6. Tuan Muda Tidak Akan Mengijinkanku Masuk Kamarnya

“Keluar dari kamar ini. Kau sudah menikah dengan Tuan Muda Lucas, jadi tidurlah bersamanya. Kamarmu akan dipakai oleh Pelayan lain!” dengus Pelayan berambut pendek menatap berang.

Ariella menelan saliva dengan berat seraya membalas, “i-itu tidak mungkin. Tuan Muda tidak akan mengijinkanku masuk kamarnya.”

“Itu bukan urusanku. Mau kau tidur di dapur atau gudang sekalipun terserah kau, dasar pelacur!” sambar Pelayan rambut pendek tadi yang langsung menutup pintu.

“Tidak! Tolong biarkan aku tinggal di kamar ini. Aku akan tetap membantu bersih-bersih, jadi biarkan aku masuk. To-tolong, buka pintunya!” Ariella terus menggedor ambang itu, tapi tidak ada respon dari dalam.

“Ariella!”

Sang pemilik nama sontak terkejut saat seseorang memanggilnya. Itu kepala pelayan.

“Hah … kenapa kau membuat keributan di jam semalam ini?!” Kepala Pelayan tadi mendengus tajam.

Ariella menyugar belahan rambutnya frustasi, lalu membalas, “maaf, tapi teman sekamar saya tidak mau membuka pintu. Dia membuang barang-barang dan mengusir saya.”

Mendengar itu, kerutan kesal langsung mengebaki dahi kepala pelayan.

“Hei, apa kau bercanda? Tentu saja temanmu mengusirmu. Kau sudah menikah dengan Tuan Muda Lucas, jadi pergilah ke kamarnya untuk malam pertama!” sambar Kepala Pelayan melotot tajam. “Ah … aku lupa. Kau sudah melakukannya sebelum menikah. Seorang pelacur memang berbeda.”

Sial, dada Ariella selalu berdenyut nyeri setiap kali orang lain memanggilnya seperti itu. Entah dosa apa yang sudah dia perbuat, sampai harus menerima penghinaan yang tak sepantasnya dia dapatkan.

“Tunggu apa lagi? Enyahlah dari sini!” sentak Kepala Pelayan meninggikan nadanya.

Ariella pun memungut tasnya. Dia menggenggamnya erat seiring langkah kakinya yang terasa berat meninggalkan kamar pelayan. Pikirannya yang kacau, membuatnya tak sadar berjalan ke kamar Lucas. Namun, saat sampai di depan kamar itu, Ariella tiba-tiba ragu.

‘Hah … kenapa aku malah datang ke sini?’ batinnya merasa bodoh.

Namun, jika tidak ke kamar Lucas, mau ke mana lagi? Ariella sudah diusir dari kamarnya sendiri.

Tangannya perlahan mengetuk pintu, sambil memanggil suaminya. “Tu-tuan Muda? Maaf, apa Anda sudah tidur?”

Ariella diam sejenak, menunggu jawaban. Akan tetapi tidak ada sahutan dari dalam, hingga Ariella tak sengaja mendorong pintu itu lebih kuat. Tapi begitu terbuka, manik wanita itu sontak melebar melihat Lucas yang tampaknya baru selesai mandi.

“Apa yang kau lihat?!” Lucas mendecak disertai tatapan tajam.

Ariella buru-buru membuang pandangan yang sebelumnya terpaku pada dada bidang Lucas yang basah. Bahkan otot perutnya yang atletis juga terlihat dari balik bathrope putih yang tidak diikat dengan benar.

“Ma-maafkan saya, Tuan Muda. Saya tidak bermaksud seperti itu,” tutur Ariella dengan leher tegangnya.

Lucas menautkan alisnya, lantas berkata sengit. “Dugaanku memang tidak salah. Kau hanya jalang sialan yang ingin merangkak ke atas dengan cara kotor!”

Bahkan tanpa Ariella duga, pria yang baru menikahinya itu tak segan melepas tali bathrope dan membiarkan jubah mandinya melorot ke lantai.

“Tu-tuan Muda, apa yang Anda lakukan?” Ariella sontak menutup mata sambil menoleh ke sebelah.

Lucas yang mendapati respon Ariella seketika menyeringai sinis. Padahal di balik bathrope itu, Lucas sudah mengenakan celana pendek hitam. Dengan santainya dia meraih piyama dan memakainya di depan cermin.

“Enyahlah! Aku tidak suka ada orang lain di kamarku!” Pria itu berkata amat dingin.

Ariella diam-diam membuka mata. Dirinya lega saat melihat Lucas sudah mengenakan baju tidurnya.

“Mo-mohon maaf, Tuan Muda. Saya baru saja diusir dari kamar pelayan. Saya tidak tahu harus tidur di mana,” ujar Ariella dengan nada gemetar.

Dia was-was Lucas akan murka.

Mendengar itu, Lucas pun mengerutkan kening seraya mencecar, “lalu kau pikir bisa tidur di kamarku?! Jangan bermimpi dan cepat keluar!”

“Tuan Muda, saya mohon. Saya tidak tahu harus pergi ke mana jika Anda mengusir saya juga.” Ariella menyahut seiring tangannya yang mencekal tasnya lebih kuat.

Lucas menatapnya dari cermin dan itu membuatnya pusing. Terikat hubungan dengan wanita itu sudah membuatnya sesak, apalagi jika harus berbagi kamar juga. Tapi jika Lucas mengusirnya sekarang, mungkin akan terjadi masalah karena beberapa kerabat jauh masih bermalam di mansion Baratheon.

‘Aish, sial! Benar-benar merepotkan!’ batin Lucas kesal.

Akhirnya pria itu meraih satu bantal dari ranjang, lalu melemparnya kasar pada Ariella.

“Ah?!” Ariella terkejut, tapi beruntung dia masih bisa menangkap bantal itu.

“Tidurlah di lantai. Jangan berani mengusikku dan naik ke ranjang, atau aku akan mematahkan tangan dan kakimu!” dengus Lucas amat kejam.

Ariella tertegun beku. Lagi pula dia juga tak berniat menyerang Lucas seperti wanita murahan.

Namun, saat Ariella beranjak ke samping ranjang dan menggelar selimut untuk alas tidur, Lucas malah mangkir dari kamar itu dan menutup pintu amat kencang.

Ariella menelan saliva dengan berat. Keberadaannya memang tak diharapkan siapapun di sini.

Sementara Lucas yang keluar, kini menuju ruang kerjanya. Pikirannya bisa kacau jika dirinya tidak menyibukkan diri. Tapi begitu menyusuri koridor, seseorang malah menghadang Lucas.

“Apa ini? Kenapa pengantin baru malah keluar kamar di malam pertama?”