Share

Bab 6

Author: Alana Nourah
last update Last Updated: 2024-08-28 22:49:32

Natalie pada awalnya begitu bersemangat untuk pergi liburan ke Brussel. Koper-kopernya sudah siap. Mobilnya juga hampir penuh—sebelum ibu, ayah dan kedua kakak laki-lakinya, beserta keluarga kecil mereka masing-masing, juga bergabung dengan Nat di hall depan istana milik Princess Stéphanie.

Semua orang berpenampilan sangat chic, syal-syal hangat dikenakan. Tak lupa dengan scarf warna-warna merah dan cokelat di atas kepala. Plus, kacamata hitam super trendi.

"Mau ke mana kalian semua?" Natalie bertanya bingung.

Semua orang saling berpandangan dengan alis terangkat, lalu meledak tertawa.

Princess Stéphanie merangkul bahu putri bungsunya lalu tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi-giginya yang putih mengkilap bak porselen. "Mau ke mana, katamu? Tentu saja kami ingin ikut denganmu ke Brussel! Kami juga mendapatkan tawaran liburan di kastil Toussaint. Bukan cuma kau."

Natalie memaksa dirinya agar tidak meringis ngeri. "Undangan ... dari Dietrich?"

"Oh, bukan, Sayang. Dari kawan lamaku Axel yang senior. Sudah, jangan banyak bicara. Mari kita semua berangkat. Jet pribadi Lexstream sudah menunggu di bandara terdekat." Princess Stéphanie mendorong punggung Nat sedikit agar gadis itu berjalan lebih cepat.

Natalie merasakan dirinya digandeng dan didorong masuk ke sebuah limosin dengan lambang kerajaan. Keponakan-keponakannya, anak dari kakak pertama, berceloteh riang gembira selama limosin mereka melintasi French Riviera yang indah dan Nat merasa ini adalah mimpi buruk.

Mimpi yang benar-benar buruk. Dia yang pada awalnya menyetujui saran Dietrich untuk pergi liburan ke Brussel demi menghindari keluarganya sendiri. Mengapa sekarang semua orang jadi ikut? Mon Dieu!

"Natalie." Princess Stéphanie memanggil sembari menurunkan kacamata hitamnya sedikit. "Berhentilah menekuk mukamu seperti itu. Jika keluarga Toussaint melihatmu memberengut, mungkin mereka mengira kau bagai tahanan yang terpaksa ikut ke Brussel!"

Natalie menghela napas.

"Jangan mendengkus juga." Princess Stéphanie memperingatkan.

Natalie menahan mulut untuk tidak mengeluarkan protes.

"Nah, begitu. Tersenyum. Jadilah wanita bangsawan anggun yang pantas dipinang oleh Toussaint." Princess Stéphanie mengeluarkan kipas kecil dari dalam tas tangannya lalu mulai mengipasi dirinya sendiri. "Aku penasaran dengan calon menantuku. Well, aku belum pernah punya menantu laki-laki."

Natalie mengikuti arah pandang ibunya. Dua orang kakak Nat, semuanya laki-laki—membuat Princess Stéphanie mendapatkan dua menantu perempuan.

Natalie menyandarkan kepala pada sandaran jok, kemudian memutar bola mata. "Jangan berharap banyak padaku. Oh, astaga, Mama. Kau bahkan sudah punya banyak cucu."

"Cucu dari anak laki-laki itu berbeda dengan cucu dari anak perempuan. Aku juga ingin melihatmu hamil dan melahirkan seperti Catherine. Sudah berapa bulan kehamilannya sekarang?" Princess Stéphanie menoleh pada Natalie.

Natalie mengedikkan bahu. "Dia terlihat seperti siap melahirkan kapan saja."

"Begitulah yang kudengar kalau kau hamil kembar." Princess Stéphanie berkata. "Lady Louise pasti senang sekali karena anak perempuannya sudah menghasilkan hampir empat cucu. Itukah sebabnya Dietrich dibiarkan bebas dan tidak menikah juga sampai sekarang?"

Oh, Natalie tahu ini. Percakapan yang berkaitan dengan Toussaint dan sahabatnya Catherine, pada akhirnya hanya akan menuju topik yang sebenarnya. Dietrich.

"Dietrich tidak berminat menikah." Natalie mengingatkan ibunya sekali lagi. "Dia menyatakan dengan jelas bahwa dia akan melajang seumur hidup. Prinsip bagus yang akan dengan senang hati kuikuti jika saja Mama tidak terlalu ... cerewet."

Princess Stéphanie ingin marah, tapi tawa justru menyembur dari mulutnya. "Kau baru saja bilang aku apa? Cerewet? Dan, apa katamu tadi? Kau ingin mengikuti prinsip melajang seumur hidup?"

Natalie mengedikkan bahu. "Entahlah. Itu tidak terdengar terlalu buruk. Lagi pula, aku sudah single seumur hidup. Melanjutkannya tidak akan membuat perubahan apa pun. Atau mungkin ... jika Mama mengizinkanku pergi one night stand seperti Chiara, aku bisa punya kesempatan yang lebih besar untuk punya pacar."

Sebuah pukulan keras mendarat di paha Natalie—diiringi kerlingan tajam dari ibunya.

"Oke, tidak. Aku tidak melakukan itu." Natalie menyerah dengan cepat sebelum pukulan lain ia terima.

♡♡♡

Rombongan keluarga Princess Stéphanie tiba di Brussel ketika matahari sudah cukup tinggi. Seluruh keluarga Toussaint menyambut mereka di grand hall. Sementara ibu dan ayahnya sibuk menyapa Kakek Auguste, Paman Axel, dan para tetua yang lain, Natalie berjalan menghampiri Catherine.

"Mon Dieu. Perutmu tampak semakin besar saja, padahal kita baru tidak bertemu selama ... seminggu? Dua minggu?" Natalie mengulurkan tangan untuk membelai perut sahabatnya tanpa sungkan.

Catherine memeluk Natalie dalam dekapan sayang. Suaminya tidak tampak di mana-mana lalu kedua anaknya digendong oleh Dietrich yang berdiri sigap di sisi perempuan itu.

Dietrich tampak ingin mengulurkan tangan untuk menyambut Natalie. Namun, kedua tangannya disibukkan oleh Anastasia dan Tatiana, dua bocah kembar perempuan berambut pirang yang merupakan anak-anak Catherine dan Vladimir Alexandrov.

"Bibi Natalie!" Nasya dan Tata berteriak heboh. Tangan-tangan mereka terjulur untuk menggapai Natalie.

Natalie tersenyum setengah hati. Mendekati kedua bocah itu butuh kewaspadaan ekstra—karena siapa yang tahu tingkah barbar apa lagi yang sanggup mereka lakukan?

"Keponakan-keponakanku tidak menggigit, Nat." Dietrich terkekeh geli.

Natalie pada akhirnya maju dan mencium pipi Nasya dan Tata satu per satu. "Halo, kalian berdua. Apa kabar?"

"Baik, Bibi Nat! Kami dapat baju baru!" Nasya mengibarkan rok musim gugurnya yang berwarna merah.

Tata juga tidak mau kalah dengan memamerkan roknya yang berwarna kuning. "Lihat ini, Bibi Natalie!"

"Peluk kami!" Nasya mengulurkan kedua tangannya.

Natalie jadi terpaksa meraih Nasya dari gendongan Dietrich. Dietrich menyerahkan keponakannya dengan hati-hati. "Kau bisa menggendongnya, Nat? Awas, Nasya cukup berat."

Natalie menggunakan kedua tangannya untuk mendekap bocah berpipi gembul itu. "Mon Dieu—Ya Tuhan. Kau beri makan apa saja si Nasya, Dietrich? Dia jauh lebih berat dibandingkan terakhir kali aku menggendongnya!"

Dietrich tertawa. "Dia pemakan segala. Bukan salahku kalau dia jadi bertambah berat. Salahkan ayahnya!"

Natalie menoleh pada Catherine. "Di mana ayah mereka?"

Catherine mengedikkan bahu. "Mengurus sesuatu di New York. Dia dan adik-adiknya akan tiba di sini besok atau lusa."

Dietrich mengerang kecil, sedangkan Natalie berbinar-binar senang. "Oh, adik-adiknya akan ikut? Aku sudah rindu melihat para pria Alexandrov bermain shirtless—tanpa pakaian bagian atas—di rerumputan."

Dietrich berdeham. "Perempuan muda bermartabat seharusnya tidak—"

"Ssshhh!" Natalie memotongnya cepat. "Perempuan muda bermartabat juga butuh cuci mata."

Dietrich mendelik. Sementara itu, adiknya tertawa terbahak-bahak. Catherine memandang bolak-balik interaksi antara Dietrich dan Natalie lalu, seulas senyum mengembang di bibirnya.

"Nat, masuklah. Ayo, kutunjukkan kamarmu. Kau pasti lelah setelah perjalanan panjang." Catherine mengusulkan.

Natalie mengangguk. Perempuan itu mencium Nasya dua kali lagi sebelum menyerahkannya kembali pada Dietrich. "Sampai jumpa nanti, Di."

Dietrich balas mengangguk. Pandangannya mengikuti kedua perempuan muda yang mulai menghilang di balik koridor-koridor panjang usai memberikan salam pada para tetua.

Ketika telah berbelok, Catherine berbisik di telinga Natalie. "Hampir dua minggu ini Dietrich bertingkah aneh. Apakah kau tahu sebabnya?"

Natalie mengernyit. "Bertingkah aneh ... seperti apa?"

Catherine mengedikkan bahu. "Seperti ... sedang banyak pikiran. Aku sering melihatnya melamun di atas berkas-berkas perusahaan. Dan, ketika membaca laporan keuangan bulanan, kurasa pikirannya tidak ada di sana."

Natalie jadi ikut penasaran. "Mungkin, bisnis sedang tidak berjalan seperti biasanya?"

"Nonsense. Bisnis baik-baik saja. Aku juga sempat berbicara pada Vladimir—siapa tahu dia bisa menawarkan bantuan atau apa pun pada Dietrich, jika Dietrich mengalami kesulitan. Namun, Vladimir bilang, Patricia Royal Inn Worldwide Inc. berjalan dengan baik." Catherine berkata. "Kupikir kau tahu sesuatu, Nat, karena dia jadi begini sepulang dari Paris untuk menemuimu, kalau tidak salah? Apakah dia menceritakan sesuatu?"

Natalie mengingat-ingat kembali. Dalam pikirannya, tidak ada apa pun. "Kami hanya makan malam dan berjalan-jalan sebentar di Taman Tuileries lalu dia mengundangku liburan di Brussel."

Catherine mengangguk-angguk. "Katakan padaku jika kau tahu sesuatu nanti, Nat. Aku mengkhawatirkan Dietrich."

Natalie terdiam agak lama, tetapi pada akhirnya mengangguk juga.

"Ini dia kamarmu." Catherine berkata pada saat mereka berdua sampai di sebuah pintu ganda besar. "Kalau butuh apa pun, kau tahu di mana kamarku, tapi, hati-hati jangan sampai salah masuk. Kamarku dan kamar Dietrich bersebelahan dan pintunya sama persis." Kat mengedipkan salah satu matanya sebelum melangkah pergi sambil tertawa.

Natalie memberengut. "Sahabat macam apa kau? Mana mungkin aku salah masuk kamar?!"

Meskipun begitu, ketika Catherine sudah pergi sambil tertawa terbahak-bahak, Natalie berbaring nyalang di kamarnya di kastil Toussaint. Dia jadi memikirkan Dietrich—ini pasti berkat kekhawatiran Catherine akan kakaknya itu tadi. Dietrich sedang mencemaskan sesuatu? Memangnya apa yang bisa dicemaskan oleh seorang Dietrich?

Hidup lelaki itu sempurna. Dia adalah seorang kepala keluarga dari Toussaint—salah satu keluarga paling berpengaruh di Belgia pada khususnya, dan Eropa daratan pada umumnya. Perusahaan di bawah wewenangnya adalah satu satu perusahaan perhotelan paling stabil di seluruh dunia. Plus, keluarganya tidak sebawel keluarga Natalie—yang tidak pernah berhenti meminta Nat menikah.

Natalie melepas sepatunya dan berguling miring. Apa yang terjadi pada Dietrich?

♡♡♡

Comments (1)
goodnovel comment avatar
farizyara rsfy
bang didi galau karnamu nat, tpi bang didinya g nyadar galau krna apa......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 7

    Ketika hari beranjak sore, Natalie mendengar pintu kamarnya diketuk pelan."Nona. Ini hampir waktunya minum teh. Apakah Anda sudah bangun? Kami bisa membantu Anda bersiap."Natalie merenggangkan tubuh, kemudian turun dari tempat tidur bertiang empat di sini dan mengenakan selop kamar. Perempuan itu beranjak ke pintu, membukanya, lalu membiarkan beberapa pelayan perempuan dari Toussaint untuk masuk."Nyonya Catherine berpesan agar kami membawakan sebaskom air es untuk menyegarkan wajah Anda." Salah satu dari mereka berujar.Yang lain ikut masuk dengan senang. "Kami juga membawakan pesan dari Tuan Julien."Oh, yang satu ini membuat Natalie mengernyit. "Julien?" Bukan Dietrich?"Oui, Mademoiselle—Ya, Nona." Salah satu pelayan menyodorkan nampan kecil, membuka tudung sajinya yang berwarna keperakan, kemudian membiarkan Natalie mengambil secarik kertas dengan tulisan cakar ayam dari sana.[Selamat sore, Nona Manis. Aku menunggu untuk mengobrol lebih banyak denganmu pada acara minum teh har

    Last Updated : 2024-08-31
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 8

    Natalie berpikir. Berpikir keras. Mengesampingkan seluruh perasaan asing menyakitkan yang menderanya, gadis cantik itu mulai mempertanyakan banyak hal. Ini adalah hidupnya. Kisah cintanya. Mengapa banyak sekali orang yang ingin ikut campur?Suasana minum teh di Toussaint begitu hangat dan seharusnya menyenangkan. Denting sendok kecil beradu dengan porselen Sevrés, aroma berbagai macam teh bercampur dengan susu dan madu, dan percakapan-percakapan ringan yang bergulir di seluruh ruangan.Namun, Natalie justru larut dalam lamunan."Nat?" Mungkin ini sudah ketiga kalinya sang mama memanggil—sebelum Natalie pada akhirnya menoleh."Oui—Ya?" Natalie membalas tatapan ibunya dengan sorot teguh tak menampilkan kerapuhan apa pun, meski jauh di dalam hati ia sedikit merasa hancur.Oke, lumayan banyak. Kehancurannya. Nat tidak tahu mengapa, tapi yang diinginkannya saat ini adalah kabur dan menangis di suatu tempat terpencil di sudut kastil atau berada di dalam perlindungan kamarnya dan tidak kelua

    Last Updated : 2024-08-31
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 9

    Natalie dan Chiara berkuda santai di sepanjang track pacuan yang berada tepat melewati ruang perjamuan minum teh. Pada saat melaluinya, kepala Natalie tidak bisa berhenti untuk menoleh—meski apa yang terjadi di dalam tidak sepenuhnya dapat terlihat dari luar."Aku akan dijodohkan dengan Julien Toussaint." Nat tidak tahan untuk tidak menyemburkan semuanya pada Chiara saat mereka berdua sudah tidak berada di jarak dengar siapa pun.Chiara menoleh. Matanya melebar. "Julien? Julien?! Bukankah dia jahil sekali? Tidak. Tidak mungkin. Kalian sama sekali tidak cocok. Dia bahkan tidak terlalu menyukaimu, Nat!"Natalie melajukan kuda milik Paman Axel pelan-pelan. "Aku tahu. Kami bahkan ... tidak berteman. Tidak sedekat itu, tapi dia memujiku cantik."Chiara menghela napas. Wajahnya mendongak ke langit seolah meminta pertolongan kepada Tuhan. "Kau memang cantik. Semua orang bisa melihatnya. Sedikit pujian dari Julien Toussaint seharusnya tidak menggoyahkanmu."Natalie mengedikkan bahu. "Aku tida

    Last Updated : 2024-09-03
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 10

    Dietrich tidak sempat berpikir panjang. Ketika semua orang berhamburan keluar membentuk kerumunan di sepanjang pacuan kuda, dia mengikuti arus. Bedanya, saat berhasil keluar melewati pintu-pintu kaca berornamen keemasan dari tempat perjamuan minum teh, Dietrich langsung berderap cepat menuju istal."Siapkan kudaku!" Lelaki tampan itu berteriak pada siapa pun yang bisa mendengarnya di dalam istal.Kuda miliknya, sebuah kuda hitam besar yang tak kalah garang dibanding milik Paman Axel, siap dalam waktu singkat. Masih mengenakan jas dan pakaian semi formal, Dietrich melompat naik ke atas kudanya sendiri.Setelah itu dia dan kudanya berderap bagai satu kesatuan menuju ke pacuan kuda. Berusaha mengejar kuda yang ditunggangi oleh Natalie.Di sisi lain, Natalie berusaha melakukan teknik scrunch. Dengan satu tangan, gadis itu menyatukan tali kekang dan menyelipkan tangannya yang lain di bawah tali tersebut, untuk membuat "remasan" yang ketat pada leher kuda. Hal ini akan memicu rangsang pada

    Last Updated : 2024-09-04
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 11

    "Kau tampak kacau." Julien dan Axel Junior mengunjungi Dietrich di ruang kerja kepala keluarga Toussaint sebelum makan malam.Yah, benar. Dietrich memang kacau. Kacau balau! Lelaki tampan itu mengurung diri berteman dengan vodka milik Vladimir Alexandrov yang tertinggal—atau sengaja ditinggal—di perpustakaan. Rambutnya kusut masai. Bekas diacak-acak berulang kali oleh tangannya sendiri.Dietrich merebahkan diri di kursi kebesaran milik Toussaint. Sebelah tangannya masih menggenggam leher botol vodka, sedangkan yang sebelah lagi terkulai di sisi tubuh. Pikirannya melanglang buana entah ke mana bahkan si pria tampan masih tetap bergeming saat kedua sepupunya masuk ke ruangan."Aku tidak ada di sana, tapi aku mendengar apa yang terjadi." Axel Junior berkata dengan nada geli yang terdengar kental. "Kudengar Natalie Casiraghi menunggangi kuda milik papa.""Kuda balap." Dietrich membetulkan dengan sengit."Oke. Kuda balap milik papa." Axel Junior membetulkan. Lelaki itu menarik kursi di had

    Last Updated : 2024-09-05
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 12

    Natalie tidak heran jika pada pengaturan tempat duduk untuk makan malam, dirinya mendapatkan kursi di samping Julien Toussaint. Sementara itu, lewat sudut matanya, Nat bisa melihat Dietrich berada di kepala meja. Tampak begitu berwibawa sebagai head of the family—kepala keluarga Toussaint.Nat sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa Dietrich akan cocok sekali mengemban posisi tersebut. Kecongkakan yang hanya dapat dilahirkan dari kekayaan tak habis tujuh turunan sebelumnya, ditambah kepercayaan diri mutlak yang berasal murni dari dalam jiwa lelaki itu, membuat Dietrich seolah tak tersentuh. Pria tampan itu bersinar terang, pembawaannya menimbulkan kesan yang kuat—seolah dirinya adalah raja.Dietrich terlihat berbincang dengan beberapa orang penting dari anggota senat. Meskipun tampak akrab dengan para pria paruh baya tersebut, Natalie menyadari bahwa pria-pria yang diundang kemari semuanya memiliki anak gadis yang belum menikah! Mon Dieu. Toussaint sepertinya tidak main-main kali

    Last Updated : 2024-09-06
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 13

    Natalie terpaku. Seluruh tubuhnya lunglai bagai tak bertulang. Seolah kejadian dengan kuda belum cukup buruk, saat ini reputasinya terancam hancur akibat berduaan dengan lelaki di semak-semak. Namun, justru bukan itu yang Nat pikirkan.Ini adalah Dietrich Toussaint.Lelaki ini berhasil memporak-porandakan seluruh hidupnya dalam sekejap. Memberikannya begitu saja pada Julien, menyambarnya dari atas kuda dan memarahinya habis-habisan di depan seluruh tamu kalangan atas, dan kini ... menciumnya.Mon Dieu!Natalie tidak percaya ini. Dia sedang ... berciuman dengan Dietrich Toussaint?!Nat berusaha melepaskan diri—sebelum kesadaran akan apa yang sebaiknya tidak dilakukan hilang dari pikirannya. Akan tetapi, ketika gadis cantik itu merasakan tangan Dietrich diletakkan di pinggangnya, kemudian turun untuk menangkup bokongnya, seluruh pergolakan batin Nat menguap ke awan.Gadis itu menyerah terhadap rasa nikmat. Mon Dieu—Ya, Tuhan! Natalie belum pernah dicium sebelumnya. Akan tetapi, tidak ad

    Last Updated : 2024-09-11
  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 14

    "Ke mana saja kau?"Acara makan malam sudah berganti. Ketika Natalie kembali ke tempat acara, para pria sudah pergi ke ruangan sebelah untuk menghisap cerutu dan membicarakan hal-hal yang tidak seharusnya didengar oleh para wanita. Waktu istirahat ini bisa berlangsung selama beberapa lama sampai semua orang siap untuk berkumpul kembali di ballroom—tempat diadakannya pesta dansa.Jadi, Chiara menggunakan kesempatan ini untuk menghadang dan menggandeng Natalie agar gadis itu duduk bersamanya di sebuah meja melingkar. Salah satu kursi lainnya sudah diduduki oleh Catherine."Aku ... yah, kau tahu ke mana aku pergi." Natalie praktis menggumam saat menjawab pertanyaan Chiara.Chiara berbisik. "Apakah kau menemui Dietrich?"Nat mengedikkan bahu. "Begitulah."Kedua perempuan muda itu mengerling sekilas pada Catherine. Sungguh aneh. Betul-betul aneh rasanya membicarakan kakak Catherine saat wanita itu sedang berada di sini bersama mereka.Akan tetapi, Catherine mengibaskan tangan dan tertawa.

    Last Updated : 2024-10-15

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 125

    Dietrich kembali ke Brussel sendirian, setelah Natalie dibawa pulang ke Monte Carlo malam itu ... tanpa berpamitan. Seluruh keluarga Toussaint masih berada di istana musim panas Babushka. Vladimir dan Catherine berencana menghentikan pesta yang berlangsung untuk menyambut kelahiran kedua putra mereka—demi menghormati Dietrich dan menyatakan bahwa mereka turut berduka atas kehilangan yang Dietrich dan Natalie rasakan.Namun, Dietrich menolak. Fyodor dan Mykola berhak mendapatkan semua pesta itu. Begitu pula dengan Catherine—yang meski sudah memiliki empat anak, tetapi baru pertama kali merasakan bahwa pengalaman melahirkannya dirayakan. Jadi, malam itu juga Dietrich mengemasi barang-barangnya kemudian bertolak menuju bandara Pulkovo untuk selanjutnya terbang kembali ke rumah.Ke kastil Toussaint.Malam di awal bulan Januari itu gelap dan sungguh tanpa bintang. Membeku ... menggigit hingga ke dalam sukma. Dietrich menatap hampa semuanya melalui jendela pesawat—dan limosin yang dikemudik

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 124

    "Kau dengar sendiri apa yang dikatakan oleh putriku." Dietrich mendengar Tuan Casiraghi—ayah mertuanya—berjalan mendekat tatkala Natalie tertidur di dalam kamar rawat inapnya.Ya. Dietrich tidak tuli. Tentu saja dia mendengar semuanya."Kami akan membawanya pulang ke Monte Carlo," kata Tuan Casiraghi di depan semua orang. "Urusan perceraian nanti akan diselesaikan oleh tim pengacara yang kami tunjuk."Dietrich termenung. Semua yang terjadi padanya hari ini benar-benar terasa bagai mimpi yang jauh—sebuah mimpi buruk. Lelaki itu mengerling pada Natalie yang masih berada di atas bed pasien, namun sosok cantik itu telah mengalihkan pandangan ke arah lain.Bagaimana semuanya bisa menjadi seperti ini? Bagaimana cintanya dapat menyerah pada hubungan mereka berdua di saat mereka sama-sama kehilangan?Di saat seluruh ruangan hening selama beberapa saat, Dietrich tahu bahwa semua orang sedang menunggu jawabannya. Maka, ia mengangguk. Ia tidak sanggup mengatakan apa pun. Dan ia menahan diri agar

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 123

    Derap kaki Dietrich menggema di seluruh lorong rumah sakit, diikuti langkah kedua orang tuanya—Anthony Toussaint dan Lady Louise. Raut penuh kepanikan tampak jelas di wajah pria tampan itu. Tubuhnya yang tinggi dan tegap berpacu lebih dulu dibandingkan dengan siapa pun untuk mencapai ruang operasi tempat istrinya berada.Operasi masih berlangsung. Ruang tunggu di depannya lengang. Sunyi. Seolah mengejek lelaki itu dalam keheningan yang menyakitkan."Duduklah dulu dan tenangkan dirimu, Dietrich," bujuk Anthony Toussaint. "Kita doakan saja agar semuanya berjalan lancar dan Natalie baik-baik saja."Lady Louise sependapat dengan sang suami. "Aku sudah menghubungi Stéphanie. Dia dan keluarganya sudah dalam perjalanan kemari."Kedua tangan Dietrich lari ke kepala untuk meremas rambutnya sendiri. Kemudian, turun ke bagian tengkuk, dan berakhir membentuk sebuah kepalan yang diarahkannya ke mulut pria tampan itu sendiri. Kekalutan melanda dirinya—sampai paru-parunya mulai terasa kesulitan untu

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 122

    Pada saat mobil telah berhenti di depan ruang gawat darurat rumah sakit, Natalie tidak sempat berpikir lagi. Segalanya terasa bagai mimpi—bagaimana dia diangkat dan diletakkan di sebuah brankar. Brankar tersebut didorong ke dalam, lalu Dokter Özge tampak berbicara dengan beberapa petugas medis dan dalam sekejap Natalie dimasukkan menuju sekat pemeriksaan.Sebuah gelengan pelan yang dilakukan oleh Dokter Özge sesaat setelah pemeriksaan menghancurkan hati Natalie bahkan sebelum sang dokter sempat berbicara."Nyonya Natalie maafkan saya. Saya tidak menemukan detak jantung janin Anda lagi." Dokter Özge berkata gamblang.Penegasan itu membuat Natalie sontak terisak. Tangisannya pecah begitu saja—tanpa bisa ditahan lagi. Ini adalah hal yang menakutkan. Tidak, bukan. Sesungguhnya, ini adalah hal yang paling ia takutkan. Bahkan sejak awal kehamilan, Natalie tidak pernah merasa percaya diri bahwa semua akan baik-baik saja. Seolah dia sudah tahu bahwa ini akan terjadi."Nyonya," Dokter Özge men

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 121

    "Apa yang Anda rasakan?"Pertanyaan Dokter Özge menyentakkan Natalie kembali pada kenyataan. Wanita itu melarikan tangan ke belakang leher, lalu mengusap keringat dingin yang terus membasahi kerah sweater-nya di sana sembari menelan ludah. "Tidak ada."Dokter Özge mengangguk. "Nyonya .... Sering kali kita tidak memerhatikan. Namun, apa yang kita rasakan tidak selalu itulah yang bayi kita rasakan. Anda mungkin tidak merasa lelah ... atau mungkin tidak sadar bahwa Anda sebenarnya sedang stres. Banyak sekali hal yang bisa memicu timbulnya flek. Pemeriksaan oleh dokter Anda di Venezuela menunjukkan beberapa gejala yang tidak bagus. Namun, jangan khawatir. Bukan berarti sekarang kondisinya belum membaik."Natalie mengangguk, kemudian memejamkan mata. Sebelah tangannya mengusap lembut perutnya. Wanita cantik itu berusaha merasakan. Apa pun—entah itu hingar bingar suara musik di kejauhan, kembang api yang terus memeriahkan langit musim dingin, suhu udara yang semakin menurun seiring bertamba

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 120

    Pada saat Natalie sampai di kamar tempat Catherine dan anak-anaknya berada, Dokter Özge membuka pintu dan keluar sebelum Natalie sempat menyentuh gagang pintu. Wanita berkacamata tebal itu agak terkejut, tetapi senang melihat kedatangan Natalie."Nyonya Toussaint!" Dokter Özge berseru lalu kedua tangannya meraih pundak Natalie. "Saya mendengar banyak hal tentang pernikahan Anda yang sensasional. Selamat, Nyonya. Semoga pernikahan Anda mendapatkan keberkahan dan langgeng. Anda ingin menjenguk Nyonya Alexandrov?"Natalie tersenyum. "Terima kasih. Ya, Dok. Saya kemari untuk melihat bayi-bayi Catherine."Dokter Özge mengangguk. "Bagaimana dengan kehamilan Anda sendiri? Apakah semuanya baik-baik saja?"Natalie terdiam agak lama."Nyonya? Apakah ada yang bisa saya bantu? Anda tampak ... sedikit pucat." Dokter Özge membantu Natalie untuk duduk di sebuah kursi di lorong. "Apakah ada masalah?"Natalie menelan ludah. "Saya sempat memeriksakan kandungan sebelum terbang kemari, tetapi ... dokter

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 119

    Natalie tidak berani banyak bergerak. Dokter kandungan yang diam-diam ia temui di Venezuela meresepkan serangkaian obat penguat kandungan dan beberapa vitamin tambahan, serta memberikan saran untuk beristirahat sebanyak mungkin demi menghindari stres.Yang terakhir adalah yang paling sulit. Natalie tidak merasa stres akan apa pun, tetapi entah mengapa dokter mengatakan itu. Badannya pun tidak terasa lelah bahkan setelah perjalanan panjang dari Brussel ke New York, kawin lari ke Las Vegas, kembali ke Monte Carlo, berbulan madu ke Caracas, kemudian sekarang sedang dalam penerbangan lanjutan dari Brussel menuju St. Petersburg."Selamat datang di Rusia, Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya sekalian!" Erik—tangan kanan Vladimir Alexandrov—menyambut kedatangan pesawat jet pribadi terbesar milik Alexandrov, Lexstream One, yang ditugaskan khusus menjemput keluarga Toussaint—di bandar udara Pulkovo, dengan senyum ramah yang kini tidak lagi tampak seperti seringaian beruang di mata Natalie.Dietrich men

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 118

    "Vladimir Alexandrov baru saja memberi tahuku bahwa hari perkiraan lahir anak-anaknya sudah dekat. Keluarga Toussaint sudah akan berangkat ke Rusia. Tapi, aku ingin bertanya padamu dulu sebelum memutuskan apa pun. Bagaimana menurutmu? Apakah kita ikut berangkat ke St. Petersburg? Atau kita masih tinggal di sini untuk beberapa lama lagi?"Dietrich Toussaint kembali pada istrinya setelah memesan makan siang dan menerima telepon lain dari adik iparnya. Lelaki itu tampak riang. Sumringah. Senyumannya teramat lebar menandakan kebahagiaan menyambut calon keponakan-keponakan barunya.Ia menghampiri sisi ranjang istrinya, kemudian menggenggam jemari perempuan cantik itu lembut. "Mereka baru akan lahir, tetapi aku sudah tidak sabar menanti mereka dewasa. Kurasa, mereka akan sama ugal-ugalannya dengan kedua kakak mereka," ucapnya. "Dan mereka akan menjadi sepupu-sepupu yang baik untuk anak kita."Natalie menelan ludah. Sekilas, Dietrich sempat melihat kilau kesedihan di mata wanita cantik itu,

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 117

    "Natalie! Dieu, ke mana saja kau? Aku sudah selesai meeting—dan hasilnya menakjubkan. Kami akan memperluas jaringan hotel di Venezuela selama setahun ke depan. Apakah saat-saat berbelanjamu menyenangkan?" Dietrich bangkit dari sofa dan menutup laptop saat melihat sang istri datang dengan beberapa bodyguard wanita yang menenteng banyak sekali paperbag hasil belanja.Natalie mendekat dengan cepat. Perempuan cantik itu melemparkan tangan ke sekeliling leher sang suami, sedangkan Dietrich merengkuh dan membenamkan wajah di ceruk lehernya. "Wah, benarkah? Haruskah aku mengucapkan selamat? Kau memang hebat, Di!"Dietrich tampak bangga dengan dirinya sendiri. Ya Tuhan, sudah berapa lama ini berlangsung? Lelaki itu selalu mengharapkan ini setelah melakukan hal-hal yang prestisius—pengakuan dan pujian dari Nat. Seolah ia hidup hanya untuk itu.Mengapa selama ini Dietrich tidak menyadarinya? Dia sungguh bisa gila jika Natalie waktu itu benar-benar menikah dengan orang lain. Membayangkan itu di

DMCA.com Protection Status