan cekalan yang kuat. “Jaga sikap Anda, Nona Giselle!” decaknya pelan, tapi mengandung tekanan. Putri keluarga Diorson itu menghempas cengkeraman, lalu melangkah dengan tatapan tajam. “Tutup mulutmu!” decaknya lebih geram. “Beraninya seorang selingkuhan menceramahiku. Harusnya kau yang mengubah sikap liarmu!” Belum sampai Ariella menjawab, Lucas yang melihat semuanya dari teras langsung menarik Ariella ke belakangnya. “Kau tidak apa-apa?” tanya pria itu tampak cemas. Dia yang menggenggam tangan Ariella, semakin membakar dada Giselle yang meradang. ‘Hah, sialan! Kau bahkan terang-terangan mengkhawatirkan wanita lain di depanku, Luke!’ batin
“Bantuan?” Lucas berkata seiring alisnya yang mendapuk.Rasanya mustahil Ariella memohon pertolongan. Namun, wanita itu bergegas mendorong Lucas dan menegakkan diri dengan benar. Usai merapikan pakaian, Ariella pun berujar, “bukankah Anda bilang mengetaui masa lalu saya?”Lucas hanya bungkam dengan iras muka dingin, tapi Ariella tak akan menghentikan niatnya.“Saya mendapat kabar bahwa Ayah saya meninggal saat bekerja di mansion Baratheon. Saya tidak ingat kejadian apapun, selama tiga tahun dari waktu kecelakaan. Jadi saya ingin—”“Kau pikir keluarga Baratheon yang membunuhnya?!” sahut Lucas sebelum ucapan Ariella tuntas. Dada sang wanita serasa dihantam beton mendengarnya. Bahkan cengkeraman di tas tangan itu bertambah erat. ‘Kau tau itu, tapi kau tidak bertindak apapun!’ batin Ariella penuh geram. Dengan manik gemetar, dirinya pun memprovokasi. “Apakah itu mungkin?”Seringai tipis langsung membingkai bibir Lucas.“Lantas mengapa jika keluarga Baratheon yang membunuhnya? Kau tak
“Nona Giselle!” tukas Peter yang seketika mengurungkan niat wanita itu membuka pintu.“Nyonya Belatia mencari Anda. Beliau meminta Nona segera kembali ke aula karena beberapa Seniman menanyakan Anda,” sambung asisten Lucas tersebut.Giselle menoleh pada Peter, tapi dia curiga lelaki itu sengaja menghalanginya atas perintah Lucas.Dengan sorot manik tajamnya, Giselle pun berkata, “pergilah! Aku akan kembali nanti!”“Tapi, Nona—”“Aku akan menangkap basah Luke!” Giselle mencecar sambil mendorong pintu ruangan tersebut.Begitu ambang itu terbuka kasar, Giselle langsung menerobos masuk.“Luke!” dengusnya geram.Pasangan yang semula memadu kasih itu sontak berpaling. Namun, manik Giselle langsung berubah lebar saat menyadari lelaki bersetelan hitam tersebut bukan Lucas Baratheon!Benar, laki-laki itu salah satu kurator yang bekerja di Baratheon Gallery. Malam ini dia mengundang pacarnya ke acara pameran dan tak sengaja ketahuan bermesraan di ruang penyimpanan lukisan. Terlebih orang yang m
“Hah! Kak Lucas?!” tukas Chelsea membelalak kaget.Mengamati wajah dingin pria itu, dia malah menyeringai sengit.“Kebetulan sekali Kakak sudah datang. Lihat jalang ini, Kak. Dia kembali dan ingin mengganggu—”“Siapa yang kau bilang mengganggu, hah?!” Lucas menyahut tajam.Cekalannya makin kuat, memicu alis Chelsea mendapuk geram.“Apa maksud Kak Lucas?” dengus Chelsea yang lantas menghempas cengkeraman pria tersebut. “Kakak tau dia kabur dari mansion Baratheon dan menghilang bertahun-tahun. Cepat usir jalang ini, Kak. Dia tidak layak kembali pada keluarga Baratheon!”Wanita itu berniat mendorong Ariella, tapi Lucas dengan sigap menariknya ke belakang.“Sentuh dia, maka aku yang akan menendangmu keluar dari sini, Chelsea!” decak Lucas penuh peringatan.Sungguh, perlakuan Lucas malah membuat asumsi negatif Giselle menggunung. Terlebih saat pria itu tak ragu meraih tangan Ariella.Dengan sorot mata tegasnya, Giselle pun berkata, “Luke, sebenarnya siapa Nona Ariella?!”Bukannya menimpali
Giselle mengikuti arah tatapan Chelsea, lalu berkata penuh binar. “Anda sudah datang, Nona Ariella?”Ya, Ariella Edelred melangkah dengan setelan berbahan tweed serba biru muda. Tas tangan mungil emerald blue dari Gabbana sangat serasi untuknya. Benar-benar membuat wanita itu tampak berkelas.“Selamat malam,” tutur Ariella sopan.Giselle berniat merangkul, berupaya lebih dekat sebab dia ingin berteman dengan Ariella. Namun, tiba-tiba saja Chelsea mendorong Ariella sebelum Giselle menyentuhnya.“Hei! Jaga batasanmu, wanita rendahan!” Chelsea mencecar geram.Ariella hanya bungkam sambil menatapnya dingin, sungguh berbeda dengan sorot matanya lima tahun lalu yang selalu ketakutan. Dan itu membuat Chelsea mengernyit sinis.“Sial! Berani sekali kau melihatku dengan mata sombong itu. Cepat keluar da—”“Maaf, apa Anda mengenal saya?” Ariella sengaja ucapan memangkas lawan bincangnya.Sungguh, iras muka Chelsea sontak membeku. Bagaimana mungkin dia tak mengenalnya, padahal Ariella menjadi sas
Ariella berjalan mendekati dress merah yang dipesannya. Dia menyentuh bagian lengan dengan model off shoulder itu sambil menyeringai tipis.“Saya akan menagihnya nanti,” tukas wanita tersebut saat menoleh pada Giselle.Lawan bincangnya tersenyum miring, lalu berkata, “baiklah. Katakan kapan saja, saya akan memberikan apapun yang Anda minta!”“Anda terdengar murah hati!” sahut Ariella sambil melipat kedua tangan ke depan dada.“Anggap saja karena saya ingin berteman dengan Anda, bagaimana?” Giselle menimpali disertai kedua alisnya yang naik ke atas.Ariella pun menarik sudut bibirnya. Meski tak yakin akan berhubungan baik dengan Giselle, tapi persahabatan palsu lebih menguntungan dari pada menambah musuh.Sementara di kantor pusat Baratheon Group, Lucas yang baru memeriksa dokumen, lantas melonggarkan dasi. Dia melirik arloji, agaknya masih ada waktu sebelum acara pameran seni di galerinya.Saat itulah, Peter mengetuk pintu dan masuk usai mendapat persetujuan Lucas. Laki-laki tersebut