“Sepertinya aku ini pelanggan pertama ya untukmu?” tanya pria itu.
Anna tersenyum kecut dan hanya menganggukan kepalanya, pria itu terus memandangi Anna dengan senyuman yang lebar dan aneh.
“Bukan kah harga mu terlalu murah, bagaimana kalau aku ajarkan caranya. Naikan hargamu setelah denganku ya, kali ini aku juga akan membayarmu dua kali lipat," ucapnya.
Pria itu mulai menc*mbu tubuh Anna yang putih mulus, gunung kembarnya masih kencang ukuran yang pas di tangan para pria hidung belang. Anna berusaha menepis halus pria itu tapi semakin Anna berusaha menolak pria itu justru semakin bringas.
“Panggil aku mas Welly,” ucapnya sembari membuka pakaian Anna.
Anna pasrah dengan apa yang dilakukan pelanggannya itu, meskipun di dalam batin dia sedikit mual akibat bau di mulut sang pria. Tapi itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari, tidak bisa memilih seperti apa pelanggan yang dia mau.
“Ini bayaran kamu,” memberikan segepok uang lembaran biru.
“Terima kasih, Mas,” Anna segera memakai bajunya kembali dan berpamitan pulang.
Welly juga sudah mengajarinya cara bemain dari aplikasi itu. Selama di jalan Anna menangisi dirinya, dia merasa sangat jijik dengan apa yang dia lakukan barusan.
.
.
Sore hari di akhir pekan ini dia gunakan untuk bekerja di restoran. Meskipun sudah mendapat uang dia masih merasa itu belum cukup untuk membiayai keluarganya.
Saat setelah Anna berganti pakaian dan berjaga di sudut resto dia melihat satu pelanggan tua yang sudah lebih dari enam puluh tahun menatapnya genit.
"Pelayan." pelanggan itu memanggil Anna dan Anna segera menghampiri nya.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Saya belum pernah melihat mu sebelumnya, apakah karyawan baru?" dia melontarkan pertanyaan sembari tersenyum genit.
"Kebetulan saya hanya sebagai perbantuan, saya bantu pak mau tambahan apa?" Anna berusaha profesional di tempat kerja. Lalu setelah pria itu memesan tambahan dia memberikan uang serta tip yang cukup besar.
Bukan itu saja, pelanggan itu memberikan nomor ponselnya untuk Anna hubungi.
"Kamu di goda om itu? Dia pelanggan tetap di sini uangnya banyak sekali," ucap Andre. Anna hanya diam tak ingin menjawab pertanyaan itu.
.
.
Flashback 2 tahun yang lalu.
Sore itu, matahari mulai condong ke barat, menyinari halaman rumah keluarga Pradeepa. Suara canda tawa anak-anak memenuhi udara. Anna, yang masih kuliah kala itu, terlihat sibuk membantu ayahnya memperbaiki sepeda adiknya.
“Ayah, kenapa harus repot-repot memperbaiki ini? Kan lebih mudah beli baru,” tanya Anna sambil menyerahkan obeng kepada ayahnya.
“Anna, ayah tidak hanya ingin memberikan barang baru untuk kalian, tapi juga pelajaran. Hidup ini tidak selalu tentang apa yang kita punya, tapi bagaimana kita memanfaatkan yang ada.” jawab ayahnya sambil tersenyum bijak.
Anna hanya mengangguk kecil. Kata-kata itu mungkin terdengar sederhana, tapi selalu membekas di hatinya.
Tidak jauh dari situ, bundanya sedang menyiapkan camilan di dapur, sementara adik-adiknya bermain bola di halaman. Kehangatan keluarga terasa begitu nyata, seolah tak ada beban yang terlalu berat untuk dipikul.
Ketika semua berkumpul di ruang tamu untuk menikmati teh hangat dan kue pisang buatan bunda, ayahnya berkata, “Anna, kamu anak pertama. Suatu hari nanti, ayah berharap kamu bisa menjadi pilar keluarga ini.”
“Ayah, jangan khawatir. Aku akan selalu ada untuk kalian,” jawab Anna dengan yakin.
.
Anna terbangun dari lamunannya. Ia duduk di kursi ruang istirahat restoran, matanya menatap kosong ke depan. Kata-kata ayahnya terus terngiang di pikirannya, menghantui setiap langkah yang ia ambil.
"Ayah, aku nggak tahu apakah yang kulakukan ini benar. Aku hanya ingin membantu, tapi kenapa rasanya begitu berat?" gumam Anna lirih sambil menghapus air mata yang mengalir tanpa sadar.
Berusaha tetap tegar dan kuat, usai tersadar dari lamunannya. Anna segera kembali bekerja hingga waktu sudah menunjukan tengah malam.
.
Tengah malam itu adalah waktu Anna pulang beristirahat di rumah. Sesampai nya di rumah seperti biasa seluruh keluarga nya sudah tidur, dia pun segera mandi dan tidur.
Baru sebentar rasanya Anna memejamkan mata nya, ayam pun belum berkokok bundanya sudah membangunkan Anna.
"Anna, bantu bunda cuci baju ya. Cucian sudah banyak, bunda capek sudah jagain ayahmu yang sakit-sakitan itu terus" omel Bundanya itu.
Bunda Anna memang sering mengeluh dan terkesan tidak sabar dengan keadaan yang di alami keluarganya. Dia ingin hidupnya kembali seperti dulu sebelum suaminya sakit. Maka Anna lah korban yang menjadi tulang punggung.
Meskipun lelah, Anna tetap menjalankan apa yang di perintahkan bunda.
"Kamu punya uang? Sebentar lagi sudah waktunya bayar motor adik kamu,"
"Iya sudah ada. Tapi semua angsuran yang aku tanggung nilai nya cukup besar, Bun. Kalau terus-terusan begini dan aku tidak mampu membayar lagi bagaimana?" tanya Anna.
"Kalau kamu rela motor adikmu di tarik oleh bank ya terserah saja. Bunda ini sudah capek lho urus ayah, kamu kan yang masih muda dan lebih dewasa dari adik-adikmu. Ya kamu gantikan ayahmu cari uang!" selalu kata-kata ketus yang keluar dari mulut Bundanya.
Anna hanya bisa menghela nafas panjang, ada rasa tidak tega jika dia bersikap acuh. Memikirkan bagaimana nasib adik-adiknya jika dia tidak mampu mencari uang lebih banyak.
Setelah membereskan seluruh pekerjaan rumah, Anna merasa lapar karena melihat bunda nya sudah masak dia ingin segera menyantap makanan itu.
"Ehhh jangan yang udang. Udang itu milik adik-adikmu!! Kamu sayur itu saja." cicitnya sembari menepis tangan Anna dan menunjuk sayur bayam.
"Laukku apa, Bun?" tanya Anna.
"Kamu pasti kan di luar sering makan enak, apalagi kerja di restoran. Makan sayur saja, sisa nya untuk adik-adikmu,"
Anna diam dan mengambil sayur itu, memakan nya secepat kilat membayangkan yang masuk ke dalam mulutnya adalah udang goreng yang di meja makan.
.
Ting!!
"Sudah dapat pelanggan lain?" ternyata itu pesan dari Welly.
“Belum, Mas. Ada apa?”
“Datang lah ke hotel nanti alamat nya akan aku kirimkan,”
Anna berpikir bahwa di rumah pun dirinya seperti tidak di anggap dan hanya seperti mesin pencari uang, maka dia memutuskan untuk datang ke hotel yang sudah di kirimkan Welly.
“Kamu seharusnya stay di sini saja, supaya lebih mudah mendapatkan pelanggan.” ucap Welly sembari mengutak atik ponsel Anna untuk memilih pelanggan.
“Nah ini kamu dapat pelanggan, sebentar lagi dia akan datang jadi kamu bersiaplah nanti aku tinggal,” imbuhnya.
Setelah menunggu setengah jam lama nya orang itu mengetuk pintu…
.
Tok Tok Tok !!
“Si..Silahkan masuk,” ucap Anna yang takut namun tetap membuka pintu dan menatap pria baru di hadapannya.
Anna menaikan pandangannya saat pria itu sudah ada di dalam kamar, ternyata pria itu begitu tampan memiliki badan tinggi besar dan masih cukup muda.
"Kenapa pria tampan seperti dia ada di sini? Apa dia tidak memiliki kekasih? Atau istri?" batin Anna.
“Cherry, namamu?” tanyanya mendadak, membuat Anna terkejut.“Be... Betul, Mas. Kamu?” tanya Anna balik.“Aku Rama, kamu sepertinya anak baik. Boleh aku tahu alasanmu melakukan ini?” Anna terdiam sejenak. Dia ragu akan berkata jujur, namun berbohong untuk apa pikirnya dia tidak akan bertemu dengan orang itu lagi. “Ayahku sedang sakit dan aku memiliki 3 orang adik laki-laki jadi aku harus mencari tambahan uang untuk mereka.” Rama terdiam merasa kasihan dengan gadis cantik ini, hal ini juga baru pertama kali di lakukan oleh Rama. Mereka sama-sama canggung untuk melakukannya.“Emmh aku izin buka bawahnya ya.” ucap Anna menurunkan celana Rama. Pria itu hanya menatap Anna, detak jantungnya terasa hebat hingga suara nya terdengar jelas.Anna mulai memasu-kan mulut nya ke bagian sensitif itu, memainkan nya dengan jago hingga suasana ruangan menjadi panas. Anehnya dengan Rama, Anna sama sekali tidak merasa jijik. Tubuhnya ikut merasakan sensasi yang luar biasa.“Cukup, aku akan berada di ata
Anna selalu bangun fajar sebelum semua orang rumah nya bangun, dia melakukan aktivitas hariannya membantu bunda bersih-bersih rumah.“Kamu sudah di jemput teman kantormu itu, suara mobilnya terdengar di luar.” seru bundanya.“Iya iya bunda sebentar, lagi ambil sepatu, daaa ayah daa bunda,” Anna menyalami kedua tangan orang tuanya dan tersenyum bahagia.Tetapi orang tua nya bergumam saat anak nya sudah pergi…“Seperti nya pria itu sedang dekat dengan Anna, Yah. Lebih kaya pasti dari pada Randy,” ucap Bunda Anna.“Husst, doakan saja yang terbaik untuk anak kita, Bun. Anna itu anak baik dia sudah bekerja keras untuk kita,” jawab Ayah..“Oh jadi kalau kerja cantik gini juga ya?” pertanyaan menggoda dari Rama saat melihat Anna dari dalam mobil.Anna tersenyum kecil malu-malu.“Bisa saja kamu ini.”Sesaat kemudian ponsel Rama berdering…“Iya lagi di jalan, nanti aku telepon lagi,” terdengar datar saat Rama menjawab telepon itu.“Maaf ya kalau pagi begini biasanya kerjaan sudah pada telepon,
Sesampainya di rumah Anna..."Terima kasih, Mas untuk hari ini. Sampai ketemu lagi jaga kesehatanmu," Anna mengecup pipi Rama."Oke minggu depan aku akan menjemput mu, kita akan liburan di luar kota beberapa hari. Jangan mencari pelanggan, aku sudah kirim uang ke rekeningmu," sahut nya.Baru saja masuk ke dalam rumah lagi-lagi bunda nya meminta uang. Tidak peduli bagaimana keadaan anaknya yang terpenting keuangan keluarga mereka tercukupi.Bahkan Anna belum sempat mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah."Anna, belikan bunda ponsel. Bunda tidak mau pakai ponsel satu berdua dengan ayahmu," ucap Bundanya sembari meruncingkan bibir dan melirik tajam ke suaminya."Sekarang itu bukan hal utama, Bun. Aku masih banyak yang harus di pikirkan. Apalagi kebutuhan rumah yang tidak ada habis nya," tolak Anna dengan tegas."Kamu kan satu-satunya harapan keluarga ini, hanya beberapa juta saja apa itu memberatkan mu?" "Lebih penting pengobatan ayah, Bun. Aku juga perlu menabung untuk diriku send
"Ini, Bun. Cukup untuk bunda beli ponsel baru." ucap Anna menyerahkan lembaran merah untuk bunda nya."Terima kasih anakku semoga rejeki mu bertambah banyak," Anna hanya terdiam merasa uang yang dia cari seperti hilang begitu saja, dia bahkan belum pernah membeli barang yang dia inginkan. Sering kali hanya untuk kebutuhan keluarga nya.Ting!Suara notifikasi dari aplikasi yang di tunggu akhirnya muncul juga...."Bisakah datang ke hotel nanti malam?" pesan dari seseorang yang dia tidak tahu wujud nya nanti seperti apa. Menggunakan nama samaran dan profil nya pun tidak jelas."Boleh, Mas. Nanti kirimkan saja alamat hotel nya ya," balas Anna.Tak sabar Anna menunggu jam pulang untuk segera menuju hotel, jika tidak ia lakukan maka ia tidak bisa menyisihkan uangnya.Terkait Rama, Anna memikirkan mengapa terkadang dia benar-benar hilang komunikasi. Tapi di saat akan menemui pelanggan, hal itu cukup membantu.***Tok! Tok! Tok!Laki-laki berbadan berisi, kulit putih dan wajah ganteng yang m
"Ampun, Mas. Sudah cukup, aku sudah lelah tidak kuat lagi," rintih Anna dengan badan yang sudah lemas."Kali ini aku memaafkanmu tapi tidak untuk kedua kalinya suatu saat nanti." jawab Rama yang menyingkirkan badan nya dari atas Anna.Anna hampir terlelap merasakan lelah di badan nya, hingga dia tidak mampu ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya."Silahkan tinggal di apartemen ini sesuka hatimu, kamu boleh mengunjungi orang tuamu sesekali. Bukan kah itu lebih baik? Setiap hari di rumah itu membuatmu di peras bukan?" tiba-tiba saja Rama berucap seperti itu, sebelumnya Rama ini lelaki yang gaya bicaranya sangat halus."Tapi ingat jangan sekalipun membawa pria lain ke dalam apartemen ini. Meskipun aku jauh dan tidak sedang mengunjungimu aku pasti akan tahu. Contohnya seperti beberapa hari yang lalu," imbuh nya lagi..Anna yang kesal dengan perlakuan semena-menanya memilih memberontak."Betul aku memang butuh uang untuk menghidupi keluargaku, tapi saat ini aku seperti terikat denganm
“Bukankah terlalu terburu-buru jika kita sebut hubungan ini lebih dari transaksional?” Rama melontarkan balik pertanyaan ke Anna.Anna berpikir sejenak memang tidak ada pilihan yang lebih baik selain ini.“Nikmati lah saja dulu seperti ini, kita bisa lebih mengenal satu sama lain. Aku tidak bilang kita selamanya akan seperti ini, tidak menutup kemungkinan juga kita bisa lebih dari ini,” jelasnya lagi. Anna pun mencoba menerima dan mengerti karena memang mereka baru sebulan saling kenal..Tiga hari sudah habis mereka lewati bersama, perasaan saling suka satu sama lain semakin menggebu namun ini saat nya mereka pulang untuk kembali menjalankan rutinitas….“Aku antar kamu ke apartemen, besok pagi kamu kerja aku jemput. Aku tidak tidur di apartemen malam nanti karena aku harus jaga,” ucapan itu seketika mengingatkan Anna bahwa yang bersamanya sekarang adalah seorang dokter."Oke," jawab Anna singkat sembari tersenyum.Sesampainya di apartemen Anna sangat senang, kamar yang indah dan fasi
“Nggak, aku nggak mau, Mas!!” pekik Anna. Dia mendorong tubuh Rama dari hadapannya.“Lho kenapa? Kita kan jadinya tidak akan berpisah kalau kamu punya anak dariku,”“Aku mau punya anak kalau kamu nikahi aku dulu, jangan kayak gini caranya.” Anna terus-terusan mendorong tubuh Rama agar tidak memaksanya.Tenaga Rama yang kuat membuat Anna tak bisa melawannya. Rama membuka paksa celana Anna dan bajunya, kecupan yang di tinggalkannya di dada sudah membekas lebih dari satu.“Mas, pakai pengamanmu dulu! Tolong jangan egoi!!” seru Anna. Lagi-lagi hal itu tidak di dengar oleh Rama dia sibuk mengisap gunung kembar Anna tanpa henti.“Aaarrh Mas Rama, jangan kayak gini aku nggak suka,”“Aaarhhh…”Semakin Anna berteriak semakin kencang Rama menghisapnya.Rama menghentikan permainannya, Anna sedikit bernafas lega karena dia ternyata mau menden
Ternyata pikiran Anna salah, Rama justru memberinya kabar dan mengajaknya bertemu kembali dalam waktu cepat. Meskipun Anna tahu tujuannya bertemu hanya sekedar mencari kepuasan.Pagi-pagi sekali Anna dan teman-teman kerjanya sudah berangkat, menempuh perjalanan tiga jam lamanya untuk menuju kota yang akan mereka datangi. Seharian dia akan sibuk mengurus pekerjaan agar bisa pulang keesokan harinya, tapi Anna ingat bahwa malam nanti pasti Rama mencarinya di apartemen.Ini lah hari dimana pertama kalinya Anna tidak bisa di hubungi oleh Rama, memberinya pelajaran agar tidak semena-mena.“Kenapa tidak bisa di hubungi?”“Di telepon juga tidak bisa!”“Sebentar lagi aku akan ke apartemen menemui mu,”Begitu lah isi pesan dari Rama, terlihat khawatir layaknya pesan yang di kirimkan kepada pasangannya bukan? Padahal pesan itu di kirimkan ke Anna yang status hubungan mereka saja tidak jelas. Di katakan transaksional tetapi ini berlebihan, di katakan cinta tetapi hidup yang Rama ceritakan penuh k
"Mas, kamu di mana? Kita harus bicara."Anna membaca pesan itu sekilas dan menghela napas panjang. "Sudah cukup, Mas. Aku nggak butuh jawaban lagi. Aku tahu semua ini cuma kebohongan."Anna bangkit dari duduknya, meraih tasnya."Kita sudahi saja ini," suaranya terdengar tegas.Rama terkejut, langsung berdiri dan menahan lengannya. "Jangan gini, Anna. Aku mencintaimu."Anna menatapnya tajam, ada air mata yang tertahan di sudut matanya. "Cinta? Cinta yang penuh kebohongan?""Aku akan menyelesaikan semuanya," Rama berkata dengan nada putus asa."Terlambat," jawab Anna. "Seharusnya kamu menyelesaikan pernikahanmu sebelum mendekatiku. Hal ini pernah kita bicarakan sebelumnya, katamu sudah cerai dengan Fee setelah anak itu lahir. Kenyataannya tidak demikian bukan?"Rama terlihat semakin frustrasi. Dia meraih ponselnya, menekan nomor Fee, lalu menempelkan ponsel ke telinganya. Anna menatapnya tidak percaya.Saat panggilan tersambung, Rama berbicara dengan suara dingin. "Fee, aku ingin kita b
Anna yang masih terpaku di balik meja kasir sampai tidak sadar bahwa Welly telah menyelesaikan pesanannya.Setelah memesan dan membungkus beberapa cookies, Welly berjalan menuju meja di bagian belakang toko, memilih duduk dengan santai. Duduknya menghadap ke luar, seolah dia siap menerima Anna yang akan datang kepadanya.Tanpa menunggu lebih lama, Anna menghampirinya. Namun, sebelum dia sempat membuka suara, Welly sudah lebih dulu berbicara.“Kamu tahu kan, pria yang bersamamu kemarin itu sudah beristri?” katanya dengan nada datar, tapi penuh arti. "Dan yang di depan itu istrinya, hijab warna pink." tambahnya lagi.Anna terdiam sejenak, mencoba menampilkan ekspresi setenang mungkin. “Mereka sudah bercerai.”Welly mengangkat alisnya, ekspresinya tidak menunjukkan kepercayaan penuh. “Benarkah? Aku kurang yakin. Fee tidak pernah bercerita tentang perceraian. Aku akan menanyakannya sendiri.”"Untuk apa mencampuri urusanku? Lagipula wanita itu tidak tahu keberadaanku!" cegah Anna sebelum W
"Saya salah satu klient—kantor Anna," dengan cepat pria itu menjawab. Hampir saja menimbulkan kecurigaan pada Rama."Iya betul, Sayang. Klient kantorku," ucap Anna pada Rama, dia segera mengambil kue yang sudah di pilih oleh pria di depannya.Saat Anna kembali ke pantry untuk melihat proses pembuatan kue lainnya, tiba-tiba Rama mengikuti...."Siapa sebenarnya dia?""Dia mana? Klientku tadi?" jawab Anna tanpa menoleh ke arah Rama."Ya, jelaskan padaku yang sebenarnya. Klient kantormu atau bekas klientmu lainnya?""Aku tidak mau berdebat denganmu disaat seperti ini, Mas. Sudahlah kalau kamu ingin memperpanjang masalah ini aku akan memilih diam!" cetus Anna kembali ke luar duduk bersama teman-temannya.Rama menatap kepergian pria itu dengan sorot mata penuh kebencian, pria itu juga seperti meledek Rama dan Anna. Senyum yang terpancar di wajahnya penuh celaan."Kenapa bisa kebetulan seperti ini, kenapa Mas Welly harus datang?" batin Anna, nama Welly jika kalian masih ingat dia adalah pela
Rama terkekeh geli. “Dari mana kamu bisa simpulkan bahwa pria yang jarang pulang itu berselingkuh. Apa dari sosial media yang sering kamu lihat itu?”Fee mengerucutkan bibirnya, sambil mengusap air mata yang sudah jatuh di pipinya.“Jadi itu tidak benar? Tapi ciri-ciri yang di sebutkan tepat seperti kamu, jarang pulang, sering sibuk dengan kehidupannya sendiri, emm… bahkan aku juga tidak pernah melihat ponselmu!”“Apa aku terlihat bisa hidup tanpamu? Kita sudah pacaran sejak sekolah, aku mengenal kamu lebih dari sepuluh tahun. Begitu juga dengan kamu, kamu juga tahu apa kegiatanku, hobiku?!” jelas Rama dengan nada sangat lembut.Fee merasa bersalah dengan tuduhannya pada Rama, dia memeluk Rama dengan hasr4t yang tidak terbendung lagi. Belum juga nifasnya selesai tapi dia merasa sudah tidak bisa di tahan lagi.“Mas, kamu malam ini tidur di sini kan? Nggak di rumah satunya lagi? Nggak di pabrik kan?” tanya Fee dengan nada menggoda.“Ya, aku sudah rindu padamu… ” Rama meng3cup pundak Fee
Suara lembut terdengar dari sebrang sana “Halo, maaf ganggu waktunya. Aku hanya ingin tahu apakah pekerjaanmu masih banyak?”“Masih, memangnya ada apa?” Rama terdengar sedikit terbata-bata saat menjawab.“Oh baiklah, maaf mengganggu waktumu. Aku hanya ingin tahu saja,” Fee mematikan teleponnya tanpa berkata apa-apa lagi.Anna semakin yakin dengan ucapan Rama bahwa mereka sudah bercerai. Karena obrolan mereka di telepon tidak seperti pasangan suami istri.“Sudah dengar kan?” ucap Rama sembari menge-cup kening Anna. Mereka melanjutkan istirahat agar keesokan harinya bisa beraktifitas kembali.**Saat mata Anna masih sayup terbuka, dia mer4ba-r4ba ranjangnya, ternyata Rama sudah tidak ada di sana. Entah kapan pria itu pergi meninggalkan Anna sendirian.“Br3ngsek sekali kamu, Mas. Pergi begitu saja tanpa pamit!” gerutu Anna saat bangun dari tempat tidur.Dia mencoba menghubungi Rama namun tidak ada jawaban sama sekali, akhirnya dia memutuskan untuk tetap berangkat ke kantor sendiri memb
"Hey sayang kenapa kamu menangis, sudah tidak masalah nanti kalau memang kamu perlu motor aku bisa belikan lagi," ucap Rama dengan mudahnya.Seseorang yang belum pernah mengalami menjadi generasi sandwich tidak akan pernah mengerti apa yang di rasakan Anna."Bukan seperti itu. Semua barang yang aku beli sudah habis terjual untuk keluargaku, bahkan aku kira semuanya sudah lebih dari cukup,"“Aku tidak meminta terlahir sebagai generasi sandwich, tapi aku juga tidak bisa menghindarinya. Kadang kala aku membenci diriku, kadang kala aku menyalahkan orang tuaku. Kenapa mereka memerahku seperti sapi? Maaf, aku hanya manusia biasa yang bisa kapan saja lelah. Bisa kapan saja mengeluh dan bisa kapan saja menangis. Peluk aku, aku butuh sebuah pelukan hangat yang dapat menenangkanku dan dapat mengatakan bahwa aku hebat! Aku dapat melalui semua ini hingga selesai,”Rama menepikan mobilnya, memberikan pelukan hangat pada Anna. Mengelus kepalanya dengan lembut, lalu berkata ;“Kamu tahu apa yang mem
Anna tiba-tiba saja mendorong tubuh Rama sehingga tubuh mereka tidak lagi menyentuh satu sama lain. Pusaka Rama yang menancap dalam itu pun terlepas seketika.“Anna ada apa?” wajah Rama terlihat panik.“Mas, tipu daya apalagi kali ini untukku. Aku hanya wanita biasa yang saat ini memang membutuhkan belaian dan kasih sayang seorang pria. Tapi kenapa itu harus kamu?” air mata Anna menetes.“Bahkan kamu belum memberiku kejelasan selalu berakhir dengan seperti ini,” imbuhnya lagi.Rama tersungkur lemas, masih dengan tubuh polosnya tanpa sehelai benang pun Rama berusaha menjelaskan ke Anna apa yang sudah terjadi.“Aku sudah selesai dengan Fee, anakku sudah lahir kami hanya tinggal mengurus surat cerai saja. Aku sekarang milikmu seutuhnya,” Rama berusaha mendekat ke Anna meskipun Anna selalu menghindar.“Tentang kejadian tadi? Aku sudah mengawasimu sejak pulang kerja, aku sempat mengurungkan ni
“Apa salah istrinya sampai kamu harus menyuruhnya bercerai?” pekik Fina, Bunda Anna.“Lho bunda itu bagaimana sih, kalau jadi selingkuhan juga bukan hal baik untukku? Apa bunda tidak malu jika sampai orang-orang tahu kalau anak sulung bunda ini jadi pelakor?” ketus Anna untuk menjawab bundanya. Perdebatan mereka terhenti saat sang ayah berjalan ke dapur melihat mereka berdebat akan suatu hal.“Ada apa ini, kok malam-malam ribut di dapur?” tanya ayah nya lirih.“Ngga ada apa-apa, Yah. Cuma beda pendapat saja sama bunda lagi ngobrolin soal sinetron kok.” ucap Anna berbohong lalu berjalan pergi ke arah meja makan membawa mie nya.Setelah makan dia pun memikirkan tambahan uang lagi, karena uang yang di berikan Rama sudah hampir habis. Tetapi karena perkembangan pesat kantornya, Anna pun jadi terbantu dalam segi ekonomi. Project yang di jalankan kantor nya berjalan dengan sangat baik. Relasi nya semakin banyak begitu pula pendapatannya...Hingga tidak terasa dia sudah mulai samar dengan
Di bawah kucuran air membasahi tubuh mereka. Rama terus menyerang dengan kecup*n brutalnya. Membalikkan tubuh Anna dan meluncurkan pusaka besarnya dari belakang. Suatu kenikmatan dunia yang sulit di hindari.Jleb"Aaarhhh" rintih Anna."Merintih keenakankan kamu, Anna." Rama menyeringai lalu segera melemparkan semburan mautnya ke tubuh Anna dengan cepat.**“Aku lelah, Mas. Biarkan aku istirahat merebahkan diri di kasur yang wangi dan empuk ini.” ucap Anna yang baru saja merebahkan badannya di kasur setelah pergulatan hebat di kamar mandi.Rama siap dengan lengannya yang besar untuk menopang kepala Anna hingga wanita cantik itu tertidur. Kesempatan bagi Rama untuk berkirim pesan kepada wanita yang di sembunyikannya yaitu Fee. Sesekali dirinya melihat ke arah Anna yang tertidur pulas, agar tidak ketahuan saat dia sedang berkomunikasi dengan Fee.“Kamu kapan akan jemput aku dari rumah ibuku, Mas. Akhir-akhir ini kamu sering sekali ke luar kota, aku dan anakmu ini rindu ingin di sayang,