Aku terbangun dalam tidurku. Kuraih handphone yang terletak di atas laci yang ada di sebelah ranjang tempat tidur. Hari menunjukan pukul 01.20 dini hari. Aku pergi keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum karena aku haus. Kulangkahkan kaki perlahan keluar kamar. Di perjalan menuju dapur, aku di kagetkan dengan suara seseorang. Aku pikir itu mungkin dari kamar kakakku yang letaknya berdekatan dengan kamarku. Tapi aku salah, suara itu ternyata bukan dari kamar kakakku mbak Lara. Akupun penasaran dengan suara itu. Aku terus telusuri darimana suara itu berasal. Suara itu sangat kuat berasal dari ruang tamu yang ada di depan. Ku segerakan mengintip siapa yang membuat suara itu. Alangkah kagetnya aku melihat ada seseorang yang duduk di sofa ruang tamu.
Orang itu adalah mas Dika, ia sedang melakukan sesuatu yang membuat mataku terbelalak. Ya, mas Dika sekarang dalam keadaan telanjang dan mengusap - usap alat kelaminnya sambil menonton sebuah video dari handphonenya. Kurasa mas Dika sedang menonton video panas. Kulihat mas Dika sangat menikmati sekali saat dia menonton video itu. Dimulutnya terdengar suara desahan yang sangat kuat. "Aahh...hmmms... Ohhh... Mhmm..." Desah mas Dika. Dia terus mengusap alat kelaminnya itu. Tampak sesekali mas Dika memberikan cairan pelumas di alat kelaminnya itu. Yang membuat aku terbelalak, batang kemaluannya itu sangat besar. Aku belum pernah melihat kemaluan sebesar itu. Mungkin panjangnya lebih dari 17 cm. Mungkin saja mencapai 20 cm. Dan ukurannya juga sangat luar biasa. Mas Dika terus mengocok - ngocok batang kemaluannya yang super itu. "Ohhhh... Ssstthhh... Aahh....." Mulut mas Dika seakan tak bisa diam. Dia menggigit halus bibirnya yang merah itu. Aku terdiam berdiri melihat mas Dika yang sedang masturbasi. Aku terpelongo memandang tubuh mas Dika yang sangat seksi itu. Di tubuhnya mengeluarkan keringat, sehingga tampak tubuhnya mengkilat dan membuat aku terlena. Aku sangat menikmati pemandangan indah ini. Ketika melihat mas Dika sedang telanjang bulat dan memainkan batang kemaluannya itu. Badanku seakan terasa panas. Mungkinkah aku sedang bergairah menononto mas Dika yang tengah bermasturbasi. Aku tak tahu entah perasaan apa ini yang timbul dalam benakku. Aku seakan terbawa melayang dalam gairah yang seharusnya tidak boleh aku rasakan. Mas Dika adalah suami kakakku, mbak Lara. Aku tak mungkin menyukai mas Dika dan menikung kakakku sendiri. Tapi perasaan tak bisa aku bohongi. Aku memang mengagumi sosok abang iparku ini. Betapa beruntungnya mbak Lara mendapatkan suami seperti mas Dika. Orang sangat gagah, tubuhnya sangat proposional dan dia juga orang yang sangat baik. Ditambah lagi dia memiliki sesuatu yang sangat di sukai banyak kaum wanita. Ukuran alat kelaminnya yang diatas rata - rata pria pada umumnya. Mas Dika terus mengerang dan mendesah menikmati permainannya sendiri. Andai saja kalau aku yang jadi isttinya, tentu aku tak akan melewatkan kesempatan ini. Akan ku datangi mas Dika dan melahap kamaluan mas Dika yang super itu. Tak sengaja aku ikut mendesah mendengar dan melihat mas Dika mendesah. Kuraba - raba dadaku dengan tangan kananku yang semakin membusung melihat tubuh mas Dika itu. Tangan kiriku kemudian mulai turun menyentuh kemaluanku sendiri dan mulai mengusap - usapnya. Kurasakan ada cairan lendir yang keluar dari belahan selangkanganku itu. Aku ikut terbawa suasana menonoton mas Dika yang lagi masturbasi itu. "Oohhh mas Dika" rintihku dalam hati. Aku mulai menggigit halus bibirku. Aku sangat menikmati tontonan gratis secara live itu. Mas Dika membuatku makin bergairah. Aku membayangkan seandainya mas Dika yang menjadi suamiku, berapa beruntungnya aku bisa menikmati tubuh yang indah itu. Aku merasakan di genjot dengan senjata mas Dika itu, pasti sangat nikmat sekali. Aku makin kepanasan, tubuhku mengeluarkan cairan keringat yang mulai membasahiku. Rasa haus yang tadi menerpaku, kini hilang digantikan rasa yang belum pernah aku rasakan selama ini. Aku memang pernah melihat tubuh telanjang seorang pria, tapi itu hanya berupa foto ataupun video. Sekarang aku melihatnya secara nyata, tepat di depan mata kepala ku sendiri. Dan yang tak pernah aku duga sama sekali, orang itu adalah mas Dika suami kakak kandungku sendiri. Aku rasa tidak tahan lagi, nafasku mulai tak terkendali. Mataku seakan tak mau berkedip untuk melewatkan pemandangan yang indah ini. "Ohh mass Dika!" Aku mendesah menikmati. Cukup lama aku menonton mas Dika, sampai mas Dika melenguh menikmati tangannya sendiri. "Ouuhhh... Hhhmmm..." Mas Dika telah mencampai puncaknya. Kulihat mas Dika menyemprotkan air maninya dengan kuat. Pinggulnya dia angkat - angkat saat ia menembakkan cairan putih kental miliknya itu. Sialnya aku, pada saat mas Dika sedang menikmati keluarnya cairan - cairan kentalnya. Aku tak sengaja membuat suara. Aku menyentuh vas bunga yang ada diatas meja hingga terjatuh. Mas Dika kaget dan menghadap kearahku. "Elsa! Kamu ngangapain disitu?" Ucap mas Dika terbata - bata. Ia kemudian bangkit dalam keadaan telanjang bulat dihadapanku. Kulihat batang kemaluan itu masih saja tegang dan besar. "E e enggak Mas! Tadi aku nggak sengaja menjatuhkannya? Mamaksud aku, aku tak sengaja melihat Mas disini." Akupun merasa sangat grogi ketika ketahuan sama mas Dika. Mas Dika kemudian mengambil celananya dan memakainya buru - buru untuk menutupi kemaluannya yang sudah mulai layu. "Sejak kapan kamu ada di sana Elsa?" Mas Dika penasaran sejak kapan aku melihatnya sedang masturbasi. "Babaru sebentar Mas! Tadi aku haus dan ingin ambil minum kebelakang, tapi aku mendengar sesuatu di sini dan melihat mas sedang itu... Anu Mas!" Aku masih terbata - bata menjawab pertanyaan mas Dika. "Ya sudahlah Elsa. Kamu lanjut saja ambil minumnya! Kemudian kamu lanjut tidurnya. Hari masih malam!" Mas Dika menyuruhku pergi meninggalkannya. "Babaik Mas!" Aku sangat salah tingkah memandang mas Dika. Aku juga merasa sangat bersalah dengan mas Dika. Aku pikir mungkin dia sangat malu ketahuan olehku kalau ia sedang bermasturbasi sendiri. Aku buru - buru pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Kutegak sekaligus air putih itu. Dan kuambil lagi, terus aku minum. Entah berapa gelas aku minum, rasanya perutku langsung kenyang karena minum. Aku kembali masuk ke kamarku. Aku tak mau memperhatikan mas Dika lagi. Karena aku juga merasa sangat malu karena ketahuan olehnya sedang mengintip dirinya. Di dalam kamar aku langsung merebahkan badanku diatas ranjang. Mas Dika masih terbayang dalam ingatanku. Aku masih belum bisa melupakan kejadian tadi. Tubuh mas Dika yang sangat seksi itu terus terngiang - ngiang dalam benakku. Aku juga masih membayangkan bagaimana ekspresi wajah mas Dika saat dia melakukan masturbasi di hadapanku. Wajahnya yang ganteng itu sangat menggoda. "Oh mas Dika! Seandainya kamu milikku!" Aku masih saja menghayalkan mas Dika kalau aku adalah istrinya, bukannya mbak Lara."Pagi semua! Pagi kak Lara! Pagi mas Dika!" Aku menyapa kakakku dan abang iparku yang sedang sarapan pagi di ruang makan."Pagi juga Elsa!" Balas kakakku mbak Lara."Pagi Elsa!" Mas Dika juga membalas sapaanku."Udah siap sekolah nih?" Tanya mbak Lara."Iya mbak. Nanti aku nebeng lagi ya ke sekolah bareng Mbak!" Aku meminta mbak Lara untuk mengantarku kesekolah."Iya! Kamu makan dulu sarapanya!" Balas mbak Lara.Aku adalah siswi yang duduk dikelas 3 sekolah menengah atas. Beberapa bulan lagi aku akan ujian kelulusan. Aku tinggal dengan kakak perempuanku, namanya mbak Lara. Dan dia sudah memiliki seorang suami, namanya mas Dika, tapi sayangnya setelah lima tahun menikah, mereka masih saja belum memiliki seorang anak. Sangat kasihan juga, mungkin belum rezeki mereka untuk dikarunia anak.Mbak lara adalah seorang maneger disalah satu bank swasta yang ada di kotaku. Dia adalah satu - satunya saudaraku. Orang tua kami sudah sangat lam meninggal. Papaku yang pergi duluan semenjak aku berumu
Malam itu aku tidak bisa tidur. Di luar sangat berisik hingga membuat mataku tak bisa aku pejamkan. Mas Dika dan mbak Lara kembali bertengkar. Entah apa yang mereka ributkan. Tapi suara mbak Lara begitu lantang terdengar."KAMU MAS NGGAK PERNAH NGERTIIN AKU! AKU TUH CAPEK MAS KERJA DARI PAGI HINGGA MALAM! KAMU ITU TAK PERNAH NGERTI! MAUNYA CUMAN NGOMEL MULU! AKU CAPEK MAS!" Mbak Lara begitu lantang membentak mas Dika."AKU TAK PERNAH NGERTIIN KAMU? KAMU TU YANG NGGAK PERNAH NGERTIIN AKU! KAMU NGGAK PEDULI BAGAIMANA PERASAAN AKU! AKU INI SUAMI MU LARA! JADI TOLONG HARGAI AKU!""HARGAI APA MAS? KAMU ITU YANG SEPERTI ANAK KECIL! TIDAK MAU MENGALAH!""AKU TAK MAU MENGALAH? BUKANKAH SELAMA INI AKU YANG TERUS MENGALAH? TERUS KAMU APA? KAMU MAKIN MENJADI - JADI MERENDAHKAN HARGA DIRI AKU!"Mereka tampak bertengkar hebat malam itu. Tidak ada satupun diantara mereka yang mau mengalah. Aku tak begitu mengerti apa masalah mereka. Tapi mereka sangat sering tak terlihat akur."Aku hanya meminta se
Mbak Lara dan mas Dika masih belum baikan. Mereka masih saling diam - diaman. Sudah dua hari mereka tak saling tegur satu sama lain. Mas Dika juga tampak lebih sering diam dan tak mau banyak bicara. Bahkan untuk makanpun mereka tak mau saling bersama lagi. Mereka sering sendiri - sendiri. Begitupun juga mbak Lara, dia juga masih keras kepala dan tak mau mengalah. Dia sepertinya juga tak ambil pusing jika mas Dika mencuekannya.Hari ini mbak Lara akan keluar kota. Kali ini Mbak Lara akan pergi sedikit lebih lama. Sekarang kami akan tinggal berdua lagi dengan mas Dika. Mas Dika juga tidak melarang mbak Lara. Dia terlihat tak memperdulikan mbak Lara akan pergi. Bahkan pada saat mbak Lara pergipun, mas Dika lebih memilih menghindar dan pergi keluar rumah."Elsa...!" Terdengar suara mbak Lara memanggilku dari luar kamarku."Iya mbak! Ada apa?" Aku menyahutinya dan pergi kekuar kamar. Mbak Lara ternyata sudah berada di depan kamarku dengan meneteng koper."Mbak rencananya akan kekuar kota.
Aku merasakan betapa rakusnya mas Dika mencium bibirku. Dia melumat bibir ku seakan dia sudah lama tak bercinta. Tangan mas Dika sudah mulai bergerilya di tubuhku. dia mengangkat pakaianku yang malam itu hanya pakai mini dress. Aku sudah tak peduli lagi dengan apapun. Kami berpelukan dan berciuman sangat lama. Sekalarang tangan mas Dika sudah menyentuh bagian dalam punggungku. Tangannya terus kebawah meremas bokongku yang hanya pakai CD."Ouhmm...." Aku mengerang.Mas Dika menghentikan ciumannya. Dia kembali menatap wajahku dan aku juga menatap wajahnya. Kami saling berpandangan. Wajah mas Dika sangat rupawan. Tak ada sepatah katapun keluar dari mulut kami waktu itu. Kemudian tiba - tiba mas Dika membopongku. Dia membawaku ke kamarku. Diperjalanan pergi ke kamar kami terus bertatap - tatapan.Akhirnya kami sampai ke kamarku. Mas Dika membaringkan tubuhku ke ranjang tempat tidur. Ia kemudian membuka baju kaosnya dan terlihat dadanya yang bidang. Kini diapun membuka celananya dihadapank
Aku merasakan betapa rakusnya mas Dika mencium bibirku. Dia melumat bibir ku seakan dia sudah lama tak bercinta. Tangan mas Dika sudah mulai bergerilya di tubuhku. dia mengangkat pakaianku yang malam itu hanya pakai mini dress. Aku sudah tak peduli lagi dengan apapun. Kami berpelukan dan berciuman sangat lama. Sekalarang tangan mas Dika sudah menyentuh bagian dalam punggungku. Tangannya terus kebawah meremas bokongku yang hanya pakai CD."Ouhmm...." Aku mengerang.Mas Dika menghentikan ciumannya. Dia kembali menatap wajahku dan aku juga menatap wajahnya. Kami saling berpandangan. Wajah mas Dika sangat rupawan. Tak ada sepatah katapun keluar dari mulut kami waktu itu. Kemudian tiba - tiba mas Dika membopongku. Dia membawaku ke kamarku. Diperjalanan pergi ke kamar kami terus bertatap - tatapan.Akhirnya kami sampai ke kamarku. Mas Dika membaringkan tubuhku ke ranjang tempat tidur. Ia kemudian membuka baju kaosnya dan terlihat dadanya yang bidang. Kini diapun membuka celananya dihadapank
Kami kelelahan sehabis bertempur semalaman. Mas Dika dan aku tertidur pulas di kamarku. Kami saling berpelukan layaknya pengantin baru. Kami berpelukan dalam keadaan telanjang yang hanya ditutupi oleh selimut.Ditengah malam aku merasakan kembali ada yang sedang menciumi dadaku. Antara sadar dan tidak, aku meresakan ada yang menyetuh selangkanganku. Ada tangan yang mengusap - usap tubuhku dan juga ciuman dileherku.Aku terbangun dan perlahan kubuka mataku. Mas Dika sekarang kembali mencumbuku. Dia menciumi leherku hingga dadaku. Tak ada yang dilewatkannya, hingga kupingku pun diciuminya."Oohh mas Dika!" Lirihku keenakkan.Mas Dika tak memperdulikannya. Dia terus menciumi leherku dan menggigit - gigit kecil hingga meninggalkan bekas disana. Sekarang mas Dika tepat berada diatasku. Dia menindih tubuhku dalam keadaan telanjang. Aku sangat menikmati setiap apa yang dia lakukan."Mas Masukim lagi ya!" Mas Dika berniat untuk menusukku lagi dengan batang supernya. Dia kemudian memberikan ai
Semenjak kejadian malam itu, aku dan mas Dika menghabiskan hari - hariku bersamanya. Kami menikmati waktu bersama sebelum mbak Lara kembali. Banyak kami lakukan berdua, bercumbu dan bermain bersama. Mas Dika sangat menyenangkan, dia juga orang yang sangat humoris. Kami layaknya sepasang kekasih baru yang sedang kasmaran. Kami saling memadu kasih berdua."Elsa! Kamu cantik ya?" Gombal mas Dika."Ah Mas! Mas sukanya ngegomabalin doang!" Balasku."Beneran! Mas nggak bohong! Sumpah deh Mas nggak bohong!" Mas Dika berusaha meyakinkan.Mas Dika terus memuji kecantikanku. Aku dengan kakakku Lara memang dikaruniai penampilan yang cantik dan menarik. Mbak Lara dengan tubuh proposionalnya dan rambut hitam panjang. Sedangkan aku dengan wajah yang terlihat imut kata banyak orang - orang.Mas Dika sangat beruntung memiliki mbak Lara sebagai istrinya. Dulu memang mereka dijuluki sepasang suami istri yang sangat serasi. Mas Dika yang ganteng dan tubuh tinggi, sedangkan mbak Lara perempuan yang canti
Pagi - pagi sekali kami bangun setelah pertempuran semalam. Kami harus bersiap untuk beres - beres karena mbak Lara akan pulang. Agar mbak Lara tidak curiga nantinya. Aku membangunkan mas Dika yang tidur di kamarku."Mas! Bangun Mas!" Aku menepuk - nepuk tubuhnya mas Dika agar bangun."Eeennnggggmmmh..." Mas Dika menggeliat karena kebangun olehku."Ayo bangun Mas! Sekarang sudah pagi! Sebentar lagi mbak Lara pulang! Nanti kalau dia lihat Mas di kamarku gimana? Bisa berabe Mas!" Ucapku meminta mas Dika agar bangun segera."Udah pagi ya?" Tanya mas Dika yang kemudian menutup matanya kembali."Ayo bangun Mas! Kami pindah ke kamarmu saja kalau mau tidur lagi! Jangan tidur di sini!" Pintaku pada mas Dika."Iya iya! Bentar lagi ya El!" Ucap mas Dika yang masih nggak mau bangun."Nggak! Mas harus bangun sekarang! Mas tidur di kamar Mas saja! Sebentar lagi mbak Lara pulang Mas! Aku nggak mau mbal Lara nanti curiga kalau melihat Mas masih di sini!" Ucapku."Iya deh! Bawel amat!" Ucap mas Dika