Share

Bab 3

Penulis: Alana Nourah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 00:27:33

Lyubova Event Organizer lumayan ramai siang itu karena Catherine Toussaint—adik Dietrich—juga datang. Kalau dia datang, suaminya pun ikut lalu jika suaminya ikut, maka satu pasukan anak buah mafia Rusia sebanyak satu tank juga akan mengikuti.

Benar-benar kacau.

"Kalian basah kuyup." Catherine berusaha bangkit dengan susah payah. Kehamilannya memasuki trimester tiga bulan ini. Plus, perempuan cantik itu hamil bayi kembar laki-laki yang membuat perutnya membesar bagai balon.

"Duduk saja, Kitkat. Jangan repot-repot." Dietrich mengangkat tangannya di udara. Lelaki itu sudah melepaskan coat-nya yang basah, dan kini hanya memakai kemeja yang juga basah hingga badan atletisnya tercetak jelas di sana.

Di sisi lain, Natalie aman dengan sebuah kemeja cadangan milik Dietrich yang jelas-jelas kedodoran. Well, gadis itu berhasil meminta Dietrich untuk berbalik agar ia dapat melepaskan pakaian tadi di dalam mobil.

Itu adalah sebuah prestasi. Dietrich biasanya super angkuh dan paling anti menuruti perintah orang lain.

"Natalie melupakan ponselnya di dalam tas—dan tasnya berada di sini. Seperti biasa. Dia berjalan dengan sembrono ke kedai bunga tanpa membawa payung dan tanpa melihat prakiraan cuaca. Bukankah temanmu ini sangat pintar?" Dietrich bertanya dengan nada sarkastis pada Catherine.

Kat tertawa. "Oh, kau menemukan Nat lagi. Padahal, ada banyak tempat yang biasa didatangi oleh Natalie."

Perempuan itu duduk beringsut ke dekat Vladimir Alexandrov—suaminya, si mafia Rusia. Ia mencari kehangatan. Begitu Vladimir menawarkan sebuah pelukan dan tangannya bergerak untuk membelai rambut sang istri, Kat langsung mendapati dirinya mulai mengantuk.

Dietrich menghela napas. "Ada banyak tempat, tapi Nat akan melamun di kedai jika cuacanya seperti ...." Dietrich menunjuk langit lewat jendela. "... ini."

Natalie balas mendengkus. "Tidak ada yang meminta bantuanmu. Kitkat bisa saja mengirimkan The Wolf untuk menjemputku, tapi kau merepotkan dirimu sendiri."

Dietrich berkacak pinggang. "Beginikah caramu berterima kasih? Dan ... tidak. The Wolf tidak akan pergi ke mana-mana. Dia harus tetap di sini in case of emergency. Lihatlah perut Kat. Aku tidak akan terkejut jika dia akan melahirkan dalam waktu dekat."

"Kuharap tidak." Catherine mulai menguap. "Bayi-bayi kami seharusnya tetap berada di dalam sampai akhir tahun ini atau awal tahun depan."

Vladimir menambahkan. "Dan aku lebih suka istriku melahirkan di Rusia."

Dietrich menyipitkan mata.

"Tapi, aku setuju denganmu. The Wolf tidak akan ke mana-mana karena dia harus siap digunakan untuk Katerina." Lelaki itu menambahkan sembari menyeringai tampan.

Dietrich tersenyum lebar. "Aku senang kau sependapat denganku."

Natalie memutar bola mata. "Mon Dieu. Kau pelit sekali, Vladimir. Sudah lupakah bahwa aku yang membantumu menyusun acara pernikahanmu dengan Kat? Kau sama sekali tidak tahu membalas budi. Bahkan hanya untuk meminjamkan The Wolf saja kau tidak mau."

Vladimir terbahak. Tawanya menggelegar keras—terdengar menakutkan bagi yang belum terbiasa. Akan tetapi, Catherine sangat memuja suaminya. Namun, Natalie tidak menahan diri agar tidak menutup kuping dengan kedua tangan untuk menghargai sahabatnya.

"Bukannya aku tidak mau, tapi aku tidak bisa. Omong-omong, aku memang tidak bisa meminjamkan The Wolf. Namun, sejujurnya aku bisa memesankan taksi untukmu, Nat. Hanya saja, aku tidak tahu dengan pasti di mana kau berada." Vladimir menjelaskan.

Omong-omong, The Wolf adalah mobil serupa tank milik klan Alexandrov. Anti peluru, berbahan material perang terbaik, bahkan memiliki berbagai macam alat penunjang kehidupan di dalamnya. Vladimir membangun The Wolf hanya diperuntukkan baginya. Namun, kini The Wolf sudah seperti mobil pribadi Kat.

Catherine tersenyum pada Natalie. "Rapat sudah hampir dimulai dan kau belum juga datang. Jadi, berterimakasihlah pada Dietrich dan masuklah, Nat. Aku akan menunggu di sini ... kalau tidak ketiduran."

Natalie memberengut.

"Jangan salahkan aku. Salahkan bayi-bayinya. Mereka membuatku ingin bermalas-malasan sepanjang hari. Kakiku bengkak sebesar kaki gajah. Kau mau melihatnya?" Catherine bersiap untuk menaikkan roknya sedikit, tetapi Nat menggeleng.

"Tidak, terima kasih," ujarnya. Kemudian, ekspresinya melembut. "Kasihan sekali kau, Kat. Apakah hamil benar-benar terasa menyakitkan?"

Catherine tergelak. "Tidak menyakitkan. Hanya ... sedikit tidak nyaman di sana-sini."

Natalie mengedikkan bahu. "Beruntungnya diriku yang memutuskan untuk melajang seumur hidup. Aku tidak akan mengalami siksaan berupa hamil dan melahirkan. Mon Dieu. Itu semua sungguh menakutkan."

Dietrich sudah berada di sisi Natalie tanpa gadis itu menyadari pergerakannya. Lalu, saat lelaki tampan itu menepuk-nepuk kepalanya pelan, Natalie berjengit kaget.

"Jangan memelototiku." Dietrich terkekeh. "Aku sedang memujimu. Lihatlah tanganku. Keputusanmu untuk melajang seumur hidup sangat bagus. Menikah benar-benar sesuatu yang tidak perlu. Lagi pula, Monegasque sudah punya banyak pewaris."

Natalie menelan ludah. Mengapa Dietrich berdiri terlalu dekat? Mon Dieu. Panas tubuh lelaki itu menguar. Membuat Natalie entah mengapa jadi merasa gelisah.

Ditambah lagi, aroma tubuh Dietrich benar-benar menyiksa Natalie. Bukan. Tentu saja lelaki itu sama sekali tidak bau badan. Justru sebaliknya, Dietrich sangat memerhatikan penampilan hingga detail terkecil. Seluruh tubuhnya wangi sekali. Wangi maskulin cedarwood ditambah dengan aroma menyenangkan dari sabun mahal yang dipakai oleh lelaki itu.

Natalie pernah diam-diam memakai sabun yang sama, di rumah keluarga Toussaint dulu, tapi tubuhnya tidak mengeluarkan harum yang sama dengan tubuh Dietrich.

Pakai jampi-jampi apa sebetulnya Dietrich Toussaint ini?

"Nat?" Dietrich melambaikan tangan di hadapan muka Natalie. "Kau ini kenapa, sih? Sakit? Hmm? Seharusnya aku yang sakit karena masih memakai pakaian basah terkutuk ini sementara kemejaku—" Dietrich menunjuk kemejanya yang dipakai oleh Natalie. "Dicuri olehmu."

Nat berdeham pelan. "Dipinjam." Gadis itu membetulkan. "Aku akan mengembalikannya padamu secepat mungkin."

Dietrich menyeringai. "Baguslah. Sekarang kau boleh masuk. Aku akan menunggu di sini."

Natalie menyipitkan mata.

"Menunggu bajuku." Dietrich menegaskan. "Jangan menyanjung dirimu sendiri."

Catherine tertawa. "Astaga, Dietrich. Bajumu banyak."

Dietrich mengedikkan bahu. "Dia sendiri yang bilang akan mengembalikannya. Dengan bunga."

Natalie terkesiap. "Astaga. Kau rentenir!"

Dietrich terkekeh ketika melihat Natalie pergi dari sana dengan kaki menghentak kesal.

"Kau sama saja dengan si kembar Nasya dan Tata." Catherine menyebutkan nama kedua putri kembarnya yang kini berusia lima tahun. "Suka sekali menjahili Natalie."

Dietrich berpura-pura memberengut. Lelaki tampan itu menunjuk Vladimir terang-terangan. "Kalau aku menjahilimu, dia bisa menembakku."

Vladimir terbahak dengan suara menggelegar sekali lagi. "Tidak menembak. Mungkin hanya akan membiarkan Panther peliharaanku untuk mengucapkan salam padamu."

Catherine mendongak dengan mata berbinar-binar. "Kau memiliki Panther?"

"Tidak." Vladimir mengedipkan sebelah mata. "Panther-Panther ini hanya kebetulan hidup di hutan yang tanahnya masih milik Babushka. Jadi, aku sempat bertemu dengan mereka beberapa kali saat pergi berburu."

Dietrich bergidik pelan. Mon Dieu. Orang normal mana yang bersahabat dengan Panther liar dari tengah hutan?

Tanpa pikir panjang, Dietrich mempercepat langkah menyusul Natalie. Dia tidak tahan berada di ruangan yang sama dengan Vladimir Alexandrov. Tidak, meski itu hanya lima menit! "Nat! Tunggu aku! Natalie, hey! Aku akan ikut rapat denganmu. Kau tidak mempelajari bisnis! Aku bisa memberikan beberapa masukan tambahan untuk mengembangkan kantor terkutuk ini, Natalie!"

Suara Natalie terdengar dari kejauhan. "F*ck off!"

"Traktir aku makan malam! Kau berhutang kemeja itu padaku! Yang mahal!" Dietrich berteriak lagi.

Suara Natalie tak lagi terdengar jelas, tapi Dietrich tahu itu pasti serentet umpatan tidak pantas yang tidak akan berani diucapkan oleh Natalie di Monako.

♡♡♡

Komen (1)
goodnovel comment avatar
farizyara rsfy
dijailin terus natalie nya ini mah......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 4

    Toussaint adalah kutukan.Natalie sudah mengenal hampir semua orang dalam keluarga tersebut sejak kecil dan gadis itu percaya tidak ada sedikit pun keburikan pada paras semua anggota keluarga Toussaint. Ditambah lagi, mereka rata-rata memiliki otak cerdas yang lebih sering digunakan dalam kelicikan. Catherine juga Axel mungkin adalah yang paling tenang. Selain mereka berdua, Natalie tidak memiliki kesabaran lebih untuk menghadapi mereka.Terutama, Dietrich.Kapan pun lelaki itu muncul, dapat dipastikan hari Natalie bakal berakhir buruk. Seperti hari ini."Nat! Tunggu aku! Astaga, apa telingamu sudah tuli? Nat—" Tangan Dietrich telah berhasil menyambar siku Natalie. Dalam sekejap, lelaki itu membalikkan badan Nat dan berbicara dengan nada menegur yang menyebalkan. "Dengarkan jika ada yang berbicara padamu."Natalie menghela napas. Ketika mendongak, gadis itu melihat sosok wajah tampan rupawan dengan ekspresi memelas yang membuat Nat seketika mendapatkan bombastic side eye dari orang se

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 5

    Dietrich bersenandung riang selama menyetir sendiri kembali ke Brussel malam itu. Paris, Brussel, dan perjalanan di antara kedua kota itu diiringi langit cerah tak berawan, meski angin berembus lumayan kencang.Dietrich selalu menyukai musim gugur. Aroma daun kering, kayu-kayuan, perapian baru, rasa panas yang mulai berganti lebih sejuk, serta sederetan long coat fashionable yang tidak setebal bahan musim dingin, tapi juga tidak setipis baju di musim panas. Semuanya terasa sangat pas.Akan tetapi, ada satu hal yang merusak kesenangannya hari ini. Ketika membuka pintu ganda menuju ruang kerja kepala keluarga, Dietrich mendapati Paman Axel berada di balik mejanya. Menduduki kursinya lalu,l ketika melihat Dietrich masuk, sang paman mengeluarkan ekspresi tidak setuju karena Dietrich pulang lumayan larut."Ada masalah yang tidak bisa ditunda hingga besok, Paman?" Dietrich melepaskan coat-nya, lalu menuangkan scotch untuk dirinya sendiri. Permasalahan apa pun, jika butuh selarut ini untuk b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 6

    Natalie pada awalnya begitu bersemangat untuk pergi liburan ke Brussel. Koper-kopernya sudah siap. Mobilnya juga hampir penuh—sebelum ibu, ayah dan kedua kakak laki-lakinya, beserta keluarga kecil mereka masing-masing, juga bergabung dengan Nat di hall depan istana milik Princess Stéphanie.Semua orang berpenampilan sangat chic, syal-syal hangat dikenakan. Tak lupa dengan scarf warna-warna merah dan cokelat di atas kepala. Plus, kacamata hitam super trendi."Mau ke mana kalian semua?" Natalie bertanya bingung.Semua orang saling berpandangan dengan alis terangkat, lalu meledak tertawa.Princess Stéphanie merangkul bahu putri bungsunya lalu tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi-giginya yang putih mengkilap bak porselen. "Mau ke mana, katamu? Tentu saja kami ingin ikut denganmu ke Brussel! Kami juga mendapatkan tawaran liburan di kastil Toussaint. Bukan cuma kau."Natalie memaksa dirinya agar tidak meringis ngeri. "Undangan ... dari Dietrich?""Oh, bukan, Sayang. Dari kawan lamaku Ax

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 7

    Ketika hari beranjak sore, Natalie mendengar pintu kamarnya diketuk pelan."Nona. Ini hampir waktunya minum teh. Apakah Anda sudah bangun? Kami bisa membantu Anda bersiap."Natalie merenggangkan tubuh, kemudian turun dari tempat tidur bertiang empat di sini dan mengenakan selop kamar. Perempuan itu beranjak ke pintu, membukanya, lalu membiarkan beberapa pelayan perempuan dari Toussaint untuk masuk."Nyonya Catherine berpesan agar kami membawakan sebaskom air es untuk menyegarkan wajah Anda." Salah satu dari mereka berujar.Yang lain ikut masuk dengan senang. "Kami juga membawakan pesan dari Tuan Julien."Oh, yang satu ini membuat Natalie mengernyit. "Julien?" Bukan Dietrich?"Oui, Mademoiselle—Ya, Nona." Salah satu pelayan menyodorkan nampan kecil, membuka tudung sajinya yang berwarna keperakan, kemudian membiarkan Natalie mengambil secarik kertas dengan tulisan cakar ayam dari sana.[Selamat sore, Nona Manis. Aku menunggu untuk mengobrol lebih banyak denganmu pada acara minum teh har

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 8

    Natalie berpikir. Berpikir keras. Mengesampingkan seluruh perasaan asing menyakitkan yang menderanya, gadis cantik itu mulai mempertanyakan banyak hal. Ini adalah hidupnya. Kisah cintanya. Mengapa banyak sekali orang yang ingin ikut campur?Suasana minum teh di Toussaint begitu hangat dan seharusnya menyenangkan. Denting sendok kecil beradu dengan porselen Sevrés, aroma berbagai macam teh bercampur dengan susu dan madu, dan percakapan-percakapan ringan yang bergulir di seluruh ruangan.Namun, Natalie justru larut dalam lamunan."Nat?" Mungkin ini sudah ketiga kalinya sang mama memanggil—sebelum Natalie pada akhirnya menoleh."Oui—Ya?" Natalie membalas tatapan ibunya dengan sorot teguh tak menampilkan kerapuhan apa pun, meski jauh di dalam hati ia sedikit merasa hancur.Oke, lumayan banyak. Kehancurannya. Nat tidak tahu mengapa, tapi yang diinginkannya saat ini adalah kabur dan menangis di suatu tempat terpencil di sudut kastil atau berada di dalam perlindungan kamarnya dan tidak kelua

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 9

    Natalie dan Chiara berkuda santai di sepanjang track pacuan yang berada tepat melewati ruang perjamuan minum teh. Pada saat melaluinya, kepala Natalie tidak bisa berhenti untuk menoleh—meski apa yang terjadi di dalam tidak sepenuhnya dapat terlihat dari luar."Aku akan dijodohkan dengan Julien Toussaint." Nat tidak tahan untuk tidak menyemburkan semuanya pada Chiara saat mereka berdua sudah tidak berada di jarak dengar siapa pun.Chiara menoleh. Matanya melebar. "Julien? Julien?! Bukankah dia jahil sekali? Tidak. Tidak mungkin. Kalian sama sekali tidak cocok. Dia bahkan tidak terlalu menyukaimu, Nat!"Natalie melajukan kuda milik Paman Axel pelan-pelan. "Aku tahu. Kami bahkan ... tidak berteman. Tidak sedekat itu, tapi dia memujiku cantik."Chiara menghela napas. Wajahnya mendongak ke langit seolah meminta pertolongan kepada Tuhan. "Kau memang cantik. Semua orang bisa melihatnya. Sedikit pujian dari Julien Toussaint seharusnya tidak menggoyahkanmu."Natalie mengedikkan bahu. "Aku tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 10

    Dietrich tidak sempat berpikir panjang. Ketika semua orang berhamburan keluar membentuk kerumunan di sepanjang pacuan kuda, dia mengikuti arus. Bedanya, saat berhasil keluar melewati pintu-pintu kaca berornamen keemasan dari tempat perjamuan minum teh, Dietrich langsung berderap cepat menuju istal."Siapkan kudaku!" Lelaki tampan itu berteriak pada siapa pun yang bisa mendengarnya di dalam istal.Kuda miliknya, sebuah kuda hitam besar yang tak kalah garang dibanding milik Paman Axel, siap dalam waktu singkat. Masih mengenakan jas dan pakaian semi formal, Dietrich melompat naik ke atas kudanya sendiri.Setelah itu dia dan kudanya berderap bagai satu kesatuan menuju ke pacuan kuda. Berusaha mengejar kuda yang ditunggangi oleh Natalie.Di sisi lain, Natalie berusaha melakukan teknik scrunch. Dengan satu tangan, gadis itu menyatukan tali kekang dan menyelipkan tangannya yang lain di bawah tali tersebut, untuk membuat "remasan" yang ketat pada leher kuda. Hal ini akan memicu rangsang pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 11

    "Kau tampak kacau." Julien dan Axel Junior mengunjungi Dietrich di ruang kerja kepala keluarga Toussaint sebelum makan malam.Yah, benar. Dietrich memang kacau. Kacau balau! Lelaki tampan itu mengurung diri berteman dengan vodka milik Vladimir Alexandrov yang tertinggal—atau sengaja ditinggal—di perpustakaan. Rambutnya kusut masai. Bekas diacak-acak berulang kali oleh tangannya sendiri.Dietrich merebahkan diri di kursi kebesaran milik Toussaint. Sebelah tangannya masih menggenggam leher botol vodka, sedangkan yang sebelah lagi terkulai di sisi tubuh. Pikirannya melanglang buana entah ke mana bahkan si pria tampan masih tetap bergeming saat kedua sepupunya masuk ke ruangan."Aku tidak ada di sana, tapi aku mendengar apa yang terjadi." Axel Junior berkata dengan nada geli yang terdengar kental. "Kudengar Natalie Casiraghi menunggangi kuda milik papa.""Kuda balap." Dietrich membetulkan dengan sengit."Oke. Kuda balap milik papa." Axel Junior membetulkan. Lelaki itu menarik kursi di had

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 137 [END]

    Natalie memang berada di dalam elemennya. Wanita cantik itu duduk di sebuah kursi rotan, di hadapan bunga-bunga bermekaran, pada dua musim semi selanjutnya. Ruangan di sekelilingnya besar, memiliki sirkulasi udara yang sangat baik, dan berbatasan langsung dengan halaman belakang. Sebuah kebun, penuh tanah berumput, yang sudah jarang ada di properti milik pribadi di Paris.Perempuan itu menarik napas dalam-dalam sembari tersenyum. Ini adalah aroma favoritnya sepanjang masa. Perpaduan lavendel, mawar, dan wisteria yang wangi semerbak bercampur menjadi satu di udara."Kau seharusnya menambahkan wisteria di acara pernikahanmu," kata seseorang yang datang dari belakangnya.Tanpa berbalik pun, Natalie sudah terlalu mengenal suara itu. "Menurutmu begitu, Madame Vernoux?"Seorang wanita pemilik kedai bunga terkenal di Paris ini, Madame Vernoux, mengambil tempat duduk di samping Natalie. Natalie adalah pelanggan favoritnya. Tak perlu mengatakan apa pun, tetapi Madame Vernoux selalu mengabaikan

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 136

    "Ya. Ya … berhasil dengan pujian. Sempurna. Kau benar-benar nakal, Mon Amour." Dietrich masih terengah-engah. Namun, kejantanannya terasa menyembul sekali lagi. Menekan perut Natalie yang duduk di pangkuannya.Sial.Dietrich akhirnya tidak dapat menahannya lagi. Sang presdir tampan kini sepenuhnya menanggapi rayuan Natalie. Tangannya menelusup di balik piyama wanita cantik itu, menyentuh punggungnya yang halus.Bibir Natalie menuruni rahang Dietrich ... mengecap aroma di lehernya lalu, beralih sedikit ke belakang telinga lelaki itu—yang kini Natalie tahu, menjadi titik dimana Dietrich takkan bisa menolaknya. Natalie menjilat belakang telinga Dietrich yang seketika membuat lenguhan pria tampan itu keluar tertahan.Dietrich membenarkan posisi duduknya. Tangannya turun ... beralih menyibak bagian bawah piyama Natalie. Menjamah paha sang istri hingga membangkitkan sensasi geli yang menyenangkan.Dietrich menyentuh bagian lembap diantara kedua kaki Natalie. Wanita cantik itu benar-benar ti

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 135

    Awalnya, Natalie merasa tidak yakin dengan apa yang akan dilakukannya. Berbagai macam ketakutan menyeruak di dalam hatinya. Bagaimana jika keluarga Toussaint menolaknya? Bagaimana jika mereka merasa terhina dengan apa yang telah dilakukannya? Namun, rupanya itu semua tidak terjadi.Natalie selalu diterima dengan tangan terbuka. Sejak dulu pun begitu. Semua orang bersikap baik padanya—bahkan seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Satu-satunya hal yang dapat dikeluhkan oleh Nat adalah pekerjaan suaminya.Well, masa bulan madu memang sudah berakhir, tapi bukankah terlalu cepat?Dietrich sibuk sekali. Meski tidak pergi ke mana-mana, tetapi lelaki itu selalu mengubur diri dalam pekerjaan. Sudah hampir dua bulan Natalie tinggal di dalam kastil Toussaint. Namun, perempuan itu bahkan lebih sering melihat Nasya dan Tata—serta Catherine, tentu saja—ketimbang suaminya sendiri."Dietrich berada di ruang kerjanya lagi?" Catherine menebak saat melihat raut wajah Natalie yang masam seusai makan malam.

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 134

    "Tuan Dietrich, Nyonya Natalie ...."Dietrich dan Natalie menoleh di saat yang bersamaan, ketika mereka mendengar Ashley Morgans memanggil. Ketukan sepatu hak tinggi wanita itu bahkan sama sekali tidak terdengar saking kedua sejoli itu melupakan dunia seisinya dan hanya memperhatikan pasangannya.di sisi lain Ashley meringis saat melihat wajah Natalie Casiraghi memerah. Wanita bangsawan yang telah resmi menjadi majikannya setelah menikah dengan Dietrich itu terlihat malu dan penuh penyesalan."Ah, begini. Tuan Axel Senior memanggil saya untuk beberapa urusan pekerjaan di Brussel. Saya rasa ...." Ashley menunjuk Natalie dan Dietrich yang sudah dalam pose setengah berpelukan itu, lalu melanjutkan, "Saya rasa jasa saya sudah tidak dibutuhkan di sini. Bukan begitu?"Dietrich tersenyum dan mengangguk. "Paman Axel memanggilmu? Wah, kau benar-benar wanita yang sangat sibuk, Ash. Baiklah. Tentu saja kau boleh pergi. Aku akan segera mengirim hadiah ke nomor rekeningmu."Ashley Morgans mengangg

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 133

    Natalie terkesiap kasar. Matanya mulai berair, tetapi pipinya bersemburat merah jambu.Dietrich tadi hampir menyemburkan tawa. Hampir. Beruntung, pria tampan itu dapat membekap mulutnya sendiri tepat waktu. Wah, wah. Ini benar-benar pertunjukan menarik. Seumur hidup, Dietrich belum pernah melihat Natalie mengamuk.Oh, jangan salah. Amukannya sungguh dahsyat—sampai semua orang di ruangan yang sama menahan napas. Namun, entah mengapa, di mata Dietrich, Natalie terlihat ... menggemaskan.Dan manis.Mon Dieu. Sekarang rona merah yang merayapi wajah hingga leher dan dada perempuan itu tampak terlalu menggiurkan untuk ditampik."Tentu saja tidak ...." Natalie menjawab dengan suara bergetar."Apakah kau tidak ingin aku menikah dengan Ashley Morgans?" Dietrich bertanya lagi.Natalie mulai menangis. "Itu ... urusanmu! Terserah padamu ingin menikah dengan siapa."Dietrich menggeram tidak puas. "Jadi, kau baik-baik saja mendengar aku akan menikah dengan orang lain? Come on. Setidaknya jujurlah p

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 132

    Natalie cukup terkejut bagaimana berita-berita mencengangkan yang mengguncang dirinya hingga ke inti, belakangan ini tidak membuatnya langsung pingsan di tempat."Tunggu. Tunggu dulu. Kau akan ... menikah dengan Ashley?" Natalie mendelik tak percaya. "Ashley Morgans?"Dietrich melirik Ashley yang tampak kaku, serta gelisah, di tempatnya berdiri lalu mengembalikan perhatiannya pada Natalie. "Apakah ada yang salah dengan Ashley? Menurutmu ... ada yang kurang dari dia?"Natalie menelan ludah, lalu buru-buru menggeleng. "Tidak. Tentu saja bukan itu maksudku. Ash, aku tidak bermaksud apa-apa. Jangan salah paham. Aku ...."Natalie memutuskan untuk mengatur napasnya dulu sebentar, sebelum ia merasa semakin pusing dan agak tersengal. Wanita cantik itu kemudian mendongak dengan pandangan menantang pada Dietrich. Kebencian terpancar jelas di matanya."Kita bahkan belum resmi bercerai. Tapi, bisa-bisanya kau—" Natalie memejamkan mata dan menggigit bibir. Suara yang dihasilkan selanjutnya terdeng

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 131

    Natalie ingin memikirkan sesuatu. Apa pun untuk mengalihkan kegelisahan yang terus melandanya sejak semalam. Sosok cantik tersebut tidak dapat tidur. Tidak bernafsu makan. Seluruh tubuhnya tidak bisa berfungsi dengan baik semenjak ia mendengar berita mencengangkan itu.Rasanya, Nat masih tidak percaya.Perempuan itu menghela napas panjang lalu melangkah masuk ke dalam shower room dan mengguyur dirinya sendiri dengan air hangat. Ia lelah. Yang diinginkannya adalah tidur. Tetapi, otaknya menolak berhenti berputar. Pikirannya penuh. Usaha memejamkan mata seperti apa pun tidak juga berhasil membuatnya terlelap. Jadi, Natalie memutuskan untuk pergi ke Lyubova saja.Meskipun tidak terlalu berhasil menutupi bengkak di matanya akibat terlalu banyak menangis, setidaknya Natalie berhasil sampai di kantornya tanpa kesulitan lain. Beberapa orang menyapanya hati-hati—seolah ia adalah barang pecah belah—dan beberapa lainnya menyembunyikan pandangan kasihan.Nat benci dua-duanya.Wanita cantik itu b

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 130

    Di saat Natalie berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja dan kembali normal, Dietrich sungguh bersikap mengejutkan. Mengejutkan dan sialnya ... menyebalkan. Ini tidak mungkin, bukan?Natalie memejamkan mata, lalu berusaha mengingat kembali semuanya. Semua yang pernah pria itu lakukan dalam kurun waktu ... semenjak Natalie dapat mengingat.Dietrich selalu ada di sana. Menjadi bagian besar dalam hidup Natalie. Pria itu tidak pernah meninggalkannya sendirian. Keberadaannya dapat dirasakan oleh Natalie melalui banyak hal, meski mereka tinggal berjarak—lewat surat, e-mail, hadiah-hadiah yang dikirim random maupun terjadwal, serta pesan-pesan teks singkat yang terkadang masuk ke dalam ponsel Natalie tanpa tahu waktu.Yang jelas, Natalie tahu Dietrich tidak pernah dekat dengan perempuan lain. Perempuan dalam hidup lelaki itu hanya ada tiga. Ibunya, Catherine, dan Natalie. Banyak gadis-gadis bangsawan mengejar perhatiannya. Akan tetapi, Dietrich tidak pernah memberikan apa yang mereka ingi

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 129

    Natalie kesal bukan main. Dasar Dietrich kurang ajar. Berani sekali lelaki itu mengganti password apartemen dan membuat Natalie mempermalukan diri sendiri di hadapan para resepsionis dan pegawai apartemen lainnya?Lihat saja. Perempuan itu akan membuat perhitungan. Sepertinya sudah sangat lama semenjak Dietrich merasakan kemarahan Natalie, ya?Siang itu, Natalie pergi ke Lyubova. Lalu, menunggu di sana bersama dengan teman-temannya, Chiara dan Achilleas, seolah tidak ada yang salah. Seolah tidak ada yang terjadi.Natalie berhasil mengalihkan pikirannya dari sang suami selama beberapa jam. Lyubova rupanya cukup sibuk di awal tahun. Setelah liburan Natal dan tahun baru selesai, kantor-kantor mulai beroperasi kembali. Banyak perusahaan yang memakai jasa mereka untuk membuat acara lalu ada sebuah pesanan pesta pernikahan.Natalie selalu super excited dengan pesanan pesta pernikahan."Siapa nama pengantinnya?" Natalie mulai memberondong Chiara dengan pertanyaan. "Apakah mereka jatuh cinta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status