Share

Bab 11

Penulis: Alana Nourah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kau tampak kacau." Julien dan Axel Junior mengunjungi Dietrich di ruang kerja kepala keluarga Toussaint sebelum makan malam.

Yah, benar. Dietrich memang kacau. Kacau balau! Lelaki tampan itu mengurung diri berteman dengan vodka milik Vladimir Alexandrov yang tertinggal—atau sengaja ditinggal—di perpustakaan. Rambutnya kusut masai. Bekas diacak-acak berulang kali oleh tangannya sendiri.

Dietrich merebahkan diri di kursi kebesaran milik Toussaint. Sebelah tangannya masih menggenggam leher botol vodka, sedangkan yang sebelah lagi terkulai di sisi tubuh. Pikirannya melanglang buana entah ke mana bahkan si pria tampan masih tetap bergeming saat kedua sepupunya masuk ke ruangan.

"Aku tidak ada di sana, tapi aku mendengar apa yang terjadi." Axel Junior berkata dengan nada geli yang terdengar kental. "Kudengar Natalie Casiraghi menunggangi kuda milik papa."

"Kuda balap." Dietrich membetulkan dengan sengit.

"Oke. Kuda balap milik papa." Axel Junior membetulkan. Lelaki itu menarik kursi di had
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 12

    Natalie tidak heran jika pada pengaturan tempat duduk untuk makan malam, dirinya mendapatkan kursi di samping Julien Toussaint. Sementara itu, lewat sudut matanya, Nat bisa melihat Dietrich berada di kepala meja. Tampak begitu berwibawa sebagai head of the family—kepala keluarga Toussaint.Nat sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa Dietrich akan cocok sekali mengemban posisi tersebut. Kecongkakan yang hanya dapat dilahirkan dari kekayaan tak habis tujuh turunan sebelumnya, ditambah kepercayaan diri mutlak yang berasal murni dari dalam jiwa lelaki itu, membuat Dietrich seolah tak tersentuh. Pria tampan itu bersinar terang, pembawaannya menimbulkan kesan yang kuat—seolah dirinya adalah raja.Dietrich terlihat berbincang dengan beberapa orang penting dari anggota senat. Meskipun tampak akrab dengan para pria paruh baya tersebut, Natalie menyadari bahwa pria-pria yang diundang kemari semuanya memiliki anak gadis yang belum menikah! Mon Dieu. Toussaint sepertinya tidak main-main kali

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 13

    Natalie terpaku. Seluruh tubuhnya lunglai bagai tak bertulang. Seolah kejadian dengan kuda belum cukup buruk, saat ini reputasinya terancam hancur akibat berduaan dengan lelaki di semak-semak. Namun, justru bukan itu yang Nat pikirkan.Ini adalah Dietrich Toussaint.Lelaki ini berhasil memporak-porandakan seluruh hidupnya dalam sekejap. Memberikannya begitu saja pada Julien, menyambarnya dari atas kuda dan memarahinya habis-habisan di depan seluruh tamu kalangan atas, dan kini ... menciumnya.Mon Dieu!Natalie tidak percaya ini. Dia sedang ... berciuman dengan Dietrich Toussaint?!Nat berusaha melepaskan diri—sebelum kesadaran akan apa yang sebaiknya tidak dilakukan hilang dari pikirannya. Akan tetapi, ketika gadis cantik itu merasakan tangan Dietrich diletakkan di pinggangnya, kemudian turun untuk menangkup bokongnya, seluruh pergolakan batin Nat menguap ke awan.Gadis itu menyerah terhadap rasa nikmat. Mon Dieu—Ya, Tuhan! Natalie belum pernah dicium sebelumnya. Akan tetapi, tidak ad

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 14

    "Ke mana saja kau?"Acara makan malam sudah berganti. Ketika Natalie kembali ke tempat acara, para pria sudah pergi ke ruangan sebelah untuk menghisap cerutu dan membicarakan hal-hal yang tidak seharusnya didengar oleh para wanita. Waktu istirahat ini bisa berlangsung selama beberapa lama sampai semua orang siap untuk berkumpul kembali di ballroom—tempat diadakannya pesta dansa.Jadi, Chiara menggunakan kesempatan ini untuk menghadang dan menggandeng Natalie agar gadis itu duduk bersamanya di sebuah meja melingkar. Salah satu kursi lainnya sudah diduduki oleh Catherine."Aku ... yah, kau tahu ke mana aku pergi." Natalie praktis menggumam saat menjawab pertanyaan Chiara.Chiara berbisik. "Apakah kau menemui Dietrich?"Nat mengedikkan bahu. "Begitulah."Kedua perempuan muda itu mengerling sekilas pada Catherine. Sungguh aneh. Betul-betul aneh rasanya membicarakan kakak Catherine saat wanita itu sedang berada di sini bersama mereka.Akan tetapi, Catherine mengibaskan tangan dan tertawa.

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 15

    Natalie, Catherine, dan Chiara bergerak bersama menuju ballroom ketika musik mulai berkumandang. Begitu pula dengan para pria dari ruangan sebelah. Suasana ballroom begitu meriah. Makanan lezat di meja-meja prasmanan terus diisi dan tidak dibiarkan kosong. Irama musik yang dimainkan langsung oleh musisi klasik terbaik dunia juga mengalun begitu indah, membuat malam menjadi terasa romantis.Sial. Paman Axel sepertinya memang tidak main-main dalam membangun ambience musim perjodohan di kastil Toussaint ini."Aku akan duduk di pojok." Catherine mengumumkan. "Kalian berdua pergilah berdansa dan bersenang-senang." Ia berkata lagi.Chiara dengan senang hati mematuhi saran Kat untuk 'bersenang-senang', sedangkan Natalie justru mengerang malas."Aku akan duduk di pojok bersamamu.”Kat mendelik. "Tidak, Natalie. Kau masih muda, masih lajang, dan teramat sangat cantik. Ini adalah waktu emasmu untuk berdansa dengan lelaki-lelaki paling tampan seantero Brussel."Natalie memberengut. "Tidak ada ya

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 16

    Jantung Natalie bergemuruh ketika ia melangkah cepat mengikuti Dietrich Toussaint melintasi lorong-lorong panjang berpenerangan temaram menuju quartier khusus keluarga. Namun, Dietrich tampaknya tidak menyadari itu. Pria berpostur tubuh tinggi tersebut terus saja bergerak seolah ingin menggandeng Natalie menghilang dengan cepat dari kerumunan.Cahaya menyorot mereka dari arah drawing room—ruangan tempat seluruh anggota keluarga Toussaint biasanya berkumpul. Letaknya berada tepat di ujung lorong ini. Karpet tebal nan mewah di bawah kaki mereka menjadi saksi bahwa kedua anak manusia tersebut melintasinya terburu-buru.Natalie merasa gugup. Sinar temaram dari lampu-lampu yang menempel di sisi-sisi dinding menerangi rambut gelap dan tebal pria di depannya itu, serta mempertajam bentuk atletis tubuhnya. Bahunya yang bidang bergerak tegap seiring langkahnya yang lebar. Kesan kuat maskulin memancar dari sosoknya yang kekar, sehingga gemuruh di hati Natalie berubah menjadi badai yang menyapu

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 17

    Natalie terdiam dengan mulut menganga. "Dietrich ... Julien sungguh tidak melakukan apa pun. Tangannya baik-baik saja di pinggangku dan—""Kau menyebut namanya lagi."Natalie kini gusar. "Dietrich! Dewasalah! Bagaimana kita akan membicarakan seseorang tanpa menyebut namanya? Kau pikir sepupumu itu semacam Bloody Mary yang dipanggil tiga kali akan datang menghantui kita atau apa?"Dietrich mendengkus kasar, tetapi tidak mengatakan apa pun.Nat mencoba lagi. Kali ini dengan nada yang lebih lembut. Tangannya terulur untuk menyentuh lengan pria itu. "Apa yang kau pikirkan tidak benar. Semuanya hanya ada di dalam kepalamu. Julien tidak melakukan apa pun. Dietrich, apakah kau sadar bahwa apa yang kau lakukan di ballroom bisa menimbulkan kegemparan? Aku tidak ingin kau terkena masalah karena aku."Dietrich terdiam—berubah menjadi jauh lebih tenang akibat sentuhan Natalie."Jika aku terkena masalah, itu karena diriku sendiri." Lelaki itu menimpali. "Jangan berpikir yang bukan-bukan."Natalie

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 18

    Setelah Natalie pergi, Dietrich keluar menuju perpustakaan. Di balik rak-rak buku kuno, ia mengeluarkan sebotol wiski. Sial. Tidak ada hal yang berjalan sesuai keinginannya hari ini. Semuanya terasa salah dan satu-satunya hal menyenangkan yang ia rasakan justru yang paling terasa salah.Mencium Natalie.Pertanyaan Nat berputar-putar dalam pikirannya. Menyabotase seluruh hal lain yang seharusnya ia pikirkan.'Apakah aku akan mencium Catherine seperti aku mencium Nat?' Berulang kali Dietrich menanyakan itu kepada diri sendiri dan jawabannya mengejutkan sekaligus mengerikan. Mencium Catherine? Yang benar saja! Itu tidak akan pernah terjadi. Tidak. Mon Dieu.Pintu perpustakaan kemudian terbuka dengan suara yang cukup kencang. Beberapa orang masuk sekaligus. Ekspresi mereka keras. Kasar. Penuh ketidaksetujuan. Kakek Auguste menyerbu masuk paling depan. Diikuti tiga dari lima orang anak laki-lakinya. Anthony—ayah Dietrich sendiri, paman Axel, dan paman Arthur—ayah Julien.Semua orang tampak

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 19

    Ada kilau cahaya yang berpendar dari lampu tidur di nakas untuk memancarkan penerangan redup ke wajah mereka, tetapi cukup bagi Natalie untuk melihat senyum setengah sadar licik yang tiba-tiba muncul di mata Dietrich Toussaint. Jika ada yang mengetahui bahwa mereka berdua berada dalam keadaan mencurigakan ini, nasib Natalie akan tamat.Tangan Natalie menekan lebih keras ke mulut Dietrich—membekapnya. Mata Nat hanya beberapa inci dari lelaki itu saat dia menatap Dietrich dengan tatapan yang mengancam.Suara para musisi yang bergabung dengan suara instrumen, nada-nada yang ditarik sampai semuanya bercampur dalam harmoni, serta disonansi diselaraskan, masih terdengar sampai ke kamar Natalie. Pesta dansa belum usai. Namun, malam sudah mulai larut dan beberapa tamu mulai kembali ke kamar masing-masing pun sebagian butuh melewati depan kamar Natalie karena gadis itu mendapatkan kamar dengan posisi paling strategis di kastil ini.Kamar khusus tamu-tamu kehormatan. Tamu yang dianggap agung.G

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 104

    Dietrich tersenyum lega. "Papa Casiraghi, kau memang yang terbaik."Mr. Casiraghi terkekeh senang. "Ayo, kemarilah. Kita duduk dan minum cokelat panas bersama. Di luar sana dingin sekali. Paling tidak, di dalam rumah harus hangat."Dietrich dan Natalie ikut duduk di sofa-sofa besar bersama keluarga Natalie yang lain. Pintu telah ditutup dan perapian elektronik sudah dinyalakan. Cokelat panas—seperti yang dijanjikan oleh Mr. Casiraghi—terhidang tak lama kemudian.Princess Stéphanie merangkul Natalie. "Apakah kalian merekam proses pernikahannya? Sejak dulu, aku menganggap pernikahan private adalah yang terbaik. Sayang sekali aku tidak bisa melakukannya, karena aku adalah anak raja. Namun, aku senang Natalie bisa melakukan itu denganmu, Dietrich," ucap Princess Stéphanie.Kalimat itu sontak membuat Dietrich hampir tersedak cokelat panas. "Bibi—maksudku, Mama Stéphie—serius?"Princess Stéphanie terkekeh. "Ya. Aku sebetulnya tidak terlalu suka jadi tontonan. Natalie pun begitu. Benar, ‘kan

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 103

    Monako di musim dingin terasa sangat nyaman bagi Dietrich. Udara di sini relatif hangat—dibandingkan bumi belahan utara tempat dia biasa tinggal. Monte Carlo, sebuah kota yang memiliki kediaman Princess Stéphanie di dalamnya, adalah salah satu tempat yang dapat dikatakan memiliki kenangan-kenangan indah untuknya.Well, kecuali saat Natalie mengembalikan cincin pemberiannya di pinggir pantai. Dietrich jelas membenci saat itu.Kediaman Princess Stéphanie sangat terkenal. Meski rumah itu milik pribadi, Mr. Casiraghi setuju membukanya untuk umum dalam perayaan-perayaan tertentu. Misalnya saja, acara ulang tahun sang istri di tanggal tiga belas September atau, perayaan hari jadi pernikahan mereka berdua.Dietrich selalu datang dengan keluarganya. Tidak ada alasan untuk tidak datang. Dietrich dan papanya, Anthony Toussaint, jelas kalah telak jika Catherine sudah merengek atau Lady Louise yang mengomel karena tidak ingin ketinggalan acara temannya.Dietrich melenggang bebas ke mana pun di ru

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 102

    Tidak pernah terbayangkan dalam hidup Dietrich bahwa dia akan menikahi Natalie. Apa lagi, akan bertemu dengan keluarga Bibi Stéphanie dengan maksud dan tujuan ingin meminta maaf karena telah membawa putri berharga mereka kawin lari di Las Vegas. Sekarang, semuanya menjadi runyam. Bahkan, pria tampan itu terancam akan memiliki lebih banyak lebam pada wajah dan rahangnya.Namun, Dietrich tidak peduli. Lelaki itu dikenal sebagai makhluk egois yang mementingkan penampilan tampannya di atas segalanya. Tetapi, sungguh. Kali ini dia tidak peduli apakah dia akan dipukul sampai habis atau apa pun—karena Dietrich benar-benar merasa pantas untuk mendapatkannya."Mon Amour ...." Dietrich meraih tangan Natalie.Natalie—yang tengah memperhatikan ponsel dan menggulir pemberitaan heboh di media tentang pernikahannya yang batal dengan Douglas Kennedy—menoleh. "Mmm?""Kira-kira Nathaniel akan memukulku berapa kali?" Dietrich memandang Natalie was-was. Sebelah tangannya menyentuh pipinya yang memiliki b

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 101

    Ruang makan di kastil Toussaint pagi itu ramai sekali. Acara makan pagi kali ini diselenggarakan secara tidak formal. Bahkan, anak-anak juga diizinkan untuk ikut makan bersama."Natalie!" Catherine berseru riang saat melihat sahabat yang kini telah menjadi kakak iparnya itu memasuki ruangan. "Sini! Duduklah bersama kami! Kau juga, Dietrich!"Maka, Natalie dan Dietrich duduk bersama dengan Catherine dan keluarga kecilnya, setelah berkeliling mengucapkan salam pada meja-meja lain yang berisi para tetua."Bonjour—Selamat pagi," sapa Natalie. Wanita itu tampak cerah dengan sebuah senyuman yang sungguh menampilkan kebahagiaan.Catherine kesulitan berdiri untuk menyapa, jadi Natalie merunduk untuk mencium kedua pipi sahabatnya itu."Pagi, Nat. Apakah tidurmu nyenyak?" Catherine bertanya.Natalie melirik Dietrich. Dietrich berdeham dengan wajah merona sedikit.Natalie tergelak ringan. "Well, ya. Kami tidur nyenyak. Bagaimana denganmu?"Catherine menunjuk perutnya. "Tidak senyenyak dirimu, te

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 100

    Namun, apa yang dilakukan oleh Dietrich selanjutnya justru membuat Nat semakin gelisah. Kepalanya menjadi pening dengan serbuan sensasi yang melandanya bertubi-tubi. Dietrich membisikkan kalimat-kalimat lembut yang nyaris tak terdengar di telinga Nat—di atas perut wanita itu. Sepertinya, Dietrich sedang memberikan salam pada anak mereka dan hal itu membuat Natalie begitu tersentuh hingga hampir menangis. Kemudian ciuman Dietrich bergerak semakin ke selatan menuju area kewanitaannya yang telah basah."Let me kiss you—Biarkan aku menciummu ...." ucap Dietrich di antara paha Natalie yang merapat dengan kaku. "Let me love you, Nat—Biarkan aku mencintaimu, Nat ...."Natalie terisak keras di saat Dietrich benar-benar membuka dirinya. Mulut pria itu terasa panas di bawah sana. Bibirnya lembut dan basah membelai bagian luar labia Natalie hingga kepala perempuan cantik itu terlempar ke kanan dan ke kiri.Cairan kewanitaan Natalie mengalir semakin banyak. Akan tetapi, Dietrich melakukan hal gi

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 99

    Tidak ada percakapan yang terjadi saat Dietrich dan Natalie bergerak menuju kamar mereka di quartier kamar tidur anggota keluarga. Bulan yang tersamarkan oleh awan menggantung rendah di langit Belgia. Sinarnya menembus jendela-jendela kaca kuno besar di salah satu sisi koridor. Membaur layaknya cincin asap besar di kegelapan malam musim dingin.Tangan Dietrich dan Natalie saling bertaut. Sesekali mereka menoleh untuk melemparkan sebuah senyuman satu sama lain. Pipi Dietrich merah sebelah. Rahangnya terasa kaku, dan wajah Natalie masih menampakkan sisa-sisa air mata. Namun, itu semua tidak menghalangi mereka untuk berbahagia.Saat sampai di depan pintu ganda yang menghubungkan dua kamar terbesar di kastil ini, jantung Natalie mengentak cepat. Ini bukan kamar Dietrich yang dulu—jelas bukan kamar yang sama dengan kamar Dietrich yang dimasukinya diam-diam bersama Catherine di masa remaja.Kamar ini ... adalah kamar The Lord and The Lady of The House."Dietrich ...." Tangan Natalie dengan

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 98

    Dietrich dan Natalie pergi ke Brussel di saat salju turun semakin tebal di akhir tahun. Para paparazzi sudah tidak tampak di sekitar apartemen Dietrich di Paris—sepertinya mereka pulang ke tempat asal masing-masing untuk liburan natal dan tahun baru. Pada saat Dietrich dan Natalie keluar dari gedung apartemen, rasanya sejuk sekali. Seolah mereka berdua baru saja menghirup udara kebebasan.Monsieur Randall mengantarkan mereka berdua menuju Charles de Gaulle. Kemudian, saat mendarat di Brussel, Paman Axel mengirimkan sebuah Rolls Royce yang mengantarkan mereka langsung menuju kastil Toussaint."Dietrich aku gugup sekali ...." Natalie berbisik pelan saat mobil yang mereka berdua tumpangi memasuki pintu gerbang kastil.Dietrich mengangguk pada sang istri. Tangannya meremas tangan Natalie pelan. "Aku juga. Tapi, jangan khawatir. Kita bisa menghadapi ini bersama-sama.""Kuharap mereka tidak terlalu marah.” Natalie balas meremas tangan suaminya.Dietrich tidak menyukai raut cemas di wajah Na

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 97

    [From: Catherine To: Dietrich Kami semua sudah kembali ke Brussel. Pulanglah, Di, dan bawa istrimu ke rumah. Tunggu. Kau benar-benar sudah menikah dengan Nat?]Dietrich mendapatkan pesan tersebut beberapa hari kemudian. Dia dan Natalie sudah tinggal cukup lama—bersembunyi, meski tempat persembunyian itu tidak dapat dikatakan terpencil—dari semua hal yang memusingkan. Keduanya mematikan ponsel selama berhari-hari. Pun dengan sengaja tidak menyalakan ponsel dan tidak keluar dari apartemen untuk menghindari para pencari berita.Saat dirasa seluruh kontroversi sudah mulai mereda, Dietrich baru membuka ponsel dan menemukan pesan dari sang adik.Jemari lelaki itu dengan cepat mengetikkan balasan.[To: Catherine From: Dietrich Ya. Aku sudah menikah dengan Nat. Apakah Kakek marah besar? Bagaimana dengan suamimu? Kennedy sekarang memusuhi kita? Lalu ... apakah Bibi Stéphanie murka?]Balasan Catherine datang dengan agak terlalu cepat.[From: Catherine To: Dietrich Kakek, Papa, Paman

  • Hasrat Terlarang Tuan CEO   Bab 96

    Natalie tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, tetapi saat membuka mata dan melihat Dietrich yang tertidur pulas setelah penerbangan panjang belasan jam menuju Paris, perempuan itu baru sadar bahwa dia sekarang sudah menikah. Ini sudah hampir 24 jam berlalu, tetapi Natalie masih belum menyangka bahwa dirinya sekarang sudah berstatus menjadi istri pria yang sejak dulu ia impikan ini.Dia sedang mengandung anak dari Dietrich.Masa depan memang sebuah misteri, tetapi apa yang akhir-akhir ini terjadi benar-benar menjungkirbalikkan dunia Natalie tanpa sisa.Pun tentang pernyataan cinta Dietrich .... Entahlah. Natalie tidak bisa berpikir jernih sekarang. Wanita itu menggigit bibir. Ia ingin memercayai suaminya. Namun, rasanya benar-benar sulit. Benarkah Dietrich merasakan hal yang sama untuknya? Atau ... pria itu hanya ingin sekadar menenangkan dan memaksanya masuk ke dalam jurang pernikahan yang sama-sama tidak mereka inginkan pada awalnya?"Hei, kau tidak tidur?" Suara parau khas

DMCA.com Protection Status