Anna selalu bangun fajar sebelum semua orang rumah nya bangun, dia melakukan aktivitas hariannya membantu bunda bersih-bersih rumah.
“Kamu sudah di jemput teman kantormu itu, suara mobilnya terdengar di luar.” seru bundanya.
“Iya iya bunda sebentar, lagi ambil sepatu, daaa ayah daa bunda,” Anna menyalami kedua tangan orang tuanya dan tersenyum bahagia.
Tetapi orang tua nya bergumam saat anak nya sudah pergi…
“Seperti nya pria itu sedang dekat dengan Anna, Yah. Lebih kaya pasti dari pada Randy,” ucap Bunda Anna.
“Husst, doakan saja yang terbaik untuk anak kita, Bun. Anna itu anak baik dia sudah bekerja keras untuk kita,” jawab Ayah.
.
“Oh jadi kalau kerja cantik gini juga ya?” pertanyaan menggoda dari Rama saat melihat Anna dari dalam mobil.
Anna tersenyum kecil malu-malu.“Bisa saja kamu ini.”
Sesaat kemudian ponsel Rama berdering…
“Iya lagi di jalan, nanti aku telepon lagi,” terdengar datar saat Rama menjawab telepon itu.
“Maaf ya kalau pagi begini biasanya kerjaan sudah pada telepon,” ucapnya, padahal Anna belum menanyakan apapun.
Anna hanya mengangguk…
“Anna sebelumnya aku ingin meminta maaf aku sudah lancang mencari tahu tentang keluargamu, aku merasa kasihan denganmu apakah kamu mau menjadi wanitaku saja tanpa berhubungan dengan pria lainnya?” tiba-tiba saja Rama mengucapkan hal yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh Anna.
“Hah? Aku tidak mengerti maksudmu?”
“Aku hanya ingin kamu berhubungan denganku saja, berhenti lah menjaja-kan dirimu. Tapi aku butuh kamu bertahan beberapa bulan saja. Setelah aku menyiapkan semuanya segera lah tinggalkan hal ini,” jelas nya.
Anna meminta waktu untuk berpikir dan mengenal Rama lebih jauh, Rama menyetujui hal itu. Mereka sepakat juga untuk jumlah uang yang akan di berikan Rama setiap bulannya guna membantu ekonomi Anna.
“Jumlah yang aku berikan sekarang sepuluh puluh juta rupiah. Beberapa bulan ke depan nilai nya akan aku tambah, jadi bersabarlah,” ucap Rama.
Tiba juga di kantor Anna, dia segera turun untuk masuk ke dalam kantor. Berjalan masuk ke dalam seraya berpikir tawaran fantastik itu, dia tidak perlu capek menjaja-kan dirinya. Hanya perlu bersabar sedikit lagi.
.
.
“Cie pacar baru ya?” goda Dinda.
“Bukan, itu temanku memang sepertinya dia sedang masa pendekatan padaku. Kamu tahu tidak aku memergoki pacarku selingkuh,”
"Serius, parah juga. Tapi kamu sama sekali tidak sedih." jawab Dinda dan matanya melirik tajam ke Anna. Lalu mereka berdua tertawa sambil bergosip masuk ke dalam kantor.
Suasana kantor mereka yang sangat menyenangkan itu sedikit membuat penat Anna hilang. Di tengah sibuk nya Anna menggarap pekerjaannya. Tiba-tiba di gerombolan laki-laki itu bergunjing…
“Anna... Anna bukankah ini dirimu? Perawakannya seperti dirimu lho?!” seru salah satu dari mereka.
Ternyata mereka tengah asik bermain aplikasi kuning itu. Semenjak desas desus anak baru di kantor adalah wanita bayar4n, akhirnya banyak laki-laki di kantor yang penasaran dengan aplikasi tersebut.
Anna kaget mendengar pertanyaan itu, pikirnya dia sudah mematikan aplikasiny bagaimana mungkin orang-orang kantor bisa menemukannya. Dengan perasaan gugup Anna menghampiri mereka dan melihat foto yang mereka tunjukan…
Benar saja foto yang mereka tunjukan ke Anna adalah dirinya di dalam aplikasi, seketika membuat dirinya terkejut.
“Ah hanya mirip saja, kan itu tidak terlihat wajah nya,” ucap Anna berbohong.
Dinda yang penasaran ikut menghampiri mereka…
“Iya tidak jelas fotonya, jangan sembarangan menuduh kalian. Jahat banget,” seru Dinda.
“Maaf maaf kami hanya bercanda,” pria yang bergerombol itu pun meminta maaf, membuat Anna sedikit lega karena mereka percaya dengan ucapan Dinda.
Sebenarnya Anna lah yang lebih gugup di banding mereka.
.
.
“Tadi teman-temanku di kantor menemukanku di aplikasi tetapi aku berhasil mengelak,” Anna berusaha membuka diri menceritakan kepada Rama.
Sore selepas kerja, Anna kembali mendapat perlakuan spesial dari Rama. Di antar jemput kerja layaknya sepasang kekasih, bahkan Randy saja jarang melakukannya.
“Itu yang aku khawatirkan, sementara jangan terlalu sering membuka aplikasi itu. Hanya saat kamu akan mencari pelanggan saja oke,” pinta Rama. “Soal pacarmu kita cari bukti lagi agar kamu bisa putus dengannya, kamu sudah siap kan tinggal bersamaku?” imbuhnya lagi.
Entah kenapa Anna tidak bisa menolak, dirinya merasa di perhatikan dan dia tidak perlu lagi pusing mencari uang.
Kali ini Rama mengajak Anna untuk makan malam.
Resto dengan hidangan western menjadi pilihan mereka, belum saja mereka duduk ternyata Anna melihat sosok yang bukan lain adalah pacarnya, Randy. Menurutnya ini bukan suatu kebetulan melainkan memang sudah jalannya mereka bertemu seperti ini, pria itu makan dengan wanita yang berbeda dari yang mereka lihat di hotel.
Anna melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk putus.
“Sayang, jadi ini alasanmu sibuk berhari-hari.” cetus Anna mengagetkan dua sejoli yang sedang asik berbincang sembari makan.
"Ehh, Sayang kok kamu ada di sini?" jawaban gugup dan wajah panik terlihat jelas di Randy.
"Apa hanya kamu dan selingkunganmu saja yang boleh makan di restoran viral ini?" Randy dan selingkungannya terlihat mati kutu.
"Lebih baik kita putus saja jika begini. Jadi kamu bebas berhubungan dengan siapapun," ucap Anna.
"Oke kalau itu maumu." Randy tidak ada penolakan saat dirinya di putuskan di depan orang banyak terutama di depan selingkuhan nya.
Setelah itu Anna berlari menuju mobil Rama dan menangis. Rama memeluk Anna mencoba menenangkannya.
"Aku tahu aku juga bukan wanita baik untuknya. Tapi melihat nya secara langsung membuat hati ku sakit,"
"Kamu punya aku sekarang. Aku akan selalu ada untukmu, aku akan membantu segala masalahmu," ucap Rama.
Rama mengajak Anna makan di tempat lain yang tidak kalah enak nya dengan resto itu. Pilihan nya jatuh ke makanan pinggir jalan.
"Apa kamu keberatan aku ajak makan ayam goreng di sini?"
"Sama sekali tidak, aku suka makanan pakai sambel begini." jawab Anna sembari dia turun dari mobil.
Mereka sudah seperti sepasang kekasih yang memadu asmara. Saling memperhatikan satu sama lain, saling melempar senyum bahagia.
"Barangku tidak kuat melihat kamu, kamu terlalu cantik dan menggoda," bisik Rama.
Anna seketika melihat ke arah bawah, benar saja bentuk nya terlihat jelas meskipun terbalut celana. Anna sudah merasakan betapa besar dan enak nya barang itu.
"Aku ingin segera mencarikan mu tempat tinggal agar aku mudah setiap saat untuk mengunjungimu,"
"Mas, stop bisik-bisik di telinga ku. Aku geli," ucap Anna yang kegelian dengan bisikan Rama.
"Ya kan akhirnya kamu tidak menangis lagi,"
"Aku jatuh cinta dengan pelangganku sendiri? Apa ini akan happy ending atau justru akan membuatku semakin terperosok di jurang?" batin Anna saat melihat Rama tertawa.
Sesampainya di rumah Anna..."Terima kasih, Mas untuk hari ini. Sampai ketemu lagi jaga kesehatanmu," Anna mengecup pipi Rama."Oke minggu depan aku akan menjemput mu, kita akan liburan di luar kota beberapa hari. Jangan mencari pelanggan, aku sudah kirim uang ke rekeningmu," sahut nya.Baru saja masuk ke dalam rumah lagi-lagi bunda nya meminta uang. Tidak peduli bagaimana keadaan anaknya yang terpenting keuangan keluarga mereka tercukupi.Bahkan Anna belum sempat mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah."Anna, belikan bunda ponsel. Bunda tidak mau pakai ponsel satu berdua dengan ayahmu," ucap Bundanya sembari meruncingkan bibir dan melirik tajam ke suaminya."Sekarang itu bukan hal utama, Bun. Aku masih banyak yang harus di pikirkan. Apalagi kebutuhan rumah yang tidak ada habis nya," tolak Anna dengan tegas."Kamu kan satu-satunya harapan keluarga ini, hanya beberapa juta saja apa itu memberatkan mu?" "Lebih penting pengobatan ayah, Bun. Aku juga perlu menabung untuk diriku send
"Ini, Bun. Cukup untuk bunda beli ponsel baru." ucap Anna menyerahkan lembaran merah untuk bunda nya."Terima kasih anakku semoga rejeki mu bertambah banyak," Anna hanya terdiam merasa uang yang dia cari seperti hilang begitu saja, dia bahkan belum pernah membeli barang yang dia inginkan. Sering kali hanya untuk kebutuhan keluarga nya.Ting!Suara notifikasi dari aplikasi yang di tunggu akhirnya muncul juga...."Bisakah datang ke hotel nanti malam?" pesan dari seseorang yang dia tidak tahu wujud nya nanti seperti apa. Menggunakan nama samaran dan profil nya pun tidak jelas."Boleh, Mas. Nanti kirimkan saja alamat hotel nya ya," balas Anna.Tak sabar Anna menunggu jam pulang untuk segera menuju hotel, jika tidak ia lakukan maka ia tidak bisa menyisihkan uangnya.Terkait Rama, Anna memikirkan mengapa terkadang dia benar-benar hilang komunikasi. Tapi di saat akan menemui pelanggan, hal itu cukup membantu.***Tok! Tok! Tok!Laki-laki berbadan berisi, kulit putih dan wajah ganteng yang m
“Kamu sudah dapat uang tambahan untuk berobat ayahmu, Na?” tanya ibunda Anna Pradeepa.“Belum, Bun. Aku sudah ambil tambahan pekerjaan di resto usai jam kantor, ini bayaran nya dalam satu hari,” jawab Anna mengulungkan satu lembar uang berwarna merah dari dalam tas nya.“Sebenarnya kurang tapi tidak apa-apa bisa buat tambahan bunda belanja,”.Kehidupan keluarga mereka terjun payung semenjak ayah Anna sakit. Dia menjadi tulang punggung yang harus membiayai pengobatan ayahnya juga membiayai sekolah 3 orang adik laki-lakinya. Sedangkan bundanya hanya ibu rumah tangga selama ini.Anna meneteskan air mata selama perjalanan ke kantor menggunakan motor matic hasil kerja kerasnya. Hari ini dia hanya mengantongi sepuluh ribu saja untuk mengisi bensin motor itu.“Dor! Pagi-pagi kok lesu sekali sih Ann," ucap Dinda gadis rumahan yang selalu ceria. Dia adalah salah satu teman dekat Anna di kantor.“Biasa lah, aku pusing kemana lagi harus cari uang.” jawab Anna lemas di sertai cacing dalam perut
“Sepertinya aku ini pelanggan pertama ya untukmu?” tanya pria itu.Anna tersenyum kecut dan hanya menganggukan kepalanya, pria itu terus memandangi Anna dengan senyuman yang lebar dan aneh.“Bukan kah harga mu terlalu murah, bagaimana kalau aku ajarkan caranya. Naikan hargamu setelah denganku ya, kali ini aku juga akan membayarmu dua kali lipat," ucapnya.Pria itu mulai menc*mbu tubuh Anna yang putih mulus, gunung kembarnya masih kencang ukuran yang pas di tangan para pria hidung belang. Anna berusaha menepis halus pria itu tapi semakin Anna berusaha menolak pria itu justru semakin bringas. “Panggil aku mas Welly,” ucapnya sembari membuka pakaian Anna.Anna pasrah dengan apa yang dilakukan pelanggannya itu, meskipun di dalam batin dia sedikit mual akibat bau di mulut sang pria. Tapi itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari, tidak bisa memilih seperti apa pelanggan yang dia mau.“Ini bayaran kamu,” memberikan segepok uang lembaran biru.“Terima kasih, Mas,” Anna segera memakai
“Cherry, namamu?” tanyanya mendadak, membuat Anna terkejut.“Be... Betul, Mas. Kamu?” tanya Anna balik.“Aku Rama, kamu sepertinya anak baik. Boleh aku tahu alasanmu melakukan ini?” Anna terdiam sejenak. Dia ragu akan berkata jujur, namun berbohong untuk apa pikirnya dia tidak akan bertemu dengan orang itu lagi. “Ayahku sedang sakit dan aku memiliki 3 orang adik laki-laki jadi aku harus mencari tambahan uang untuk mereka.” Rama terdiam merasa kasihan dengan gadis cantik ini, hal ini juga baru pertama kali di lakukan oleh Rama. Mereka sama-sama canggung untuk melakukannya.“Emmh aku izin buka bawahnya ya.” ucap Anna menurunkan celana Rama. Pria itu hanya menatap Anna, detak jantungnya terasa hebat hingga suara nya terdengar jelas.Anna mulai memasu-kan mulut nya ke bagian sensitif itu, memainkan nya dengan jago hingga suasana ruangan menjadi panas. Anehnya dengan Rama, Anna sama sekali tidak merasa jijik. Tubuhnya ikut merasakan sensasi yang luar biasa.“Cukup, aku akan berada di ata
"Ini, Bun. Cukup untuk bunda beli ponsel baru." ucap Anna menyerahkan lembaran merah untuk bunda nya."Terima kasih anakku semoga rejeki mu bertambah banyak," Anna hanya terdiam merasa uang yang dia cari seperti hilang begitu saja, dia bahkan belum pernah membeli barang yang dia inginkan. Sering kali hanya untuk kebutuhan keluarga nya.Ting!Suara notifikasi dari aplikasi yang di tunggu akhirnya muncul juga...."Bisakah datang ke hotel nanti malam?" pesan dari seseorang yang dia tidak tahu wujud nya nanti seperti apa. Menggunakan nama samaran dan profil nya pun tidak jelas."Boleh, Mas. Nanti kirimkan saja alamat hotel nya ya," balas Anna.Tak sabar Anna menunggu jam pulang untuk segera menuju hotel, jika tidak ia lakukan maka ia tidak bisa menyisihkan uangnya.Terkait Rama, Anna memikirkan mengapa terkadang dia benar-benar hilang komunikasi. Tapi di saat akan menemui pelanggan, hal itu cukup membantu.***Tok! Tok! Tok!Laki-laki berbadan berisi, kulit putih dan wajah ganteng yang m
Sesampainya di rumah Anna..."Terima kasih, Mas untuk hari ini. Sampai ketemu lagi jaga kesehatanmu," Anna mengecup pipi Rama."Oke minggu depan aku akan menjemput mu, kita akan liburan di luar kota beberapa hari. Jangan mencari pelanggan, aku sudah kirim uang ke rekeningmu," sahut nya.Baru saja masuk ke dalam rumah lagi-lagi bunda nya meminta uang. Tidak peduli bagaimana keadaan anaknya yang terpenting keuangan keluarga mereka tercukupi.Bahkan Anna belum sempat mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah."Anna, belikan bunda ponsel. Bunda tidak mau pakai ponsel satu berdua dengan ayahmu," ucap Bundanya sembari meruncingkan bibir dan melirik tajam ke suaminya."Sekarang itu bukan hal utama, Bun. Aku masih banyak yang harus di pikirkan. Apalagi kebutuhan rumah yang tidak ada habis nya," tolak Anna dengan tegas."Kamu kan satu-satunya harapan keluarga ini, hanya beberapa juta saja apa itu memberatkan mu?" "Lebih penting pengobatan ayah, Bun. Aku juga perlu menabung untuk diriku send
Anna selalu bangun fajar sebelum semua orang rumah nya bangun, dia melakukan aktivitas hariannya membantu bunda bersih-bersih rumah.“Kamu sudah di jemput teman kantormu itu, suara mobilnya terdengar di luar.” seru bundanya.“Iya iya bunda sebentar, lagi ambil sepatu, daaa ayah daa bunda,” Anna menyalami kedua tangan orang tuanya dan tersenyum bahagia.Tetapi orang tua nya bergumam saat anak nya sudah pergi…“Seperti nya pria itu sedang dekat dengan Anna, Yah. Lebih kaya pasti dari pada Randy,” ucap Bunda Anna.“Husst, doakan saja yang terbaik untuk anak kita, Bun. Anna itu anak baik dia sudah bekerja keras untuk kita,” jawab Ayah..“Oh jadi kalau kerja cantik gini juga ya?” pertanyaan menggoda dari Rama saat melihat Anna dari dalam mobil.Anna tersenyum kecil malu-malu.“Bisa saja kamu ini.”Sesaat kemudian ponsel Rama berdering…“Iya lagi di jalan, nanti aku telepon lagi,” terdengar datar saat Rama menjawab telepon itu.“Maaf ya kalau pagi begini biasanya kerjaan sudah pada telepon,
“Cherry, namamu?” tanyanya mendadak, membuat Anna terkejut.“Be... Betul, Mas. Kamu?” tanya Anna balik.“Aku Rama, kamu sepertinya anak baik. Boleh aku tahu alasanmu melakukan ini?” Anna terdiam sejenak. Dia ragu akan berkata jujur, namun berbohong untuk apa pikirnya dia tidak akan bertemu dengan orang itu lagi. “Ayahku sedang sakit dan aku memiliki 3 orang adik laki-laki jadi aku harus mencari tambahan uang untuk mereka.” Rama terdiam merasa kasihan dengan gadis cantik ini, hal ini juga baru pertama kali di lakukan oleh Rama. Mereka sama-sama canggung untuk melakukannya.“Emmh aku izin buka bawahnya ya.” ucap Anna menurunkan celana Rama. Pria itu hanya menatap Anna, detak jantungnya terasa hebat hingga suara nya terdengar jelas.Anna mulai memasu-kan mulut nya ke bagian sensitif itu, memainkan nya dengan jago hingga suasana ruangan menjadi panas. Anehnya dengan Rama, Anna sama sekali tidak merasa jijik. Tubuhnya ikut merasakan sensasi yang luar biasa.“Cukup, aku akan berada di ata
“Sepertinya aku ini pelanggan pertama ya untukmu?” tanya pria itu.Anna tersenyum kecut dan hanya menganggukan kepalanya, pria itu terus memandangi Anna dengan senyuman yang lebar dan aneh.“Bukan kah harga mu terlalu murah, bagaimana kalau aku ajarkan caranya. Naikan hargamu setelah denganku ya, kali ini aku juga akan membayarmu dua kali lipat," ucapnya.Pria itu mulai menc*mbu tubuh Anna yang putih mulus, gunung kembarnya masih kencang ukuran yang pas di tangan para pria hidung belang. Anna berusaha menepis halus pria itu tapi semakin Anna berusaha menolak pria itu justru semakin bringas. “Panggil aku mas Welly,” ucapnya sembari membuka pakaian Anna.Anna pasrah dengan apa yang dilakukan pelanggannya itu, meskipun di dalam batin dia sedikit mual akibat bau di mulut sang pria. Tapi itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari, tidak bisa memilih seperti apa pelanggan yang dia mau.“Ini bayaran kamu,” memberikan segepok uang lembaran biru.“Terima kasih, Mas,” Anna segera memakai
“Kamu sudah dapat uang tambahan untuk berobat ayahmu, Na?” tanya ibunda Anna Pradeepa.“Belum, Bun. Aku sudah ambil tambahan pekerjaan di resto usai jam kantor, ini bayaran nya dalam satu hari,” jawab Anna mengulungkan satu lembar uang berwarna merah dari dalam tas nya.“Sebenarnya kurang tapi tidak apa-apa bisa buat tambahan bunda belanja,”.Kehidupan keluarga mereka terjun payung semenjak ayah Anna sakit. Dia menjadi tulang punggung yang harus membiayai pengobatan ayahnya juga membiayai sekolah 3 orang adik laki-lakinya. Sedangkan bundanya hanya ibu rumah tangga selama ini.Anna meneteskan air mata selama perjalanan ke kantor menggunakan motor matic hasil kerja kerasnya. Hari ini dia hanya mengantongi sepuluh ribu saja untuk mengisi bensin motor itu.“Dor! Pagi-pagi kok lesu sekali sih Ann," ucap Dinda gadis rumahan yang selalu ceria. Dia adalah salah satu teman dekat Anna di kantor.“Biasa lah, aku pusing kemana lagi harus cari uang.” jawab Anna lemas di sertai cacing dalam perut