"Ini, Bun. Cukup untuk bunda beli ponsel baru." ucap Anna menyerahkan lembaran merah untuk bunda nya.
"Terima kasih anakku semoga rejeki mu bertambah banyak,"
Anna hanya terdiam merasa uang yang dia cari seperti hilang begitu saja, dia bahkan belum pernah membeli barang yang dia inginkan. Sering kali hanya untuk kebutuhan keluarga nya.
Ting!
Suara notifikasi dari aplikasi yang di tunggu akhirnya muncul juga....
"Bisakah datang ke hotel nanti malam?" pesan dari seseorang yang dia tidak tahu wujud nya nanti seperti apa. Menggunakan nama samaran dan profil nya pun tidak jelas.
"Boleh, Mas. Nanti kirimkan saja alamat hotel nya ya," balas Anna.
Tak sabar Anna menunggu jam pulang untuk segera menuju hotel, jika tidak ia lakukan maka ia tidak bisa menyisihkan uangnya.
Terkait Rama, Anna memikirkan mengapa terkadang dia benar-benar hilang komunikasi. Tapi di saat akan menemui pelanggan, hal itu cukup membantu.
***
Tok! Tok! Tok!
Laki-laki berbadan berisi, kulit putih dan wajah ganteng yang membuka pintu. Kulit Anna saja kalah putih nya dengan pria ini.
"Oke cherry aku suka tampilan mu, ayo kita lihat kemampuan mu. Kalau kamu bisa memu4skanku, aku akan menjadi langganan tetapmu." tantang pria itu yang sudah menyiapkan bayaran Anna di meja.
Laki-laki itu sudah tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Dia juga meminta Anna mencopot pakaian nya, mengamati dari jarak dekat dan mengendus aroma tubuh Anna.
"Ahhh wangi nya aku suka, ini bulat sekali masih bagus bentuk nya." ujar nya tanpa basa-basi merem*as bagian sensitif Anna dengan sangat kuat.
Menyesap bagian itu bak bayi yang kehausan, membuat Anna mengeluarkan d*sahan nya.
"Ini dia sayang yang aku tunggu, gil4 kamu sempurna sekali." kec*pan nya mulai turun ke bawah.
"Bawahmu saja wangi." pria itu seperti kecanduan pada tubuh Anna.
Mulai turun ke bawah hingga meregangkan kedua paha Anna agar kepalanya bisa turun diantara pangkal paha itu. Bagian sensitif Anna terasa geli di koyak habis olehnya.
"Sayang jangan di tahan bisa?" pinta nya namun tak juga berhenti mengoyak habis dengan lidah.
"Aku ingin meminum cairan itu." dia merengek memohon sesuatu yang sulit pikir Anna. Tapi ternyata Anna salah, tanpa dia sadari dia benar-benar menikmati permainan itu.
Naik turun dengan cepat, secepat degup jantung Anna menahan agar dia tidak hanyut dalam permainan. Sesekali Anna menjambak rambut pria di depan nya itu, menjambak mendorong nya lebih kuat. Sangat kuat sampai tubuh nya mendayu mengikuti gerakan lidah itu.
"Aaaaarkhhhh.." suara s*ksi Anna terdengar lirih tetapi menggoda.
"Enak bukan? Sekarang giliran mu..."
Anna memasukan lolipop itu ke dalam mulut nya. Mengayun naik dan turun, di ulang nya beberapa kali dan akhirnya air mancur itu membasahi mulut Anna.
"Mas, kok sudah selesai?" tanya Anna.
"Aku tidak perlu memasukan nya, begini saja sudah cukup untuk awalan. Jaga lah milikmu, lain waktu aku akan melakukan lebih asik dari pada hari ini," ucapnya.
Anna tersenyum kecil dan beranjak untuk membersihkan diri.
"Ini milikmu." tunjuk nya ke uang yang ada di atas meja.
"Terima kasih banyak, Mas. Aku pamit pulang dulu,"
"Tunggu dulu, aku masih ingin tahu banyak tentang mu. Berikan aku setengah jam untuk mengobrol, aku akan berikan bonus." tawar pria itu.
Sejauh ini semua pria baru yang Anna temui begitu mudah membuang uang. Semua nya mereka ukur dengan uang.
Anna menyetujui untuk menambah waktu dengan nya.
"Aku Dewa, mungkin tidak penting untukmu tahu namaku. Pelanggan mu pasti banyak dan kamu akan lupa," Dewa mengernyit.
"Tidak, aku mengingat semua nya. Mulai dari wajah nya sampai dengan nama nya,"
"Kalau permainan nya apakah ingat juga?" pria itu menggoda Anna.
Dewa, adalah seorang pengacara yang cukup banyak menangani kasus di kota Anna. Banyak orang mengenal nya, meskipun Anna baru melihat nya hari itu.
Setelah waktu nya habis Anna berpamitan untuk pulang meninggalkan nya di kamar hotel itu.
Pikiran nakal Anna mulai keluar, dia mulai menganggap mudah mencari uang. Meskipun kata hati nya sering menolak tapi tidak di pungkiri dia bahagia saat menerima bayaran atas apa yang dia lakukan.
"Senang sekali seperti nya hari ini?" pesan berisi sindirian dari Rama.
"Maksud kamu apa?" Anna merasa aneh dengan pertanyaan yang di berikan Rama.
"Aku tahu segala nya yang kamu anggap tidak tahu,"
Pesan terakhir itu tidak mendapatkan balasan apa-apa dari Anna. Menjengkelkan bukan, ketika seseorang merasa mampu membeli diri kita dengan uang maka dia dapat mengatur segala hal.
***
Beberapa hari berlalu begitu cepat, selepas bekerja Anna berniat menghabiskan waktu nya di kafe untuk melepas penat.
"Kamu sengaja membohongi ku? Untuk tahu respon ku?" tiba-tiba saja Rama muncul di depan kafe saat Anna memarkirkan kendaraan nya.
"Lepasin, Mas! Kamu ini pergi dan datang semaumu saja. Ngatur-ngatur hidup ku semaumu," bentak Anna.
"Ikut aku. Rama memaksa Anna untuk masuk ke dalam mobil, karena Anna tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang di sana akhirnya Anna mengikuti kemauan Rama.
Di perjalanan tidak ada satu pun yang bicara.
Anna juga tidak menanyakan akan di bawa kemana, dia hanya diam saja sambil mengerutkan alis nya. Hingga tiba di suatu apartemen.
Sampai di sana Anna masih tidak bertanya apapun. Mengikuti langkah kaki Rama menuju lantai 10 dan kamar paling ujung.
"Bilang saja jika ingin mengajak ku ke apartemen, kenapa harus marah-marah," batin Anna.
Pintu apartemen di buka....
Barang-barang di sana sudah lengkap, hingga semua makanan sudah di sediakan.
"Aku sudah katakan padamu untuk tidak mencari pelanggan. Kenapa masih di lakukan? Kamu pikir aku bercanda!" tegasnya.
"Kemarin bunda ku meminta ponsel baru, jika aku pakai uangmu maka tabunganku akan berkurang jadi aku mencoba mencari pelanggan,"
"Kamu bisa minta lagi ke aku berapapun itu aku akan berikan." ucap nya tegas namun tubuh nya melangkah maju mendekat ke Anna.
Semakin dia meminta penjelasan semakin tubuh nya maju ke depan. Anna sempat takut di melakukan hal kasar.
"Hanya aku yang boleh menikmati tubuhmu. Paham?!" tangan nya mulai memegang erat kedua tangan Anna yang di angkat menempel pada tembok.
"Ah"
"Aku marah karena tubuhmu bekas orang lain." bibir nya mulai mengecup di banyak bagian hingga berbekas.
"Kamu menikmati permainanmu kemarin? Aku akan buatmu kewalahan hari ini,"
Mengecup seluruh titik di tubuh Anna, memainkan nya dengan lidah. Anna mengerang kesakitan tapi nikmat, semakin membuat Rama bergairah.
"Katakan ampun tidak akan mengulang nya lagi." ucap Rama yang masih berada di bawah.
"Ahh, Mas!!"
“Kamu sudah dapat uang tambahan untuk berobat ayahmu, Na?” tanya ibunda Anna Pradeepa.“Belum, Bun. Aku sudah ambil tambahan pekerjaan di resto usai jam kantor, ini bayaran nya dalam satu hari,” jawab Anna mengulungkan satu lembar uang berwarna merah dari dalam tas nya.“Sebenarnya kurang tapi tidak apa-apa bisa buat tambahan bunda belanja,”.Kehidupan keluarga mereka terjun payung semenjak ayah Anna sakit. Dia menjadi tulang punggung yang harus membiayai pengobatan ayahnya juga membiayai sekolah 3 orang adik laki-lakinya. Sedangkan bundanya hanya ibu rumah tangga selama ini.Anna meneteskan air mata selama perjalanan ke kantor menggunakan motor matic hasil kerja kerasnya. Hari ini dia hanya mengantongi sepuluh ribu saja untuk mengisi bensin motor itu.“Dor! Pagi-pagi kok lesu sekali sih Ann," ucap Dinda gadis rumahan yang selalu ceria. Dia adalah salah satu teman dekat Anna di kantor.“Biasa lah, aku pusing kemana lagi harus cari uang.” jawab Anna lemas di sertai cacing dalam perut
“Sepertinya aku ini pelanggan pertama ya untukmu?” tanya pria itu.Anna tersenyum kecut dan hanya menganggukan kepalanya, pria itu terus memandangi Anna dengan senyuman yang lebar dan aneh.“Bukan kah harga mu terlalu murah, bagaimana kalau aku ajarkan caranya. Naikan hargamu setelah denganku ya, kali ini aku juga akan membayarmu dua kali lipat," ucapnya.Pria itu mulai menc*mbu tubuh Anna yang putih mulus, gunung kembarnya masih kencang ukuran yang pas di tangan para pria hidung belang. Anna berusaha menepis halus pria itu tapi semakin Anna berusaha menolak pria itu justru semakin bringas. “Panggil aku mas Welly,” ucapnya sembari membuka pakaian Anna.Anna pasrah dengan apa yang dilakukan pelanggannya itu, meskipun di dalam batin dia sedikit mual akibat bau di mulut sang pria. Tapi itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari, tidak bisa memilih seperti apa pelanggan yang dia mau.“Ini bayaran kamu,” memberikan segepok uang lembaran biru.“Terima kasih, Mas,” Anna segera memakai
“Cherry, namamu?” tanyanya mendadak, membuat Anna terkejut.“Be... Betul, Mas. Kamu?” tanya Anna balik.“Aku Rama, kamu sepertinya anak baik. Boleh aku tahu alasanmu melakukan ini?” Anna terdiam sejenak. Dia ragu akan berkata jujur, namun berbohong untuk apa pikirnya dia tidak akan bertemu dengan orang itu lagi. “Ayahku sedang sakit dan aku memiliki 3 orang adik laki-laki jadi aku harus mencari tambahan uang untuk mereka.” Rama terdiam merasa kasihan dengan gadis cantik ini, hal ini juga baru pertama kali di lakukan oleh Rama. Mereka sama-sama canggung untuk melakukannya.“Emmh aku izin buka bawahnya ya.” ucap Anna menurunkan celana Rama. Pria itu hanya menatap Anna, detak jantungnya terasa hebat hingga suara nya terdengar jelas.Anna mulai memasu-kan mulut nya ke bagian sensitif itu, memainkan nya dengan jago hingga suasana ruangan menjadi panas. Anehnya dengan Rama, Anna sama sekali tidak merasa jijik. Tubuhnya ikut merasakan sensasi yang luar biasa.“Cukup, aku akan berada di ata
Anna selalu bangun fajar sebelum semua orang rumah nya bangun, dia melakukan aktivitas hariannya membantu bunda bersih-bersih rumah.“Kamu sudah di jemput teman kantormu itu, suara mobilnya terdengar di luar.” seru bundanya.“Iya iya bunda sebentar, lagi ambil sepatu, daaa ayah daa bunda,” Anna menyalami kedua tangan orang tuanya dan tersenyum bahagia.Tetapi orang tua nya bergumam saat anak nya sudah pergi…“Seperti nya pria itu sedang dekat dengan Anna, Yah. Lebih kaya pasti dari pada Randy,” ucap Bunda Anna.“Husst, doakan saja yang terbaik untuk anak kita, Bun. Anna itu anak baik dia sudah bekerja keras untuk kita,” jawab Ayah..“Oh jadi kalau kerja cantik gini juga ya?” pertanyaan menggoda dari Rama saat melihat Anna dari dalam mobil.Anna tersenyum kecil malu-malu.“Bisa saja kamu ini.”Sesaat kemudian ponsel Rama berdering…“Iya lagi di jalan, nanti aku telepon lagi,” terdengar datar saat Rama menjawab telepon itu.“Maaf ya kalau pagi begini biasanya kerjaan sudah pada telepon,
Sesampainya di rumah Anna..."Terima kasih, Mas untuk hari ini. Sampai ketemu lagi jaga kesehatanmu," Anna mengecup pipi Rama."Oke minggu depan aku akan menjemput mu, kita akan liburan di luar kota beberapa hari. Jangan mencari pelanggan, aku sudah kirim uang ke rekeningmu," sahut nya.Baru saja masuk ke dalam rumah lagi-lagi bunda nya meminta uang. Tidak peduli bagaimana keadaan anaknya yang terpenting keuangan keluarga mereka tercukupi.Bahkan Anna belum sempat mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah."Anna, belikan bunda ponsel. Bunda tidak mau pakai ponsel satu berdua dengan ayahmu," ucap Bundanya sembari meruncingkan bibir dan melirik tajam ke suaminya."Sekarang itu bukan hal utama, Bun. Aku masih banyak yang harus di pikirkan. Apalagi kebutuhan rumah yang tidak ada habis nya," tolak Anna dengan tegas."Kamu kan satu-satunya harapan keluarga ini, hanya beberapa juta saja apa itu memberatkan mu?" "Lebih penting pengobatan ayah, Bun. Aku juga perlu menabung untuk diriku send
"Ini, Bun. Cukup untuk bunda beli ponsel baru." ucap Anna menyerahkan lembaran merah untuk bunda nya."Terima kasih anakku semoga rejeki mu bertambah banyak," Anna hanya terdiam merasa uang yang dia cari seperti hilang begitu saja, dia bahkan belum pernah membeli barang yang dia inginkan. Sering kali hanya untuk kebutuhan keluarga nya.Ting!Suara notifikasi dari aplikasi yang di tunggu akhirnya muncul juga...."Bisakah datang ke hotel nanti malam?" pesan dari seseorang yang dia tidak tahu wujud nya nanti seperti apa. Menggunakan nama samaran dan profil nya pun tidak jelas."Boleh, Mas. Nanti kirimkan saja alamat hotel nya ya," balas Anna.Tak sabar Anna menunggu jam pulang untuk segera menuju hotel, jika tidak ia lakukan maka ia tidak bisa menyisihkan uangnya.Terkait Rama, Anna memikirkan mengapa terkadang dia benar-benar hilang komunikasi. Tapi di saat akan menemui pelanggan, hal itu cukup membantu.***Tok! Tok! Tok!Laki-laki berbadan berisi, kulit putih dan wajah ganteng yang m
Sesampainya di rumah Anna..."Terima kasih, Mas untuk hari ini. Sampai ketemu lagi jaga kesehatanmu," Anna mengecup pipi Rama."Oke minggu depan aku akan menjemput mu, kita akan liburan di luar kota beberapa hari. Jangan mencari pelanggan, aku sudah kirim uang ke rekeningmu," sahut nya.Baru saja masuk ke dalam rumah lagi-lagi bunda nya meminta uang. Tidak peduli bagaimana keadaan anaknya yang terpenting keuangan keluarga mereka tercukupi.Bahkan Anna belum sempat mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah."Anna, belikan bunda ponsel. Bunda tidak mau pakai ponsel satu berdua dengan ayahmu," ucap Bundanya sembari meruncingkan bibir dan melirik tajam ke suaminya."Sekarang itu bukan hal utama, Bun. Aku masih banyak yang harus di pikirkan. Apalagi kebutuhan rumah yang tidak ada habis nya," tolak Anna dengan tegas."Kamu kan satu-satunya harapan keluarga ini, hanya beberapa juta saja apa itu memberatkan mu?" "Lebih penting pengobatan ayah, Bun. Aku juga perlu menabung untuk diriku send
Anna selalu bangun fajar sebelum semua orang rumah nya bangun, dia melakukan aktivitas hariannya membantu bunda bersih-bersih rumah.“Kamu sudah di jemput teman kantormu itu, suara mobilnya terdengar di luar.” seru bundanya.“Iya iya bunda sebentar, lagi ambil sepatu, daaa ayah daa bunda,” Anna menyalami kedua tangan orang tuanya dan tersenyum bahagia.Tetapi orang tua nya bergumam saat anak nya sudah pergi…“Seperti nya pria itu sedang dekat dengan Anna, Yah. Lebih kaya pasti dari pada Randy,” ucap Bunda Anna.“Husst, doakan saja yang terbaik untuk anak kita, Bun. Anna itu anak baik dia sudah bekerja keras untuk kita,” jawab Ayah..“Oh jadi kalau kerja cantik gini juga ya?” pertanyaan menggoda dari Rama saat melihat Anna dari dalam mobil.Anna tersenyum kecil malu-malu.“Bisa saja kamu ini.”Sesaat kemudian ponsel Rama berdering…“Iya lagi di jalan, nanti aku telepon lagi,” terdengar datar saat Rama menjawab telepon itu.“Maaf ya kalau pagi begini biasanya kerjaan sudah pada telepon,
“Cherry, namamu?” tanyanya mendadak, membuat Anna terkejut.“Be... Betul, Mas. Kamu?” tanya Anna balik.“Aku Rama, kamu sepertinya anak baik. Boleh aku tahu alasanmu melakukan ini?” Anna terdiam sejenak. Dia ragu akan berkata jujur, namun berbohong untuk apa pikirnya dia tidak akan bertemu dengan orang itu lagi. “Ayahku sedang sakit dan aku memiliki 3 orang adik laki-laki jadi aku harus mencari tambahan uang untuk mereka.” Rama terdiam merasa kasihan dengan gadis cantik ini, hal ini juga baru pertama kali di lakukan oleh Rama. Mereka sama-sama canggung untuk melakukannya.“Emmh aku izin buka bawahnya ya.” ucap Anna menurunkan celana Rama. Pria itu hanya menatap Anna, detak jantungnya terasa hebat hingga suara nya terdengar jelas.Anna mulai memasu-kan mulut nya ke bagian sensitif itu, memainkan nya dengan jago hingga suasana ruangan menjadi panas. Anehnya dengan Rama, Anna sama sekali tidak merasa jijik. Tubuhnya ikut merasakan sensasi yang luar biasa.“Cukup, aku akan berada di ata
“Sepertinya aku ini pelanggan pertama ya untukmu?” tanya pria itu.Anna tersenyum kecut dan hanya menganggukan kepalanya, pria itu terus memandangi Anna dengan senyuman yang lebar dan aneh.“Bukan kah harga mu terlalu murah, bagaimana kalau aku ajarkan caranya. Naikan hargamu setelah denganku ya, kali ini aku juga akan membayarmu dua kali lipat," ucapnya.Pria itu mulai menc*mbu tubuh Anna yang putih mulus, gunung kembarnya masih kencang ukuran yang pas di tangan para pria hidung belang. Anna berusaha menepis halus pria itu tapi semakin Anna berusaha menolak pria itu justru semakin bringas. “Panggil aku mas Welly,” ucapnya sembari membuka pakaian Anna.Anna pasrah dengan apa yang dilakukan pelanggannya itu, meskipun di dalam batin dia sedikit mual akibat bau di mulut sang pria. Tapi itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari, tidak bisa memilih seperti apa pelanggan yang dia mau.“Ini bayaran kamu,” memberikan segepok uang lembaran biru.“Terima kasih, Mas,” Anna segera memakai
“Kamu sudah dapat uang tambahan untuk berobat ayahmu, Na?” tanya ibunda Anna Pradeepa.“Belum, Bun. Aku sudah ambil tambahan pekerjaan di resto usai jam kantor, ini bayaran nya dalam satu hari,” jawab Anna mengulungkan satu lembar uang berwarna merah dari dalam tas nya.“Sebenarnya kurang tapi tidak apa-apa bisa buat tambahan bunda belanja,”.Kehidupan keluarga mereka terjun payung semenjak ayah Anna sakit. Dia menjadi tulang punggung yang harus membiayai pengobatan ayahnya juga membiayai sekolah 3 orang adik laki-lakinya. Sedangkan bundanya hanya ibu rumah tangga selama ini.Anna meneteskan air mata selama perjalanan ke kantor menggunakan motor matic hasil kerja kerasnya. Hari ini dia hanya mengantongi sepuluh ribu saja untuk mengisi bensin motor itu.“Dor! Pagi-pagi kok lesu sekali sih Ann," ucap Dinda gadis rumahan yang selalu ceria. Dia adalah salah satu teman dekat Anna di kantor.“Biasa lah, aku pusing kemana lagi harus cari uang.” jawab Anna lemas di sertai cacing dalam perut