Ada kilau cahaya yang berpendar dari lampu tidur di nakas untuk memancarkan penerangan redup ke wajah mereka, tetapi cukup bagi Natalie untuk melihat senyum setengah sadar licik yang tiba-tiba muncul di mata Dietrich Toussaint. Jika ada yang mengetahui bahwa mereka berdua berada dalam keadaan mencurigakan ini, nasib Natalie akan tamat.Tangan Natalie menekan lebih keras ke mulut Dietrich—membekapnya. Mata Nat hanya beberapa inci dari lelaki itu saat dia menatap Dietrich dengan tatapan yang mengancam.Suara para musisi yang bergabung dengan suara instrumen, nada-nada yang ditarik sampai semuanya bercampur dalam harmoni, serta disonansi diselaraskan, masih terdengar sampai ke kamar Natalie. Pesta dansa belum usai. Namun, malam sudah mulai larut dan beberapa tamu mulai kembali ke kamar masing-masing pun sebagian butuh melewati depan kamar Natalie karena gadis itu mendapatkan kamar dengan posisi paling strategis di kastil ini.Kamar khusus tamu-tamu kehormatan. Tamu yang dianggap agung.G
Natalie tidak sanggup meneruskan kalimatnya karena bibir Dietrich kembali melumat lembut, membungkam semua kalimat yang hampir meluncur dari mulutnya. Lelaki tampan itu mencicipinya lagi, sedangkan Natalie mencari dengan sapuan halus lidah pria berwajah malaikat itu. Natalie dikejutkan oleh penjelajahan intim. Kemudian, lebih terkejut lagi oleh sensasi tak terkatakan yang menembus tempat-tempat rentan di tubuhnya. Kekuatan gairah menguasai tubuh Natalie, dan gadis cantik itu tersentak dalam cengkeraman Dietrich.Tangan pria itu meraba-raba lehernya, kemudian tangan Natalie balas merayap ke rambut Dietrich yang tebal dan halus di antara jari-jarinya. Gerakan dari tangan gadis memesona itu menyebabkan Dietrich menarik napas tidak teratur, seolah-olah sentuhan Nat teramat memengaruhinya.Natalie menyelipkan satu tangan ke sisi wajah Dietrich, meraih pipi pria itu. Membuat Dietrich menarik kepalanya ke belakang. Cukup untuk menggigit dan menggoda leher Natalie, menangkap dengan lembut bib
Ini adalah waktu yang tepat untuk segera mengusir Dietrich pergi—atau para tamu yang kembali dari ruang dansa akan semakin banyak. Yang memalukan, Natalie justru tetap berdiam diri. Tubuhnya dengan lapar menyerap seluruh sensasi menyenangkan saat Dietrich terus membelainya. Tangan lelaki itu bergerak ke bagian belakang gaun tidur Nat, dan Natalie merasakan gerakan jari-jari Dietrich yang cekatan. Bahkan ketika Dietrich menunduk untuk mencium bibirnya lagi, kali ini Natalie tidak bisa menahan suara. Isak tangis kecil yang pecah dari tenggorokannya, rengekan lega saat gaun tidurnya dilepaskan, terdengar bagai pengkhianatan di telinga gadis itu sendiri. Sembari terus mencium Natalie, Dietrich menarik gadis itu turun bersamanya hingga Nat telentang pasrah di bawah kungkungan otot-otot besarnya. Puas dengan pemandangan di bawah tubuhnya, Dietrich menggendong Natalie ke pangkuan. Jari-jari lelaki itu mulai menarik lepas gaun tidur Natalie ke bawah
Dietrich terbangun di kamarnya sendiri pada pagi harinya. Bajunya berbau wiski menyengat—membuatnya teringat bahwa semalam dia menghabiskan hampir beberapa botol yang disisakan oleh Alexandrov di perpustakaan. Ingatannya akan kejadian semalam tumpang tindih tak beraturan. Membuat kepala Dietrich sakit bukan kepalang.Ada bayangan Natalie Casiraghi yang begitu sembrono menunggangi kuda balap non jinak milik paman Axel. Kemudian, Dietrich mengambil kudanya sendiri dan melesat cepat menyelamatkan gadis itu dari ancaman patah tulang leher akibat terlempar dari kuda.Ada juga bayangan Dietrich mencium Natalie di taman. Di sela-sela pagar tanaman yang tinggi, bersembunyi dari para nyonya sosialita dari seluruh Eropa daratan yang kebetulan lewat. Mon Dieu. Belum apa-apa Dietrich sudah merindukan rasa manis madu dan susu dari bibir lembut Natalie.Dietrich cepat-cepat menabok dirinya sendiri. Apa, sih, yang dia pikirkan? Ini Natalie! Mencium Nat saja hampir terasa ilegal.Ada bayangan sang ay
Dietrich terbangun di kamarnya sendiri pada pagi harinya. Bajunya berbau wiski menyengat—membuatnya teringat bahwa semalam dia menghabiskan hampir beberapa botol yang disisakan oleh Alexandrov di perpustakaan. Ingatannya akan kejadian semalam tumpang tindih tak beraturan. Membuat kepala Dietrich sakit bukan kepalang.Ada bayangan Natalie Casiraghi yang begitu sembrono menunggangi kuda balap non jinak milik paman Axel. Kemudian, Dietrich mengambil kudanya sendiri dan melesat cepat menyelamatkan gadis itu dari ancaman patah tulang leher akibat terlempar dari kuda.Ada juga bayangan Dietrich mencium Natalie di taman. Di sela-sela pagar tanaman yang tinggi, bersembunyi dari para nyonya sosialita dari seluruh Eropa daratan yang kebetulan lewat. Mon Dieu. Belum apa-apa Dietrich sudah merindukan rasa manis madu dan susu dari bibir lembut Natalie.Dietrich cepat-cepat menabok dirinya sendiri. Apa, sih, yang dia pikirkan? Ini Natalie! Mencium Nat saja hampir terasa ilegal.Ada bayangan sang ay
Prague—begitu orang-orang berbahasa Inggris dan Prancis menyebutnya, merupakan ibukota Republik Ceko. Sebuah ibukota bersejarah di Bohemia. Dietrich dapat mengakui bahwa kota yang dulunya merupakan tiga terbesar di seluruh Eropa daratan bersama dengan Roma dan Paris ini sangat cantik. Sangat cantik, tetapi Dietrich membencinya.Dietrich membenci Sungai Vltava juga Jembatan Charles-nya yang terkenal. Kota ini dingin, kuno, kaku. Mengingatkannya kepada keluarga Toussaint—yang indah sempurna di mata semua orang, tetapi kejam di dalam.Kota ini butuh kehangatan. Kota ini butuh iklim Mediterania yang cerah dan terik. Seperti di Monte Carlo, seperti di Monako.Dietrich mengepalkan tangannya pada saat mendarat di bandar udara Vaclav Havel Praha. Monsieur Randall—supir pribadi Dietrich—masih harus mengemudi sejauh kurang lebih dua puluh kilometer ke pusat kota untuk menurunkan sang majikan di Patricia Royal Inn Hotel cabang Praha. Namun, yang ingin dilakukan oleh Dietrich justru berputar arah
Natalie Casiraghi beralasan bahwa siklus datang bulannya kali ini membuat perutnya benar-benar sakit sampai ia tidak dapat berjalan. Acara menangisnya di ruang makan pada pagi hari dimaklumi semua orang. Nyonya-nyonya sosialita bahkan mengerubunginya dan mengucapkan kata-kata untuk menguatkan."Natalie yang malang." Salah seorang wanita paruh baya berkata dengan nada sedih. "Begitulah akibatnya jika seorang wanita menjadi perawan terlalu lama. Akan tetapi, jangan khawatir. Saat kau mulai aktif dalam hubungan seksual dan pada akhirnya melahirkan anak, rasa sakit datang bulanmu akan berkurang."Beberapa ibu-ibu yang lain mengamini hal tersebut. Namun, beberapa membantah dan mengatakan bahwa siklus bulanan mereka tetap terasa sakit meski mereka sudah melahirkan berkali-kali."Sebaiknya kau cepat menikah saja, Sayang. Mungkin suamimu nanti dapat menemukan cara untuk meredakan ketegangan dalam tubuhmu saat kau merasakan sakit." Pernyataan nyonya lain yang ini diikuti beberapa tawa cekikika
Kat terdiam. "Bagaimana keadaan Natalie sekarang?""Sejak sore, Nona Natalie bilang dia hanya ingin tidur, Nyonya." Bryn menjawab. "Dia melewatkan makan siang dan makan malam."Catherine melemparkan pandangan khawatir ke arah pintu kamar Natalie. Begitu juga dengan Chiara.Perlahan tapi pasti, mereka berdua membuka pintu kamar Natalie dan menyelinap masuk. Benar kata Bryn. Natalie kini tampak sedang terlelap. Wajahnya damai. Begitu cantik seperti Putri Tidur. Akan tetapi, Kat melihat pipi dan leher Nat memerah seolah terbakar.Catherine langsung menghampiri Natalie. Tangannya meraba leher Nat sekilas, kemudian wanita yang tengah hamil tujuh bulan tersebut berjengit kaget. "Natalie demam." Ia berbisik pada Chiara.Chiara menoleh pada Bryn. "Kau punya obat-obatan yang biasa dikonsumsi Natalie? Dia demam."Bryn mengangguk. "Ada, Nona Chiara. Akan saya siapkan.""Nat." Catherine meraih pipi Natalie lembut. "Nat, bangunlah sebentar. Natalie ...."Kelopak mata Natalie perlahan bergetar, kem
Ruang makan di kastil Toussaint pagi itu ramai sekali. Acara makan pagi kali ini diselenggarakan secara tidak formal. Bahkan, anak-anak juga diizinkan untuk ikut makan bersama."Natalie!" Catherine berseru riang saat melihat sahabat yang kini telah menjadi kakak iparnya itu memasuki ruangan. "Sini! Duduklah bersama kami! Kau juga, Dietrich!"Maka, Natalie dan Dietrich duduk bersama dengan Catherine dan keluarga kecilnya, setelah berkeliling mengucapkan salam pada meja-meja lain yang berisi para tetua."Bonjour—Selamat pagi," sapa Natalie. Wanita itu tampak cerah dengan sebuah senyuman yang sungguh menampilkan kebahagiaan.Catherine kesulitan berdiri untuk menyapa, jadi Natalie merunduk untuk mencium kedua pipi sahabatnya itu."Pagi, Nat. Apakah tidurmu nyenyak?" Catherine bertanya.Natalie melirik Dietrich. Dietrich berdeham dengan wajah merona sedikit.Natalie tergelak ringan. "Well, ya. Kami tidur nyenyak. Bagaimana denganmu?"Catherine menunjuk perutnya. "Tidak senyenyak dirimu, te
Namun, apa yang dilakukan oleh Dietrich selanjutnya justru membuat Nat semakin gelisah. Kepalanya menjadi pening dengan serbuan sensasi yang melandanya bertubi-tubi. Dietrich membisikkan kalimat-kalimat lembut yang nyaris tak terdengar di telinga Nat—di atas perut wanita itu. Sepertinya, Dietrich sedang memberikan salam pada anak mereka dan hal itu membuat Natalie begitu tersentuh hingga hampir menangis. Kemudian ciuman Dietrich bergerak semakin ke selatan menuju area kewanitaannya yang telah basah."Let me kiss you—Biarkan aku menciummu ...." ucap Dietrich di antara paha Natalie yang merapat dengan kaku. "Let me love you, Nat—Biarkan aku mencintaimu, Nat ...."Natalie terisak keras di saat Dietrich benar-benar membuka dirinya. Mulut pria itu terasa panas di bawah sana. Bibirnya lembut dan basah membelai bagian luar labia Natalie hingga kepala perempuan cantik itu terlempar ke kanan dan ke kiri.Cairan kewanitaan Natalie mengalir semakin banyak. Akan tetapi, Dietrich melakukan hal gi
Tidak ada percakapan yang terjadi saat Dietrich dan Natalie bergerak menuju kamar mereka di quartier kamar tidur anggota keluarga. Bulan yang tersamarkan oleh awan menggantung rendah di langit Belgia. Sinarnya menembus jendela-jendela kaca kuno besar di salah satu sisi koridor. Membaur layaknya cincin asap besar di kegelapan malam musim dingin.Tangan Dietrich dan Natalie saling bertaut. Sesekali mereka menoleh untuk melemparkan sebuah senyuman satu sama lain. Pipi Dietrich merah sebelah. Rahangnya terasa kaku, dan wajah Natalie masih menampakkan sisa-sisa air mata. Namun, itu semua tidak menghalangi mereka untuk berbahagia.Saat sampai di depan pintu ganda yang menghubungkan dua kamar terbesar di kastil ini, jantung Natalie mengentak cepat. Ini bukan kamar Dietrich yang dulu—jelas bukan kamar yang sama dengan kamar Dietrich yang dimasukinya diam-diam bersama Catherine di masa remaja.Kamar ini ... adalah kamar The Lord and The Lady of The House."Dietrich ...." Tangan Natalie dengan
Dietrich dan Natalie pergi ke Brussel di saat salju turun semakin tebal di akhir tahun. Para paparazzi sudah tidak tampak di sekitar apartemen Dietrich di Paris—sepertinya mereka pulang ke tempat asal masing-masing untuk liburan natal dan tahun baru. Pada saat Dietrich dan Natalie keluar dari gedung apartemen, rasanya sejuk sekali. Seolah mereka berdua baru saja menghirup udara kebebasan.Monsieur Randall mengantarkan mereka berdua menuju Charles de Gaulle. Kemudian, saat mendarat di Brussel, Paman Axel mengirimkan sebuah Rolls Royce yang mengantarkan mereka langsung menuju kastil Toussaint."Dietrich aku gugup sekali ...." Natalie berbisik pelan saat mobil yang mereka berdua tumpangi memasuki pintu gerbang kastil.Dietrich mengangguk pada sang istri. Tangannya meremas tangan Natalie pelan. "Aku juga. Tapi, jangan khawatir. Kita bisa menghadapi ini bersama-sama.""Kuharap mereka tidak terlalu marah.” Natalie balas meremas tangan suaminya.Dietrich tidak menyukai raut cemas di wajah Na
[From: Catherine To: Dietrich Kami semua sudah kembali ke Brussel. Pulanglah, Di, dan bawa istrimu ke rumah. Tunggu. Kau benar-benar sudah menikah dengan Nat?]Dietrich mendapatkan pesan tersebut beberapa hari kemudian. Dia dan Natalie sudah tinggal cukup lama—bersembunyi, meski tempat persembunyian itu tidak dapat dikatakan terpencil—dari semua hal yang memusingkan. Keduanya mematikan ponsel selama berhari-hari. Pun dengan sengaja tidak menyalakan ponsel dan tidak keluar dari apartemen untuk menghindari para pencari berita.Saat dirasa seluruh kontroversi sudah mulai mereda, Dietrich baru membuka ponsel dan menemukan pesan dari sang adik.Jemari lelaki itu dengan cepat mengetikkan balasan.[To: Catherine From: Dietrich Ya. Aku sudah menikah dengan Nat. Apakah Kakek marah besar? Bagaimana dengan suamimu? Kennedy sekarang memusuhi kita? Lalu ... apakah Bibi Stéphanie murka?]Balasan Catherine datang dengan agak terlalu cepat.[From: Catherine To: Dietrich Kakek, Papa, Paman
Natalie tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, tetapi saat membuka mata dan melihat Dietrich yang tertidur pulas setelah penerbangan panjang belasan jam menuju Paris, perempuan itu baru sadar bahwa dia sekarang sudah menikah. Ini sudah hampir 24 jam berlalu, tetapi Natalie masih belum menyangka bahwa dirinya sekarang sudah berstatus menjadi istri pria yang sejak dulu ia impikan ini.Dia sedang mengandung anak dari Dietrich.Masa depan memang sebuah misteri, tetapi apa yang akhir-akhir ini terjadi benar-benar menjungkirbalikkan dunia Natalie tanpa sisa.Pun tentang pernyataan cinta Dietrich .... Entahlah. Natalie tidak bisa berpikir jernih sekarang. Wanita itu menggigit bibir. Ia ingin memercayai suaminya. Namun, rasanya benar-benar sulit. Benarkah Dietrich merasakan hal yang sama untuknya? Atau ... pria itu hanya ingin sekadar menenangkan dan memaksanya masuk ke dalam jurang pernikahan yang sama-sama tidak mereka inginkan pada awalnya?"Hei, kau tidak tidur?" Suara parau khas
Dietrich merasa was-was. “Jangan bilang kau merasa ragu? Kau tidak bisa meninggalkanku di altar, Nat ….”Natalie menelan ludah dan menghindari tatapan Dietrich. “Nat, Pastor Ryan sudah menunggu kita. Dia hampir membeku kedinginan,” ucap Dietrich dengan keputusasaan. “Jangan lakukan ini padaku. Kumohon padamu ….” Natalie menghela napas. Ketika mendongak, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak ingin kau menyesal, Dietrich kau bahkan … tidak mencintaiku.” Air mata Natalie menetes. Lalu, tetesan itu berubah menjadi deras. Dietrich tertegun. “Siapa yang mengatakan itu padamu?” Natalie menggeleng cepat. “Bukan siapa yang mengatakan apa. Ini adalah tentang kau tidak mengatakan apa-apa.” Dietrich memandang Natalie tak percaya. “Apakah kau tidak bisa melihat bahwa seumur hidupku, orang yang paling kupedulikan adalah kau? Tidak bisakah kau merasakan bahwa aku menc—“ “Cukup. Jangan membohongi kita berdua, Di. Kau sendiri yang mengatakan bahwa cinta itu omong kosong? Kau tidak mencintaiku. Tidak
Tak lebih dari dua jam kemudian, Natalie dan Dietrich sudah duduk di sebuah penerbangan first class menuju Nevada. Keduanya cekikikan bersama-sama. Meski para pramugari sedang menuangkan anggur—untuk Dietrich dan jus untuk Natalie, mereka berdua tidak bisa berhenti tertawa."Apakah kau bisa membayangkan raut wajah Vladimir saat kita kabur?" Dietrich tertawa tengil. "Malam ini agak gelap. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi aku bisa membayangkannya."Natalie tertawa lagi. "Kau benar-benar nakal, kau tahu?" Dietrich mencolek hidung Natalie sekilas. "Coba tebak, karena siapa aku jadi begini?" Natalie menepuk dada Dietrich main-main. Kebahagiaan membuncah di dadanya. Sebentar lagi. Hanya tinggal sebentar lagi mereka berstatus sebagai suami istri.Seharusnya Natalie malu. Dia bukan hanya mendobrak tradisi agung pernikahan keluarga kerajaan, tetapi juga menurunkan standar pernikahan ke posisi paling bawah. Pernikahan drive-thru. Sekarang bukan hanya makanan cepat saji saja yang
Dietrich mendekatkan wajahnya, memosisikan bibir Natalie sehingga bertaut dengannya. Lidahnya menyusuri bibir manis beraroma mint milik Natalie. Napas Natalie terengah ketika Dietrich menekan lidahnya lebih dalam menjelajahi mulut Natalie. Sedikit terburu-buru didesak hasrat, Dietrich tak bisa menahannya lagi. Natalie adalah miliknya dan ia sudah menginginkan Nat sejak lama. Tubuh Natalie dengan mudah dikuasainya. Tangan Dietrich menurun ke pundak Nat, membelai kulit halus yang terbuka itu. Dietrich menyesap sisi leher Natalie—yang seketika membuat desah wanita cantik itu terlontar begitu saja. Kemudian, si presdir tampan mencium dan menenggelamkan wajahnya di leher Natalie. Suara ciuman yang menggelora berhenti sejenak. Dietrich melepaskan dan menatap wajah Natalie yang sudah memerah. Sementara itu, sorot mata Natalie tampak sayu sekaligus bergairah. Sial. Bagaimana Dietrich dapat berhenti sekarang? Miliknya yang mengeras bergesekan dengan milik Natalie yang terasa basah. Dietr