“Kamu sudah dapat uang tambahan untuk berobat ayahmu, Na?” tanya ibunda Anna Pradeepa.
“Belum, Bun. Aku sudah ambil tambahan pekerjaan di resto usai jam kantor, ini bayaran nya dalam satu hari,” jawab Anna mengulungkan satu lembar uang berwarna merah dari dalam tas nya.
“Sebenarnya kurang tapi tidak apa-apa bisa buat tambahan bunda belanja,”
.
Kehidupan keluarga mereka terjun payung semenjak ayah Anna sakit. Dia menjadi tulang punggung yang harus membiayai pengobatan ayahnya juga membiayai sekolah 3 orang adik laki-lakinya. Sedangkan bundanya hanya ibu rumah tangga selama ini.
Anna meneteskan air mata selama perjalanan ke kantor menggunakan motor matic hasil kerja kerasnya. Hari ini dia hanya mengantongi sepuluh ribu saja untuk mengisi bensin motor itu.
“Dor! Pagi-pagi kok lesu sekali sih Ann," ucap Dinda gadis rumahan yang selalu ceria. Dia adalah salah satu teman dekat Anna di kantor.
“Biasa lah, aku pusing kemana lagi harus cari uang.” jawab Anna lemas di sertai cacing dalam perut nya yang sudah demo.
“Kamu belum sarapan ya, aku bawa bekal lebih ayo sarapan dulu sebentar,” goda Dinda.
Mereka berdua sarapan di ruang makan khusus karyawan yang cukup besar. Selain desain nya yang keren, kantor startup tempat mereka bekerja juga fleksibel.
Saat tengah asik makan sembari bercanda, lewat di depan mereka seorang wanita berbadan lencir nan cantik yang akan sarapan di kursi belakang paling ujung. Spontan mereka berdua saling lirik, yang mana satu sama lain mengerti arti dari lirikan itu.
“Itu anak baru yang ada di divisi penjualan kan?” tanya Anna saat jalan menuju ruangan setelah sarapan.
“Iya, kasihan lho dia?! Gosip nya sih dia cewek bayaran gitu bisa pesan dari aplikasi apalah namanya aku lupa,” jawab Dinda.
Jawaban Dinda membuat Anna penasaran, pikiran buntu nya muncul untuk mencoba menjajakan dirinya lewat aplikasi yang di maksud Dinda itu.
"Aplikasi apa sih?"
“Mana aku tahu, ih. Aplikasi nya warna kuning kata teman-teman yang lain,” jawab Dinda.
Percakapan mereka berhenti di situ, Anna tidak mau membuat Dinda curiga tentang rencana buruk yang ada di otaknya. Mereka pun lanjut bekerja hingga menunggu waktu pulang tiba…
***
“Daaa, sampai ketemu besok Senin.” teriak Dinda meninggalkan kantor tepat pukul 5 sore. Sedangkan Anna harus melanjutkan perjalanannya menuju resto untuk bekerja.
Sesampainya di resto Anna mengganti kemeja kantornya dengan kemeja hitam, serta menggunakan apron atau lebih di kenal dengan sebutan celemek. Lanjut membasuh wajahnya yang terlihat lelah lalu memoles kembali dengan riasan tipis.
Pekerjaan sampingannya sebagai waitress mengharuskan Anna berdiri 8 jam lamanya. Anna sedang memikirkan niat buruk itu berkali-kali apakah dia yakin akan terjun ke dunia hitam itu atau tidak.
“Eh Anna, itu ada tamu yang manggil tuh," ucap salah satu senior waitress di resto itu.
Anna berjalan menghampiri tamu tersebut, belum sempat menanyakan apa yang dia butuhkan dirinya justru kena semprot. “Lama sekali makanan saya keluar!! Cepat bawa ke sini saya lapar!!”
“Maaf, Pak. Saya bantu cek pesanan nya dulu,” jawab Anna yang lekas meninggalkan tamu tersebut.
Setelah di konfirmasi dan ditunggu beberapa saat pesanan yang sudah siap itu di antarkan oleh Anna ke meja tamu. “Permisi ini makanan nya, Pak. Silahkan.”
“Kamu anak baru ya, pantas saja lelet.” ucap nya sembari menyeruput sop yang baru saja datang.
.
Bukan nya membantu senior Anna ini justru sedang sibuk bermain ponsel secara sembunyi-sembunyi di balik tembok.
“Kak Andre, bukankah lebih baik jika membantu kami merapikan meja-meja tamu yang sudah selesai?!” pekik Anna.
“Cerewet sekali kamu. Apa guna nya resto ini membayar kamu sebagai pekerja tambahan kalau aku juga yang mengerjakan!” sahutnya dengan kata-kata pedas.
Anna tidak membalas lagi kata-kata itu dia memilih pergi berjaga di sudut lainnya. Hingga waktu sudah menunjukan pukul 02;00 dini hari waktu nya Anna pulang ke rumah. Rasa takut akan orang jahat di jalan kalah dengan rasa lelah nya seharian bekerja.
.
Anna bergegas mandi saat tiba di rumah, seisi rumah sudah tertidur lelap ketika dirinya baru saja pulang. Masuk lah dia ke kamar, membuka ponsel yang sedari tadi ada di dalam tas untuk memberi kabar ke pacar nya. Randy Pratama, seorang laki-laki yang cukup mapan dan sudah menjalanin hubungan dengan Anna kurang lebih 1 tahun.
Anna mengirimkan pesan ke Randy.
Anna: "Halo sayang, maaf aku baru sempat memberi kabar. Semoga perjalanan dinasmu akhir pekan ini menyenangkan,”
Ternyata pesan itu mendapat respon berupa telpon, saat di angkat. “Apa perlu bekerja hingga larut begini, aku kemarin sudah memberimu uang untuk membantu kebutuhan orang tuamu. Tidak habis pikir aku denganmu,” oceh Randy.
“Maafkan sayang uang itu sudah aku gunakan untuk biaya piknik adik. Kasihan kalau dia tidak ikut,” jawab Anna. Ternyata Randy memilih menutup telepon.
Semua kejadian yang Anna alami hari ini sungguh menyakitkan baginya. Hidup nya luluh lantak tak seperti dulu saat ayahnya masih sehat. Tekad bulat nya untuk menjadi wanita bayaran semakin besar, dengan niat dia ingin mengakhiri penderitaan tersebut. Akhirnya detik itu juga dia mencoba mencari tahu tentang aplikasi kencan dan memasarkan dirinya di sana.
.
“Cherry” adalah nama yang dia pilih sebagai nama samaran agar tidak ada yang mengenalinya. Menggunakan foto tanpa muka seperti yang dia lihat oleh kebanyakan wanita di aplikasi itu.
Dalam beberapa menit saja sudah banyak pria yang menawar bagai barang loak. Sampai di pilih lah satu pria berdasarkan kata hatinya. Anna segera mengatur janji untuk bertemu secepat mungkin, karena sudah hampir fajar Anna meminta pria itu untuk bertemu dengannya siang nanti.
Anna tertidur setelah membalas pesan dari aplikasi itu…
“Aku ada di hotel Raja kamar No.10 di lantai 1,” laki-laki itu mengirimkan alamat hotel.
Anna bingung apa yang harus dia lakukan sementara ini adalah pertama kalinya dia menjajakan diri. Degup jantungnya kencang sekali hingga akan menembus tubuh lencirnya.
.
.
Tok tok tok !!
Tangan Anna gemetar dan keluar keringat dingin dari pelipisnya saat berada di depan pintu, lalu terlihat pria dewasa membuka pintu, umur nya kisaran empat puluh tahun…
“Hai kamu Cherry ya, masuk masuk." Laki-laki itu membukakan pintu kamar lebar agar Anna segera masuk.
Anna duduk terdiam di pinggir kasur, dia bingung harus melakukan apa dan juga dia takut jika ternyata pria ini adalah orang jahat yang akan membunuh dirinya.
“Cantik banget, badan mu oke sekali." ucap laki-laki itu sembari memegang buah bulat Anna.
Saat laki-laki itu tersenyum lebar Anna sangat kaget melihat gigi nya yang begitu jorok seperti tidak pernah di sikat. Dirinya membayangkan jika harus menci*um mulut bau itu.
Entah mengapa pandangannya justru terfokus pada mulut pria itu, tapi bukankah sebagai seorang wanita bayaran dia tidak bisa memilih?!
“Sepertinya aku ini pelanggan pertama ya untukmu?” tanya pria itu.Anna tersenyum kecut dan hanya menganggukan kepalanya, pria itu terus memandangi Anna dengan senyuman yang lebar dan aneh.“Bukan kah harga mu terlalu murah, bagaimana kalau aku ajarkan caranya. Naikan hargamu setelah denganku ya, kali ini aku juga akan membayarmu dua kali lipat," ucapnya.Pria itu mulai menc*mbu tubuh Anna yang putih mulus, gunung kembarnya masih kencang ukuran yang pas di tangan para pria hidung belang. Anna berusaha menepis halus pria itu tapi semakin Anna berusaha menolak pria itu justru semakin bringas. “Panggil aku mas Welly,” ucapnya sembari membuka pakaian Anna.Anna pasrah dengan apa yang dilakukan pelanggannya itu, meskipun di dalam batin dia sedikit mual akibat bau di mulut sang pria. Tapi itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari, tidak bisa memilih seperti apa pelanggan yang dia mau.“Ini bayaran kamu,” memberikan segepok uang lembaran biru.“Terima kasih, Mas,” Anna segera memakai
“Cherry, namamu?” tanyanya mendadak, membuat Anna terkejut.“Be... Betul, Mas. Kamu?” tanya Anna balik.“Aku Rama, kamu sepertinya anak baik. Boleh aku tahu alasanmu melakukan ini?” Anna terdiam sejenak. Dia ragu akan berkata jujur, namun berbohong untuk apa pikirnya dia tidak akan bertemu dengan orang itu lagi. “Ayahku sedang sakit dan aku memiliki 3 orang adik laki-laki jadi aku harus mencari tambahan uang untuk mereka.” Rama terdiam merasa kasihan dengan gadis cantik ini, hal ini juga baru pertama kali di lakukan oleh Rama. Mereka sama-sama canggung untuk melakukannya.“Emmh aku izin buka bawahnya ya.” ucap Anna menurunkan celana Rama. Pria itu hanya menatap Anna, detak jantungnya terasa hebat hingga suara nya terdengar jelas.Anna mulai memasu-kan mulut nya ke bagian sensitif itu, memainkan nya dengan jago hingga suasana ruangan menjadi panas. Anehnya dengan Rama, Anna sama sekali tidak merasa jijik. Tubuhnya ikut merasakan sensasi yang luar biasa.“Cukup, aku akan berada di ata
Anna selalu bangun fajar sebelum semua orang rumah nya bangun, dia melakukan aktivitas hariannya membantu bunda bersih-bersih rumah.“Kamu sudah di jemput teman kantormu itu, suara mobilnya terdengar di luar.” seru bundanya.“Iya iya bunda sebentar, lagi ambil sepatu, daaa ayah daa bunda,” Anna menyalami kedua tangan orang tuanya dan tersenyum bahagia.Tetapi orang tua nya bergumam saat anak nya sudah pergi…“Seperti nya pria itu sedang dekat dengan Anna, Yah. Lebih kaya pasti dari pada Randy,” ucap Bunda Anna.“Husst, doakan saja yang terbaik untuk anak kita, Bun. Anna itu anak baik dia sudah bekerja keras untuk kita,” jawab Ayah..“Oh jadi kalau kerja cantik gini juga ya?” pertanyaan menggoda dari Rama saat melihat Anna dari dalam mobil.Anna tersenyum kecil malu-malu.“Bisa saja kamu ini.”Sesaat kemudian ponsel Rama berdering…“Iya lagi di jalan, nanti aku telepon lagi,” terdengar datar saat Rama menjawab telepon itu.“Maaf ya kalau pagi begini biasanya kerjaan sudah pada telepon,
Sesampainya di rumah Anna..."Terima kasih, Mas untuk hari ini. Sampai ketemu lagi jaga kesehatanmu," Anna mengecup pipi Rama."Oke minggu depan aku akan menjemput mu, kita akan liburan di luar kota beberapa hari. Jangan mencari pelanggan, aku sudah kirim uang ke rekeningmu," sahut nya.Baru saja masuk ke dalam rumah lagi-lagi bunda nya meminta uang. Tidak peduli bagaimana keadaan anaknya yang terpenting keuangan keluarga mereka tercukupi.Bahkan Anna belum sempat mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah."Anna, belikan bunda ponsel. Bunda tidak mau pakai ponsel satu berdua dengan ayahmu," ucap Bundanya sembari meruncingkan bibir dan melirik tajam ke suaminya."Sekarang itu bukan hal utama, Bun. Aku masih banyak yang harus di pikirkan. Apalagi kebutuhan rumah yang tidak ada habis nya," tolak Anna dengan tegas."Kamu kan satu-satunya harapan keluarga ini, hanya beberapa juta saja apa itu memberatkan mu?" "Lebih penting pengobatan ayah, Bun. Aku juga perlu menabung untuk diriku send
"Ini, Bun. Cukup untuk bunda beli ponsel baru." ucap Anna menyerahkan lembaran merah untuk bunda nya."Terima kasih anakku semoga rejeki mu bertambah banyak," Anna hanya terdiam merasa uang yang dia cari seperti hilang begitu saja, dia bahkan belum pernah membeli barang yang dia inginkan. Sering kali hanya untuk kebutuhan keluarga nya.Ting!Suara notifikasi dari aplikasi yang di tunggu akhirnya muncul juga...."Bisakah datang ke hotel nanti malam?" pesan dari seseorang yang dia tidak tahu wujud nya nanti seperti apa. Menggunakan nama samaran dan profil nya pun tidak jelas."Boleh, Mas. Nanti kirimkan saja alamat hotel nya ya," balas Anna.Tak sabar Anna menunggu jam pulang untuk segera menuju hotel, jika tidak ia lakukan maka ia tidak bisa menyisihkan uangnya.Terkait Rama, Anna memikirkan mengapa terkadang dia benar-benar hilang komunikasi. Tapi di saat akan menemui pelanggan, hal itu cukup membantu.***Tok! Tok! Tok!Laki-laki berbadan berisi, kulit putih dan wajah ganteng yang m
"Ini, Bun. Cukup untuk bunda beli ponsel baru." ucap Anna menyerahkan lembaran merah untuk bunda nya."Terima kasih anakku semoga rejeki mu bertambah banyak," Anna hanya terdiam merasa uang yang dia cari seperti hilang begitu saja, dia bahkan belum pernah membeli barang yang dia inginkan. Sering kali hanya untuk kebutuhan keluarga nya.Ting!Suara notifikasi dari aplikasi yang di tunggu akhirnya muncul juga...."Bisakah datang ke hotel nanti malam?" pesan dari seseorang yang dia tidak tahu wujud nya nanti seperti apa. Menggunakan nama samaran dan profil nya pun tidak jelas."Boleh, Mas. Nanti kirimkan saja alamat hotel nya ya," balas Anna.Tak sabar Anna menunggu jam pulang untuk segera menuju hotel, jika tidak ia lakukan maka ia tidak bisa menyisihkan uangnya.Terkait Rama, Anna memikirkan mengapa terkadang dia benar-benar hilang komunikasi. Tapi di saat akan menemui pelanggan, hal itu cukup membantu.***Tok! Tok! Tok!Laki-laki berbadan berisi, kulit putih dan wajah ganteng yang m
Sesampainya di rumah Anna..."Terima kasih, Mas untuk hari ini. Sampai ketemu lagi jaga kesehatanmu," Anna mengecup pipi Rama."Oke minggu depan aku akan menjemput mu, kita akan liburan di luar kota beberapa hari. Jangan mencari pelanggan, aku sudah kirim uang ke rekeningmu," sahut nya.Baru saja masuk ke dalam rumah lagi-lagi bunda nya meminta uang. Tidak peduli bagaimana keadaan anaknya yang terpenting keuangan keluarga mereka tercukupi.Bahkan Anna belum sempat mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah."Anna, belikan bunda ponsel. Bunda tidak mau pakai ponsel satu berdua dengan ayahmu," ucap Bundanya sembari meruncingkan bibir dan melirik tajam ke suaminya."Sekarang itu bukan hal utama, Bun. Aku masih banyak yang harus di pikirkan. Apalagi kebutuhan rumah yang tidak ada habis nya," tolak Anna dengan tegas."Kamu kan satu-satunya harapan keluarga ini, hanya beberapa juta saja apa itu memberatkan mu?" "Lebih penting pengobatan ayah, Bun. Aku juga perlu menabung untuk diriku send
Anna selalu bangun fajar sebelum semua orang rumah nya bangun, dia melakukan aktivitas hariannya membantu bunda bersih-bersih rumah.“Kamu sudah di jemput teman kantormu itu, suara mobilnya terdengar di luar.” seru bundanya.“Iya iya bunda sebentar, lagi ambil sepatu, daaa ayah daa bunda,” Anna menyalami kedua tangan orang tuanya dan tersenyum bahagia.Tetapi orang tua nya bergumam saat anak nya sudah pergi…“Seperti nya pria itu sedang dekat dengan Anna, Yah. Lebih kaya pasti dari pada Randy,” ucap Bunda Anna.“Husst, doakan saja yang terbaik untuk anak kita, Bun. Anna itu anak baik dia sudah bekerja keras untuk kita,” jawab Ayah..“Oh jadi kalau kerja cantik gini juga ya?” pertanyaan menggoda dari Rama saat melihat Anna dari dalam mobil.Anna tersenyum kecil malu-malu.“Bisa saja kamu ini.”Sesaat kemudian ponsel Rama berdering…“Iya lagi di jalan, nanti aku telepon lagi,” terdengar datar saat Rama menjawab telepon itu.“Maaf ya kalau pagi begini biasanya kerjaan sudah pada telepon,
“Cherry, namamu?” tanyanya mendadak, membuat Anna terkejut.“Be... Betul, Mas. Kamu?” tanya Anna balik.“Aku Rama, kamu sepertinya anak baik. Boleh aku tahu alasanmu melakukan ini?” Anna terdiam sejenak. Dia ragu akan berkata jujur, namun berbohong untuk apa pikirnya dia tidak akan bertemu dengan orang itu lagi. “Ayahku sedang sakit dan aku memiliki 3 orang adik laki-laki jadi aku harus mencari tambahan uang untuk mereka.” Rama terdiam merasa kasihan dengan gadis cantik ini, hal ini juga baru pertama kali di lakukan oleh Rama. Mereka sama-sama canggung untuk melakukannya.“Emmh aku izin buka bawahnya ya.” ucap Anna menurunkan celana Rama. Pria itu hanya menatap Anna, detak jantungnya terasa hebat hingga suara nya terdengar jelas.Anna mulai memasu-kan mulut nya ke bagian sensitif itu, memainkan nya dengan jago hingga suasana ruangan menjadi panas. Anehnya dengan Rama, Anna sama sekali tidak merasa jijik. Tubuhnya ikut merasakan sensasi yang luar biasa.“Cukup, aku akan berada di ata
“Sepertinya aku ini pelanggan pertama ya untukmu?” tanya pria itu.Anna tersenyum kecut dan hanya menganggukan kepalanya, pria itu terus memandangi Anna dengan senyuman yang lebar dan aneh.“Bukan kah harga mu terlalu murah, bagaimana kalau aku ajarkan caranya. Naikan hargamu setelah denganku ya, kali ini aku juga akan membayarmu dua kali lipat," ucapnya.Pria itu mulai menc*mbu tubuh Anna yang putih mulus, gunung kembarnya masih kencang ukuran yang pas di tangan para pria hidung belang. Anna berusaha menepis halus pria itu tapi semakin Anna berusaha menolak pria itu justru semakin bringas. “Panggil aku mas Welly,” ucapnya sembari membuka pakaian Anna.Anna pasrah dengan apa yang dilakukan pelanggannya itu, meskipun di dalam batin dia sedikit mual akibat bau di mulut sang pria. Tapi itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari, tidak bisa memilih seperti apa pelanggan yang dia mau.“Ini bayaran kamu,” memberikan segepok uang lembaran biru.“Terima kasih, Mas,” Anna segera memakai
“Kamu sudah dapat uang tambahan untuk berobat ayahmu, Na?” tanya ibunda Anna Pradeepa.“Belum, Bun. Aku sudah ambil tambahan pekerjaan di resto usai jam kantor, ini bayaran nya dalam satu hari,” jawab Anna mengulungkan satu lembar uang berwarna merah dari dalam tas nya.“Sebenarnya kurang tapi tidak apa-apa bisa buat tambahan bunda belanja,”.Kehidupan keluarga mereka terjun payung semenjak ayah Anna sakit. Dia menjadi tulang punggung yang harus membiayai pengobatan ayahnya juga membiayai sekolah 3 orang adik laki-lakinya. Sedangkan bundanya hanya ibu rumah tangga selama ini.Anna meneteskan air mata selama perjalanan ke kantor menggunakan motor matic hasil kerja kerasnya. Hari ini dia hanya mengantongi sepuluh ribu saja untuk mengisi bensin motor itu.“Dor! Pagi-pagi kok lesu sekali sih Ann," ucap Dinda gadis rumahan yang selalu ceria. Dia adalah salah satu teman dekat Anna di kantor.“Biasa lah, aku pusing kemana lagi harus cari uang.” jawab Anna lemas di sertai cacing dalam perut