Share

04. Makanan Enak (1)

Sophia terbangun dari tidurnya dengan kesiap, seolah seseorang telah menyadarkannya dari alam mimpi, dia langsung bangkit dari posisinya dan mengedarkan pandang.

Albert tengah bersandar di kepala ranjang, menatapnya datar. Dia tampak lebih baik dari sebelumnya. Sementara itu, Sophia berbaring di sampingnya. Padahal seingat Sophia dia tadi duduk di lantai dan bersandar pada pinggiran ranjang. Kapan dia tertidur dan pindah ke sini?

Sophia berdeham, tidak ingin menerka-nerka kenapa dia bisa ada di atas ranjang ini, tidur di samping Albert.

“Sudah merasa lebih baik?” tanya Sophia pada Albert sambil menurunkan kakinya ke lantai.

Albert mengangguk singkat, menatap setiap pergerakan Sophia dengan raut datar.

“Baguslah,” sahut Sophia, lalu melirik nampan di atas nakas yang entah sejak kapan isinya telah tandas. Dan tidak mungkin orang lain yang memakannya selain Albert, kan? Ketika Sophia menoleh ke belakang, Albert masih menatapnya, lalu dia tidak sengaja melihat buku di pangkuan Albert dan pensil di tangannya, pria itu tengah menggambar sesuatu yang tidak bisa Sophia lihat dengan jelas dari tempatnya saat ini.

Sophia bangkit berdiri. “Maafkan aku, karena sudah lancang masuk ke kamarmu dan tidak kepikiran untuk memanggil seorang dokter sehingga memutuskan untuk merawatmu seorang diri.”

Albert mengangguk, saat itulah dia mengalihkan pandang dari Sophia pada lembaran di bukunya, menggores garis berulang kali dengan pensil.

“Lain kali, jangan pernah melakukan ini tanpa seizinku,” katanya dengan suara yang masih terdengar lemah.

Sophia nyaris menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “You’re welcome, Albert,” sahutnya sarkastik. Lalu tanpa menungu respon pria itu, Sophia berbalik.

“Sophia.”

Di ambang pintu, Sophia berhenti dan menghadap lelaki itu lagi, lalu berkata, “Di lain kali, aku akan membiarkanmu sekarat seorang diri!”

Sekembalinya Sophia di kamarnya, dia buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Bersumpah jika sampai dirinya tertular, dia akan mencekik pria tidak tahu terima kasih itu.

Sedangkan Albert, tampak menghela napas kasar setelah kepergian Sophia. Matanya menunduk menatap hasil goresan pensilnya di atas kertas. Seorang perempuan tengah tertidur bersandar di ranjang, itu adalah Sophia. Albert kemudian merobek kertas itu dan meremasnya, melemparnya ke tempat sampah.

Dia membaringkan kembali tubuhnya ke atas bantal, memejamkan mata, dan meresapi denyutan menyiksa di kepalanya.

***

Setelah Dana tahu mengenai keadaan Albert, dia langsung menghubungi dokter keluarga untuk memeriksanya. Sedangkan Sophia memilih untuk menjauh setelah hari itu, dia bahkan hanya keluar kamar jika dirinya merasa lapar saja. Untuk apa? Tentu saja untuk menghindari Albert. Dan untuk menhindari keingintahuan Dana mengenai hari di mana Sophia tanpa pikir panjang merawat Albert.

Hari ini sudah hari Senin, Albert biasanya telah kembali bekerja dan kemungkinan besar tidak akan pulang. Dana keluar untuk membantu suaminya di ladang yang memang dikhususkan hanya untuk keluarga Raymond saja. Dan karena hari ini Sophia berniat untuk memasak makan malamnya sendiri, dia pun meminta Dana untuk pulang.

Artinya, saat ini Sophia seorang diri di rumah. Dia berjalan ke arah dapur dengan senandung pelan sambil menguncir tinggi rambut panjangnya, membuka lemari pendingin dan memilih beberapa bahan yang dia butuhkan. Sophia tidak tahu mau memasak apa, tapi kemarin dia melihat Dana membeli daging dan Sophia tiba-tiba saja ingin memakan tumis daging yang digoreng dengan sayuran-sayuran segar.

Pasti akan lezat, pikirnya penuh optimis.

Namun, dua jam berikutnya, Sophia menatap penuh kecewa pada hidangan di hadapannya. Daging sapi yang dimasaknya dipotong dadu besar dan terasa alot, sayur-sayurannya gosong, tampak kering dan sama sekali tidak menggugah selera. Belum lagi dengan rasanya yang terlalu pedas, Sophia tidak yakin dia bisa memakannya, rasa membakar di lidahnya bahkan belum hilang.

Sophia berdecak setelah menggigit lidahnya cukup lama, lalu melepas kuncir rambutnya dan berbalik pergi.

Persetan dengan masakannya yang gagal!

Lagipula, kenapa juga dia sempat berpikir untuk memasak? Kenapa dia tidak belajar dari kejadian sebelumnya? Dia tidak bisa masak! Itu adalah final. Tidak peduli seberapa keras dia mencoba.

Perasaan Sophia semakin kelabu, dan dia harap air hangat dan aroma terapi dapat membuatnya merasa lebih baik.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status