Share

Hasrat Terlarang Sang Ipar
Hasrat Terlarang Sang Ipar
Penulis: Aqioqio

Desahan

Aku terbangun dalam tidurku. Kuraih handphone yang terletak di atas laci yang ada di sebelah ranjang tempat tidur. Hari menunjukan pukul 01.20 dini hari. Aku pergi keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum karena aku haus. Kulangkahkan kaki perlahan keluar kamar. Di perjalan menuju dapur, aku di kagetkan dengan suara seseorang. Aku pikir itu mungkin dari kamar kakakku yang letaknya berdekatan dengan kamarku. Tapi aku salah, suara itu ternyata bukan dari kamar kakakku mbak Lara. Akupun penasaran dengan suara itu. Aku terus telusuri darimana suara itu berasal. Suara itu sangat kuat berasal dari ruang tamu yang ada di depan. Ku segerakan mengintip siapa yang membuat suara itu. Alangkah kagetnya aku melihat ada seseorang yang duduk di sofa ruang tamu.

Orang itu adalah mas Dika, ia sedang melakukan sesuatu yang membuat mataku terbelalak. Ya, mas Dika sekarang dalam keadaan telanjang dan mengusap - usap alat kelaminnya sambil menonton sebuah video dari handphonenya. Kurasa mas Dika sedang menonton video panas. Kulihat mas Dika sangat menikmati sekali saat dia menonton video itu. Dimulutnya terdengar suara desahan yang sangat kuat.

"Aahh...hmmms... Ohhh... Mhmm..." Desah mas Dika.

Dia terus mengusap alat kelaminnya itu. Tampak sesekali mas Dika memberikan cairan pelumas di alat kelaminnya itu. Yang membuat aku terbelalak, batang kemaluannya itu sangat besar. Aku belum pernah melihat kemaluan sebesar itu. Mungkin panjangnya lebih dari 17 cm. Mungkin saja mencapai 20 cm. Dan ukurannya juga sangat luar biasa. Mas Dika terus mengocok - ngocok batang kemaluannya yang super itu.

"Ohhhh... Ssstthhh... Aahh....." Mulut mas Dika seakan tak bisa diam. Dia menggigit halus bibirnya yang merah itu.

Aku terdiam berdiri melihat mas Dika yang sedang masturbasi. Aku terpelongo memandang tubuh mas Dika yang sangat seksi itu. Di tubuhnya mengeluarkan keringat, sehingga tampak tubuhnya mengkilat dan membuat aku terlena. Aku sangat menikmati pemandangan indah ini.

Ketika melihat mas Dika sedang telanjang bulat dan memainkan batang kemaluannya itu. Badanku seakan terasa panas. Mungkinkah aku sedang bergairah menononto mas Dika yang tengah bermasturbasi. Aku tak tahu entah perasaan apa ini yang timbul dalam benakku. Aku seakan terbawa melayang dalam gairah yang seharusnya tidak boleh aku rasakan.

Mas Dika adalah suami kakakku, mbak Lara. Aku tak mungkin menyukai mas Dika dan menikung kakakku sendiri. Tapi perasaan tak bisa aku bohongi. Aku memang mengagumi sosok abang iparku ini. Betapa beruntungnya mbak Lara mendapatkan suami seperti mas Dika. Orang sangat gagah, tubuhnya sangat proposional dan dia juga orang yang sangat baik. Ditambah lagi dia memiliki sesuatu yang sangat di sukai banyak kaum wanita. Ukuran alat kelaminnya yang diatas rata - rata pria pada umumnya.

Mas Dika terus mengerang dan mendesah menikmati permainannya sendiri. Andai saja kalau aku yang jadi isttinya, tentu aku tak akan melewatkan kesempatan ini. Akan ku datangi mas Dika dan melahap kamaluan mas Dika yang super itu.

Tak sengaja aku ikut mendesah mendengar dan melihat mas Dika mendesah. Kuraba - raba dadaku dengan tangan kananku yang semakin membusung melihat tubuh mas Dika itu. Tangan kiriku kemudian mulai turun menyentuh kemaluanku sendiri dan mulai mengusap - usapnya. Kurasakan ada cairan lendir yang keluar dari belahan selangkanganku itu. Aku ikut terbawa suasana menonoton mas Dika yang lagi masturbasi itu.

"Oohhh mas Dika" rintihku dalam hati. Aku mulai menggigit halus bibirku. Aku sangat menikmati tontonan gratis secara live itu. Mas Dika membuatku makin bergairah.

Aku membayangkan seandainya mas Dika yang menjadi suamiku, berapa beruntungnya aku bisa menikmati tubuh yang indah itu. Aku merasakan di genjot dengan senjata mas Dika itu, pasti sangat nikmat sekali.

Aku makin kepanasan, tubuhku mengeluarkan cairan keringat yang mulai membasahiku. Rasa haus yang tadi menerpaku, kini hilang digantikan rasa yang belum pernah aku rasakan selama ini.

Aku memang pernah melihat tubuh telanjang seorang pria, tapi itu hanya berupa foto ataupun video. Sekarang aku melihatnya secara nyata, tepat di depan mata kepala ku sendiri. Dan yang tak pernah aku duga sama sekali, orang itu adalah mas Dika suami kakak kandungku sendiri.

Aku rasa tidak tahan lagi, nafasku mulai tak terkendali. Mataku seakan tak mau berkedip untuk melewatkan pemandangan yang indah ini.

"Ohh mass Dika!" Aku mendesah menikmati.

Cukup lama aku menonton mas Dika, sampai mas Dika melenguh menikmati tangannya sendiri.

"Ouuhhh... Hhhmmm..." Mas Dika telah mencampai puncaknya. Kulihat mas Dika menyemprotkan air maninya dengan kuat. Pinggulnya dia angkat - angkat saat ia menembakkan cairan putih kental miliknya itu.

Sialnya aku, pada saat mas Dika sedang menikmati keluarnya cairan - cairan kentalnya. Aku tak sengaja membuat suara. Aku menyentuh vas bunga yang ada diatas meja hingga terjatuh. Mas Dika kaget dan menghadap kearahku.

"Elsa! Kamu ngangapain disitu?" Ucap mas Dika terbata - bata. Ia kemudian bangkit dalam keadaan telanjang bulat dihadapanku. Kulihat batang kemaluan itu masih saja tegang dan besar.

"E e enggak Mas! Tadi aku nggak sengaja menjatuhkannya? Mamaksud aku, aku tak sengaja melihat Mas disini." Akupun merasa sangat grogi ketika ketahuan sama mas Dika.

Mas Dika kemudian mengambil celananya dan memakainya buru - buru untuk menutupi kemaluannya yang sudah mulai layu.

"Sejak kapan kamu ada di sana Elsa?" Mas Dika penasaran sejak kapan aku melihatnya sedang masturbasi.

"Babaru sebentar Mas! Tadi aku haus dan ingin ambil minum kebelakang, tapi aku mendengar sesuatu di sini dan melihat mas sedang itu... Anu Mas!" Aku masih terbata - bata menjawab pertanyaan mas Dika.

"Ya sudahlah Elsa. Kamu lanjut saja ambil minumnya! Kemudian kamu lanjut tidurnya. Hari masih malam!" Mas Dika menyuruhku pergi meninggalkannya.

"Babaik Mas!" Aku sangat salah tingkah memandang mas Dika. Aku juga merasa sangat bersalah dengan mas Dika. Aku pikir mungkin dia sangat malu ketahuan olehku kalau ia sedang bermasturbasi sendiri.

Aku buru - buru pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Kutegak sekaligus air putih itu. Dan kuambil lagi, terus aku minum. Entah berapa gelas aku minum, rasanya perutku langsung kenyang karena minum. Aku kembali masuk ke kamarku. Aku tak mau memperhatikan mas Dika lagi. Karena aku juga merasa sangat malu karena ketahuan olehnya sedang mengintip dirinya.

Di dalam kamar aku langsung merebahkan badanku diatas ranjang. Mas Dika masih terbayang dalam ingatanku. Aku masih belum bisa melupakan kejadian tadi. Tubuh mas Dika yang sangat seksi itu terus terngiang - ngiang dalam benakku. Aku juga masih membayangkan bagaimana ekspresi wajah mas Dika saat dia melakukan masturbasi di hadapanku. Wajahnya yang ganteng itu sangat menggoda.

"Oh mas Dika! Seandainya kamu milikku!" Aku masih saja menghayalkan mas Dika kalau aku adalah istrinya, bukannya mbak Lara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status