“Apa kau tidak punya mata?!” Pelayan yang menyenggol Ariella tadi langsung mencaci.Sementara Ariella tak peduli. Dirinya justru cemas dengan gaunnya karena dia harus segera berjalan di altar pernikahan. Tidak mungkin dia muncul dengan penampilan ini, sebab akan menjadi penghinaan bagi Lucas dan keluarga Baratheon.“Ba-bagaimana ini? Gaunnya kotor,” gumam Ariella yang berusaha mengelap roknya dengan tangan.Namun, tanpa diduga rekan pelayan tadi malah mendorong bahu Ariella dengan kasar.“Hei, kau tuli atau sengaja mengabaikanku, hah?!” cecarnya kesal.Ariella pun mengangkat pandangan dengan mata terbelalak. Ariella mengenali pelayan dengan tahi lalat di atas bibir itu, yang tak lain adalah rekan yang sangat dekat dengan kepala pelayan. Pelayan itu sejak awal membenci Ariella, bahkan mempengaruhi rekan-rekan lain dan sering bergunjing tentang Ariella.“Apa yang kau lakukan? Kau menumpahkan anggur ke gaunnya,” Ariella bertanya dengan raut wajah gelisah.“Hah! Harusnya aku yang bertanya
“Keluar dari kamar ini. Kau sudah menikah dengan Tuan Muda Lucas, jadi tidurlah bersamanya. Kamarmu akan dipakai oleh Pelayan lain!” dengus Pelayan berambut pendek menatap berang.Ariella menelan saliva dengan berat seraya membalas, “i-itu tidak mungkin. Tuan Muda tidak akan mengijinkanku masuk kamarnya.”“Itu bukan urusanku. Mau kau tidur di dapur atau gudang sekalipun terserah kau, dasar pelacur!” sambar Pelayan rambut pendek tadi yang langsung menutup pintu.“Tidak! Tolong biarkan aku tinggal di kamar ini. Aku akan tetap membantu bersih-bersih, jadi biarkan aku masuk. To-tolong, buka pintunya!” Ariella terus menggedor ambang itu, tapi tidak ada respon dari dalam.“Ariella!”Sang pemilik nama sontak terkejut saat seseorang memanggilnya. Itu kepala pelayan.“Hah … kenapa kau membuat keributan di jam semalam ini?!” Kepala Pelayan tadi mendengus tajam.Ariella menyugar belahan rambutnya frustasi, lalu membalas, “maaf, tapi teman sekamar saya tidak mau membuka pintu. Dia membuang barang
“Kenapa kau penasaran dengan malam pertamaku?!” Lucas bertanya dengan ekspresi dinginnya.Sang lawan bincang menyeringai, lalu melipat kedua tangan ke depan dada.“Entahlah, karena sepertinya menarik. Aku dengar mempelai wanitanya berubah sebelum upacara pernikahan. Harusnya aku melihatmu menikah di altar, tapi sayangnya penerbanganku terlambat. Maafkan aku, Kakak,” sahut Felix menaikkan kedua alisnya.Ya, Felix Baratheon-adik tiri Lucas itu baru kembali dari urusan bisnisnya di luar San Carlo.“Berhenti bicara menggelikan. Aku tahu kau senang mengetahui pernikahanku dan Giselle gagal!” sahut Lucas lebih tajam.Mendengar itu Felix seketika tertawa. Raut mukanya memang berseri-seri seolah memenangkan pertandingan.“Lihat, artinya langit memang tidak merestui hubungan kalian. Aku rasa Giselle sadar bahwa kau tidak cocok dengannya, Kak,” tukas Felix mengandung cacian. “Aku jadi penasaran, seperti apa wajah wanita yang mendadak kau nikahi. Aku dengar dia seorang Pelayan. Seleramu memang r
“Aish, Sial! Lihat ini, kita punya tikus kecil yang pandai menguping!” Felix mencecar penuh sindiran.Ya, pria tersebut keluar setelah mendengar keributan di balik pintu.Hal itu sontak membuat Ariella buyar dari lamunan. Dia menoleh pada Felix dengan raut wajah buncahnya.“Mo-mohon maaf, Tuan Muda. Saya tidak sengaja menjatuhkan nampannya saat hendak membuka pintu. Saya akan segera membereskannya,” tutur Ariella sambil mengamati pecahan cangkir dan teh yang tumpah di lantai.“Kau!” Felix tiba-tiba mencekal lengan Ariella yang berniat mengambil pecahan beling.Pria itu menariknya kasar agar kembali berdiri tegak.“Apa kau pelayan baru? Aku belum pernah melihatmu,” tukas Felix menautkan alisnya.Ya, Ariella baru satu bulan mengabdi di mansion ini. Sebelumnya Richard mencari-carinya, tak terima sebab sang istri lenyap karena perbuatan mendiang ayah wanita tersebut. Saat itu Felix sudah bertugas ke luar negeri, jadi tak heran dia tidak tahu tentang Ariella.Namun, Ariella sudah banyak me
“Jadi benar mereka mengurungmu di sini?” Felix berujar setelah menutup pintu.Ariella yang semula duduk, kini bergegas bangkit dan menunduk hormat. Alih-alih lega, wanita itu justru dirundung tegang karena Felix mengunci pintunya.“Mo-mohon maaf. Ada perlu apa Tuan Muda ke sini?” tanya Ariella terbata-bata.Tak langsung menjawab, Felix malah mengamati lutut dan tangan Ariella yang terbalut sobekan kain celemek. Pria itu berjalan mendekat, hingga memicu Ariella mundur ke belakang.Dengan dada bergemuruh, Ariella pun membatin, ‘apa yang akan dia lakukan?’Felix terus mengikis jarak sampai-sampai pinggul Ariella menatap meja di belakangnya.“Mohon maaf, Tuan Muda—”“Bukankah itu sakit?” Felix lekas menyambar sebelum ucapan Ariella tuntas.Dia meletakkan kotak obat ke meja cukup kasar hingga membuat pelayan di hadapannya tersentak.“Saya tidak apa-apa, Tuan Muda. Jika Anda membutuhkan sesuatu, silakan katakan. Saya akan membantu Anda,” tutur Ariella yang terus menatap bawah.“Apa di lanta
“Si brengsek itu mau menantangku?!” Lukas berkata sambil melempar beberapa potret ke meja kerjanya.Terpampang jelas adik tirinya sedang berada di club malam bersama para wanita penghibur. Tapi yang paling membuat Lucas kesal, di sana juga ada CEO Logitech Contruction-rival Lucas dalam dunia kontruksi.Ya, orang bilang, musuh dari musuhmu adalah teman. Felix yang sejak dulu mengincar posisi pewaris, diam-diam menggandeng CEO Logitech tersebut untuk melawan Lucas.“Setelah saya selidiki, mereka juga sering mengunjungi Miracle Night di Linberg, Tuan. Kemungkinan Tuan Felix dan CEO Logitech sudah bekerja sama cukup lama,” tutur Peter di tengah senyap.Lucas mengepalkan tangannya geram. Tujuan awalnya yang ingin mengorek tentang hilangnya Giselle, malah menemukan fakta baru tentang Felix.“Awasi Felix. Segera laporkan padaku jika kau menemukan sesuatu yang mencurigakan!” titah Lucas saat menatap Peter tegas.Dengan sigap, sang asisten pun menjawab, “saya mengerti, Tuan Muda.”“Tentang Gis
“Kau!” Lucas mendecak marah sambil menarik bahu Ariella.Begitu sang wanita menghadapnya, malah terpampag jelas bekas cumbuhan di sekitar leher dan tulang selangkanya. Semu merah tersebut memutar memori Lucas, pada gunjingan para pelayan di lantai bawah. Dan itu seolah mengejeknya.“Hah! Tidak heran orang-orang menyebutmu pelacur. Apa kau menikmati semua pria di mansion ini?!” cecar Lucas memicing tajam.Ariella yang sejak tadi menatap gemetar, kini semakin melebarkan irisnya dengan tegang. “Tuan Muda, saya bukan wanita seperti itu,” tuturnya usai menelan berat salivanya.Seringai sinis merayapi bibir Lucas. Dari pada sekedar ucapan, pria itu lebih percaya bukti di tubuh Ariella. Semuanya menunjukkan betapa rendahnya wanita tersebut. “Kau pikir aku buta? Tanda di tubuhmu sangat menjijikkan!” bisik Lucas mencecar sengit. “Jika kau senang menjajal semua pria, tahanlah selama kontrak pernikahan kita. Aku tidak suka barangku dimainkan orang lain. Dan aku tidak akan mengampunimu jika kem
“Ada apa?” Lucas bertanya dingin.Dia tahu itu suara Peter, tapi sengaja tak membuka pintunya. Asistennya yang berada di luar pun membalas, “Tuan Besar memanggil Anda ke ruang kerjanya. Beliau bilang ada hal penting yang harus dibicarakan, Tuan Muda.”“Baiklah,” sahut Lukas singkat.Pria tersebut melirik Ariella sekilas. Tapi bukannya meminta wanita itu melanjutkan obrolan, Lucas malah melengos dan keluar dari kamar tersebut.“Tunggu, Tuan Muda ….” Ariella kembali meredam ucapannya saat Lucas lebih dulu menutup pintu.Ariella menghela napas panjang. Harusnya dia segera memberitahu Lucas bahwa yang merencanakan tentang obat perangsang adalah Beatrice. Dengan begitu, setidaknya Ariella bisa berharap sikap Lucas lebih baik padanya.Wanita itu menunggu Lucas kembali ke kamar. Namun, cukup lama waktu berlalu, sang suami tak kunjung muncul.‘Apa malam ini Tuan Muda akan tidur di ruangan lain lagi?’ batinnya beralih menatap ranjang. ‘Mungkinkah Tuan Muda memang tidak mau tidur di kamarnya k
“Gadis kecil, apa kau tidak apa-apa?” Peter tampak buncah menghampiri Ava yang nyaris tertabrak mobilnya.Dia berjongkok. Alisnya pun bertaut melihat lutut Ava terluka karena menghantam kerasnya aspal.Namun, bocah perempuan itu hanya menatap Peter dengan manik yang berkaca-kaca. Bahkan dia menggigit bibirnya kuat, berusaha untuk tidak menangis.Dengan lembut, Peter lantas bertanya, “di mana ibumu? Kenapa kau berjalan sendirian di jalan raya?”“A-aku tidak tau,” sahut Ava dengan suara yang gemetar.Peter menoleh ke belakang. Di dalam mobilnya, Lucas sudah menunggu dan harus cepat bertemu kliennya. Terlebih sejak pagi wajah pria itu sudah muram, Peter was-was jika Lucas semakin marah karena dirinya hampir terlibat kecelakaan.Lelaki bersetelan jas hitam itu pun mengulurkan tangan pada Ava, lalu berkata, “Paman bukan orang jahat. Bangunlah dulu, Paman akan mengantarmu menemui ibumu.”“Be-benarkah?” Ava mengerjap dengan bola mata besarnya.Peter mengangguk, memberi kode pada Ava bahwa di
“Apa yang baru saja kau katakan, Jane?! Ava … menghilang?!” Ariella bertanya dengan leher yang mengencang.Dan itu membuat Damien yang duduk di sebelahnya tercengang juga. Bahkkan kecemasan langsung menjalar ke seluruh nadinya, saat menatap mata Ariella yang kebak rasa khawatir.Dari seberang telepon, Jane lantas menjelaskan. “Maafkan aku, Kak Ariella. Saat aku datang ke taman kanak-kanak Dalin Court, Ava sudah tidak ada di sini. Para guru dan petugas keamanan tidak tahu kapan Ava keluar gerbang Dalin Court.”Sungguh, dada Ariella serasa dihantam beton mendengarnya. Dia tak bisa tenang, karena memikirkan beragam hal buruk terjadi pada putrinya.“A-aku akan ke Dalin Court sekarang!” tuturnya amat sesak.Dirinya berpaling pada Damien yang tengah mengemudi.Belum sampai membuka suara, sang pria lantas berkata, “kau harus tenang, Ariella. Kita pasti menemukan Ava!”Ya, Damien juga sangat menyayangi gadis kecil itu. Bahkan sudah menganggap Ava seperti putrinya sendiri. Dia akan melakukan a
“A-ayah?” Ava berujar terbata. Dia yang selama ini jarang mengucapkan kata itu, jadi sulit mengucapkannya. Terlebih Ariella juga tak pernah menyinggungnya. “Ya, ayahmu mengajak ke mana?” sahut anak berpipi gembul tadi. “Jangan bilang kau tidak pernah liburan dengan ayahmu!” Ava hanya bungkam, dan itu semakin membuat teman lainnya membenarkan tebakan anak berpipi gembul. “Astaga, kau sangat kasihan, Ava,” tutur gadis yang memakai pita. “Jika kau mau, aku bisa membawakanmu oleh-oleh dari Donald Land.” Tapi belum sampai Ava menyahut, anak berpipi gembul tadi malah menyambar, “kenapa kau harus memberinya oleh-oleh? Ayahnya tidak pernah mengajak ke Donald Land, artinya dia tidak pantas berteman dengan kita!” “Tapi bisa saja Ava pergi ke tempat lain. Benarkan, Ava? Ayahmu pasti pernah mengajakmu ke luar negeri ‘kan?” Gadis berpita itu menimpali lagi. Putri Ariella itu semakin merapatkan bibirnya, apalagi semua anak-anak di sana melihat ke arahnya. Bahkan tatapan mereka seola
“Ya, semua orang tahu bahwa kau menikahi putri keluarga Diorson. Jadi kita harus resmikan hubunganmu dengan Giselle, agar kerja sama perusahaan tetap lancar,” tukas Richard menatap sang putra cukup tegas. “Jadi, hari ini pulanglah lebih awal!”Lucas yang duduk di sisi kirinya malah membuang pandangan. Dia tahu hubungannya dan Giselle sudah berlangsung lama. Terlebih setelah Ariella pergi, mereka kembali dekat. Namun jika harus menikahinya, Lucas tidak akan bisa. Sebab dia telah mengetahui rahasia Giselle lima tahun lalu!Dengan sorot dinginnya, pria itu pun berkata, “tanpa Diorson Group, saya bisa membuat Baratheon berdiri tegak, Ayah. Jadi saya tidak akan menikahi Giselle!”“Apa maksudmu?!” Richard pun menyambar dengan kening mengernyit. “Bukankah selama ini kau mencintainya? Kalian sudah bertunangan lama, bahkan hampir menikah!”Detik itu juga Lucas malah meletakkan garpu dan pisaunya. Dia berdiri tanpa peduli amarah yang mencuat di mata sang ayah. “Mohon maaf, Ayah. Saya harus ber
Damien berdehem, lalu berujar dengan ekspresi datarnya, “apa yang kau bicarakan?” Jane kini mengembuskan napas panjang. Dia sangat sebal melihat kakaknya berpura-pura. “Kakak tidak perlu menutupi semuanya dariku. Aku tahu Kakak sangat mencintai Kak Ariella. Lebih baik segera meresmikan hubungan kalian agar Ava bisa memiliki orang tua yang utuh!” “Aku akan mengurusnya,” sahut Damien yang juga terpaku pada Ariella. “Cih! Kakak terlalu lambat untuk seorang pria. Sebaiknya ikuti ucapanku sebelum pria lain merebut Kak Ariella!” Jane mendengus sebal. Damien hanya bungkam. Mungkin menurut orang lain, Ariella dan dirinya tampak serasi. Bahkan tak jarang orang mengira mereka pasangan suami istri. Namun, hanya Damien yang tahu bahwa ada garis pembatas yang ditarik wanita itu. ‘Aku akan melamarnya saat Ariella membuka hati sepenuhnya untukku. Ya, aku tidak akan memaksanya. Tapi aku juga tidak akan melepaskannya,’ geming pria tersebut dalam batin. Sementara di lantai atas, Ariella tengah me
“Oho! Kemarilah, Tuan Putri!” tukas Damien yang kini berjongkok sambil merentangkan kedua tangan.Anak perempuan berponi dan memiliki rambut sepanjang bahu itu, seketika beralih lari ke pelukannya. Damien pun mendekapnya erat, lalu mengangkat tinggi gadis kecil tersebut saat dia berdiri.“Wah! Aku seperti terbang!” tukas anak perempuan itu amat riang.Dia tertawa begitu Damien berkata, “kau mau terbang lebih tinggi? Mari kita terbang ke luar angkasa!”Pria itu berjalan ke ruang tengah sembari terus bercanda dengan gadis kecil tadi. Sementara Ariella yang melangkah di belakangnya, hanya tersenyum binar.“Ehem!” Wanita tersebut berdehem, lalu berkata sambil melipat tangan ke depan dada. “Ava, bukankah kau tadi ingin memeluk Mommy?”Sang pemilik nama menggelayut di leher Damien seraya menimpali, “itu karena Paman Damien bisa membuat Ava terbang tinggi. Apa Mommy cemburu?”“Cih, dari mana anak ini belajar kata cemburu?” gumam Ariella menggeleng samar.Saat itulah Damien berpaling pada Ari
“Apa benar kau menikahi Damien Rudwick?!” Lucas bertanya dengan sorot mata tajamnya.Pria itu sejak tadi penasaran, terlebih dengan sikap Ariella yang seolah tak mengenalnya. Dia yang biasanya mudah mengendalikan emosi, entah mengapa jadi bertindak impulsive sampai membuntuti Ariella ke toilet wanita.Lawan bincangnya yang masih terkejut, kini memicing was-was. Bahkan tatapan sengitnya seakan melihat bajingan mesum.“Keluarlah dari sini sebelum saya teriak!” decak Ariella penuh ancaman.Alis Lucas berkedut. Alih-alih mangkir, pria tersebut justru melangkah ke arah Ariella. Ya, dia harus memastikan sesuatu!Tapi Ariella yang terus waspada, dengan sigap merogoh alat kejut listrik dari tasnya dan langsung mengarahkannya pada Lucas. Sial sekali pria itu bisa membaca gerakannya, hingga dengan cekatan Lucas mencekal pergelangan Ariella. Bahkan tanpa segan, Lucas mulai mendorongnya sampai Ariella terpaksa mundur menatap keramik wastafel.“Hah?!” Ariella memicing tegas.Dia hendak menarik tan
“Luke!” Suara Giselle terdengar memanggil. Namun, sang pemilik nama seakan tak mendengarnya sebab terpaku pada Ariella yang kini dipeluk pria lain. Bahkan tanpa sadar, Lucas menggertakkan giginya dengan kesal. “Luke, aku mencarimu ke mana-mana!” Sang pria seketika buyar dari lamunan saat Giselle merengkuh lengannya. “Kenapa kau tidak menungguku? Sebenarnya apa yang kau lihat?” tukas Giselle yang kini beralih ke arah tatapan Lucas. Giselle pun mengerutkan kening saat mendapati sosok pria berjas hitam dan rambut pirang di sana memeluk seorang wanita. Dari punggungnya, Giselle merasa pria itu familiar. Dan saat dia melonggarkan dekapan, Giselle pun melebarkan irisnya karena tebakannya benar. “Tunggu, bukankah dia Damien Rudwick?” tukas putri tunggal Diorson itu menoleh pada Lucas. Ya, Lucas baru ingat. Bahkan dia semakin terbelalak saat melihat wajah CEO Logic Builders Inc yang merupakan rivalnya di dunia bisnis itu! ‘Hah! Damien Rudwick! Sebenarnya apa yang dia lakukan bersama Ar
Wanita Itu Kembali***Lima tahun berlalu, Lucas Baratheon yang selama ini bekerja keras di perusahaan telah ditunjuk sebagai suksesi oleh Richard.Malam ini, pria tersebut janji pada Giselle akan menemaninya pergi ke Omega House. Ya, setelah Giselle membujuknya berulang kali, akhirnya Lucas setuju pergi bersamanya. Meski hanya datang ke acara lelang, Giselle tetap merasa lega, walau dia berharap bisa kencan lebih romantis dengan pria ini.“Luke, aku dengar nanti ada lukisan karya Seniman Fan Ting yang akan dilelang,” tutur Giselle seketika menarik perhatian Lucas yang sedang mengemudi.Mendengar nama seniman itu sungguh mengingatkan Lucas pada Ariella. Benar, dulu wanita itu memberitahunya bahwa seniman asal Tiongdong itu sangat berbakat, hingga semua karyanya menjadi legenda.“Bisakah kau nanti membantuku membeli lukisan dari Fan Ting? Aku sangat menginginkannya. Jika kau yang memegang papan nomornya, orang-orang tidak akan ada yang berani melawanmu, Luke. Hem?” tutur Giselle mengo