Share

02. Berita Panas

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-09-19 07:58:46

“Mr. Raymond, Anda memiliki beberapa panggilan beruntun dari Miss Cecilia.”

Albert menjatuhkan pena di tangannya dengan muak, lalu menatap bawahannya dingin. “Maurice, kau berani mengganggu pekerjaanku dengan alasan setidak penting itu.”

Maurice, sekretarisnya, menunduk dalam. “Maafkan saya, Sir, tapi seperti yang saya katakan, panggilannya datang secara beruntun sedari tadi, jadi saya berpikir mungkin ada hal penting yang ingin Miss Cecilia bicarakan.”

“Keluar!” titah Albert dengan dingin.

“Ya, Sir.” Maurice langsung keluar dari ruang kerjanya.

Setelah itu, Albert melepas kacamatanya, menghempaskannya ke meja, lalu memijat pangkal hidungnya sambil menahan rasa pening di kepala dan matanya yang terasa lelah.

Dia baru saja memutuskan hubungan dengan kekasihnya yang telah menjalin hubungan dengannya selama lima hari. Lima hari yang sama sekali tidak berarti. Albert memutuskan wanita berambut pirang itu sesaat setelah dia menyinggung masalah keseriusan hubungan mereka.

Albert tidak butuh dan tidak menginginkannya sedikit pun.

Hubungannya bersama kekasih-kekasihnya selama ini hanya sebatas seks saja, tidak pernah lebih dari itu. Albert sebagai pria yang prima tentu saja memiliki gairah yang besar. Dan kontrol dirinya nyaris sama besar dengan gairah yang ia miliki itu. Tapi untuk apa dia menahan-nahan diri di saat perempuan-perempuan itu melemparkan diri mereka padanya secara sukarela? Albert tentu saja menyambutnya dengan tangan terbuka, selama yang perempuan-perempuan itu inginkan sama seperti yang Albert juga inginkan. Bahkan juga tidak lupa, Albert menghadiahi perempuan-perempuan itu dengan pakaian dan perhiasan-perhiasan mahal.

Selama empat tahun belakangan, Albert tidak pernah kesusahan untuk menyalurkan gairah seksnya. Dan semenjak kejadian yang membuatnya tidak lagi memandang tinggi kaum perempuan, nama Albert merebak sebagai playboy incaran banyak wanita.

Dan memang benar, dia adalah seorang billionaire playboy, bahkan setelah menyandang status sebagai suami pun, kelakuannya masih sama, dan Albert pun tidak berniat mengubahnya. Terlebih, setelah mengetahui kelakuan istrinya yang super dingin dan sama sekali tidak menaruh perhatian padanya, tekad Albert semakin kuat untuk bermain-main.

Albert menikahi Sophia semata-mata untuk keperluan bisnis yang ayah gadis itu tawarkan padanya. Bisnis dengan keuntungan yang tidak bisa diabaikan. Dan sepertinya, Louis Abraham juga berpikir hal yang sama.

Ketika ayah gadis itu memberikannya si anak bungsu sebagai bentuk pertalian erat perjanjian mereka, Albert tidak menolak. Dibanding kedua kakaknya, Sophia jauh lebih tertutup dan pendiam. Kriteria yang sangat cocok dengan Albert, karena dengan itu dia tidak akan menuntut apa pun seperti perempuan-perempuan yang selama ini bersamanya.

Albert sempat berpikir untuk serius pada pernikahannya, namun setelah malam pengantin mereka di mana Sophia menolaknya secara mentah-mentah,  Albert langsung berubah pikiran. Terlebih, setelahnya Sophia tampak tidak peduli dengan apa pun yang Albert lakukan.

Si gadis manja yang sombong, itulah yang Albert pikirkan.

Albert bahkan terkadang lupa bahwa dia tidak sendiri tinggal di rumah. Karena Sophia lebih sering mengurung diri di kamar. Sehingga Albert merasa bahwa kehidupan pernikahannya tidak jauh berbeda dengan masa lajangnya. Sophia sedikit pun tidak berniat melakukan tugasnya sebagai istri, begitu pun dengan Albert. Maka status mereka hanya tercatat di secarik kertas, tidak lebih dari itu.

Malam ini, setelah berhasil keluar dari segala kesibukan pekerjaan, Albert pulang ke rumahnya, di malam Jumat seperti biasa. Dia mendapati keadaan rumah yang sepi dan sunyi. Padahal dari laporan pegawai rumahnya, Sophia tidak pernah keluar kemana pun semenjak pesta itu.

Apa yang perempuan itu lakukan di kesehariannya?

Albert memang tidak terlalu peduli, hanya penasaran.

Dia langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci diri di dalam. Albert melonggarkan dasinya, melepas pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Setelah itu, dia membaringkan tubuhnya ke atas ranjang.

Tatapannya menatap langit-langit kamar, pada coretan-coretan cat yang abstrak. Namun, setelah lama berbaring, Albert tidak kunjung merasa kantuk. Napasnya semakin berat dan dia bangkit untuk menaikkan suhu ruangan. Setelah itu, Albert berbaring, dengan selimut yang ia hamparkan menutupi tubuhnya.

***

Pada Jumat pagi, Sophia keluar dari kamarnya untuk sarapan. Sejenak, dia berhenti di depan pintu kamarnya, menoleh ke kiri, pada pintu cokelat tua yang tertutup rapat. Lalu Sophia melanjutkan langkahnya lagi dan menepis pemikiran tidak perlu di kepalanya.

Albert hanya memperkerjakan satu pengurus rumah, Mrs. Florence, atau Dana. Saat ini, wanita paruh baya itu tengah memasak sarapan di dapur. Sophia pernah berkeinginan untuk membantunya dalam hal memasak dan bersih-bersih, akan tetapi dia tidak pernah berhasil melakukan semuanya dengan benar. Dia tidak bisa memasak. Dia juga tidak bisa bersih-bersih.

Sophia menoleh ke arah tangga, pantas saja Albert tidak pernah menganggapnya, dia tidak cocok menjadi istri. Sophia sangat sadar diri pada kekurangannya itu yang terkadang menjadi sangat memuakkan. Tidak peduli sekeras apa dia mencoba, Sophia tidak pernah bisa melakukannya. Ditambah juga dengan perilaku Albert yang sama sekali tidak mencerminkan seorang suami, melenyapkan motivasi Sophia untuk menjadi seorang istri yang baik.

Sekarang, sembari menunggu Dana selesai membuatkannya panekuk, Sophia membaca artikel berita terkini dan mendapati sebuah berita mengenai tandasnya hubungan Albert Raymond dengan selingkuhannya.

Berita tidak penting, dengus Sophia dalam hati. Namun, dia tidak bisa menyingkirkan perasaan lega di dadanya yang muncul begitu saja setiap kali berita sejenis ini muncul. Akan tetapi, hal itu tidak cukup mampu untuk membuatnya berharap terlalu tinggi. Albert tetaplah Albert. Dalam beberapa hari lagi, gosip dirinya yang telah menggandeng wanita baru akan keluar. Anehnya, berita tidak penting itu, tetap dimuat pada halaman gosip untuk kaum wanita yang dipenuhi rasa penasaran oleh sosok Albert Raymond, si playboy yang paling diminati.

“Kenapa kau membaca berita semacam itu sepagi ini, Dear? Jangan merusak harimu dengan bacaan-bacaan tidak bermutu seperti itu,” komentar Dana yang telah meletakkan sepiring panekuk berlumur sirup bluberi dan segelas jus tomat segar di hadapan Sophia.

Sophia hanya tersenyum membalas ucapan Dana itu. Dia memotong panekuknya dengan garpu dan mulai menyuapkan potongannya ke mulut. “Apa semalam dia pulang?” tanya Sophia, tidak bisa menghentikan rasa penasarannya.

Dana mengangguk sembari berbalik merapikan peralatan masak. “Dia sepertinya pulang pada larut malam,” katanya.

“Hmmm,” sahut Sophia, menyuap potongan yang lain dari panekuk yang lezat itu, lalu menyeruput jus tomat kesukaannya.

“Tumben sekali dia belum keluar di jam segini.” Dana bergumam sembari menoleh ke arah tangga.

Sophia mengedikkan bahu, seolah tidak peduli, padahal di dalam di pun juga bertanya-tanya. Biasanya, Albert sarapan lebih dulu darinya, mungkin untuk menghindar dari keadaan canggung yang tidak mengenakkan. Karena itu juga, Sophia sengaja mengundurkan waktu sarapannya menjadi sedikit lebih siang.

“Apa dia baik-baik saja?” gumam Dana.

Dia baik-baik saja, batin Sophia yakin, terlalu yakin sampai dia nyaris terkekeh oleh ironi. Karena tidak mungkin, kan, seorang Albert Raymond menjadi tidak baik-baik saja hanya karena kandasnya hubungannya dengan sang kekasih gelap?

“Sebentar lagi aku harus pergi, aku memiliki janji dengan suamiku untuk mengambil tomat-tomat segar yang telah dipanennya. Apakah kau mau mengantarkan makanan ke kamar Albert, Dear?”

Sophia menghentikan kunyahannya sejenak, lalu mendongak menatap Dana dan menganggukkan kepala.

“Oh, baiklah, ini nampannya,” kata Dana. Tidak lama setelah itu, Dana pamit pergi.

Kemudian, Sophia selesai dengan sarapannya dan telah menghabiskan jus tomatnya. Dia bangkit dengan membawa nampan itu di kedua tangan.

Ketika sampai di depan pintu kamar Albert, Sophia sempat ragu sejenak. Namun pada akhirnya, dia mengetuk pintu itu perlahan, dan tidak ada sahutan.

Sophia mengetuknya sekali lagi, namun masih tidak ada sahutan. Apakah benar Albert semalam pulang? batin Sophia, mengetuk lagi dengan lebih keras. Masih tidak ada sahutan. Sampai pada ketukan keempat, pintu itu melayang terbuka, menampilkan sosok tinggi Albert berdiri di hadapan Sophia dan menatapnya dengan pandangan sayu.

Sophia mengernyit, menatap lelaki itu dari bawah sampai atas. Tubuh Albert yang tinggi sedikit membungkuk dengan sebelah tangan yang bertumpu pada kusen pintu. Wajahnya terlihat pucat dan berkeringat, bahkan dua kancing teratas baju tidurnya terbuka.

“Apa maumu?” tanyanya parau.

***

Related chapters

  • Hasrat Terpendam Suamiku   03. Kalung

    Sophia mengernyitkan dahi. “Kau baik-baik saja?”“Ya. Dan kalau kau tidak ada kepentingan datang kemari, sebaiknya jangan menggangguku!” tukas Albert sebelum tangannya bergerak menutup pintu. Namun dengan cepat dicegah oleh Sophia dengan kakinya.“Aku membawakanmu sarapan,” kata Sophia.“Ah ya, bilang pada Dana bahwa hari ini aku sepertinya tidak akan turun untuk makan.”Sophia tidak mau kalah ketika Albert hendak menutup pintu kamarnya lagi. “Ini sarapanmu!” tegas Sophia.Albert menghela napas, menatap Sophia jengkel, lalu tangannya terangkat hendak mengambil alih nampan itu dari tangan Sophia, tapi Sophia malah menjauhkannya. Albert berdecak semakin kesal.“Berikan—”“Tanganmu,” Sophia memotong, menatap tangan Albert yang gemetaran, dia tidak akan mampu mengangkat nampan itu tanpa membuat isinya tumpah.Albert sekali lagi menghela napas pasrah dan membuka pintunya lebih lebar. “Bawa ke dalam.”Tanpa disuruh dua kali, Sophia masuk ke dalam kamar Albert dan sedikit terkesiap oleh aroma

    Last Updated : 2024-09-19
  • Hasrat Terpendam Suamiku   04. Makanan Enak (1)

    Sophia terbangun dari tidurnya dengan kesiap, seolah seseorang telah menyadarkannya dari alam mimpi, dia langsung bangkit dari posisinya dan mengedarkan pandang.Albert tengah bersandar di kepala ranjang, menatapnya datar. Dia tampak lebih baik dari sebelumnya. Sementara itu, Sophia berbaring di sampingnya. Padahal seingat Sophia dia tadi duduk di lantai dan bersandar pada pinggiran ranjang. Kapan dia tertidur dan pindah ke sini?Sophia berdeham, tidak ingin menerka-nerka kenapa dia bisa ada di atas ranjang ini, tidur di samping Albert.“Sudah merasa lebih baik?” tanya Sophia pada Albert sambil menurunkan kakinya ke lantai.Albert mengangguk singkat, menatap setiap pergerakan Sophia dengan raut datar.“Baguslah,” sahut Sophia, lalu melirik nampan di atas nakas yang entah sejak kapan isinya telah tandas. Dan tidak mungkin orang lain yang memakannya selain Albert, kan? Ketika Sophia menoleh ke belakang, Albert masih menatapnya, lalu dia tidak sengaja melihat buku di pangkuan Albert dan p

    Last Updated : 2024-09-19
  • Hasrat Terpendam Suamiku   05. Makanan Enak (2)

    Berendam, memang pilihan yang tepat.Sophia kembali ke dapur dengan perasaan lebih baik. Namun perasaan itu tidak bertahan terlalu lama. Wajah Sophia memberengut saat melihat Albert, yang sedetik kemudian berubah terkejut melihat apa yang ternyata sedang laki-laki itu lakukan. Dia tengah mengangkat sesendok penuh masakan Sophia ke mulutnya.“Jangan dimakan!” cegah Sophia dengan cepat.Gerakan Albert langsung terhenti. “Kenapa?”“Pokoknya jangan!”“Memang kenapa? Apa kau sekarang sudah tidak sudi berbagi makanan denganku?” tanya Albert dengan tatapan jengah lalu menyuap potongan daging itu masuk ke dalam mulutnya.Tepat pada kunyahan pertama, Albert langsung berhenti dan matanya membelalak.Sophia hanya bisa meringis. “Aku sudah memperingatimu,” gumamnya.Albert melanjutkan kunyahannya dan menelan gumpalan daging alot super pedas itu dengan susah payah, lalu meminum segelas air setelahnya dalam sekali tegukan. “Kau memasak ini?!” tanyanya tidak percaya.Sophia mengangguk perlahan.“Lain

    Last Updated : 2024-09-19
  • Hasrat Terpendam Suamiku   06. Ibu Mertua (1)

    Albert tidak pernah membawa teman wanitanya ke rumah. Atau yang lebih suka Sophia sebut secara gamblang, selingkuhannya.Sophia tahu Albert memiliki unit apartemen mewah di kota, dan Sophia yakin ke sanalah Albert membawa selingkuhan-selingkuhannya singgah. Sophia sama sekali tidak merasa diperlakukan spesial karena hanya dirinya seoranglah yang Albert bawa ke sini. Tentu saja, karena dia istri pria itu.Tapi sekali lagi, label istri itu tidak membuat Sophia merasa lebih.Momen makan malam kemarin telah rusak dari pikiran Sophia ketika paginya dia membaca gosip tentang kembalinya si Pirang alias Cecile, ke pelukan Albert Raymond.Sophia tidak tahu mengapa seseorang benar-benar dibayar untuk menulis sesuatu semacam itu. Tidakkah mereka memiliki topik lain yang lebih bermanfaat untuk disajikan? Apa bagusnya dari mengintili kehidupan hubungan gelap seseorang dan menghardik rumah tangganya?Well, untuk beberapa orang, atau mungkin banyak orang, hal itu memang menarik untuk diikuti.Tapi So

    Last Updated : 2024-09-23
  • Hasrat Terpendam Suamiku   07. Ibu Mertua (2)

    Tidak lama kemudian, Millie Raymond datang. Wanita itu mengenakan jeans panjang, tanktop ketat berkerah sangat rendah yang memberi pemandangan lebih jelas pada payudara besarnya. Wajahnya dipoles makeup berat yang menguatkan kecantikannya. Rambutnya yang lurus dan sangat panjang digerai dan diwarnai pirang terang.Millie tampak mencolok, dan dia berjalan berlenggak-lenggok dengan sepatu berhak tinggi hitam, mengundang beberapa pasang mata tertuju padanya. Atau pada bokongnya yang seksi?Untuk seorang wanita yang telah menyandang status sebagai istri dari seorang pria konglomerat kaya raya, Millie tentu saja tampak sangat muda dan modern. Wajahnya cantik dengan tubuh yang berbentuk sempurna. Sophia tidak ingin tahu apakah itu asli atau hanya hasil rekayasa tangan-tangan ahli para dokter kecantikan.Ketika Millie telah sampai di meja mereka, wanita itu menyapa Albert dengan sangat antusias, lalu merunduk dan memeluk Albert, tidak lupa juga mendaratkan kecupan menggoda di pipinya.Sophia

    Last Updated : 2024-09-23
  • Hasrat Terpendam Suamiku   08. Trik Tidak Berguna (1)

    “Aku sudah katakan padamu, trik ini tidak akan berhasil lagi. Percuma mengajakku ke pertemuan untuk menghindari godaan wanita-wanita itu. Di mata mereka, aku sudah tidak memiliki nilai apa pun sebagai istrimu.”Sophia menoleh pada Albert dan mendapati bahwa ternyata lelaki itu tengah menatapnya. Sophia mengalihkan pandang, menatap lalu lalang kendaraan yang lain dari balik kaca jendela.“Kenapa?” tanya Albert.Kenapa apanya? batin Sophia dengan enggan, kegetiran tersimpan di dalam.“Kenapa mereka akan berpikir seperti itu?”Sophia menatap Albert lagi, tatapannya dingin. “Tentu saja karena kau selingkuh dan tidur dengan wanita berbeda setiap minggunya. Apa kau pikir harga diriku sebagai seorang istri dan perempuan masih tersisa di mata mereka?” Sophia mencemooh.Tatapan Albert menajam dan dengan gerakan sangat cepat, dia mengukung Sophia ke jendela, memojokkannya.Mata Sophia melebar karena terkejut, jantungnya berdetak sangat cepat karena kedekatan wajah mereka.“Kalau kau keberatan, k

    Last Updated : 2024-09-23
  • Hasrat Terpendam Suamiku   09. Trik Tidak Berguna (2)

    Albert membawa Sophia masuk ke dalam mobil dan tidak membiarkannya duduk terlalu jauh dari sisinya.“Lepaskan aku!” pinta Sophia, mencoba menjauh dari kungkungan tangan Albert yang menahannya di tempat. Wajah Sophia merona, ini sama saja seolah Albert tengah memeluknya.“Kau memiliki potensi untuk kabur kapan saja, aku tidak akan membiarkan itu.”“Kenapa?! Kau tidak akan peduli ke mana pun aku pergi! Jadi lepaskan aku!”Albert menggeram dan serta merta mengangkat tubuh Sophia sehingga duduk di atas pangkuannya. Kedua tangan Albert kembali mengungkungnya, lebih intim. Sedangkan untuk menjaga keseimbangannya, dengan refleks tangan Sophia mendarat di bahu pria itu.Sophia terkesiap, merasakan detak jantungnya seolah naik ke tenggorokan, lalu berdetak sangat kencang. “A-apa?!”Albert terkekeh. “Kita akan membahas ini di rumah, Sophie.”“Sudah kubilang, tidak ada yang perlu dibahas lagi!”“Ya, ada.” tatapan Albert menajam, menatap Sophia dengan penuh kuasa. “Ini penting bagiku.”Kepalan tan

    Last Updated : 2024-09-23
  • Hasrat Terpendam Suamiku   10. Pria Asing (1)

    Hal yang sedikit membuat Sophia terkejut adalah bahwa ternyata Albert memesankannya satu restoran sekaligus.Sophia tidak mengira lelaki itu benar-benar melakukannya ketika seorang pelayan datang memberikannya salam sebagai Mrs. Raymond. Mendengar nada panggilan pelayan itu membuat Sophia merasa diolok-olok. Jadi dia tidak menyahut ataupun tersenyum seperti dirinya yang biasa.Sophia dipersilakan untuk duduk, di sebuah meja yang telah diatur sedemikian rupa sehingga menampakkan kesan yang mewah dan romantis. Letaknya di samping jendela kaca besar yang langsung menyuguhkan pemandangan kota yang gemerlap.Sekalipun begitu, Sophia merasa sedikit kecewa karena ternyata Albert belum datang.Tipikalnya, pikir Sophia. Pasti sekarang dia tengah tenggelam di tumpukan kerjaannya.Sophia menunggu.Malam ini, dia hanya mengenakan gaun sederhana berwarna merah yang jatuh sampai bawah lututnya, berkerah cukup rendah, dan berlengan panjang yang terbuat dari brukat transparan. Sophia bahkan mengenakan

    Last Updated : 2024-09-23

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   163. Bar

    Sophia benar-benar pergi menemui Alexander, tapi dia tidak menunggu besok melainkan melakukannya malam itu juga. Saat Sophia bertemu dengannya di lobi perusahaan, Alexander tengah dalam perjalanan untuk pulang. Dia terkejut ketika melihat Sophia berada di sana.“Sophia,” katanya.Sophia tersenyum ramah. “Halo, Alex.”Beberapa saat kemudian, keduanya telah berada di sebuah bar yang menyajikan anggur. Alexander sengaja mengatakan bahwa dia hendak mengunjungi tempat ini untuk melepas penatnya setelah seharian kerja. Sophia awalnya meminta waktu lelaki itu sejenak, tapi Alexander menolaknya mentah-mentah.“Aku pesan champagne,” kata Sophia pada si bartender yang duduk di balik meja. Dia mengangguk lalu mulai menyiapkan pesanan Sophia.“Aku juga,” kata Alexander ikut.Sophia menatapnya, dan Alex memberikannya senyum penuh arti. “Kau tahu? Sekarang setiap kali aku meminum champagne, aku selalu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   162. Ayah

    Sore itu Sophia terbangun dalam keadaan linglung. Dia terdiam beberapa saat sebelum deringan di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Luke Abraham.Sophia, yang belum benar-benar mengumpulkan kesadarannya pun langsung menatap layar ponselnya dengan mata memicing. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, baru kali ini Luke kembali menghubunginya. Dan isi pesan tersebut membuat Sophia semakin keheranan.[Pulanglah sebentar ke Kediaman Abraham, aku punya berita penting yang harus aku beri tahukan padamu.]Sophia lalu bangun dari tidurnya dan pergi bersiap-siap sembari menduga-duga berita penting apa yang hendak Luke katakan.Apa Paula atau Billie akan menikah? Atau Luke sendiri yang sudah menemukan pasangan untuk membangun rumah tangga? Apa pun itu, Sophia tetap dibuat penasaran.Dua jam kemudian Sophia sampai di Kediaman Abraham, tepat saat makan malam. Namun, saat Sophia masuk, Luke sudah menyambutnya di depan pintu.Saat So

  • Hasrat Terpendam Suamiku   161. Keputusan Egois

    Sophia keluar dari kamarnya pada waktu makan siang. Saat itu, Albert sudah pergi dengan amarah yang tidak bisa terucapkan.Sophia menunduk, menatap makanan di piringnya tanpa minat.“Sophie? Kau baik-baik saja?” tanya Laura pada putrinya yang tampak sedu itu.“Hm,” sahut Sophia.“Apa kau dan Albert sudah berbicara?” tanya Laura lagi, menatapnya penasaran.Saat sedang berada di ruang santai tadi, Albert sempat mendatanginya untuk pamit. Laura tidak menyangka kalau menantu lelakinya itu akan bersikap penuh sopan padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai ibu. Sudah terlalu lama Laura jauh dari kehidupan Sophia sehingga terkadang dia merasa dirinya tidak pantas untuk mencampuri urusan-urusan sang putri.Tapi kali ini, Laura begitu penasaran.“Ya, Mom,” jawab Sophia, diikuti helaan napas pendek.“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau senang dia pergi?” tukas Daniel

  • Hasrat Terpendam Suamiku   160. Tidak Bisa Menjawab

    Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq

  • Hasrat Terpendam Suamiku   159. Interupsi (19)

    “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert

  • Hasrat Terpendam Suamiku   158. Dalam Pelukanku (19)

    Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny

  • Hasrat Terpendam Suamiku   157. Biarkan Saja

    Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b

  • Hasrat Terpendam Suamiku   156. Hasrat Yang Tersisa

    Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad

  • Hasrat Terpendam Suamiku   155. Tidur di Kamarnya

    Sophia hanya diam saja saat Albert mengucapkan selamat malam pada ibunya, yang kemudian dibawa suster masuk ke kamar, meninggalkan Sophia dan Albert berdua di tengah ruangan yang sepi itu.Mereka sama-sama terdiam dalam kebisuan yang tidak pasti kapan akan disela. Albert lalu berbalik, menatap lurus ke arah wanita yang tengah menunduk di hadapannya, seolah lantai menjadi hal yang paling menarik di dunia baginya. Perlahan, Albert pun melangkah mendekati wanita itu, sembari berdoa dalam hati semoga keputusannya ini tidak membuat Sophia marah dan semakin menghindarinya.Tapi hal yang lebih buruk justru terjadi. Sophia hanya diam saja, tidak mengatakan apapun semenjak Albert mengumumkan bahwa dia akan menginap malam ini.Albert semakin mendekatinya karena melihat Sophia terus bergeming. Saat jarak di antara mereka tidak terlalu jauh lagi, barulah Sophia mengangkat kepalanya dan menatap Albert, melihat bagaimana manik keperakan itu mengobservasi sosoknya.Soph

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status