Share

Bab 3

Penulis: Alana Nourah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lyubova Event Organizer lumayan ramai siang itu karena Catherine Toussaint—adik Dietrich—juga datang. Kalau dia datang, suaminya pun ikut lalu jika suaminya ikut, maka satu pasukan anak buah mafia Rusia sebanyak satu tank juga akan mengikuti.

Benar-benar kacau.

"Kalian basah kuyup." Catherine berusaha bangkit dengan susah payah. Kehamilannya memasuki trimester tiga bulan ini. Plus, perempuan cantik itu hamil bayi kembar laki-laki yang membuat perutnya membesar bagai balon.

"Duduk saja, Kitkat. Jangan repot-repot." Dietrich mengangkat tangannya di udara. Lelaki itu sudah melepaskan coat-nya yang basah, dan kini hanya memakai kemeja yang juga basah hingga badan atletisnya tercetak jelas di sana.

Di sisi lain, Natalie aman dengan sebuah kemeja cadangan milik Dietrich yang jelas-jelas kedodoran. Well, gadis itu berhasil meminta Dietrich untuk berbalik agar ia dapat melepaskan pakaian tadi di dalam mobil.

Itu adalah sebuah prestasi. Dietrich biasanya super angkuh dan paling anti menuruti perintah orang lain.

"Natalie melupakan ponselnya di dalam tas—dan tasnya berada di sini. Seperti biasa. Dia berjalan dengan sembrono ke kedai bunga tanpa membawa payung dan tanpa melihat prakiraan cuaca. Bukankah temanmu ini sangat pintar?" Dietrich bertanya dengan nada sarkastis pada Catherine.

Kat tertawa. "Oh, kau menemukan Nat lagi. Padahal, ada banyak tempat yang biasa didatangi oleh Natalie."

Perempuan itu duduk beringsut ke dekat Vladimir Alexandrov—suaminya, si mafia Rusia. Ia mencari kehangatan. Begitu Vladimir menawarkan sebuah pelukan dan tangannya bergerak untuk membelai rambut sang istri, Kat langsung mendapati dirinya mulai mengantuk.

Dietrich menghela napas. "Ada banyak tempat, tapi Nat akan melamun di kedai jika cuacanya seperti ...." Dietrich menunjuk langit lewat jendela. "... ini."

Natalie balas mendengkus. "Tidak ada yang meminta bantuanmu. Kitkat bisa saja mengirimkan The Wolf untuk menjemputku, tapi kau merepotkan dirimu sendiri."

Dietrich berkacak pinggang. "Beginikah caramu berterima kasih? Dan ... tidak. The Wolf tidak akan pergi ke mana-mana. Dia harus tetap di sini in case of emergency. Lihatlah perut Kat. Aku tidak akan terkejut jika dia akan melahirkan dalam waktu dekat."

"Kuharap tidak." Catherine mulai menguap. "Bayi-bayi kami seharusnya tetap berada di dalam sampai akhir tahun ini atau awal tahun depan."

Vladimir menambahkan. "Dan aku lebih suka istriku melahirkan di Rusia."

Dietrich menyipitkan mata.

"Tapi, aku setuju denganmu. The Wolf tidak akan ke mana-mana karena dia harus siap digunakan untuk Katerina." Lelaki itu menambahkan sembari menyeringai tampan.

Dietrich tersenyum lebar. "Aku senang kau sependapat denganku."

Natalie memutar bola mata. "Mon Dieu. Kau pelit sekali, Vladimir. Sudah lupakah bahwa aku yang membantumu menyusun acara pernikahanmu dengan Kat? Kau sama sekali tidak tahu membalas budi. Bahkan hanya untuk meminjamkan The Wolf saja kau tidak mau."

Vladimir terbahak. Tawanya menggelegar keras—terdengar menakutkan bagi yang belum terbiasa. Akan tetapi, Catherine sangat memuja suaminya. Namun, Natalie tidak menahan diri agar tidak menutup kuping dengan kedua tangan untuk menghargai sahabatnya.

"Bukannya aku tidak mau, tapi aku tidak bisa. Omong-omong, aku memang tidak bisa meminjamkan The Wolf. Namun, sejujurnya aku bisa memesankan taksi untukmu, Nat. Hanya saja, aku tidak tahu dengan pasti di mana kau berada." Vladimir menjelaskan.

Omong-omong, The Wolf adalah mobil serupa tank milik klan Alexandrov. Anti peluru, berbahan material perang terbaik, bahkan memiliki berbagai macam alat penunjang kehidupan di dalamnya. Vladimir membangun The Wolf hanya diperuntukkan baginya. Namun, kini The Wolf sudah seperti mobil pribadi Kat.

Catherine tersenyum pada Natalie. "Rapat sudah hampir dimulai dan kau belum juga datang. Jadi, berterimakasihlah pada Dietrich dan masuklah, Nat. Aku akan menunggu di sini ... kalau tidak ketiduran."

Natalie memberengut.

"Jangan salahkan aku. Salahkan bayi-bayinya. Mereka membuatku ingin bermalas-malasan sepanjang hari. Kakiku bengkak sebesar kaki gajah. Kau mau melihatnya?" Catherine bersiap untuk menaikkan roknya sedikit, tetapi Nat menggeleng.

"Tidak, terima kasih," ujarnya. Kemudian, ekspresinya melembut. "Kasihan sekali kau, Kat. Apakah hamil benar-benar terasa menyakitkan?"

Catherine tergelak. "Tidak menyakitkan. Hanya ... sedikit tidak nyaman di sana-sini."

Natalie mengedikkan bahu. "Beruntungnya diriku yang memutuskan untuk melajang seumur hidup. Aku tidak akan mengalami siksaan berupa hamil dan melahirkan. Mon Dieu. Itu semua sungguh menakutkan."

Dietrich sudah berada di sisi Natalie tanpa gadis itu menyadari pergerakannya. Lalu, saat lelaki tampan itu menepuk-nepuk kepalanya pelan, Natalie berjengit kaget.

"Jangan memelototiku." Dietrich terkekeh. "Aku sedang memujimu. Lihatlah tanganku. Keputusanmu untuk melajang seumur hidup sangat bagus. Menikah benar-benar sesuatu yang tidak perlu. Lagi pula, Monegasque sudah punya banyak pewaris."

Natalie menelan ludah. Mengapa Dietrich berdiri terlalu dekat? Mon Dieu. Panas tubuh lelaki itu menguar. Membuat Natalie entah mengapa jadi merasa gelisah.

Ditambah lagi, aroma tubuh Dietrich benar-benar menyiksa Natalie. Bukan. Tentu saja lelaki itu sama sekali tidak bau badan. Justru sebaliknya, Dietrich sangat memerhatikan penampilan hingga detail terkecil. Seluruh tubuhnya wangi sekali. Wangi maskulin cedarwood ditambah dengan aroma menyenangkan dari sabun mahal yang dipakai oleh lelaki itu.

Natalie pernah diam-diam memakai sabun yang sama, di rumah keluarga Toussaint dulu, tapi tubuhnya tidak mengeluarkan harum yang sama dengan tubuh Dietrich.

Pakai jampi-jampi apa sebetulnya Dietrich Toussaint ini?

"Nat?" Dietrich melambaikan tangan di hadapan muka Natalie. "Kau ini kenapa, sih? Sakit? Hmm? Seharusnya aku yang sakit karena masih memakai pakaian basah terkutuk ini sementara kemejaku—" Dietrich menunjuk kemejanya yang dipakai oleh Natalie. "Dicuri olehmu."

Nat berdeham pelan. "Dipinjam." Gadis itu membetulkan. "Aku akan mengembalikannya padamu secepat mungkin."

Dietrich menyeringai. "Baguslah. Sekarang kau boleh masuk. Aku akan menunggu di sini."

Natalie menyipitkan mata.

"Menunggu bajuku." Dietrich menegaskan. "Jangan menyanjung dirimu sendiri."

Catherine tertawa. "Astaga, Dietrich. Bajumu banyak."

Dietrich mengedikkan bahu. "Dia sendiri yang bilang akan mengembalikannya. Dengan bunga."

Natalie terkesiap. "Astaga. Kau rentenir!"

Dietrich terkekeh ketika melihat Natalie pergi dari sana dengan kaki menghentak kesal.

"Kau sama saja dengan si kembar Nasya dan Tata." Catherine menyebutkan nama kedua putri kembarnya yang kini berusia lima tahun. "Suka sekali menjahili Natalie."

Dietrich berpura-pura memberengut. Lelaki tampan itu menunjuk Vladimir terang-terangan. "Kalau aku menjahilimu, dia bisa menembakku."

Vladimir terbahak dengan suara menggelegar sekali lagi. "Tidak menembak. Mungkin hanya akan membiarkan Panther peliharaanku untuk mengucapkan salam padamu."

Catherine mendongak dengan mata berbinar-binar. "Kau memiliki Panther?"

"Tidak." Vladimir mengedipkan sebelah mata. "Panther-Panther ini hanya kebetulan hidup di hutan yang tanahnya masih milik Babushka. Jadi, aku sempat bertemu dengan mereka beberapa kali saat pergi berburu."

Dietrich bergidik pelan. Mon Dieu. Orang normal mana yang bersahabat dengan Panther liar dari tengah hutan?

Tanpa pikir panjang, Dietrich mempercepat langkah menyusul Natalie. Dia tidak tahan berada di ruangan yang sama dengan Vladimir Alexandrov. Tidak, meski itu hanya lima menit! "Nat! Tunggu aku! Natalie, hey! Aku akan ikut rapat denganmu. Kau tidak mempelajari bisnis! Aku bisa memberikan beberapa masukan tambahan untuk mengembangkan kantor terkutuk ini, Natalie!"

Suara Natalie terdengar dari kejauhan. "F*ck off!"

"Traktir aku makan malam! Kau berhutang kemeja itu padaku! Yang mahal!" Dietrich berteriak lagi.

Suara Natalie tak lagi terdengar jelas, tapi Dietrich tahu itu pasti serentet umpatan tidak pantas yang tidak akan berani diucapkan oleh Natalie di Monako.

♡♡♡

Komen (1)
goodnovel comment avatar
farizyara rsfy
dijailin terus natalie nya ini mah......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 4

    Toussaint adalah kutukan.Natalie sudah mengenal hampir semua orang dalam keluarga tersebut sejak kecil dan gadis itu percaya tidak ada sedikit pun keburikan pada paras semua anggota keluarga Toussaint. Ditambah lagi, mereka rata-rata memiliki otak cerdas yang lebih sering digunakan dalam kelicikan. Catherine juga Axel mungkin adalah yang paling tenang. Selain mereka berdua, Natalie tidak memiliki kesabaran lebih untuk menghadapi mereka.Terutama, Dietrich.Kapan pun lelaki itu muncul, dapat dipastikan hari Natalie bakal berakhir buruk. Seperti hari ini."Nat! Tunggu aku! Astaga, apa telingamu sudah tuli? Nat—" Tangan Dietrich telah berhasil menyambar siku Natalie. Dalam sekejap, lelaki itu membalikkan badan Nat dan berbicara dengan nada menegur yang menyebalkan. "Dengarkan jika ada yang berbicara padamu."Natalie menghela napas. Ketika mendongak, gadis itu melihat sosok wajah tampan rupawan dengan ekspresi memelas yang membuat Nat seketika mendapatkan bombastic side eye dari orang se

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 5

    Dietrich bersenandung riang selama menyetir sendiri kembali ke Brussel malam itu. Paris, Brussel, dan perjalanan di antara kedua kota itu diiringi langit cerah tak berawan, meski angin berembus lumayan kencang.Dietrich selalu menyukai musim gugur. Aroma daun kering, kayu-kayuan, perapian baru, rasa panas yang mulai berganti lebih sejuk, serta sederetan long coat fashionable yang tidak setebal bahan musim dingin, tapi juga tidak setipis baju di musim panas. Semuanya terasa sangat pas.Akan tetapi, ada satu hal yang merusak kesenangannya hari ini. Ketika membuka pintu ganda menuju ruang kerja kepala keluarga, Dietrich mendapati Paman Axel berada di balik mejanya. Menduduki kursinya lalu,l ketika melihat Dietrich masuk, sang paman mengeluarkan ekspresi tidak setuju karena Dietrich pulang lumayan larut."Ada masalah yang tidak bisa ditunda hingga besok, Paman?" Dietrich melepaskan coat-nya, lalu menuangkan scotch untuk dirinya sendiri. Permasalahan apa pun, jika butuh selarut ini untuk b

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 6

    Natalie pada awalnya begitu bersemangat untuk pergi liburan ke Brussel. Koper-kopernya sudah siap. Mobilnya juga hampir penuh—sebelum ibu, ayah dan kedua kakak laki-lakinya, beserta keluarga kecil mereka masing-masing, juga bergabung dengan Nat di hall depan istana milik Princess Stéphanie.Semua orang berpenampilan sangat chic, syal-syal hangat dikenakan. Tak lupa dengan scarf warna-warna merah dan cokelat di atas kepala. Plus, kacamata hitam super trendi."Mau ke mana kalian semua?" Natalie bertanya bingung.Semua orang saling berpandangan dengan alis terangkat, lalu meledak tertawa.Princess Stéphanie merangkul bahu putri bungsunya lalu tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi-giginya yang putih mengkilap bak porselen. "Mau ke mana, katamu? Tentu saja kami ingin ikut denganmu ke Brussel! Kami juga mendapatkan tawaran liburan di kastil Toussaint. Bukan cuma kau."Natalie memaksa dirinya agar tidak meringis ngeri. "Undangan ... dari Dietrich?""Oh, bukan, Sayang. Dari kawan lamaku Ax

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 7

    Ketika hari beranjak sore, Natalie mendengar pintu kamarnya diketuk pelan."Nona. Ini hampir waktunya minum teh. Apakah Anda sudah bangun? Kami bisa membantu Anda bersiap."Natalie merenggangkan tubuh, kemudian turun dari tempat tidur bertiang empat di sini dan mengenakan selop kamar. Perempuan itu beranjak ke pintu, membukanya, lalu membiarkan beberapa pelayan perempuan dari Toussaint untuk masuk."Nyonya Catherine berpesan agar kami membawakan sebaskom air es untuk menyegarkan wajah Anda." Salah satu dari mereka berujar.Yang lain ikut masuk dengan senang. "Kami juga membawakan pesan dari Tuan Julien."Oh, yang satu ini membuat Natalie mengernyit. "Julien?" Bukan Dietrich?"Oui, Mademoiselle—Ya, Nona." Salah satu pelayan menyodorkan nampan kecil, membuka tudung sajinya yang berwarna keperakan, kemudian membiarkan Natalie mengambil secarik kertas dengan tulisan cakar ayam dari sana.[Selamat sore, Nona Manis. Aku menunggu untuk mengobrol lebih banyak denganmu pada acara minum teh har

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 8

    Natalie berpikir. Berpikir keras. Mengesampingkan seluruh perasaan asing menyakitkan yang menderanya, gadis cantik itu mulai mempertanyakan banyak hal. Ini adalah hidupnya. Kisah cintanya. Mengapa banyak sekali orang yang ingin ikut campur?Suasana minum teh di Toussaint begitu hangat dan seharusnya menyenangkan. Denting sendok kecil beradu dengan porselen Sevrés, aroma berbagai macam teh bercampur dengan susu dan madu, dan percakapan-percakapan ringan yang bergulir di seluruh ruangan.Namun, Natalie justru larut dalam lamunan."Nat?" Mungkin ini sudah ketiga kalinya sang mama memanggil—sebelum Natalie pada akhirnya menoleh."Oui—Ya?" Natalie membalas tatapan ibunya dengan sorot teguh tak menampilkan kerapuhan apa pun, meski jauh di dalam hati ia sedikit merasa hancur.Oke, lumayan banyak. Kehancurannya. Nat tidak tahu mengapa, tapi yang diinginkannya saat ini adalah kabur dan menangis di suatu tempat terpencil di sudut kastil atau berada di dalam perlindungan kamarnya dan tidak kelua

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 9

    Natalie dan Chiara berkuda santai di sepanjang track pacuan yang berada tepat melewati ruang perjamuan minum teh. Pada saat melaluinya, kepala Natalie tidak bisa berhenti untuk menoleh—meski apa yang terjadi di dalam tidak sepenuhnya dapat terlihat dari luar."Aku akan dijodohkan dengan Julien Toussaint." Nat tidak tahan untuk tidak menyemburkan semuanya pada Chiara saat mereka berdua sudah tidak berada di jarak dengar siapa pun.Chiara menoleh. Matanya melebar. "Julien? Julien?! Bukankah dia jahil sekali? Tidak. Tidak mungkin. Kalian sama sekali tidak cocok. Dia bahkan tidak terlalu menyukaimu, Nat!"Natalie melajukan kuda milik Paman Axel pelan-pelan. "Aku tahu. Kami bahkan ... tidak berteman. Tidak sedekat itu, tapi dia memujiku cantik."Chiara menghela napas. Wajahnya mendongak ke langit seolah meminta pertolongan kepada Tuhan. "Kau memang cantik. Semua orang bisa melihatnya. Sedikit pujian dari Julien Toussaint seharusnya tidak menggoyahkanmu."Natalie mengedikkan bahu. "Aku tida

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 10

    Dietrich tidak sempat berpikir panjang. Ketika semua orang berhamburan keluar membentuk kerumunan di sepanjang pacuan kuda, dia mengikuti arus. Bedanya, saat berhasil keluar melewati pintu-pintu kaca berornamen keemasan dari tempat perjamuan minum teh, Dietrich langsung berderap cepat menuju istal."Siapkan kudaku!" Lelaki tampan itu berteriak pada siapa pun yang bisa mendengarnya di dalam istal.Kuda miliknya, sebuah kuda hitam besar yang tak kalah garang dibanding milik Paman Axel, siap dalam waktu singkat. Masih mengenakan jas dan pakaian semi formal, Dietrich melompat naik ke atas kudanya sendiri.Setelah itu dia dan kudanya berderap bagai satu kesatuan menuju ke pacuan kuda. Berusaha mengejar kuda yang ditunggangi oleh Natalie.Di sisi lain, Natalie berusaha melakukan teknik scrunch. Dengan satu tangan, gadis itu menyatukan tali kekang dan menyelipkan tangannya yang lain di bawah tali tersebut, untuk membuat "remasan" yang ketat pada leher kuda. Hal ini akan memicu rangsang pada

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 11

    "Kau tampak kacau." Julien dan Axel Junior mengunjungi Dietrich di ruang kerja kepala keluarga Toussaint sebelum makan malam.Yah, benar. Dietrich memang kacau. Kacau balau! Lelaki tampan itu mengurung diri berteman dengan vodka milik Vladimir Alexandrov yang tertinggal—atau sengaja ditinggal—di perpustakaan. Rambutnya kusut masai. Bekas diacak-acak berulang kali oleh tangannya sendiri.Dietrich merebahkan diri di kursi kebesaran milik Toussaint. Sebelah tangannya masih menggenggam leher botol vodka, sedangkan yang sebelah lagi terkulai di sisi tubuh. Pikirannya melanglang buana entah ke mana bahkan si pria tampan masih tetap bergeming saat kedua sepupunya masuk ke ruangan."Aku tidak ada di sana, tapi aku mendengar apa yang terjadi." Axel Junior berkata dengan nada geli yang terdengar kental. "Kudengar Natalie Casiraghi menunggangi kuda milik papa.""Kuda balap." Dietrich membetulkan dengan sengit."Oke. Kuda balap milik papa." Axel Junior membetulkan. Lelaki itu menarik kursi di had

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 104

    Dietrich tersenyum lega. "Papa Casiraghi, kau memang yang terbaik."Mr. Casiraghi terkekeh senang. "Ayo, kemarilah. Kita duduk dan minum cokelat panas bersama. Di luar sana dingin sekali. Paling tidak, di dalam rumah harus hangat."Dietrich dan Natalie ikut duduk di sofa-sofa besar bersama keluarga Natalie yang lain. Pintu telah ditutup dan perapian elektronik sudah dinyalakan. Cokelat panas—seperti yang dijanjikan oleh Mr. Casiraghi—terhidang tak lama kemudian.Princess Stéphanie merangkul Natalie. "Apakah kalian merekam proses pernikahannya? Sejak dulu, aku menganggap pernikahan private adalah yang terbaik. Sayang sekali aku tidak bisa melakukannya, karena aku adalah anak raja. Namun, aku senang Natalie bisa melakukan itu denganmu, Dietrich," ucap Princess Stéphanie.Kalimat itu sontak membuat Dietrich hampir tersedak cokelat panas. "Bibi—maksudku, Mama Stéphie—serius?"Princess Stéphanie terkekeh. "Ya. Aku sebetulnya tidak terlalu suka jadi tontonan. Natalie pun begitu. Benar, ‘kan

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 103

    Monako di musim dingin terasa sangat nyaman bagi Dietrich. Udara di sini relatif hangat—dibandingkan bumi belahan utara tempat dia biasa tinggal. Monte Carlo, sebuah kota yang memiliki kediaman Princess Stéphanie di dalamnya, adalah salah satu tempat yang dapat dikatakan memiliki kenangan-kenangan indah untuknya.Well, kecuali saat Natalie mengembalikan cincin pemberiannya di pinggir pantai. Dietrich jelas membenci saat itu.Kediaman Princess Stéphanie sangat terkenal. Meski rumah itu milik pribadi, Mr. Casiraghi setuju membukanya untuk umum dalam perayaan-perayaan tertentu. Misalnya saja, acara ulang tahun sang istri di tanggal tiga belas September atau, perayaan hari jadi pernikahan mereka berdua.Dietrich selalu datang dengan keluarganya. Tidak ada alasan untuk tidak datang. Dietrich dan papanya, Anthony Toussaint, jelas kalah telak jika Catherine sudah merengek atau Lady Louise yang mengomel karena tidak ingin ketinggalan acara temannya.Dietrich melenggang bebas ke mana pun di ru

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 102

    Tidak pernah terbayangkan dalam hidup Dietrich bahwa dia akan menikahi Natalie. Apa lagi, akan bertemu dengan keluarga Bibi Stéphanie dengan maksud dan tujuan ingin meminta maaf karena telah membawa putri berharga mereka kawin lari di Las Vegas. Sekarang, semuanya menjadi runyam. Bahkan, pria tampan itu terancam akan memiliki lebih banyak lebam pada wajah dan rahangnya.Namun, Dietrich tidak peduli. Lelaki itu dikenal sebagai makhluk egois yang mementingkan penampilan tampannya di atas segalanya. Tetapi, sungguh. Kali ini dia tidak peduli apakah dia akan dipukul sampai habis atau apa pun—karena Dietrich benar-benar merasa pantas untuk mendapatkannya."Mon Amour ...." Dietrich meraih tangan Natalie.Natalie—yang tengah memperhatikan ponsel dan menggulir pemberitaan heboh di media tentang pernikahannya yang batal dengan Douglas Kennedy—menoleh. "Mmm?""Kira-kira Nathaniel akan memukulku berapa kali?" Dietrich memandang Natalie was-was. Sebelah tangannya menyentuh pipinya yang memiliki b

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 101

    Ruang makan di kastil Toussaint pagi itu ramai sekali. Acara makan pagi kali ini diselenggarakan secara tidak formal. Bahkan, anak-anak juga diizinkan untuk ikut makan bersama."Natalie!" Catherine berseru riang saat melihat sahabat yang kini telah menjadi kakak iparnya itu memasuki ruangan. "Sini! Duduklah bersama kami! Kau juga, Dietrich!"Maka, Natalie dan Dietrich duduk bersama dengan Catherine dan keluarga kecilnya, setelah berkeliling mengucapkan salam pada meja-meja lain yang berisi para tetua."Bonjour—Selamat pagi," sapa Natalie. Wanita itu tampak cerah dengan sebuah senyuman yang sungguh menampilkan kebahagiaan.Catherine kesulitan berdiri untuk menyapa, jadi Natalie merunduk untuk mencium kedua pipi sahabatnya itu."Pagi, Nat. Apakah tidurmu nyenyak?" Catherine bertanya.Natalie melirik Dietrich. Dietrich berdeham dengan wajah merona sedikit.Natalie tergelak ringan. "Well, ya. Kami tidur nyenyak. Bagaimana denganmu?"Catherine menunjuk perutnya. "Tidak senyenyak dirimu, te

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 100

    Namun, apa yang dilakukan oleh Dietrich selanjutnya justru membuat Nat semakin gelisah. Kepalanya menjadi pening dengan serbuan sensasi yang melandanya bertubi-tubi. Dietrich membisikkan kalimat-kalimat lembut yang nyaris tak terdengar di telinga Nat—di atas perut wanita itu. Sepertinya, Dietrich sedang memberikan salam pada anak mereka dan hal itu membuat Natalie begitu tersentuh hingga hampir menangis. Kemudian ciuman Dietrich bergerak semakin ke selatan menuju area kewanitaannya yang telah basah."Let me kiss you—Biarkan aku menciummu ...." ucap Dietrich di antara paha Natalie yang merapat dengan kaku. "Let me love you, Nat—Biarkan aku mencintaimu, Nat ...."Natalie terisak keras di saat Dietrich benar-benar membuka dirinya. Mulut pria itu terasa panas di bawah sana. Bibirnya lembut dan basah membelai bagian luar labia Natalie hingga kepala perempuan cantik itu terlempar ke kanan dan ke kiri.Cairan kewanitaan Natalie mengalir semakin banyak. Akan tetapi, Dietrich melakukan hal gi

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 99

    Tidak ada percakapan yang terjadi saat Dietrich dan Natalie bergerak menuju kamar mereka di quartier kamar tidur anggota keluarga. Bulan yang tersamarkan oleh awan menggantung rendah di langit Belgia. Sinarnya menembus jendela-jendela kaca kuno besar di salah satu sisi koridor. Membaur layaknya cincin asap besar di kegelapan malam musim dingin.Tangan Dietrich dan Natalie saling bertaut. Sesekali mereka menoleh untuk melemparkan sebuah senyuman satu sama lain. Pipi Dietrich merah sebelah. Rahangnya terasa kaku, dan wajah Natalie masih menampakkan sisa-sisa air mata. Namun, itu semua tidak menghalangi mereka untuk berbahagia.Saat sampai di depan pintu ganda yang menghubungkan dua kamar terbesar di kastil ini, jantung Natalie mengentak cepat. Ini bukan kamar Dietrich yang dulu—jelas bukan kamar yang sama dengan kamar Dietrich yang dimasukinya diam-diam bersama Catherine di masa remaja.Kamar ini ... adalah kamar The Lord and The Lady of The House."Dietrich ...." Tangan Natalie dengan

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 98

    Dietrich dan Natalie pergi ke Brussel di saat salju turun semakin tebal di akhir tahun. Para paparazzi sudah tidak tampak di sekitar apartemen Dietrich di Paris—sepertinya mereka pulang ke tempat asal masing-masing untuk liburan natal dan tahun baru. Pada saat Dietrich dan Natalie keluar dari gedung apartemen, rasanya sejuk sekali. Seolah mereka berdua baru saja menghirup udara kebebasan.Monsieur Randall mengantarkan mereka berdua menuju Charles de Gaulle. Kemudian, saat mendarat di Brussel, Paman Axel mengirimkan sebuah Rolls Royce yang mengantarkan mereka langsung menuju kastil Toussaint."Dietrich aku gugup sekali ...." Natalie berbisik pelan saat mobil yang mereka berdua tumpangi memasuki pintu gerbang kastil.Dietrich mengangguk pada sang istri. Tangannya meremas tangan Natalie pelan. "Aku juga. Tapi, jangan khawatir. Kita bisa menghadapi ini bersama-sama.""Kuharap mereka tidak terlalu marah.” Natalie balas meremas tangan suaminya.Dietrich tidak menyukai raut cemas di wajah Na

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 97

    [From: Catherine To: Dietrich Kami semua sudah kembali ke Brussel. Pulanglah, Di, dan bawa istrimu ke rumah. Tunggu. Kau benar-benar sudah menikah dengan Nat?]Dietrich mendapatkan pesan tersebut beberapa hari kemudian. Dia dan Natalie sudah tinggal cukup lama—bersembunyi, meski tempat persembunyian itu tidak dapat dikatakan terpencil—dari semua hal yang memusingkan. Keduanya mematikan ponsel selama berhari-hari. Pun dengan sengaja tidak menyalakan ponsel dan tidak keluar dari apartemen untuk menghindari para pencari berita.Saat dirasa seluruh kontroversi sudah mulai mereda, Dietrich baru membuka ponsel dan menemukan pesan dari sang adik.Jemari lelaki itu dengan cepat mengetikkan balasan.[To: Catherine From: Dietrich Ya. Aku sudah menikah dengan Nat. Apakah Kakek marah besar? Bagaimana dengan suamimu? Kennedy sekarang memusuhi kita? Lalu ... apakah Bibi Stéphanie murka?]Balasan Catherine datang dengan agak terlalu cepat.[From: Catherine To: Dietrich Kakek, Papa, Paman

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 96

    Natalie tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, tetapi saat membuka mata dan melihat Dietrich yang tertidur pulas setelah penerbangan panjang belasan jam menuju Paris, perempuan itu baru sadar bahwa dia sekarang sudah menikah. Ini sudah hampir 24 jam berlalu, tetapi Natalie masih belum menyangka bahwa dirinya sekarang sudah berstatus menjadi istri pria yang sejak dulu ia impikan ini.Dia sedang mengandung anak dari Dietrich.Masa depan memang sebuah misteri, tetapi apa yang akhir-akhir ini terjadi benar-benar menjungkirbalikkan dunia Natalie tanpa sisa.Pun tentang pernyataan cinta Dietrich .... Entahlah. Natalie tidak bisa berpikir jernih sekarang. Wanita itu menggigit bibir. Ia ingin memercayai suaminya. Namun, rasanya benar-benar sulit. Benarkah Dietrich merasakan hal yang sama untuknya? Atau ... pria itu hanya ingin sekadar menenangkan dan memaksanya masuk ke dalam jurang pernikahan yang sama-sama tidak mereka inginkan pada awalnya?"Hei, kau tidak tidur?" Suara parau khas

DMCA.com Protection Status