“Menghilang atau kabur?!” Lucas bertanya dengan sorot mata tajamnya.
Peter bergidik menghadapi amukan Lucas yang mengancam akan tumpah.
“Saya tidak tahu pasti, Tuan. Nyonya Belatia dan Tuan Bjorn tidak menemukan Nona Giselle di setiap sudut mansion Diorson. Nona Giselle terakhir terekam kamera pengawas saat keluar dari kamarnya memakai baju tidur, tapi setelah malam itu tidak ada jejaknya lagi. Para Bodyguard sekarang sedang dikerahkan untuk mencarinya,” balas Peter tegang.
“Konyol sekali! Dia orang yang paling menantikan pernikahan ini. Bagaimana bisa menghilang saat hari resepsi?!” Lucas berujar pelan, tapi setiap nadanya mengandung tekanan.
Ya, semua orang tahu Giselle Diorson sangat mencintai Lucas. Dia yang seorang seniman, pernah membuat pameran lukisan khusus untuk pria itu. Lalu kenapa saat hari yang dinanti tiba, wanita tersebut malah menghilang?
Manik elang Lucas bergulir pada Peter dan lantas memerintah. “Cari. Apapun yang terjadi, temukan dan bawa Giselle sebelum ucapara pernikahan dimulai!”
“Baik, saya mengerti, Tuan Lucas!” sahut Peter tegas.
Tanpa membuang waktu, Peter pergi bersama pasukan khusus yang setia pada Lucas untuk mencari Giselle. Lucas bahkan memberitahu Peter tempat-tempat yang sering dikunjungi Giselle. Namun, hampir tiga jam mencari, mereka tidak menemukan wanita itu di manapun.
Peter terpaksa kembali dengan tangan kosong dan membuat keluarga Baratheon semakin was-was.
“Di mana putri Tuan Bjorn?!” Richard-ayah Lucas itu bertanya penuh harap.
Akan tetapi, ekspresi Peter jelas menunjukan bahwa dia gagal menemukan calon pengantin wanita tersebut.
“Mohon maaf, Tuan Besar. Kami tidak berhasil menemukan Nona Giselle,” ujar Peter yang seperti menyiram bensin di dada Richard yang membara.
Padahal tamu-tamu penting sudah berdatangan, sejumlah reporter juga hadir untuk meliput acara pernikahan Lucas dan Giselle. Memikirkan betapa hancurnya reputasi keluarga Baratheon, benar-benar membuat kepalanya serasa akan pecah.
“Aish, sialan! Apa keluarga Diorson sengaja ingin mempermalukan Baratheon? Bagaimana mungkin putri mereka kabur di hari pernikahan? Ini benar-benar penghinaan!” Richard memberang frustasi.
Dia terpaksa duduk saat merasakan tekanan pening di belakang kepalanya.
“Sayang, tenanglah. Kau tidak boleh terlalu tegang demi kesehatanmu,” tutur Beatrice berusaha menenangkan.
“Bagaimana aku bisa tenang?” sahut Richard dengan gigi terkatup. “Diorson melempar kotoran ke wajahku. Mereka benar-benar mempermainkan pernikahan. Reputasi keluarga Baratheon akan hancur jika acara ini dibatalkan!”
Nada penuh amukan itu membuat Beatrice tersentak. Namun, dia terpaksa menahan diri, lalu perlahan merengkuh bahu Richard.
“Sayang, aku juga frustasi kalau Lucas gagal menikah. Pasti ini akan berdampak pada citra perusahaan,” bisiknya yang mulai mendekati telinga Richard. “Apapun yang terjadi, Lucas hari ini harus menikah. Bagaimana jika kita mengganti mempelai wanitanya?”
Mendengar itu, Richard langsung mengangkat tatapan.
“Ariella. Dia punya hutang nyawa pada keluarga Baratheon. Jadikan dia pengantin pengganti untuk menikah dengan Lucas hari ini!” Beatrice melanjutkan katanya dengan tegas.
“Apa yang Anda katakan?!” Lucas yang baru datang pun angkat bicara.
Alis Richard malah menyatu dan lantas menyambar, “kau ingin putraku menikahi putri seorang pembunuh?!”
“Itu bukan masalah. Lagi pula Lucas sudah tidur dengannya,” sahut Beatrice tanpa segan.
“A-apa kau bilang?!”
Richard mengernyit saat istrinya menyodorkan tab. Maniknya berubah selebar cakram begitu melihat rekaman kamera pengawas, yang menunjukkan Ariella keluar dari kamar sang putra dengan penampilan kacau. Lelaki itu beralih menatap Lucas dengan tatapan penuh amukan.
“Kau! Bagaimana kau bisa meniduri seorang Pelayan?!” cecarnya murka.
Lucas bungkam. Dia tak bisa mengelak karena bukti terpampang nyata.
“Lucas Baratheon!” Richard memberang penuh amarah. “Kau putra Ayah. Kau … ugh, kepalaku!”
Lelaki itu terpaksa menghentikan ucapnya sambil memegangi tengkuknya yang nyeri.
Lucas tahu, ayahnya adalah orang yang tidak mau rugi. Jika perusahaan terguncang atau sahamnya turun karena skandal ini, pasti Richard akan mengamuk habis-habisan. Terlebih Lucas sendiri juga akan repot menghadapi masalah itu mendatang.
Setelah mempertimbangkan segala kemungkinan, Lucas lantas berkata, “baiklah, saya akan menikahi wanita itu sebagai pengantin pengganti!”
“Baguslah, setidaknya kau mengambil keputusan yang tepat walau terpaksa, Lucas!” balas Beatrice senang.
Alih-allih menimpali, pria itu malah melengos. Dirinya tahu Beatrice sangat puas dengan keadaan ini. Namun, Lucas tidak ada waktu meladeninya, karena ucapara pernikahan hampir dimulai.
Dirinya meminta Peter membawa Ariella ke ruang kerjanya dan ingin membicarakan masalah ini.
Begitu Ariella datang, Lucas langsung menyodorkan surat kontrak pernikahan pada wanita tersebut.
“Tanda tangani itu dan menikahlah denganku!” tukasnya datar, tapi memerintah.
Ariella meliriknya dengan leher tegang. Padahal harusnya bukan itu kata pertama yang Lucas ucapkan. Bukankah setidaknya dia harus minta maaf atas apa yang dirinya lakukan pada Ariella tadi malam?
Dengan bulu mata gemetar, Ariella pun bertanya, “kenapa saya harus melakukannya?”
“Aku tidak menerima penolakan atau bantahan. Bersyukurlah aku tidak menghukummu karena kau sudah menjebakku!” sambar Lucas mendominasi.
Ariella tertegun. Dia tak langsung menurut begitu saja. Padahal di sini dia-lah yang dirugikan, tapi Lucas bertingkah seolah Ariella yang jahat.
Wanita itu pun menelan saliva dengan berat, lalu berkata, “baiklah, saya akan menandatangani perjanjian ini, tapi saya punya satu syarat!”
“Kau mau tawar-menawar denganku? Kau pikir siapa dirimu?!” Lucas mendengus dengan sorot tajamnya.Saat itulah, kata-kata Ariella seperti tersangkut di tenggorokan. Dalam hitungan detik, aura Lucas yang mengintimidasi begitu menekannya. Namun, Ariella telah mendengar bahwa calon istri Lucas kabur di hari pernikahan ini. Pria itu pasti terdesak.Sambil mencengkeram pinggiran seragam hitam putihnya, wanita itu berujar, “sa-saya berjanji. Saya akan mengikuti kontrak ini dengan patuh, jika Anda mengabulkan permintaan saya.”Lucas mempersempit jarak alisnya seraya menyambar, “apa yang kau inginkan?”“Tolong biarkan saya bekerja di galeri seni milik Baratheon Group,” balas Ariella yang semakin membuat Lucas memicing.“Sa-saya sangat menyukai seni, saya selalu berharap bisa masuk galeri seni dan bekerja di sana. Saya akan membantu apapun untuk Baratheon Gallery, Tuan Muda.” Ariella melanjutkan ucapnya dengan terbata.Mendengar itu, Lucas justru mendesis, “aish, sial!”Dia beranjak lebih dekat
“Apa kau tidak punya mata?!” Pelayan yang menyenggol Ariella tadi langsung mencaci.Sementara Ariella tak peduli. Dirinya justru cemas dengan gaunnya karena dia harus segera berjalan di altar pernikahan. Tidak mungkin dia muncul dengan penampilan ini, sebab akan menjadi penghinaan bagi Lucas dan keluarga Baratheon.“Ba-bagaimana ini? Gaunnya kotor,” gumam Ariella yang berusaha mengelap roknya dengan tangan.Namun, tanpa diduga rekan pelayan tadi malah mendorong bahu Ariella dengan kasar.“Hei, kau tuli atau sengaja mengabaikanku, hah?!” cecarnya kesal.Ariella pun mengangkat pandangan dengan mata terbelalak. Ariella mengenali pelayan dengan tahi lalat di atas bibir itu, yang tak lain adalah rekan yang sangat dekat dengan kepala pelayan. Pelayan itu sejak awal membenci Ariella, bahkan mempengaruhi rekan-rekan lain dan sering bergunjing tentang Ariella.“Apa yang kau lakukan? Kau menumpahkan anggur ke gaunnya,” Ariella bertanya dengan raut wajah gelisah.“Hah! Harusnya aku yang bertanya
“Keluar dari kamar ini. Kau sudah menikah dengan Tuan Muda Lucas, jadi tidurlah bersamanya. Kamarmu akan dipakai oleh Pelayan lain!” dengus Pelayan berambut pendek menatap berang.Ariella menelan saliva dengan berat seraya membalas, “i-itu tidak mungkin. Tuan Muda tidak akan mengijinkanku masuk kamarnya.”“Itu bukan urusanku. Mau kau tidur di dapur atau gudang sekalipun terserah kau, dasar pelacur!” sambar Pelayan rambut pendek tadi yang langsung menutup pintu.“Tidak! Tolong biarkan aku tinggal di kamar ini. Aku akan tetap membantu bersih-bersih, jadi biarkan aku masuk. To-tolong, buka pintunya!” Ariella terus menggedor ambang itu, tapi tidak ada respon dari dalam.“Ariella!”Sang pemilik nama sontak terkejut saat seseorang memanggilnya. Itu kepala pelayan.“Hah … kenapa kau membuat keributan di jam semalam ini?!” Kepala Pelayan tadi mendengus tajam.Ariella menyugar belahan rambutnya frustasi, lalu membalas, “maaf, tapi teman sekamar saya tidak mau membuka pintu. Dia membuang barang
“Kenapa kau penasaran dengan malam pertamaku?!” Lucas bertanya dengan ekspresi dinginnya.Sang lawan bincang menyeringai, lalu melipat kedua tangan ke depan dada.“Entahlah, karena sepertinya menarik. Aku dengar mempelai wanitanya berubah sebelum upacara pernikahan. Harusnya aku melihatmu menikah di altar, tapi sayangnya penerbanganku terlambat. Maafkan aku, Kakak,” sahut Felix menaikkan kedua alisnya.Ya, Felix Baratheon-adik tiri Lucas itu baru kembali dari urusan bisnisnya di luar San Carlo.“Berhenti bicara menggelikan. Aku tahu kau senang mengetahui pernikahanku dan Giselle gagal!” sahut Lucas lebih tajam.Mendengar itu Felix seketika tertawa. Raut mukanya memang berseri-seri seolah memenangkan pertandingan.“Lihat, artinya langit memang tidak merestui hubungan kalian. Aku rasa Giselle sadar bahwa kau tidak cocok dengannya, Kak,” tukas Felix mengandung cacian. “Aku jadi penasaran, seperti apa wajah wanita yang mendadak kau nikahi. Aku dengar dia seorang Pelayan. Seleramu memang r
“Aish, Sial! Lihat ini, kita punya tikus kecil yang pandai menguping!” Felix mencecar penuh sindiran.Ya, pria tersebut keluar setelah mendengar keributan di balik pintu.Hal itu sontak membuat Ariella buyar dari lamunan. Dia menoleh pada Felix dengan raut wajah buncahnya.“Mo-mohon maaf, Tuan Muda. Saya tidak sengaja menjatuhkan nampannya saat hendak membuka pintu. Saya akan segera membereskannya,” tutur Ariella sambil mengamati pecahan cangkir dan teh yang tumpah di lantai.“Kau!” Felix tiba-tiba mencekal lengan Ariella yang berniat mengambil pecahan beling.Pria itu menariknya kasar agar kembali berdiri tegak.“Apa kau pelayan baru? Aku belum pernah melihatmu,” tukas Felix menautkan alisnya.Ya, Ariella baru satu bulan mengabdi di mansion ini. Sebelumnya Richard mencari-carinya, tak terima sebab sang istri lenyap karena perbuatan mendiang ayah wanita tersebut. Saat itu Felix sudah bertugas ke luar negeri, jadi tak heran dia tidak tahu tentang Ariella.Namun, Ariella sudah banyak me
“Jadi benar mereka mengurungmu di sini?” Felix berujar setelah menutup pintu.Ariella yang semula duduk, kini bergegas bangkit dan menunduk hormat. Alih-alih lega, wanita itu justru dirundung tegang karena Felix mengunci pintunya.“Mo-mohon maaf. Ada perlu apa Tuan Muda ke sini?” tanya Ariella terbata-bata.Tak langsung menjawab, Felix malah mengamati lutut dan tangan Ariella yang terbalut sobekan kain celemek. Pria itu berjalan mendekat, hingga memicu Ariella mundur ke belakang.Dengan dada bergemuruh, Ariella pun membatin, ‘apa yang akan dia lakukan?’Felix terus mengikis jarak sampai-sampai pinggul Ariella menatap meja di belakangnya.“Mohon maaf, Tuan Muda—”“Bukankah itu sakit?” Felix lekas menyambar sebelum ucapan Ariella tuntas.Dia meletakkan kotak obat ke meja cukup kasar hingga membuat pelayan di hadapannya tersentak.“Saya tidak apa-apa, Tuan Muda. Jika Anda membutuhkan sesuatu, silakan katakan. Saya akan membantu Anda,” tutur Ariella yang terus menatap bawah.“Apa di lanta
“Si brengsek itu mau menantangku?!” Lukas berkata sambil melempar beberapa potret ke meja kerjanya.Terpampang jelas adik tirinya sedang berada di club malam bersama para wanita penghibur. Tapi yang paling membuat Lucas kesal, di sana juga ada CEO Logitech Contruction-rival Lucas dalam dunia kontruksi.Ya, orang bilang, musuh dari musuhmu adalah teman. Felix yang sejak dulu mengincar posisi pewaris, diam-diam menggandeng CEO Logitech tersebut untuk melawan Lucas.“Setelah saya selidiki, mereka juga sering mengunjungi Miracle Night di Linberg, Tuan. Kemungkinan Tuan Felix dan CEO Logitech sudah bekerja sama cukup lama,” tutur Peter di tengah senyap.Lucas mengepalkan tangannya geram. Tujuan awalnya yang ingin mengorek tentang hilangnya Giselle, malah menemukan fakta baru tentang Felix.“Awasi Felix. Segera laporkan padaku jika kau menemukan sesuatu yang mencurigakan!” titah Lucas saat menatap Peter tegas.Dengan sigap, sang asisten pun menjawab, “saya mengerti, Tuan Muda.”“Tentang Gis
“Kau!” Lucas mendecak marah sambil menarik bahu Ariella.Begitu sang wanita menghadapnya, malah terpampag jelas bekas cumbuhan di sekitar leher dan tulang selangkanya. Semu merah tersebut memutar memori Lucas, pada gunjingan para pelayan di lantai bawah. Dan itu seolah mengejeknya.“Hah! Tidak heran orang-orang menyebutmu pelacur. Apa kau menikmati semua pria di mansion ini?!” cecar Lucas memicing tajam.Ariella yang sejak tadi menatap gemetar, kini semakin melebarkan irisnya dengan tegang. “Tuan Muda, saya bukan wanita seperti itu,” tuturnya usai menelan berat salivanya.Seringai sinis merayapi bibir Lucas. Dari pada sekedar ucapan, pria itu lebih percaya bukti di tubuh Ariella. Semuanya menunjukkan betapa rendahnya wanita tersebut. “Kau pikir aku buta? Tanda di tubuhmu sangat menjijikkan!” bisik Lucas mencecar sengit. “Jika kau senang menjajal semua pria, tahanlah selama kontrak pernikahan kita. Aku tidak suka barangku dimainkan orang lain. Dan aku tidak akan mengampunimu jika kem
“Nona Giselle!” tukas Peter yang seketika mengurungkan niat wanita itu membuka pintu.“Nyonya Belatia mencari Anda. Beliau meminta Nona segera kembali ke aula karena beberapa Seniman menanyakan Anda,” sambung asisten Lucas tersebut.Giselle menoleh pada Peter, tapi dia curiga lelaki itu sengaja menghalanginya atas perintah Lucas.Dengan sorot manik tajamnya, Giselle pun berkata, “pergilah! Aku akan kembali nanti!”“Tapi, Nona—”“Aku akan menangkap basah Luke!” Giselle mencecar sambil mendorong pintu ruangan tersebut.Begitu ambang itu terbuka kasar, Giselle langsung menerobos masuk.“Luke!” dengusnya geram.Pasangan yang semula memadu kasih itu sontak berpaling. Namun, manik Giselle langsung berubah lebar saat menyadari lelaki bersetelan hitam tersebut bukan Lucas Baratheon!Benar, laki-laki itu salah satu kurator yang bekerja di Baratheon Gallery. Malam ini dia mengundang pacarnya ke acara pameran dan tak sengaja ketahuan bermesraan di ruang penyimpanan lukisan. Terlebih orang yang m
“Hah! Kak Lucas?!” tukas Chelsea membelalak kaget.Mengamati wajah dingin pria itu, dia malah menyeringai sengit.“Kebetulan sekali Kakak sudah datang. Lihat jalang ini, Kak. Dia kembali dan ingin mengganggu—”“Siapa yang kau bilang mengganggu, hah?!” Lucas menyahut tajam.Cekalannya makin kuat, memicu alis Chelsea mendapuk geram.“Apa maksud Kak Lucas?” dengus Chelsea yang lantas menghempas cengkeraman pria tersebut. “Kakak tau dia kabur dari mansion Baratheon dan menghilang bertahun-tahun. Cepat usir jalang ini, Kak. Dia tidak layak kembali pada keluarga Baratheon!”Wanita itu berniat mendorong Ariella, tapi Lucas dengan sigap menariknya ke belakang.“Sentuh dia, maka aku yang akan menendangmu keluar dari sini, Chelsea!” decak Lucas penuh peringatan.Sungguh, perlakuan Lucas malah membuat asumsi negatif Giselle menggunung. Terlebih saat pria itu tak ragu meraih tangan Ariella.Dengan sorot mata tegasnya, Giselle pun berkata, “Luke, sebenarnya siapa Nona Ariella?!”Bukannya menimpali
Giselle mengikuti arah tatapan Chelsea, lalu berkata penuh binar. “Anda sudah datang, Nona Ariella?”Ya, Ariella Edelred melangkah dengan setelan berbahan tweed serba biru muda. Tas tangan mungil emerald blue dari Gabbana sangat serasi untuknya. Benar-benar membuat wanita itu tampak berkelas.“Selamat malam,” tutur Ariella sopan.Giselle berniat merangkul, berupaya lebih dekat sebab dia ingin berteman dengan Ariella. Namun, tiba-tiba saja Chelsea mendorong Ariella sebelum Giselle menyentuhnya.“Hei! Jaga batasanmu, wanita rendahan!” Chelsea mencecar geram.Ariella hanya bungkam sambil menatapnya dingin, sungguh berbeda dengan sorot matanya lima tahun lalu yang selalu ketakutan. Dan itu membuat Chelsea mengernyit sinis.“Sial! Berani sekali kau melihatku dengan mata sombong itu. Cepat keluar da—”“Maaf, apa Anda mengenal saya?” Ariella sengaja ucapan memangkas lawan bincangnya.Sungguh, iras muka Chelsea sontak membeku. Bagaimana mungkin dia tak mengenalnya, padahal Ariella menjadi sas
Ariella berjalan mendekati dress merah yang dipesannya. Dia menyentuh bagian lengan dengan model off shoulder itu sambil menyeringai tipis.“Saya akan menagihnya nanti,” tukas wanita tersebut saat menoleh pada Giselle.Lawan bincangnya tersenyum miring, lalu berkata, “baiklah. Katakan kapan saja, saya akan memberikan apapun yang Anda minta!”“Anda terdengar murah hati!” sahut Ariella sambil melipat kedua tangan ke depan dada.“Anggap saja karena saya ingin berteman dengan Anda, bagaimana?” Giselle menimpali disertai kedua alisnya yang naik ke atas.Ariella pun menarik sudut bibirnya. Meski tak yakin akan berhubungan baik dengan Giselle, tapi persahabatan palsu lebih menguntungan dari pada menambah musuh.Sementara di kantor pusat Baratheon Group, Lucas yang baru memeriksa dokumen, lantas melonggarkan dasi. Dia melirik arloji, agaknya masih ada waktu sebelum acara pameran seni di galerinya.Saat itulah, Peter mengetuk pintu dan masuk usai mendapat persetujuan Lucas. Laki-laki tersebut
“Lihat, Mommy! Ada teddy bear besar!” tukas Ava amat antuasias.“Tada!” Seorang lelaki muncul dari balik boneka beruang besar itu.Begitu melihatnya, gadis kecil itu pun berujar riang, “wah, Paman Damien!”“Daddy bear datang!” tukas Damien menyerahkan boneka beruang cokelat tersebut. “Apa kabar Tuan Putri kita hari ini?”Ava memeluk boneka tadi sambil tersenyum. Tatapannya bertambah binar saat menyadari tentengan ice cream di tangan Damien.“Apa Paman membelinya untuk Ava?” tanya anak perempuan itu mengerjapkan manik besarnya.“Tentu sa—”“Ehem!” Ariella lekas berdem untuk menghentikan ucapan Damien.Dia melirik sambil menggeleng pelan, memberikan kode bahwa seharusnya Ava belum boleh makan sembarangan.“Ava tidak ingat kata Mommy?” tutur Ariella menaikkan kedua alisnya.Damien mengamati mangkuk bubur yang dipegang Ariella, lalu menginterupsi. “Tidak apa-apa, Ariella. Ava sudah menghabiskan banyak buburnya. Bukankah kita harus memberinya hadiah?”Dia lantas meletakkan bingkisan itu ke
“Tuan Lucas, saya akui rencana pembangunan ulang area rumah kuno sebagai resort memang bagus. Tapi kali ini saya menginginkan proyek yang memberikan keuntungan jangka panjang,” tukas Presdir Emerauld datar, tapi tatapannya tampak tegas. Lucas yang tak pernah gagal dalam proyek, kini mengeraskan rahangnya. Dengan nada dingin dan menekan, dia lantas menimpali, “Presdir, Anda sendiri sudah menjalankan hotel. Tentunya Anda tahu bahwa bisnis di bidang ini sangat menguntungkan dalam jangka panjang!” “Ya, untuk sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Itu memang benar!” sahut sang Presdir yang lantas meletakkan dokumen kerja sama ke meja. “Saya ingin proyek ini berbeda dengan bisnis saya yang lain. Rumah kuno itu aset turun temurun dari keluarga Emerauld. Saya mau mengubahnya jadi tempat yang lebih bersejarah. Jadi rencana Anda kurang cocok dengan tujuan saya, Tuan Lucas.” Alis Lucas berkejut. Jelas saja dia kesal, karena ucapan Presdir Emerauld berbanding terbalik dengan hasil pertemuan aw
Jane mengeluarkan kartu nama Peter seraya berujar, “asisten Lucas Baratheon memberiku ini!”Damien mengamati dengan tatapan tegas. Ekspresinya pun berangsur berang karena menyadari orang-orang Baratheon mulai mengusik keluarganya.“Apa yang dia bicarakan padamu?” Laki-laki itu menyidik.“Bukan hal penting, tapi dia selalu menggunakan Ava saat mengobrol denganku,” sahut Jane menuatkan alisnya. “Kakak ingat saat Ava hilang di taman kanak-kanak Dalin Court? Saat itu asisten Lucas hampir menabraknya!”Damien bungkam, tapi dalam hati memaki kesal. ‘Brengsek! Lucas telah mengusik Ariella dan asistennya kini mengganggu Ava. Jika orang-orangku terluka, aku tidak akan melepaskan para bajingan Baratheon itu!’Dia pun merengkuh kartu nama Peter di genggaman Jane, lantas merematnya penuh amukan.“Kau tidak perlu memikirkan hal ini. Aku akan mengurusnya!” tukas Damien pelan, tapi tekad di matanya tampak membara.Laki-laki itu pun mangkir melewati sang adik, jelas sekali dia menahan amarah. Meski D
‘Apa yang harus aku katakan?’ batin Ariella kesulitan menelan saliva.Dia tau rasa kalut yang menggantung di mata Damien. Terlebih tatapan lelaki itu terpaku pada lehernya, yang masih terdapat bekas cumbuan dan sayatan luka tadi.“Ariella—”“Maafkan aku, Damien,” tukas Ariella saat laki-laki pirang itu berniat mendesaknya. “Harusnya aku bilang padamu sebelum bicara dengan Tuan Muda Baratheon. Aku sedikit memprovokasinya saat bertemu di kantor Emerauld beberapa hari lalu. Dia kembali membahasnya saat kita bertukar pasangan dansa tadi.”Damien mengernyit, dia membuang pandangan sambil mengembuskan napas kasar untuk meredam emosi.“Ini salahku. Harusnya sejak awal aku tidak melibatkanmu dalam urusan Emerauld dan Baratheon,” ujarnya begitu menoleh ke Ariella lagi. “Lucas orang yang berbahaya, sebaiknya kau berhenti di sini agar aku yang mengurus—”“Tidak, Damien!” Ariella menyambar sebelum ucapan lelaki itu tuntas.Dia maju satu langkah seraya melanjutkan. “Aku yang menginginkan ini. Jadi
‘Sialan! Kenapa Lucas ada di sini? Apa dia mengikutiku?!’ Ariella bergeming dengan leher tegang.Sorot maniknya yang semula layu, kini berubah berang. Terlebih mengingat perlakuan pria itu di Emerauld’s Hotel tadi. Sungguh, magma amarah Ariella mengucur dalam dadanya.Wanita tersebut merengkuh lengan Damien, sengaja menunjukkan pada Lucas bahwa dia tak bisa mengganggunya di sini. Dan Damien menyukai itu!Dirinya mengelus tangan Ariella sebelum keluar lift, seraya berkata datar. “Tidak disangka kita bertemu di sini, Tuan Lucas!”Jelas sekali dia memancing Lucas.Alih-alih langsung menyahut, Lucas justru memicing sinis pada hasta Ariella yang tampak mencari perlindungan di belakang Damien.‘Brengsek! Kenapa kau selalu mengujiku?!’ batin pria itu dengan rahang berubah ketat.Damien yang tak mendapat tanggapan, kini tersenyum miring. Dia tidak kaget lagi dengan tabiat Lucas yang buruk.Dirinya pun menoleh pada Ariella seraya berkata, “mari kita keluar, Sayang!”Ariella sontak tersentak, t