Share

Bab 3

Lyubova Event Organizer lumayan ramai siang itu karena Catherine Toussaint—adik Dietrich—juga datang. Kalau dia datang, suaminya pun ikut lalu jika suaminya ikut, maka satu pasukan anak buah mafia Rusia sebanyak satu tank juga akan mengikuti.

Benar-benar kacau.

"Kalian basah kuyup." Catherine berusaha bangkit dengan susah payah. Kehamilannya memasuki trimester tiga bulan ini. Plus, perempuan cantik itu hamil bayi kembar laki-laki yang membuat perutnya membesar bagai balon.

"Duduk saja, Kitkat. Jangan repot-repot." Dietrich mengangkat tangannya di udara. Lelaki itu sudah melepaskan coat-nya yang basah, dan kini hanya memakai kemeja yang juga basah hingga badan atletisnya tercetak jelas di sana.

Di sisi lain, Natalie aman dengan sebuah kemeja cadangan milik Dietrich yang jelas-jelas kedodoran. Well, gadis itu berhasil meminta Dietrich untuk berbalik agar ia dapat melepaskan pakaian tadi di dalam mobil.

Itu adalah sebuah prestasi. Dietrich biasanya super angkuh dan paling anti menuruti perintah orang lain.

"Natalie melupakan ponselnya di dalam tas—dan tasnya berada di sini. Seperti biasa. Dia berjalan dengan sembrono ke kedai bunga tanpa membawa payung dan tanpa melihat prakiraan cuaca. Bukankah temanmu ini sangat pintar?" Dietrich bertanya dengan nada sarkastis pada Catherine.

Kat tertawa. "Oh, kau menemukan Nat lagi. Padahal, ada banyak tempat yang biasa didatangi oleh Natalie."

Perempuan itu duduk beringsut ke dekat Vladimir Alexandrov—suaminya, si mafia Rusia. Ia mencari kehangatan. Begitu Vladimir menawarkan sebuah pelukan dan tangannya bergerak untuk membelai rambut sang istri, Kat langsung mendapati dirinya mulai mengantuk.

Dietrich menghela napas. "Ada banyak tempat, tapi Nat akan melamun di kedai jika cuacanya seperti ...." Dietrich menunjuk langit lewat jendela. "... ini."

Natalie balas mendengkus. "Tidak ada yang meminta bantuanmu. Kitkat bisa saja mengirimkan The Wolf untuk menjemputku, tapi kau merepotkan dirimu sendiri."

Dietrich berkacak pinggang. "Beginikah caramu berterima kasih? Dan ... tidak. The Wolf tidak akan pergi ke mana-mana. Dia harus tetap di sini in case of emergency. Lihatlah perut Kat. Aku tidak akan terkejut jika dia akan melahirkan dalam waktu dekat."

"Kuharap tidak." Catherine mulai menguap. "Bayi-bayi kami seharusnya tetap berada di dalam sampai akhir tahun ini atau awal tahun depan."

Vladimir menambahkan. "Dan aku lebih suka istriku melahirkan di Rusia."

Dietrich menyipitkan mata.

"Tapi, aku setuju denganmu. The Wolf tidak akan ke mana-mana karena dia harus siap digunakan untuk Katerina." Lelaki itu menambahkan sembari menyeringai tampan.

Dietrich tersenyum lebar. "Aku senang kau sependapat denganku."

Natalie memutar bola mata. "Mon Dieu. Kau pelit sekali, Vladimir. Sudah lupakah bahwa aku yang membantumu menyusun acara pernikahanmu dengan Kat? Kau sama sekali tidak tahu membalas budi. Bahkan hanya untuk meminjamkan The Wolf saja kau tidak mau."

Vladimir terbahak. Tawanya menggelegar keras—terdengar menakutkan bagi yang belum terbiasa. Akan tetapi, Catherine sangat memuja suaminya. Namun, Natalie tidak menahan diri agar tidak menutup kuping dengan kedua tangan untuk menghargai sahabatnya.

"Bukannya aku tidak mau, tapi aku tidak bisa. Omong-omong, aku memang tidak bisa meminjamkan The Wolf. Namun, sejujurnya aku bisa memesankan taksi untukmu, Nat. Hanya saja, aku tidak tahu dengan pasti di mana kau berada." Vladimir menjelaskan.

Omong-omong, The Wolf adalah mobil serupa tank milik klan Alexandrov. Anti peluru, berbahan material perang terbaik, bahkan memiliki berbagai macam alat penunjang kehidupan di dalamnya. Vladimir membangun The Wolf hanya diperuntukkan baginya. Namun, kini The Wolf sudah seperti mobil pribadi Kat.

Catherine tersenyum pada Natalie. "Rapat sudah hampir dimulai dan kau belum juga datang. Jadi, berterimakasihlah pada Dietrich dan masuklah, Nat. Aku akan menunggu di sini ... kalau tidak ketiduran."

Natalie memberengut.

"Jangan salahkan aku. Salahkan bayi-bayinya. Mereka membuatku ingin bermalas-malasan sepanjang hari. Kakiku bengkak sebesar kaki gajah. Kau mau melihatnya?" Catherine bersiap untuk menaikkan roknya sedikit, tetapi Nat menggeleng.

"Tidak, terima kasih," ujarnya. Kemudian, ekspresinya melembut. "Kasihan sekali kau, Kat. Apakah hamil benar-benar terasa menyakitkan?"

Catherine tergelak. "Tidak menyakitkan. Hanya ... sedikit tidak nyaman di sana-sini."

Natalie mengedikkan bahu. "Beruntungnya diriku yang memutuskan untuk melajang seumur hidup. Aku tidak akan mengalami siksaan berupa hamil dan melahirkan. Mon Dieu. Itu semua sungguh menakutkan."

Dietrich sudah berada di sisi Natalie tanpa gadis itu menyadari pergerakannya. Lalu, saat lelaki tampan itu menepuk-nepuk kepalanya pelan, Natalie berjengit kaget.

"Jangan memelototiku." Dietrich terkekeh. "Aku sedang memujimu. Lihatlah tanganku. Keputusanmu untuk melajang seumur hidup sangat bagus. Menikah benar-benar sesuatu yang tidak perlu. Lagi pula, Monegasque sudah punya banyak pewaris."

Natalie menelan ludah. Mengapa Dietrich berdiri terlalu dekat? Mon Dieu. Panas tubuh lelaki itu menguar. Membuat Natalie entah mengapa jadi merasa gelisah.

Ditambah lagi, aroma tubuh Dietrich benar-benar menyiksa Natalie. Bukan. Tentu saja lelaki itu sama sekali tidak bau badan. Justru sebaliknya, Dietrich sangat memerhatikan penampilan hingga detail terkecil. Seluruh tubuhnya wangi sekali. Wangi maskulin cedarwood ditambah dengan aroma menyenangkan dari sabun mahal yang dipakai oleh lelaki itu.

Natalie pernah diam-diam memakai sabun yang sama, di rumah keluarga Toussaint dulu, tapi tubuhnya tidak mengeluarkan harum yang sama dengan tubuh Dietrich.

Pakai jampi-jampi apa sebetulnya Dietrich Toussaint ini?

"Nat?" Dietrich melambaikan tangan di hadapan muka Natalie. "Kau ini kenapa, sih? Sakit? Hmm? Seharusnya aku yang sakit karena masih memakai pakaian basah terkutuk ini sementara kemejaku—" Dietrich menunjuk kemejanya yang dipakai oleh Natalie. "Dicuri olehmu."

Nat berdeham pelan. "Dipinjam." Gadis itu membetulkan. "Aku akan mengembalikannya padamu secepat mungkin."

Dietrich menyeringai. "Baguslah. Sekarang kau boleh masuk. Aku akan menunggu di sini."

Natalie menyipitkan mata.

"Menunggu bajuku." Dietrich menegaskan. "Jangan menyanjung dirimu sendiri."

Catherine tertawa. "Astaga, Dietrich. Bajumu banyak."

Dietrich mengedikkan bahu. "Dia sendiri yang bilang akan mengembalikannya. Dengan bunga."

Natalie terkesiap. "Astaga. Kau rentenir!"

Dietrich terkekeh ketika melihat Natalie pergi dari sana dengan kaki menghentak kesal.

"Kau sama saja dengan si kembar Nasya dan Tata." Catherine menyebutkan nama kedua putri kembarnya yang kini berusia lima tahun. "Suka sekali menjahili Natalie."

Dietrich berpura-pura memberengut. Lelaki tampan itu menunjuk Vladimir terang-terangan. "Kalau aku menjahilimu, dia bisa menembakku."

Vladimir terbahak dengan suara menggelegar sekali lagi. "Tidak menembak. Mungkin hanya akan membiarkan Panther peliharaanku untuk mengucapkan salam padamu."

Catherine mendongak dengan mata berbinar-binar. "Kau memiliki Panther?"

"Tidak." Vladimir mengedipkan sebelah mata. "Panther-Panther ini hanya kebetulan hidup di hutan yang tanahnya masih milik Babushka. Jadi, aku sempat bertemu dengan mereka beberapa kali saat pergi berburu."

Dietrich bergidik pelan. Mon Dieu. Orang normal mana yang bersahabat dengan Panther liar dari tengah hutan?

Tanpa pikir panjang, Dietrich mempercepat langkah menyusul Natalie. Dia tidak tahan berada di ruangan yang sama dengan Vladimir Alexandrov. Tidak, meski itu hanya lima menit! "Nat! Tunggu aku! Natalie, hey! Aku akan ikut rapat denganmu. Kau tidak mempelajari bisnis! Aku bisa memberikan beberapa masukan tambahan untuk mengembangkan kantor terkutuk ini, Natalie!"

Suara Natalie terdengar dari kejauhan. "F*ck off!"

"Traktir aku makan malam! Kau berhutang kemeja itu padaku! Yang mahal!" Dietrich berteriak lagi.

Suara Natalie tak lagi terdengar jelas, tapi Dietrich tahu itu pasti serentet umpatan tidak pantas yang tidak akan berani diucapkan oleh Natalie di Monako.

♡♡♡

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status