‘Jika itu Asisten Tuan Muda … berarti Tuan Peter! Apa ini ada hubungannya dengan kasus Tuan Muda Lucas yang dipenjara?’ batin Ariella menerka.Diam-diam dia melirik Matthias dan berusaha menyimak obrolan mereka. Tapi sialnya, Matthias malah menatapnya sambil memicing sengit.Tanpa ragu, pemuda itu pun berkata pada seseorang di seberang. “Pastikan kau tutup mulut agar Lucas tidak bisa lolos dari tuntutan!”Mendapati itu, Ariella sontak membelalak dengan leher tegang. Tangannya mencengkeram paha tatkala Matthias menyeringai sinis padanya.“Kau dengar? Suami yang tak pernah menganggapmu akan membusuk di penjara!” cecarnya tajam usai menutup telepon.Sambil menelan saliva dengan berat, Ariella pun menimpali, “ja-jadi Anda yang menjebak Tuan Muda Lucas?!”Matthias seketika menyeringai. Dia menoleh ke depan seraya tertawa terbahak-bahak. Matthias ingat, Lucas mengancam akan mengurungnya dalam bui saat mengetahui dia menyekap Ariella. Tapi rasanya dunia telah berbalik.Pemuda tersebut mengus
“Hah!” Peter menatap waspada.Beruntungnya dia bisa mencekal tangan wanita itu, lalu merebut senjata tajam tadi dengan sebelah hastanya.“Bagaimana bisa Anda mengarahkan senjata tajam pada orang lain?!” Peter mendecak tajam.Tapi wanita tadi dengan geram menyambar, “kalian sudah membunuh suamiku. Kenapa aku tidak bisa membunuh kalian? Kalian tidak puas mengambil nyawa suamiku dan sekarang ingin melenyapkanku juga?!”“Nyonya, tolong sadarlah. Saya tidak bermaksud menyakiti Anda. Saya hanya ingin bicara baik-baik!” sahut Peter tegas.Dia melempar belati tadi menjauh. Istri korban Santa Manila itu mengamati lokasi jatuhnya senjata tajam tersebut, tapi Peter dengan sigap merengkuh kedua lengannya dan memaksa wanita tadi menghadapnya.“Maafkan saya, Nyonya. Tapi saya sungguh tidak berniat membahayakan nyawa Anda!” sambung Asisten Lucas tersebut.Sang wanita terdiam. Dia tahu, kedatangan Peter ingin mengorek masalah kecelakaan mendiang suaminya.‘Tuan Matthias bilang aku hanya perlu diam. J
***“Aish, sialan! Bukankah aku sudah menyuruhnya diam? Kenapa malah mengungkap semuanya pada Peter?!” Matthias mengumpat garang. “Dasar tidak berguna. Dia memang pantas mati!”Pemuda itu amat kesal usai mendapat laporan dari mata-mata yang mengawasi di rumah istri korban proyek Santa Manila.Matthias mengusap dagunya kasar, seraya berujar buncah. “Kak Lucas pasti tahu aku mengkhianatinya. Jadi aku tidak boleh kehilangan kepercayaan Kak Felix. Aku harus berhasil mengurus masalah ini atau Kak Felix akan membuangku!”Pemuda tersebut menoleh ke sebelah. Di ranjang itu, Ariella masih terbaring dalam keadaan tak sadarkan diri, karena tadi Matthias memukulnya di titik lemah. Ya, dengan begitu Matthias justru lebih mudah membawanya ke apartemen studio yang biasa dia gunakan membuat film dewasa bersama teman-temannya.“Aku akan membalas perbuatanmu, jalang sialan. Karena saat itu kau kabur, wajahku jadi remuk dipukuli Lucas. Malam ini kau akan membayarnya. Jangan harap Lucas bisa menolongmu k
“Tu-tuan Felix?!” Ariella melebarkan maniknya seluas cakram.Ya, itu memang Felix Baratheon. Dia yang mulanya meminta Matthias agar membawa Ariella ke kantornya, kini berubah pikiran dan ingin bermain dengannya di apartemen adik sepupunya.Ketegangan pun merambat ke seluruh nadi wanita itu. Terlebih saat mengamati Felix mengunci pintu, lalu berjalan ke arahnya.“Beberapa hari ini kita tidak bertemu di mansion. Ternyata kau berlagak bekerja di galeri, jalang sialan!” tukas Felix menaikkan sebelah alisnya.Tatapan Ariella berubah gemetar. Sungguh sial, karena dirinya malah terjebak dengan para pria bajingan ini.Sambil memegang dressnya yang sepanjang lutut, Ariella lantas berkata, “apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Muda?!”Bukannya langsung menyahut, Felix justru melirik Matthias yang menahan sakit.“Kak Felix, jalang ini benar-benar kurang ajar ‘kan?” tukas pemuda itu mengadu.Lawan bincangnya pun beralih menatap Ariella sembari menarik seringai tipis. Semakin dia mendekat, Ariella
‘A-aku, harus menghentikannya!’ Ariella bergeming dalam hati.Meski Felix memaksanya membuka mulut dengan mendorong lidahnya masuk, tapi Ariella dengan kuat menggertakkan giginya. Tangan wanita tersebut berusaha menyingkirkan pria itu dengan mencakar lengan, bahkan mendorong dadanya.Namun, setiap reaksinya justru memacu gairah Felix semakin liar. Darah pria tersebut berdesir penuh hasrat, hingga dia tak ragu melumat bibir Ariella yang kenyal. Tapi detik itu juga Ariella malah membuka mulut dan langsung menggigit bibir Felix amat kuat.“Ugh!” Felix mengernyit saat gelenyar merah yang anyir mendominasi mulutnya.Belum sampai pria itu bangkit, sebelah tangan Ariella malah memukulnya dengan gelas lilin ganja yang diraihnya dari nakas.“Hah ….” Ariella seketika bisa bernapas lega saat Felix menarik diri darinya.Pukulan yang cukup keras, membuat darah merembes dari pelipis Felix. Dan itu memicunya mengerang kesakitan.“Argh, dasar brengsek!” umpat Felix mengusap lukanya.Di saat lengahnya
“Ya, terima kasih ….” Ariella meredam ucapnya saat mengangkat pandangan. “Ha-halley?!”Dia membelalak selaras dengan sang pria yang juga melebarkan irisnya.“Ariella, apa yang kau lakukan di sini?” Halley bertanya penasaran.Namun, wanita itu hadapannya malah tampak gugup. Tangannya yang bertumpu pada bahu Halley terasa bergetar dan Halley menyadari bahwa terjadi sesuatu.“Apa ada masalah?” tanya pria itu lagi.Dengan raut wajah buncahnya, Ariella menjawab, “ba-bawa aku pergi, Halley. Tolong … aku harus keluar dari tempat ini!”Kecemasan menggantung di matanya. Halley tahu situasi ini tidak biasa, terlebih tatapannya tak sengaja jatuh pada leher Ariella yang penuh bekas cumbuan. Itu seketika membangkitkan amarah di matanya. Halley pun menarik diri, lalu merengkuh tangan Ariella.“Ayo lewat sini!” tukasnya kemudian.Namun, belum sampai mereka beranjak, Matthias yang keluar hanya dengan celana panjangnya pun memekik, “berhenti di sana, jalang sialan!”Ariella sontak berpaling dengan tat
“Apa urusannya dengan Anda?!” tukas Halley disertai tatapan tajam.Sikapnya yang kasar, seketika memicu seringai tipis melenggang di bibir Felix. “Brengsek! Kau pikir bisa bicara sembarangan hanya karena kau kacung Lucas?! Kau memang pantas mati!” decaknya berniat menarik pelatuk pistolnya. Namun, Halley yang sejak tadi waspada, langsung menampik lengan Felix yang tengah mengacungkan pistol itu. Gerakannya yang cepat dan tegas, sontak membuat Felix kewalahan karena posisi mereka hanya menginjak anak tangga yang sempit. Saat itulah, Halley mengambil kesempatan dengan memukul dagu bawah Felix. Namun, adik tiri Lucas itu malah menyikutnya keras, sampai-sampai kaki Halley nyaris meleset dari pijakan tangganya. “Kita harus menghabisinya, Kak!” Matthias tiba-tiba memberang. Tanpa ragu, pemuda tersebut langsung mendorong Halley hingga punggung pria tersebut menatap dinding. Sialnya Matthias yang sudah dikebaki emosi, tak kenal ampun. Dirinya menghujam perut Halley dengan tendangan, memb
WARNING: Chapter ini mengandung adegan dewasa!“Matthias, bawa bajingan ini!” Felix memerintah tegas.Adik sepupunya yang masih mencekal lengan Ariella pun menyahut antusias. “Serahkan padaku, Kak!”Matthias lantas menghampiri Halley, lalu menyeretnya dengan kasar mengikuti Felix yang kini menarik Ariella masuk lift untuk kembali ke lantai atas.Begitu tiba di sana, Mattias langsung memaksa Halley duduk di kursi. Pemuda itu mengikat tangan dan kakinya dengan tali cukup kuat. Meski Halley memberontak, dirinya kesulitan lepas sebab tubuhnya masih cedera.“Sial! Jika kalian ingin membunuhku, bunuh saja sekarang. Tapi lepaskan Ariella!” Halley memberang penuh umpatan.Matthias yang baru selesai mengikat kakinya, seketika bangkit dan langsung menghajar wajahnya dengan kasar.“Ugh!” Halley mengeryit tatkala gelenyar merah merembes lebih deras dari sudut mulutnya.Meski kesakitan, tapi Halley tetap memicing sinis, hingga membuat Matthias dengan geram mencengkeram rahangnya.“Bajingan seperti
“Damien? Kau pulang?” Ariella mengernyit saat berpaling.Sang pria menghampirinya seraya bertanya buncah. “Apa yang terjadi, Ariella?!”Kecemasan kian menggantung di matanya, saat mendapati kaki wanita tersebut berdarah, bahkan pecahan beling berhamburan di lantai. “Maaf, aku ceroboh sekali,” tutur Ariella menyelipkan anakan rambut ke telinga. “Aku tidak sengaja menyenggol cerminnya saat masuk kamar mandi.”Benar, Ariella sempoyongan dan tak sadar menumpukan tangan ke cermin bulat yang menggantung di kamar mandi. Sialnya saat dia nyaris ambruk, tangannya malah menarik cermin itu hingga pecah menghantam lantai.Kaki Ariella seketika terluka sebab cermin tadi menjatuhinya. Bahkan tangannya juga berdarah karena tak sengaja tersayat beling, saat hendak memungutnya.“Aku akan membereskannya dan keluar,” tutur Ariella yang ingin meraih pecahan cermin lagi.“Jangan sentuh itu. Kau bisa terluka lebih parah,” ujar Damien yang lantas merengkuh tangan wanita itu.Tanpa menunggu sahutan, pria te
‘Bersiaplah untuk mati!’ geming pria berpakaian menatap sengit.Dia mempercepat langkah, tapi saat hendak menarik pintu mobil Ariella, Bentley hitam itu tiba-tiba mundur.Ya, Ariella pernah berada di situasi semacam ini. Seorang pembunuh tak peduli jika korbannya memohon ampunan. Satu-satunya yang bisa menolong adalah diri sendiri!Ariella bergegas menghindar, tapi sialnya pria misterius itu malah melompat ke atas kap mobil. Dia memicing tajam pada Ariella, bahkan tanpa ragu menghujamkan belatinya ke kaca depan Bentley tersebut. “Hah!” Manik Ariella berubah selebar cakram.Sialnya dia tak bisa melihat rupa pria tersebut sebab wajahnya tertutup masker hitam.Meski kaca mobil itu tak mudah hancur, tetapi hantaman dari senjata tajam perlahan membuatnya retak. Sampai-sampai Ariella yang berada di dalam membeku dengan tegang.“Jalang sialan!” cecar pria misterius itu penuh umpatan. “Hentikan mobilnya sebelum aku merobek jantungmu!”Dia terus menancapkan balati tadi lebih keras ke kaca mob
***“Paman, kenapa Mommy belum datang menjenguk Ava?” Putri Ariella itu bertanya gelisah.Ya, sudah sejak tadi dia menunggu, bahkan rela menahan kantuk karena ingin melihat Ariella sebelum tidur.Damien yang baru selesai menelepon seseorang, lantas duduk di dekat brankar Ava.“Tuan Putri merindukan Mommy?” tanyanya sambil membelai lembut kepala anak tersebut.“Ya, Ava sangat rindu pada Mommy,” sahut gadis kecil itu menekuk bibirnya. “Mommy bilang, jika Ava menghabiskan makan malam, maka Mommy akan pulang cepat. Tapi kenapa sampai sekarang belum datang?”Damien mengerjap. Dia sendiri khawatir sebab Ariella pergi ke tempat di mana rivalnya berada. Awalnya Damien ingin menemani Ariella, tapi wanita itu menolak karena sudah pasti pihak Baratheon tidak akan menerima Rudwick.‘Pameran seni itu akan segera berakhir.’ Damien menerka usai melirik arlojinya.Dia beralih menatap Ava seraya berkata, “sebentar lagi Mommy akan pulang. Ava tidur dulu, ya. Paman akan menemani Ava di sini.”“Ava tidak
“Sangat tidak tau malu. Kau berkoar sebagai kekasih Damien, tapi bermain belakang dengan tunanganku. Apa Damien tau kau semenjijikkan ini?!” Giselle memberang penuh amukan. Tangannya terangkat lagi, bersiap memukul sisi lain wajah Ariella. Namun, belum sampai tamparan itu mendarat, Ariella lebih dulu menahan lengan Giselle dengan cekalan yang kuat. “Jaga sikap Anda, Nona Giselle!” decaknya pelan, tapi mengandung tekanan. Putri keluarga Diorson itu menghempas cengkeraman, lalu melangkah dengan tatapan tajam. “Tutup mulutmu!” decaknya lebih geram. “Beraninya seorang selingkuhan menceramahiku. Harusnya kau yang mengubah sikap liarmu!” Belum sampai Ariella menjawab, Lucas yang melihat semuanya dari teras langsung menarik Ariella ke belakangnya. “Kau tidak apa-apa?” tanya pria itu tampak cemas. Dia yang menggenggam tangan Ariella, semakin membakar dada Giselle yang meradang. ‘Hah, sialan! Kau bahkan terang-terangan mengkhawatirkan wanita lain di depanku, Luke!’ batin
“Bantuan?” Lucas berkata seiring alisnya yang mendapuk.Rasanya mustahil Ariella memohon pertolongan. Namun, wanita itu bergegas mendorong Lucas dan menegakkan diri dengan benar. Usai merapikan pakaian, Ariella pun berujar, “bukankah Anda bilang mengetaui masa lalu saya?”Lucas hanya bungkam dengan iras muka dingin, tapi Ariella tak akan menghentikan niatnya.“Saya mendapat kabar bahwa Ayah saya meninggal saat bekerja di mansion Baratheon. Saya tidak ingat kejadian apapun, selama tiga tahun dari waktu kecelakaan. Jadi saya ingin—”“Kau pikir keluarga Baratheon yang membunuhnya?!” sahut Lucas sebelum ucapan Ariella tuntas. Dada sang wanita serasa dihantam beton mendengarnya. Bahkan cengkeraman di tas tangan itu bertambah erat. ‘Kau tau itu, tapi kau tidak bertindak apapun!’ batin Ariella penuh geram. Dengan manik gemetar, dirinya pun memprovokasi. “Apakah itu mungkin?”Seringai tipis langsung membingkai bibir Lucas.“Lantas mengapa jika keluarga Baratheon yang membunuhnya? Kau tak
“Nona Giselle!” tukas Peter yang seketika mengurungkan niat wanita itu membuka pintu.“Nyonya Belatia mencari Anda. Beliau meminta Nona segera kembali ke aula karena beberapa Seniman menanyakan Anda,” sambung asisten Lucas tersebut.Giselle menoleh pada Peter, tapi dia curiga lelaki itu sengaja menghalanginya atas perintah Lucas.Dengan sorot manik tajamnya, Giselle pun berkata, “pergilah! Aku akan kembali nanti!”“Tapi, Nona—”“Aku akan menangkap basah Luke!” Giselle mencecar sambil mendorong pintu ruangan tersebut.Begitu ambang itu terbuka kasar, Giselle langsung menerobos masuk.“Luke!” dengusnya geram.Pasangan yang semula memadu kasih itu sontak berpaling. Namun, manik Giselle langsung berubah lebar saat menyadari lelaki bersetelan hitam tersebut bukan Lucas Baratheon!Benar, laki-laki itu salah satu kurator yang bekerja di Baratheon Gallery. Malam ini dia mengundang pacarnya ke acara pameran dan tak sengaja ketahuan bermesraan di ruang penyimpanan lukisan. Terlebih orang yang m
“Hah! Kak Lucas?!” tukas Chelsea membelalak kaget.Mengamati wajah dingin pria itu, dia malah menyeringai sengit.“Kebetulan sekali Kakak sudah datang. Lihat jalang ini, Kak. Dia kembali dan ingin mengganggu—”“Siapa yang kau bilang mengganggu, hah?!” Lucas menyahut tajam.Cekalannya makin kuat, memicu alis Chelsea mendapuk geram.“Apa maksud Kak Lucas?” dengus Chelsea yang lantas menghempas cengkeraman pria tersebut. “Kakak tau dia kabur dari mansion Baratheon dan menghilang bertahun-tahun. Cepat usir jalang ini, Kak. Dia tidak layak kembali pada keluarga Baratheon!”Wanita itu berniat mendorong Ariella, tapi Lucas dengan sigap menariknya ke belakang.“Sentuh dia, maka aku yang akan menendangmu keluar dari sini, Chelsea!” decak Lucas penuh peringatan.Sungguh, perlakuan Lucas malah membuat asumsi negatif Giselle menggunung. Terlebih saat pria itu tak ragu meraih tangan Ariella.Dengan sorot mata tegasnya, Giselle pun berkata, “Luke, sebenarnya siapa Nona Ariella?!”Bukannya menimpali
Giselle mengikuti arah tatapan Chelsea, lalu berkata penuh binar. “Anda sudah datang, Nona Ariella?”Ya, Ariella Edelred melangkah dengan setelan berbahan tweed serba biru muda. Tas tangan mungil emerald blue dari Gabbana sangat serasi untuknya. Benar-benar membuat wanita itu tampak berkelas.“Selamat malam,” tutur Ariella sopan.Giselle berniat merangkul, berupaya lebih dekat sebab dia ingin berteman dengan Ariella. Namun, tiba-tiba saja Chelsea mendorong Ariella sebelum Giselle menyentuhnya.“Hei! Jaga batasanmu, wanita rendahan!” Chelsea mencecar geram.Ariella hanya bungkam sambil menatapnya dingin, sungguh berbeda dengan sorot matanya lima tahun lalu yang selalu ketakutan. Dan itu membuat Chelsea mengernyit sinis.“Sial! Berani sekali kau melihatku dengan mata sombong itu. Cepat keluar da—”“Maaf, apa Anda mengenal saya?” Ariella sengaja ucapan memangkas lawan bincangnya.Sungguh, iras muka Chelsea sontak membeku. Bagaimana mungkin dia tak mengenalnya, padahal Ariella menjadi sas
Ariella berjalan mendekati dress merah yang dipesannya. Dia menyentuh bagian lengan dengan model off shoulder itu sambil menyeringai tipis.“Saya akan menagihnya nanti,” tukas wanita tersebut saat menoleh pada Giselle.Lawan bincangnya tersenyum miring, lalu berkata, “baiklah. Katakan kapan saja, saya akan memberikan apapun yang Anda minta!”“Anda terdengar murah hati!” sahut Ariella sambil melipat kedua tangan ke depan dada.“Anggap saja karena saya ingin berteman dengan Anda, bagaimana?” Giselle menimpali disertai kedua alisnya yang naik ke atas.Ariella pun menarik sudut bibirnya. Meski tak yakin akan berhubungan baik dengan Giselle, tapi persahabatan palsu lebih menguntungan dari pada menambah musuh.Sementara di kantor pusat Baratheon Group, Lucas yang baru memeriksa dokumen, lantas melonggarkan dasi. Dia melirik arloji, agaknya masih ada waktu sebelum acara pameran seni di galerinya.Saat itulah, Peter mengetuk pintu dan masuk usai mendapat persetujuan Lucas. Laki-laki tersebut