‘Ah?!’ Ariella seketika tersentak saat bertatapan mata dengan Chelsea. Keponakan Beatrice itu menyeringai sengit pada Ariella. Dia berlagak lemas, bahkan sengaja merangkul tubuh Lucas lebih intim. ‘Lihatlah, Pelayan rendahan! Kak Lucas milikku. Hanya aku yang pantas untuknya!’ batin Chelsea semakin tersenyum miring. Detik berikutnya Lucas mendorong lengan Chelsea. Dirinya hendak berpaling ke arah tatapan Chelsea. Itu membuat Ariella yang berada di ujung koridor buru-buru pergi ke balik dinding. Padahal wanita tersebut tak melakukan kesalahan, tapi entah mengapa dia merasa buruk. ‘Hah … apa aku ketahuan Tuan Muda?’ batinnya was-was. Sambil menata napas tak beraturan, Ariella pun melanjutkan gemingnya. ‘Siapa wanita tadi? Aku belum pernah melihatnya. Sepertinya dia sangat dekat dengan Tuan Muda Lucas. Apa mungkin … wanita itu calon istri Tuan Muda yang sebelumnya kabur?’ Sementara Lucas yang masih di persimpangan koridor, kembali menoleh pada Chelsea. Sorot matanya berubah tajam s
“Ups, sorrry. Aku kira kau toilet, jadi aku menyiramnya karena baumu sangat busuk!” Chelsea mencibir sambil menutupi hidungnya dengan sebelah tangan. “Kau menyapa Bibi Beatrice, tapi kenapa mengabaikanku? Sejak tadi malam kau ingin mencari masalah denganku, ya?!”Ariella seketika mengangkat pandangan dengan iris lebar. Ini masih pagi, tapi harinya sudah buruk sejak dia bangun tidur. Wanita itu tak menyangka ternyata Chelsea tahu bahwa dirinya-lah yang ada di ujung koridor. “Mo-mohon maaf, Nona. Saya tidak bermaksud mengabaikan Anda—”“Oh, shit!” Chelsea segera menyambar hingga Ariella kembali menelan kata-katanya. Dia meletakkan gelas dengan kasar ke meja, lalu mengadu pada Beatrice. “Bibi, kenapa ada satu Pelayan bodoh di sini? Tadi malam dia mengintipku, sekarang dia semakin kurang ajar.”“Kalau begitu berilah pelajaran. Kita harus menghukum anjing agar dia tidak semakin liar!” sahut Beatrice tenang di seberang meja.Mendengar itu memicu seringai sinis Chelsea terkuar. “Baiklah ji
Semua pasang mata berpaling ke sumber suara. Dari arah tangga, Lucas Baratheon berjalan dengan wajah dinginnya.Chelsea yang sejak tadi memegang gelas susu, langsung meletakkannya ke meja. Dia harus tetap menjaga sikap, dia tak mau Lucas tahu sifat kasarnya.“Ah … selamat pagi, kak Lucas. Kakak mau sarapan?” Wanita itu menyapa sambil tersenyum manis. “Maaf, situasi di sini sedikit kacau gara-gara Pelayan ini.”Tak langsung menjawab, Lucas justru melirik Ariella yang masih bersimpuh di lantai. Ketika wanita itu mengangkat pandangan, sosok Lucas yang berwibawa sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang kumuh dan menyedihkan.“Kau bilang Pelayan?” tukas pria tersebut datar.“Ya. Bukankah dia memang Pelayan?” balas Chelsea was-was, takut Lucas akan tersinggung.Belum sampai Lucas menyahut lagi, Felix lebih dulu berkata, “kalian makanlah. Aku akan urus Pelayan ini!”Ariella tersentak. Dia sungguh tak mau jika harus berurusan dengan Felix. Apalagi pakaiannya sedang kacau.“Ti-tidak, Tua
Ariella mengerutkan kening, lalu mengambil catatan di dalam paper bag itu.[Pakai ini untuk acara jamuan nanti malam.]‘Ti-tidak mungkin. Bagaimana bisa Tuan Muda memintaku bergabung di acara jamuan?’ batin Ariella amat ragu.Ariella sadar, dirinya tidak pantas hadir. Saat upacara pernikahan saja, dia tidak dibolehkan menunjukkan wajah. Lalu kenapa sekarang sang suami ingin Ariella menemaninya makan malam?“Apa isinya?” Malleta bertanya sengit.Belum sampai Ariella menjawab, kepala pelayan itu merebut paper bag dari Ariella.“Hah! Ja-jangan, Kepala Pelayan,” tukas Ariella berupaya menahan.“Hei! Kenapa kau pelit sekali? Aku hanya ingin melihatnya. Kenapa kau sombong sekali karena Tuan Muda Lucas memberimu hadiah, hah?!” sambar Malleta memicing geram. “Aku tetap atasanmu, jadi jangan melawanku!”Malleta menarik paper bag itu lebih kuat dan buru-buru mengambil isinya. Maniknya membelalak saat meraih mini dress merah dengan potongan terbuka di bagian punggungnya.“Ariella, taktik pelacur
Ariella berpaling, manik hazelnya berubah selebar piring saat melihat Felix di belakangnya.“Tu-tuan Muda?!” tukas wanita itu bergegas mundur.Namun, Felix malah mencekal bahunya lebih kuat, bahkan mendorong wanita itu hingga tubuhnya ambruk ke sofa. Tanpa memberi celah untuk kabur, pria itu langsung mengungkung Ariella dengan kedua tangan bertumpu ke badan sofa.“A-apa yang Anda lakukan, Tuan Muda? Kenapa Anda masuk ke sini?” Ariella bertanya dengan leher menegang kencang.Lawan bincangnya menurunkan pandangan ke payudaranya yang sejak tadi naik turun, karena napasnya yang tersengal. Ariella tak mau itu menjadi sasaran nafsu Felix, hingga dia pun merapatkan pegangan handuknya.Sang pria menyeringai sinis. Sambil menaikkan tatapan, dia pun berkata, “aku lihat kau kesulitan, tentu saja aku akan membantumu.”“Tidak, tolong keluarlah, Tuan Muda. Sa-saya mohon,” sahut Ariella penuh harap.Melihat ekspresi wanita itu yang memelas dengan tubuh berselimut handuk, justru semakin memicu Felix
“Astaga!” Malleta pun menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangan. Dia nyaris tak percaya dengan mata kepalanya sendiri. Namun, pria di hadapannya jelas-jelas Felix Baratheon. Malleta tak bisa berkata-kata, saat melihat tangan Felix merengkuh pinggang Ariella hingga rapat padanya. Dalam bungkam, Kepala Pelayan itu pun membatin, ‘hebat sekali jalang ini. Tidak hanya Tuan Muda Lucas, tapi sekarang Tuan Muda Felix benar-benar digodanya. Memang serakah!’Ariella yang merasa tak nyaman, langsung menarik diri dari Felix. Tapi sialnya, pria itu malah mencekal pinggulnya lebih erat, seolah tak malu walau Malleta melihatnya. “Tu-tuan Muda, tolong menyingkir dari saya,” tutur Ariella terus berupaya mendorong Felix. Sang pria tak menggubris. Dia malah memicing sinis pada Malleta seraya berkata, “kami masih sibuk. Pergilah, karena aku yang akan membawa Ariella pergi ke jamuan!”“Tapi apa yang akan kalian lakukan? Itu pun di kamar Tuan Muda Lucas. Bahkan Ariella tidak memakai baju dan h
‘Sial! Apa yang dia lakukan?!’ Lucas mengumpat dalam batin.Meski diam, tapi sorot matanya terpampang tajam. Sungguh mengintimidasi Ariella.Wanita itu berkutat dengan mini dress yang memamerkan pahanya. Dia sangat tak nyaman karena semua orang menatapnya. Jika bukan karena Lucas mengirim gaun ini, dia tak mungkin hadir dan memakainya. ‘Ke-kenapa Tuan Muda diam saja? Apa beliau marah karena aku datang terlambat?’ Ariella gelisah dalam hati. Richard yang sejak tadi bungkam, kini menoleh pada Beatrice seraya mendengus pelan. “Cepat bereskan dia. Jangan sampai mengganggu jamuan malam ini!”Dia sangat khawatir, apalagi melihat ekspresi tamunya yang terusik. “Tenang saja, Sayang. Aku pastikan pelacur itu pergi!” balas Beatrice dengan gigi terkatup. Dirinya melirik Malleta yang berdiri di barisan para pelayan. Kode matanya yang memicing sinis, langsung dimengerti oleh kepala pelayan tersebut. Malleta mengangguk, seolah berkata, ‘siap, Nyonya!’Namun, saat dirinya hendak melangkah, tiba
“Argh?! Tidak!” Ariella menjerit kencang saat tubuhnya ambruk ke kolam.Sensasi dingin seperti mengikatnya. Wanita itu gelagapan ketika air kolam mendominasi tubuhnya. Bahkan sial, kaki Ariella langsung kram dan mati rasa. Dirinya mati-matian naik ke permukaan. Tapi karena terlalu panik, tekanan air malah semakin memicu tubuhnya tertarik ke bawah.“To-tolong, heup!” Ucapan Ariella terpotong kala air memaksa masuk hidung dan mulutnya.Ya, Ariella tidak bisa benerang!Saat kecil dia pernah terseret ombak dan tenggelam di lautan. Sebab itulah dirinya trauma dengan pantai. Bahkan sampai dewasa, dirinya tak bisa mengatasi rasa takutnya tersebut.“Hah! To-tolong saya! Saya mohon, tolong. Heup!” Ariella kembali gelagapan.Samar-samar dirinya melihat kaki jenjang dengan sepatu hak tinggi elegan berdiri di dekat kolam. Sudah pasti orang itu yang mendorongnya. Tapi sial, Ariella tak bisa melihat wajahnya.Tenaga wanita tersebut semakin lemas, hingga dirinya kehabisan daya.‘Ayah …,’ batin Ariel
“Apa yang kau bicarakan, Lucas?!” Richard menuntut penjelasan dengan tatapan tegas.Putra sulungnya tidak pernah main-main dengan setiap katanya. Jika Lucas berani menunjuk Beatrice, maka ibu tirinya itu memang berbuat sesatu.Namun, belum sampai Lucas membalas, Beatrice langsung menyambar, “apa maksudmu? Kenapa kau menuduh Ibu sembarangan, Luke?”Sial, mendengar itu emosi Lucas seketika membengkak. Alis pria tersebut merapat dengan tinju tangannya yang mengepal.“Sudah saya bilang, jangan pernah menyebut saya dengan panggilan itu!” dengusnya amat sengit.“Aku hanya ingin lebih dekat denganmu, karena bagaimana pun juga, sekarang aku adalah ibumu—”“Diam!” Lucas menyentak tegas sebelum perkataan Beatrice tuntas.Ya, amukan pria itu sekejap naik ke mercu kepala. Sejak mendiang ibunya-Elizabeth meninggal, Lucas sangat tak suka orang lain menyebutnya dengan nama panggilan saat dia kecil. Terlebih Beatrice yang berlagak peduli dan ingin menggantikan posisi mendiang Elizabeth.Dengan ekspre
‘Ti-tidak! Aku tidak bisa bernapas. Tolong, cepat keluarkan aku!’ batin Malleta sambil menggeleng-gelengkan kepala.Kakinya yang terikat di kursi tampak memberontak, tapi para anak buah Lucas masih terus menekan bahu Malleta ke air, hingga wanita itu gelagapan.‘Sialan! Apa mereka benar-benar akan membunuhku? Hah … tolong keluarkan aku!’ sambung wanita itu mulai kehabisan oksigen.Hingga detik berikutnya, kedua bodyguard tadi kembali menarik kursi Malleta. Wanita itu terengah-engah dengan mulut terbuka.Dengan manik terpejam, dia kembali membatin, ‘aish, sial! Aku hampir mati!’Begitu membuka mata, Malleta bisa melihat Lucas yang mengepulkan asap rokok sambil menonton dirinya tersiksa.“Tuan Muda, sa … ugh!”Ucapan Malleta terpotong saat dua bodyguard Lucas kembali membalik kursinya ke belakang. Sial, Malleta gelagapan lebih parah karena air mendesak masuk hidung dan mulutnya. Wanita itu meronta hebat, sungguh tak kuat lagi karena napasnya tercekat.Saat Malleta mulai melemah, dua bod
‘Tidak! Bagaimana mereka bisa masuk?!’ batin si masker hitam membelalak lebar.Beberapa bodyguard bersenjata muncul lagi dan memblokir akses untuk kabur.“Angkat tangan dan menyerahlah, sebelum peluru ini akan meledakkan kepalamu!” cecar Bodyguard yang mengacungkan pistol.Sensasi merinding seketika mendominasi tubuh si masker hitam. Sial sekali dirinya terjebak dan tak sempat bersembunyi.‘Aku tidak boleh tertangkap. Aku akan mati jika mereka membawaku pada Tuan Muda Lucas!’ gemingnya buncah.Irisnya diam-diam menggulir ke arah koridor yang menuju ruang belakang. Jika berhasil lari ke sana, sudah pasti dia akan menemukan pintu keluar melalui dapur paviliun.Tanpa ragu, orang bermasker hitam tadi bergegas lari ke koridor tersebut. Ya, setidaknya dia harus mencoba semua cara dari pada pasrah dan mati sia-sia.“Sialan! Kejar dia!” tukas Bodyguard tadi menyeru keras.Dirinya dan beberapa rekan langsung menyusul si masker hitam itu. Tapi sial, targetnya malah meraih beberapa guci yang ter
“Aish, brengsek!” Orang bermasker hitam itu mengumpat tajam.Dia mencabut belati dari perut Ariella amat kasar, membuat wanita itu mengernyit kesakitan. Beruntung Ariella sejak tadi mendekap Lucas, sehingga dirinya tak sampai ambruk.“Ahh ….” Ariella mengerang pelan.Lucas pun menoleh pada si masker hitam dan berupaya merengkuh tangannya. Namun sial, orang tersebut buru-buru mangkir. Dia sengaja kabur saat langkah Lucas terhalang Ariella yang terluka.Ya, wanita itu memegangi titik tusukan di perutnya. Gelenyar merah segar tak hentinya mengucur, bahkan mengebaki telapak tangan Ariella dan atasan seragam pelayannya. Tubuh Ariella semakin lemah hingga dia pun merosot dari pelukan Lucas.“Sial!” Sang pria mengernyit saat melihat luka Ariella cukup parah.“Sa-saya baik-baik saja, Tuan Muda. Terima kasih … A-anda sudah datang menyelamatkan saya,” tutur Ariella terbata-bata.Lucas menekan pelan perut wanita tersebut seraya menimpali, “diamlah. Kau kehilangan banyak darah!”Ariella tak bisa
“Kau adalah sumber masalah setiap orang. Jadi matilah dan terima hukumanmu di neraka!” gumam seseorang yang terus menekan kepala Ariella ke bak mandi.Sungguh, sensasi dingin yang mencekam mengingatkan Ariella saat dirinya tercebur ke kolam renang. Genangan air itu mendesak masuk hidung dan mulutnya, hingga Ariella tak bisa bernapas. Dia menggeleng-gelengkan kepala, sambil terus berusaha bangkit. Sialnya, orang itu semakin mendorong tengkuk Ariella dengan sebelah tangannya.“Ahh ….” Ariella pun terengah-engah saat orang berpakaian hitam itu menarik kepalanya dari bak mandi.Dia terbatuk dengan napas tak beraturan. Bahkan maniknya memerah dan tak bisa melihat dengan terang karena gelagapan di air.Dengan nada gemetar, Ariella berkata buncah. “Si-siapa kau? Lepaskan aku!”Wanita itu berusaha menepis cekelan orang di belakangnya, tapi sial sekali tenaganya kalah kuat karena kepalanya juga pusing.“Argh!” Ariella memekik ketika rambutnya dijambak paksa.Dia mendongak dengan alis mengernyi
‘Dia mau menunjukkan pada semua orang kalau dirinya sakit?!’ batin Lucas mengedutkan alisnya kesal.Chelsea mengikuti arah tatapan Lucas yang terpaku pada Ariella. Ya, pelayan itu tengah meletakkan minuman Kesehatan ke meja Richard.“Silakan, Tuan Besar,” tutur Ariella pelan.Saat itulah, Chelsea langsung berkata, “astaga, apa kau sakit? Wajahmu terlihat pucat.”Wanita itu sengaja menunjukkan perhatian, agar baik di mata Richard sekaligus tidak dicurigai jika Ariella buka suara tentang siapa yang mendorongnya ke kolam renang.“Sebaiknya kau istirahat, jangan sampai sakitmu bertambah parah. Atau pergilah ke Dokter untuk mendapatkan obat,” sambung Chelsea amat manis.Ariella menunduk sembari menimpali, “te-terima kasih, tapi saya baik-baik saja, Nona. Saya mohon permisi.”Dirinya melirik Lucas, tapi langsung menurunkan pandangan sebab sang pria hanya memampangkan wajah dinginnya. Ariella lantas pergi, dia tak ingin menimbulkan masalah lagi.“Kenapa kau peduli padanya? Bukankah terakhir
“Ja-jangan pergi. Aku tidak mau sendirian, Ayah,” gumam Ariella seiring dengan genggamannya yang semakin kuat pada Lucas. Sang pria terdiam, tapi raut wajahnya berubah sulit diterka. Terlebih saat melihat air mata Ariella yang merembes dari netranya.‘Dia bilang … Ayah? Jadi maksudmu pria bodoh yang merenggut nyawa ibuku?!’ batin Lucas mengedutkan alisnya.Mungkin bagi Ariella mending ayahnya adalah segalanya. Namun, bagi Lucas dia justru pembunuh yang pantas membusuk di neraka. Lucas tak akan pernah mengampuninya. Dia pun menepis tangan Ariella hingga cekalannya terlepas. Tanpa peduli dengan demam tinggi wanita itu, Lucas malah beranjak pergi. Hingga esok hari saat Ariella bangun, dia pun terkejut karena tiba-tiba handuk kecil jatuh dari keningnya. ‘Apa ini? Kompres?’ batinnya mengerutkan dahi dengan bingung. ‘Si-siapa yang meletakkannya?’Manik wanita itu melayap ke sekitar ruangan, tapi dia tak menemukan siapapun. Bahkan dia juga tak mendengar suara dari kamar mandi. Artinya Lu
“Tidak! Tu-tunggu, Tuan Muda!” Malleta memberang saat dua bawahan Lucas merengkuhnya.Dia memberontak, tangannya menepis keras para lelaki itu dan buru-buru merangkak ke arah Lucas.“Apa yang kau lakukan? Cepat ikut kami pergi!” Salah satu bawahan Lucas mencekal lengan Malleta.Namun, Malleta langsung menghempasnya kasar.“Aish, lepaskan aku, sialan. Biarkan aku bicara dengan Tuan Muda!” tukasnya kembali merangkak cepat.Matanya gemetar penuh ketakutan. Dia berlutut di hadapan Lucas, lalu melanjutkan. “Tuan Muda, tolong jangan usir saja. Saya akan bilang yang sebenarnya!”Lucas pun mengangkat tangan, memberi kode pada anak buah Peter untuk berhenti.“Nyonya Beatrice!” ujar Malleta dengan suara gemetar. “Ya, Nyonya Beatrice yang menyuruh saya memberikan obat itu untuk Anda. Nyonya Beatrice juga yang meminta agar Ariella mengantar minumannya, Tuan Muda!”“Lalu?” Lucas menyahut dengan sorot dinginnya.“Heuh?” Malleta mendongak bingung.Dia berpikir sejenak, lalu berkata lagi. “Ah, ka-kar
“Argh!” Malleta menjerit sambil menutup rapat handuk putih yang melingkari tubuhnya. “Apa yang kalian lakukan? Cepat pergi dari sini!”Ya, begitu mendengar gedoran pintu dan suara Peter, Malleta yang semula berbaring langsung berlagak selesai mandi. Dia tahu tak akan bisa menghindar dari sidak asisten Lucas itu. Sehingga dengan liciknya Malleta bersandiwara. “Bagaimana ini, Tuan?” tanya bawahan Peter seraya menoleh pada atasannya. Peter mendapukkan alisnya berang seraya menjawab tegas. “Masuk dan geledah kamar ini!”Mendengar titah itu, para bodyguard setia Lucas langsung menerobos ruangan. “Ti-tidak! Apa-apaan kalian ini?!” Malleta memberang keras, berupaya menahan. “Apa kalian semua buta? Aku tidak berpakaian layak dan kalian tetap masuk? Dasar, brengsek!”“Minggirlah, sebelum kami menggunakan kekerasan!” sambar salah satu Bodyguard mendorong Malleta menjauh. Kepala pelayan itu terhuyung, tapi beruntung dia langsung berpegangan nakas di sampingnya. Dengan sorot berang, dia kemb