Ariella mengerutkan kening, lalu mengambil catatan di dalam paper bag itu.[Pakai ini untuk acara jamuan nanti malam.]‘Ti-tidak mungkin. Bagaimana bisa Tuan Muda memintaku bergabung di acara jamuan?’ batin Ariella amat ragu.Ariella sadar, dirinya tidak pantas hadir. Saat upacara pernikahan saja, dia tidak dibolehkan menunjukkan wajah. Lalu kenapa sekarang sang suami ingin Ariella menemaninya makan malam?“Apa isinya?” Malleta bertanya sengit.Belum sampai Ariella menjawab, kepala pelayan itu merebut paper bag dari Ariella.“Hah! Ja-jangan, Kepala Pelayan,” tukas Ariella berupaya menahan.“Hei! Kenapa kau pelit sekali? Aku hanya ingin melihatnya. Kenapa kau sombong sekali karena Tuan Muda Lucas memberimu hadiah, hah?!” sambar Malleta memicing geram. “Aku tetap atasanmu, jadi jangan melawanku!”Malleta menarik paper bag itu lebih kuat dan buru-buru mengambil isinya. Maniknya membelalak saat meraih mini dress merah dengan potongan terbuka di bagian punggungnya.“Ariella, taktik pelacur
Ariella berpaling, manik hazelnya berubah selebar piring saat melihat Felix di belakangnya.“Tu-tuan Muda?!” tukas wanita itu bergegas mundur.Namun, Felix malah mencekal bahunya lebih kuat, bahkan mendorong wanita itu hingga tubuhnya ambruk ke sofa. Tanpa memberi celah untuk kabur, pria itu langsung mengungkung Ariella dengan kedua tangan bertumpu ke badan sofa.“A-apa yang Anda lakukan, Tuan Muda? Kenapa Anda masuk ke sini?” Ariella bertanya dengan leher menegang kencang.Lawan bincangnya menurunkan pandangan ke payudaranya yang sejak tadi naik turun, karena napasnya yang tersengal. Ariella tak mau itu menjadi sasaran nafsu Felix, hingga dia pun merapatkan pegangan handuknya.Sang pria menyeringai sinis. Sambil menaikkan tatapan, dia pun berkata, “aku lihat kau kesulitan, tentu saja aku akan membantumu.”“Tidak, tolong keluarlah, Tuan Muda. Sa-saya mohon,” sahut Ariella penuh harap.Melihat ekspresi wanita itu yang memelas dengan tubuh berselimut handuk, justru semakin memicu Felix
“Astaga!” Malleta pun menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangan. Dia nyaris tak percaya dengan mata kepalanya sendiri. Namun, pria di hadapannya jelas-jelas Felix Baratheon. Malleta tak bisa berkata-kata, saat melihat tangan Felix merengkuh pinggang Ariella hingga rapat padanya. Dalam bungkam, Kepala Pelayan itu pun membatin, ‘hebat sekali jalang ini. Tidak hanya Tuan Muda Lucas, tapi sekarang Tuan Muda Felix benar-benar digodanya. Memang serakah!’Ariella yang merasa tak nyaman, langsung menarik diri dari Felix. Tapi sialnya, pria itu malah mencekal pinggulnya lebih erat, seolah tak malu walau Malleta melihatnya. “Tu-tuan Muda, tolong menyingkir dari saya,” tutur Ariella terus berupaya mendorong Felix. Sang pria tak menggubris. Dia malah memicing sinis pada Malleta seraya berkata, “kami masih sibuk. Pergilah, karena aku yang akan membawa Ariella pergi ke jamuan!”“Tapi apa yang akan kalian lakukan? Itu pun di kamar Tuan Muda Lucas. Bahkan Ariella tidak memakai baju dan h
‘Sial! Apa yang dia lakukan?!’ Lucas mengumpat dalam batin.Meski diam, tapi sorot matanya terpampang tajam. Sungguh mengintimidasi Ariella.Wanita itu berkutat dengan mini dress yang memamerkan pahanya. Dia sangat tak nyaman karena semua orang menatapnya. Jika bukan karena Lucas mengirim gaun ini, dia tak mungkin hadir dan memakainya. ‘Ke-kenapa Tuan Muda diam saja? Apa beliau marah karena aku datang terlambat?’ Ariella gelisah dalam hati. Richard yang sejak tadi bungkam, kini menoleh pada Beatrice seraya mendengus pelan. “Cepat bereskan dia. Jangan sampai mengganggu jamuan malam ini!”Dia sangat khawatir, apalagi melihat ekspresi tamunya yang terusik. “Tenang saja, Sayang. Aku pastikan pelacur itu pergi!” balas Beatrice dengan gigi terkatup. Dirinya melirik Malleta yang berdiri di barisan para pelayan. Kode matanya yang memicing sinis, langsung dimengerti oleh kepala pelayan tersebut. Malleta mengangguk, seolah berkata, ‘siap, Nyonya!’Namun, saat dirinya hendak melangkah, tiba
“Argh?! Tidak!” Ariella menjerit kencang saat tubuhnya ambruk ke kolam.Sensasi dingin seperti mengikatnya. Wanita itu gelagapan ketika air kolam mendominasi tubuhnya. Bahkan sial, kaki Ariella langsung kram dan mati rasa. Dirinya mati-matian naik ke permukaan. Tapi karena terlalu panik, tekanan air malah semakin memicu tubuhnya tertarik ke bawah.“To-tolong, heup!” Ucapan Ariella terpotong kala air memaksa masuk hidung dan mulutnya.Ya, Ariella tidak bisa benerang!Saat kecil dia pernah terseret ombak dan tenggelam di lautan. Sebab itulah dirinya trauma dengan pantai. Bahkan sampai dewasa, dirinya tak bisa mengatasi rasa takutnya tersebut.“Hah! To-tolong saya! Saya mohon, tolong. Heup!” Ariella kembali gelagapan.Samar-samar dirinya melihat kaki jenjang dengan sepatu hak tinggi elegan berdiri di dekat kolam. Sudah pasti orang itu yang mendorongnya. Tapi sial, Ariella tak bisa melihat wajahnya.Tenaga wanita tersebut semakin lemas, hingga dirinya kehabisan daya.‘Ayah …,’ batin Ariel
“Jangan berlagak suci! Bukankah tadi kau memamerkan tubuhmu di hadapan semua orang?” Lucas mendengus pelan, tapi setiap nadanya mengandung cecaran. Dada Ariella seketika sesak saat mendengarnya. Padahal dia melakukan itu bukan karena ingin. “Anda yang mengirimkan gaun itu pada saya. A-anda juga yang memberikan catatan kalau saya harus datang menemani Anda di jamuan makan malam. Tapi kenapa—”“Omong kosong apa yang kau bicarakan?!” sahut Lucas sengaja memotong. Dia risih karena Ariella hanya terdengar mencari alasan tak masuk akal. Meski menciut karena aura dominan Lucas, tapi Ariella berusaha menjelaskan. “Sa-saya menerima gaun merah itu dari Kepala Pelayan. Beliau bilang gaun itu hadiah dari Anda. Saya masih menyimpan paper bag dan catatan tulisan tangan Anda, Tuan Muda.”Namun, ketika Ariella menoleh ke nakas kecil dekat sofa, dia tidak menemukan paper bag tersebut. Padahal sebelumnya Ariella meninggalkan catatan Lucas di sana. “Bu-bukankah tadi ada di sini?” tukas Ariella memb
“Argh!” Malleta menjerit sambil menutup rapat handuk putih yang melingkari tubuhnya. “Apa yang kalian lakukan? Cepat pergi dari sini!”Ya, begitu mendengar gedoran pintu dan suara Peter, Malleta yang semula berbaring langsung berlagak selesai mandi. Dia tahu tak akan bisa menghindar dari sidak asisten Lucas itu. Sehingga dengan liciknya Malleta bersandiwara. “Bagaimana ini, Tuan?” tanya bawahan Peter seraya menoleh pada atasannya. Peter mendapukkan alisnya berang seraya menjawab tegas. “Masuk dan geledah kamar ini!”Mendengar titah itu, para bodyguard setia Lucas langsung menerobos ruangan. “Ti-tidak! Apa-apaan kalian ini?!” Malleta memberang keras, berupaya menahan. “Apa kalian semua buta? Aku tidak berpakaian layak dan kalian tetap masuk? Dasar, brengsek!”“Minggirlah, sebelum kami menggunakan kekerasan!” sambar salah satu Bodyguard mendorong Malleta menjauh. Kepala pelayan itu terhuyung, tapi beruntung dia langsung berpegangan nakas di sampingnya. Dengan sorot berang, dia kemb
“Tidak! Tu-tunggu, Tuan Muda!” Malleta memberang saat dua bawahan Lucas merengkuhnya. Dia memberontak, tangannya menepis keras para lelaki itu dan buru-buru merangkak ke arah Lucas. “Apa yang kau lakukan? Cepat ikut kami pergi!” Salah satu bawahan Lucas mencekal lengan Malleta. Namun, Malleta langsung menghempasnya kasar. “Aish, lepaskan aku, sialan. Biarkan aku bicara dengan Tuan Muda!” tukasnya kembali merangkak cepat. Matanya gemetar penuh ketakutan. Dia berlutut di hadapan Lucas, lalu melanjutkan. “Tuan Muda, tolong jangan usir saya. Saya akan bilang yang sebenarnya!” Lucas pun mengangkat tangan, memberi kode pada anak buah Peter untuk berhenti. “Nyonya Beatrice!” ujar Malleta dengan suara gemetar. “Ya, Nyonya Beatrice yang menyuruh saya memberikan obat itu untuk Anda. Nyonya Beatrice juga yang meminta agar Ariella mengantar minumannya, Tuan Muda!” “Lalu?” Lucas menyahut dengan sorot dinginnya. “Heuh?” Malleta mendongak bingung. Dia berpikir sejenak, lalu berkata lagi. “A
“Silakan, Tuan Muda!” Peter menyerahkan tab pada Lucas.Alis Lucas merapat begitu menilik berita yang menyatakan bahwa pihak Baratheon Contruction Inc, lalai dan terlalu abai terhadap keselamatan para pekerja kontruksinya. Alat-alat yang digunakan dinilai tidak layak, sehingga berbahaya sampai merenggut nyawa seseorang!“Apa penyebab kecelakaan itu?” Lucas membuka tanya dengan sorot tajamnya.“Korban jatuh dari ketinggian tiga puluh meter, Tuan Muda. Sialnya kepala korban membentur besi kontruksi di permukaan tanah, hingga nyawanya tidak bisa diselamatkan,” tukas Peter menjelaskan.Lucas hanya bungkam mendengarnya. Mungkin masalah ini akan menjadi malapetaka besar baginya. Selain proyeknya terancam gagal karena tuntukan keluarga korban, pasti Richard akan murka dan bisa menyingkirkannya dari kandidat pewaris.“Mohon maaf, Tuan Muda. Saya sudah membungkam media, tapi karena masalah ini terjadi di area padat Linberg, ternyata masih ada saluran berita yang menyiarkannya.” Peter kembali m
“Saya tidak tahu alasan pastinya. Tapi mungkin atasan melihat kemampuannya yang baik, jadi memindahnya ke kantor CEO. Yah, saya dengar Tuan Muda hanya memilih orang-orang yang hebat,” tukas Bodyguard tadi.Ariella mengerjap bingung seraya membatin dalam hati, ‘kantor CEO? Apa maksudnya kantor Tuan Muda Lucas? Tapi kenapa Tuan Muda Lucas menginginkan Halley?’“Maaf, saya harus pergi sekarang. Ketua Tim memanggil saya,” tukas Bodyguard tadi membuyarkan lamunan Ariella.Sang wanita pun mengangkat tatapan canggungnya.Sambil membuka jalan, Ariella lantas berkata, “ah, ya. Silakan, Tuan. Maaf sudah menghentikan Anda.”“Tidak masalah. Saya dengar Anda sudah seperti Adik Halley sendiri. Jika membutuhkan bantuan, Anda bisa bilang pada saya kapan saja, Nona Ariella.”“Terima kasih,” balas Ariella seraya menunduk hormat.Padahal Ariella baru saja bertemu teman masa kecilnya itu. Dia bahkan berharap Halley bisa membantunya mengungkap kasus kematian mendiang Elizabeth di galeri ini. Tapi sialnya
‘Hah, tidak!’ Ariella seketika memejamkan matanya.Dia yang berpikir Lucas akan menyerang dengan ciuman, ternyata malah berhenti tepat sebelum bibir mereka bersentuhan. Pria itu mengamati manik Ariella yang bergetar meski dia sudah menutupnya.‘Menarik!’ batin Lucas sembari menyeringai tipis.Tapi alih-alih melahapnya, pria tersebut malah mengusapkan ibu jarinya di tengkuk Ariella.Bahkan dengan suara baritonnya Lucas berbisik, “kau berharap aku melakukan apa, hm?”Detik itu juga Ariella membuka matanya. Dia melirik Lucas yang kini menatapnya amat lekat. Karena terkejut, Ariella tiba-tiba mendorong pria itu hingga dirinya nyaris terjungkal.“Ahh?!”Ariella sontak membelalak kala tangannya tak sengaja bertumbu pada wadah rendaman kaki suaminya. Gerakan mendadak itu membuat wadahnya tumpah, sampai-sampai air hangat itu membasahi tubuh Ariella.“Maafkan saya, Tuan Muda!” Ariella bergegas memohon ampun.Dia meraih handuk kecil yang dibawanya tadi, lantas mengelap kaki Lucas dengan buncah.
‘Sebelum pergi, lukisannya masih baik-baik saja. Aku juga mengunci pintunya. Ta-tapi siapa yang melakukan ini?’ batin Ariella menatap lemas. Pundaknya merosot saat melihat lukisan ballerina yang harusnya diserahkan pada Lucas, malah robek tak beraturan. Ya, agaknya seseorang menerobos kamar wanita itu, lalu merusak lukisannya dengan senjata tajam. Ariella pun meraih kanvas lukisan itu, lalu membatin, ‘jika harus membuat ulang, pasti akan banyak memakan waktu.’Memang tidak sulit jika harus melukis ulang, tapi Ariella penasaran dengan dalang yang tiba-tiba merusak lukisan ini.“Selain Tuan Muda Lucas dan Tuan Peter, tidak ada yang tahu tentang lukisan ini. Dan orang yang aku temui saat keluar kamar … Nona Chelsea?!” tukas Ariella menerka. Alis wanita itu merapat seiring tangannya yang kian erat memegang pinggiran kanvas tadi. Jika diingat sejak awal, Chelsea memang selalu berlaku buruk padanya. Ariella pun menghela napas berat seraya bergumam, “apa yang harus aku katakan pada Tuan
Lucas yang memicing sinis, tidak disadari kehadirannya oleh Ariella.Wanita itu justru terkejut karena Halley tiba-tiba melepas jas hitamnya, lalu melangkupkan ke bahunya.“Aku tidak perlu ini,” tutur wanita itu berniat melepasnya.“Jangan keras kepala, tubuhmu membutuhkannya. Lihat, kemeja yang kau pakai setipis ini. Kau bisa masuk angin!” sahut Halley menata kembali jas itu di pundak Ariella.Sang wanita menekuk bibirnya lalu mendesis, “cih! Kenapa kau bertingkah seperti ayahku, hah? Aku bukan anak kecil, jadi berhenti mengomel!”Melihat Ariella protes, Halley justru tersenyum miring. Tatapannya berubah nanar, seolah bisa melihat kepedihan Ariella yang tersembunyi.Pria itu memegang lembut lengan Ariella seraya berkata, “Ariella, apa selama ini kau baik-baik saja?”Setelah sekian lama, akhirnya ada yang menanyakan itu pada Ariella. Rasanya seperti menemukan pelipur, tapi juga menggoyahkan Ariella. Tapi alih-alih menumpahkan segala keluhnya, wanita itu malah tersenyum tipis.“Jangan
“Aish, hu-hubungan khusus apa yang kau bicarakan? Mana mungkin aku dan Tuan Muda, hah … sudahlah. Jangan bicara sembarangan lagi. Jika ada orang yang mendengarnya bisa bahaya!” tukas Ariella menarik tangannya dari genggaman Halley.Ya, dia tak mungkin membeberkan bahwa dirinya istri kontrak Lucas Baratheon. Sang suami sudah mewanti-wanti agar merahasiakan status mereka dari publik. Namun, ini justru semakin membuat Halley penasaran.Bodyguard itu malah mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Ariella. Meski wanita tersebut perlahan menarik diri, tapi Halley kian gencar mengikis jaraknya.Saat wajah mereka nyaris bertumbukan, Ariella segera menahan dada pria tersebut. “Halley—”“Kau serius dengan ucapanmu?” sambar Halley tampak menyidik.Leher Ariella menegang. Dia takut ketahuan berdusta sebab Halley mengenal baik dirinya. Pria itu kerap mendesak seperti ini jika curiga dirinya berbohong.“Kau pikir aku apa? A-aku tidak mungkin ‘kan menggoda Tuan Muda Lucas atau semacamnya!” Ariella ak
“Tu-tunggu!” Ariella berujar dengan tubuh tegang. “Tolong … to-tolong singkirkan dulu pistolnya.”Lawan bincang di belakangnya malah semakin menekan moncong senjata tajam itu ke pelipis Ariella. Tanpa ragu, dia juga menarik pelatuk atas pistol tadi, sampai-sampai membuat Ariella menahan napasnya. “Tidak ada seorang pun yang boleh masuk ruangan ini, termasuk staff galeri! Apa yang mau kau lakukan?!” Suara pria itu terdengar lebih dingin. Dada Ariella bergemuruh takut. Belum ada tiga puluh menit dia menginjak galeri ini, tapi kesialan sudah menyerangnya beberapa kali. Namun, belum sampai Ariella menimpali, tiba-tiba pria tadi merengkuh sebelah tangannya dan langsung membekuk ke belakang punggung. Bahkan tanpa segan, pria itu mendorong Ariella hingga terhimpit ke dinding.“Ah!” Ariella mengernyit sakit.“Mo-mohon maaf, saya tidak sengaja masuk ke sini. Sa-saya hanya mengikuti arahan staff untuk datang ke ruang pertemuan,” sambung wanita itu menjelaskan dengan buncah. Dia berupaya men
“Tu-tunggu, Nona!” Ariella seketika menghadang saat wanita itu hendak mangkir. “Saya tahu ini kesalahan saya, tapi saya mohon berikan satu kesempatan lagi. Saya rela melakukan apapun untuk menebus kesalahan ini!”Dia tampak tertekad, tapi lawan bincangnya yang kritis malah semakin risih.“Galeri ini tidak menerima kecacatan apapun. Jika di hari pertama kau sudah buruk, bagaimana kau bertahan di sini?!” tukas wanita itu pelan, tapi nadanya penuh tekanan.Dengan sorot manik tegasnya, wanita tersebut langsung berlalu tak peduli bahunya menyenggol Ariella. Namun, Ariella yang sudah sampai sejauh ini, tak ingin mundur lagi. Jika kesempatan satu tertutup, maka dia harus menciptakan peluangnya sendiri.‘Apapun yang terjadi, aku tidak boleh gagal masuk galeri ini!’ batin Ariella mengumpulkan ambisi.Dirinya menggenggam erat selempang tasnya, lalu menyusul wanita tadi.“Nona, saya yakin saya mampu. Jadi tolong berikan tugas apapun. Jika saya gagal, saya akan pergi dari galeri ini!” tukas Ariel
‘Tanganku licin. Aku harus mengambil sarung tangan karet dulu,’ batin Ariella dalam hati. Ya, dia tak ingin mengambil risiko jika tiba-tiba tongkat pembersih kolam itu terlepas darinya. Ariella tak mungkin masuk ke air karena tidak bisa berenang. Namun, ketika Ariella berbalik, ternyata Chelsea sudah berada tepat di belakangnya. Wanita itu hendak mendorongnya. Tapi sial, pangkal tongkat yang menjulur ke belakang pinggang Ariella, malah tak sengaja menyenggol Chelsea. “Oh? Nona Chelsea?!” tukas Ariella melebarkan irisnya. “Aish, sial!” Keponakan Beatrice itu memaki geram.Tangannya dengan cepat meraih pangkal tongkat pembersih kolam yang masih dipegang Ariella. Dia mati-matian merengkuh tongkat itu, sebab tubuhnya sudah menyerong ke arah kolam renang. Beruntung Ariella masih memegangnya kuat, hingga Chelsea tak sampai jatuh. “Jalang brengsek! Kenapa kau malah berbalik?!” Chelsea mengumpat lebih berang. Dia justru menarik pangkal tongkat tersebut, memicu leher Ariella berubah ken