Share

Hasrat Terlarang Sang Bodyguard
Hasrat Terlarang Sang Bodyguard
Penulis: CH. Blue Lilac

Bab 01

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 08:54:03

"Kamu ini sebenarnya mandul kan?"

Perempuan yang sedang menuangkan teh hijau ke dalam cangkir keramik putih dengan ukiran mahal itu, melirik ke arah lawan bicaranya. Ekspresi wajahnya tampak menegang, terlihat tak terima dengan pernyataan yang baru saja dia dengar. "Maksud Mama apa?"

"Gak usah pura-pura polos kamu, Nay! Kamu sama Liam udah mau 3 tahun menikah, masa kalian berdua belum juga ngasih Mama cucu. Jadi cepet kasih tau Mama, kamu sebenarnya mandul kan? Tapi malu buat mengakuinya."

"Ma, aku udah cek ke dokter. Dan hasilnya aku baik-baik aja kok."

"Oooh, jadi kamu mau nyalahin Liam? Kamu pikir dia yang mandul begitu?" tukas wanita paruh baya itu balik, namanya— Widuri.

Nayya menghela nafas panjang. "Aku gak nuduh Mas Liam mandul, Ma. Aku—"

"Jujur saja ya, Nayya. Sebenarnya Mama capek debat ama kamu soal cucu, tapi Mama ini juga males menghadapi pertanyaan temen-temen Mama soal ini."

"Ini diluar kendaliku, Ma. Anak itu kan titipan Tuhan."

Widuri mendengus, melipat tangannya di dada sambil menatap Nayya dengan tatapan tajam. "Kamu gak usah bawa nama Tuhan. Orang kamu yang emang gak sempurna jadi istri."

Nayya menunduk, menahan perasaan yang mulai campur aduk. Ia sudah berusaha sabar menghadapi tekanan dari mertuanya, tapi komentar-komentar pedas itu makin hari makin tak tertahankan. "Ma, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Bahkan konsultasi dokter dan menjalani segala terapi yang disarankan. Ini bukan hal yang bisa kita kontrol sepenuhnya."

"Tapi kamu sadar kan, waktu terus berjalan? Mama gak mau punya menantu yang nggak bisa memberikan keturunan untuk keluarga ini. Mama butuh cucu untuk meneruskan nama keluarga," Widuri menegaskan, tak peduli dengan wajah Nayya yang mulai pucat dan tegang.

"Terus aku harus apa, Ma? Ini diluar kendaliku." Nayya bertanya dengan suara bergetar, berusaha menjaga ketenangannya meski air matanya hampir menetes.

Widuri menatap Nayya sejenak, lalu berkata, "Mama cuma mau bilang, kalau Mama gak akan diam aja. Jika kamu gak bisa kasih cucu, Mama mungkin perlu bicara sama Liam soal... opsi lain."

Nayya merasakan tubuhnya mendadak lemas. Kata-kata mertuanya menghantamnya keras. "Opsi lain? Maksud Mama... mau nyingkirin aku?"

Widuri mengangkat bahunya, mengisyaratkan bahwa semua itu tak sepenuhnya tidak mungkin. "Mama hanya ingin Liam bahagia dan punya keturunan. Kamu paham itu, kan? Jadi, pikirkan baik-baik, Nayya. Mama kasih waktu, tapi kalau tidak ada hasil… Mama bisa carikan perempuan lain untuk Liam."

Nayya terdiam, lidahnya kelu. Ia tak menyangka Sang mertua benar-benar bisa mengatakan hal seperti itu padahal mereka ini sama-sama perempuan. Kenapa mertuanya bisa bicara seperti itu? Padahal mereka sama-sama perempuan.

"Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar, Nayya. Mama udah cukup sabar nunggu kamu ngasih cucu."

Dengan suara bergetar, Nayya berbisik pelan, "Ma, punya anak itu gak semudah ngebalik telapak tangan. Aku—"

Widuri hanya mendengus. "Enam bulan, Nayya! Mama kasih waktu kamu 6 bulan dari sekarang."

Perempuan itu terpaku, menatap wajah serius Sang mertua yang tampak mengintimidasi.

"Kalau dalam waktu 6 bulan kamu belum bisa kasih Mama cucu. Siap-siap aja buat urus perceraian kalian."

Nayya tak dapat berkata apapun lagi. Dia membiarkan Sang mertua beranjak dari sana dengan ekspresi marah. Memang dia bisa apa selain pasrah? Dia sudah terlalu lelah dengan sikap seenaknya wanita tersebut.

Haaa...

Perempuan 23 tahun itu menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Rasa pening menyerang kepalanya hanya karena kejadian beberapa saat yang lalu.

"Galeeen!" Ia berseru, memanggil asisten pribadinya.

Tak berapa lama kemudian, muncul seorang pemuda bertubuh tinggi tegap dengan kulit sawo matangnya yang khas.

Galen namanya— pria muda yang setia menjadi asisten Nayya sejak hari pertama pernikahannya dengan Liam. Pemuda berusia 27 tahun itu muncul dari balik pintu dengan wajah tenang, seperti biasa. "Iya, Non, ada yang bisa saya bantu?"

Nayya menatap Galen, matanya terlihat sedikit berkaca-kaca, tapi ia berusaha menyembunyikan kelemahannya di balik senyuman tipis. "Bisa gak kita keluar sebentar, Galen? Aku butuh udara segar."

"Anda mau di antar ke mana?" tanya Galen, sopan.

"Ke taman deket sini aja. Aku mau jalan-jalan sebentar," jawabnya sambil merapikan rambut.

"Baik, Nona. Saya siapkan mobil dulu."

Nayya memberikan anggukan kecil pada Sang asisten sebelum membiarkan pemuda itu menghilang dari pandangan matanya.

Mereka pun menuju taman kecil tak jauh dari rumah. Saat tiba, Nayya berjalan pelan, menyusuri jalan setapak yang dipenuhi bunga mawar merah dan putih. Langkahnya lambat, pikirannya masih dipenuhi kata-kata sang mertua. Di depannya, Galen menjaga jarak, tetap siaga jika Nayya membutuhkan sesuatu.

Setelah beberapa saat, Nayya mendekat, merasa tidak tahan lagi dengan perasaan yang terus membebani. "Galen," panggilnya pelan. "Menurut kamu, aku harus gimana?"

"Maksud Nona?"

"Mama bilang, dia mau cari istri baru untuk Mas Liam karena aku gak bisa kasih cucu."

Galen menatap Nayya dengan cermat, raut wajahnya berubah serius, seolah mencoba memahami perasaan perempuan yang selama ini dia layani dengan setia. "Maaf, Nona. Tapi, apakah Tuan Liam sudah tahu soal ini?"

Nayya menggelengkan kepala pelan. "Enggak. Aku gak pernah cerita ke Mas Liam. Aku cuma gak mau nambah beban pikiran dia."

Galen menghela napas, menatap Nayya dengan penuh empati. "Tapi, menurut saya, Tuan Liam harus tahu, Nona. Ini kan juga tentang hubungan kalian. Mungkin dengan begitu, ada solusi yang bisa kalian temukan bersama."

Nayya menggigit bibirnya, terlihat ragu. "Kamu kan tau sesibuk apa Mas Liam. Jangankan mengobrol serius, nanya keadaanku aja dia nggak sempat."

"Jadi Nona mau diam aja dan biarkan masalah ini terus seperti ini?" Galen bertanya, sedikit serius.

Nayya tersenyum kecil, lemah. "Aku gak tau, Galen. Aku udah sering bahas ini sama Mas Liam, tapi ujung-ujungnya kalau gak nyuruh mengabaikan ucapan Mamanya, pasti ya berantem."

Bodyguard berparas tampan itu melihat ke arah Sang majikan, perempuan cantik itu memiliki kulit yang cerah. Fitur wajahnya lembut. Dia memiliki rambut panjang hitam legam yang bergelombang.

"Kalau kamu jadi aku, kamu bakal gimana?"

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 02

    "Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?""Tentu saja saya akan bicara kan masalah ini dengan Tuan Liam."Nayya terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Mungkin kamu benar, Galen. Aku harus bicara sama Mas Liam.""Saya yakin, Tuan bisa mengerti posisi anda."Nayya menghela nafas panjang. Ia tersenyum ke arah Galen yang berdiri tak jauh darinya. "Oke, aku akan coba. Makasih ya sarannya."###"Mas Liam!" Perempuan 23 tahun itu melompat kecil ke arah suaminya. Kedua lengannya bergelayut manja di bahu kokoh pria tersebut dengan wajah sumringah. "Akhirnya Mas pulang juga. Aku... Kangen."Nayya tertegun sejenak, senyumnya perlahan memudar ketika Liam dengan halus menyingkirkan kedua lengannya dari bahunya."Maaf ya, Nay. Aku gerah banget." ujar Liam sembari mengusap tengkuknya. "Aku mau mandi dulu."Nayya menatap suaminya yang berjalan menjauh, tubuhnya terasa sedikit lemas. "Mas... sebentar," panggilnya ragu-ragu.Liam berhenti sejenak, lalu menoleh, sedikit terkejut. "Iya?

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 03

    "Kamu denger sendiri kan? Mama kamu itu keras kepala, bahkan ucapan kamu aja gak di dengar sama dia."Liam melepaskan dasinya dengan kasar. Ia melempar benda itu ke lantai dan melihat ke arah Nayya sang istri. Beberapa waktu yang lalu mereka berdua baru saja pulang dari rumah bu Widuri untuk makan malam bersama."Jaga bicara kamu, Nayya! Gimana pun juga, dia itu mertua kamu."Nayya melipat kedua tangannya di dada. Perempuan dengan lipstik merah itu tampak lelah dengan balasan sang suami yang ujung-ujungnya pasti menyudutkan dirinya."Lupain soal itu, Mas! Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Nayya setengah frustasi. Bagaimana tidak, kedatangan mereka ke rumah Widuri beberapa waktu yang lalu sama sekali tak membuahkan hasil. Widuri masih bersih kukuh untuk memaksa Liam dan Nayyara bercerai jika tidak kunjung juga mendapatkan momongan.Dan Liam— walaupun berusaha membantah, namun pada akhirnya dia hanya bisa pasrah pada perintah sang Mama."Ya semua itu kan tergantung kamu.""Lo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 04

    "Nona!!"Dengan panik, Galen naik ke lantai dua. Gerakannya begitu sigap menuju kamar sang majikan."Non Nayya! Apa yang terjadi?"Galen menatap pintu kamar yang masih tertutup rapat dengan rasa cemas. Sudah beberapa kali ia mencoba mengetuk pintu kamar majikannya. Namun yang ia dapati hanyalah suara jerit frustasi Nayyara. Juga beberapa barang yang sepertinya menjadi sasaran amuknya."Nona, buka pintunya! Apa yang terjadi? Apa Nona baik-baik saja?" Galen masih mencoba membujuk Nayya agar keluar. Namun Nayya masih saja mengabaikan dirinya. Khawatir terjadi sesuatu pada perempuan itu, dengan satu hentakan, ia mendobrak pintu di depannya."Nona!!!" Galen berlari kecil ke dalam dan mendapati Nayya terduduk di lantai, bersandar pada sisi tempat tidur. Tubuhnya gemetar, wajahnya basah dengan air mata yang mengalir tanpa henti. Sementara kamar tersebut sudah seperti kapal pecah. Banyak barang berserakan di lantai, bahkan beberapa di antaranya ada yang terbuat dari kaca.“Nona…” Galen mende

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 05

    "Bisa gak kamu di sini aja?"Keduanya saling melemparkan pandangan satu sama lain. Namun, Galen lebih dulu menyudahi tatapan itu karena khawatir Nayya merasa tidak nyaman."Saya, akan berjaga di luar.""Jangan di luar!" Nayya memotong. "Kamu tidur di dalam sini aja. Di sana—" Ia menunjuk sofa panjang berwarna maroon yang berada di dekat lemari pakaian."Tapi Non, saya khawatir Tuan Liam tiba-tiba pulang dan—"Nayya menghela nafas. Mimik wajahnya tampak kecewa karena penolakan Galen. "Padahal kamu juga bisa sambil istirahat kalau tidur di sana. Tapi kalau kamu lebih nyaman di luar ya terserah. Aku gak bisa maksa."Galen menghela nafas pelan. Ia tau Bosnya cukup keras kepala dan menuntut dalam beberapa kesempatan. Termasuk kali ini. Jadi daripada berdebat, ia memutuskan untuk mengiyakan permintaan sang Nona muda untuk tetap berada di dalam sana."Baik, Nona. Saya tidak akan ke mana-mana malam ini."Nayya tersenyum lega setelah mendengar jawaban Galen. Ia mengucapkan terima kasih pada sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 06

    "Sayaaang..."Liam menoleh ke arah suara yang baru saja memanggilnya. Di ambang pintu ruang tamu, berdirilah seorang wanita paruh baya yang masih memancarkan kecantikan khasnya. Wajahnya anggun, dengan garis-garis halus yang menambah kesan kebijaksanaan. Ia adalah Widuri, ibu kandung Liam."Sayaaang... jam segini kok masih santai di rumah?" tanya Widuri sambil melangkah mendekat, nada suaranya penuh kasih sayang sekaligus heran. “Apa kamu gak kerja hari ini?”Liam menghela napas, lalu menatap kopi hitam di tangannya tanpa minat. "Belum, Ma. Aku berangkat agak siang."“Jangan karena masalah kamu ama Nayya, kamu jadi males-malesan gini.” Widuri duduk di sofa di seberangnya, menatap putranya dengan cermat.Liam menggeleng, mencoba menghindari tatapan ibunya. "Enggak, Ma. Aku cuma males aja."Widuri menyipitkan mata. Sebagai seorang ibu, ia paham betul setiap ekspresi Liam, dan ia bisa melihat dengan jelas ada sesuatu yang mengganggu pikiran putranya. “Jujur aja ya, Mama ini heran ama kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 07

    "Galen, kamu bisa bantu aku gak?" "Bantuan apa, Nona?" Nayya tersenyum ke arah pria itu sebelum menjawab, "Anterin aku ke suatu tempat." Galen tak menjawab, namun dari tatapan mata Nayya yang mengintimidasi membuat pemuda itu tak bisa menolak. "Baik, Nona. Saya panasin mobil. dulu." Saat mereka berangkat, suasana di dalam mobil terasa dingin dan sunyi. Galen memegang kemudi dengan tenang, matanya terfokus pada jalan di depan, sementara Nayya duduk di sebelahnya, pandangannya kosong menatap ke luar jendela. Ia tampak memikirkan sesuatu yang berat, bibirnya terkatup rapat tanpa sepatah kata pun keluar sejak mereka masuk ke mobil. Galen, seperti biasanya, tahu kapan harus diam. Ia tidak berusaha mengusik atau mengajukan pertanyaan. Sejak bekerja untuk Nayya, ia memahami bahwa wanita itu menyimpan banyak hal dalam diamnya. "Hati-hati, Nona!" Itulah yang Galen katakan saat membantu Nayya turun dari mobil. Nayya turun dari kendaraan mewahnya dengan langkah pelan, membiarkan ang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 08

    "Ma, Pa... Katakan aku harus gimana? Aku harus apa?" Suara isakan Nayya terdengar semakin intens. Memecah area pemakaman yang lenggang hari itu."Dulu aku percaya kalau cinta bisa menaklukkan segalanya. Aku pikir selama aku punya Mas Liam, aku bisa bertahan. Tapi sekarang aku sadar... mungkin cinta saja gak cukup." Suaranya semakin lirih, hampir tertelan oleh angin. "Kalau gak ada harapan... kalau aku gak bisa jadi istri yang diharapkan keluarga Liam... apa gunanya aku di sana?"Nayya terdiam sejenak, membiarkan kata-kata itu menggantung. Ia mencengkeram nisan dengan lebih erat. "Ma, Pa, aku gak mau jadi beban. Tapi aku juga gak mau menyerah. Aku masih cinta sama dia... meskipun setiap harinya aku bertanya-tanya, apa Mas Liam masih memiliki perasaan yang sama?"Galen berdiri di belakang, menyaksikan punggung Nayya yang rapuh di hadapan dua pusara itu. Ia mengerti bahwa dirinya tak lebih dari bayang-bayang di sini, namun di saat yang bersamaan, ia merasakan keinginan kuat untuk memberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 09

    "Galen...""Iya Nona?"Namun bukan jawaban yang Galen dapatkan saat ia menunggu respons, melainkan gerakan tangan Nayya yang perlahan terulur. Jari kelingkingnya terulur ke depan wajah Galen. Untuk sesaat, Nayya menatap Galen dengan pandangan yang sulit diartikan—ada kelelahan, luka, dan sebersit harapan yang terpantul dalam matanya."Kamu mau janji kan?" tanyanya pelan, hampir seperti bisikan. "Janji kalau kamu akan tetap di sini. Tidak pergi atau meninggalkan aku, apapun yang terjadi?"Galen tertegun. Ia tak menyangka akan permintaan ini, namun ia melihat harapan dalam tatapan Nayya. Ia tahu, ini bukan sekadar permohonan sederhana dari seorang majikan pada bawahan sepertinya. Ini adalah permintaan yang datang dari seseorang yang sudah berada di titik terendahnya, seseorang yang merasa dunia bisa runtuh kapan saja.Galen menatap perempuan itu sebelum melingkarkan jari kelingkingnya pada Nayya. Membuat pinky promise. "Saya janji, Nona," k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 47

    "Nona, anda baik-baik saja?""Aku gak apa-apa. Tapi aku sebel sama orang itu," balas Nayya sambil memijat tengkuknya. Rasanya dia hampir darah tinggi karena kedatangan orang seperti itu.Melihat ekspresi kesal di wajah Nayya, Galen pun menghampiri majikannya tersebut. Setrlah menaruh tas makan siangnya di meja, kemudian berjalan ke belakang kursi Nayya. “Sini saya bantu pijat,” ucapnya lembut. Sebelum Nayya sempat bertanya, Galen sudah menempatkan kedua tangannya di atas pundaknya. "G- Galen?" Nayya sedikit tersentak karena sentuhan Galen tersebut."Otot anda terlalu tegang, Nona. Rileks sedikit! Dan biarkan saya memijat anda," balas pria itu dengan suara yang terdengar dalam."Tapi—""Ssst! Begini-begini saya juga ahli dalam pijatan."Awalnya, Nayya ingin memprotes, tapi sentuhan Galen terasa nyaman. Pijatannya tidak terlalu keras, tapi cukup untuk mengurangi rasa kaku di bahunya. Ia pun memejamkan mata, mencoba menikmati momen itu meski gengsinya masih berusaha menahan. Setelah

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 46

    Setelah Galen meninggalkan butik untuk membeli makan siang, Nayya kembali fokus pada pekerjaannya. Ia sedang mengecek beberapa sketsa desain ketika suara pintu butik terbuka dengan keras. Seorang wanita berusia sekitar 30-an, dengan wajah marah dan riasan tajam, masuk dengan langkah menghentak. "Di mana Nayya?" suara wanita itu menggema, membuat beberapa karyawan di butik menoleh kaget.Nayya mengangkat wajahnya dan berdiri, menatap wanita itu dengan tenang meski dalam hatinya merasa waspada. "Saya Nayya. Ada yang bisa saya bantu?"Wanita itu melangkah mendekat, membawa sebuah kantong besar yang ia lemparkan ke meja Nayya. "Ini! Apa benar ini gaun buatan kamu? Gaun ini benar-benar menghancurkan acaraku!"Nayya mengerutkan kening, berusaha memahami situasinya. "Maaf, ada apa dengan gaunnya? Apa ada yang kurang sesuai?"Wanita itu melipat tangannya, matanya menyala penuh emosi. "Kurang sesuai? Banyak! Bikin malu acaraku aja!"Nayya menarik napas dalam, mencoba tetap tenang meskipun na

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 45

    Nayya mengerutkan keningnya. "Alasan lain? Apa itu?"Galen tersenyum tipis. "Aku tidak bisa memberitahu, Nona.""Kenapa?" Nayya mengerutkan keningnya. "Pasti ada hubungannya sama sesuatu yang penting kan?"Galen memandangi perempuan itu. Ia kembali menampilkan senyum penuh arti. "Makan dulu, Nona. Baru nanti kita bicara."Nayya menghela nafas panjang. Merasa kurang puas dengan jawaban Galen yang menurutnya sangat menggantung. "Sejak Mas Liam ke luar kota, aku gak ada teman ngobrol," desis Nayya dengan bibir sedikit mencebik. "Apalagi Mas Liam juga gak bisa dihubungi dan jarang balas chatku. Aku jadi makin feeling lonely.""Saya tau, Nona. Tapi kalau anda bicara terus, nanti makanannya jadi dingin!" balas Galen dengan lembut. "Kita bisa ngobrol sebanyak apapun setelah anda makan. Gimana?"Nayya menatap pemuda itu dengan mata menyipit. "Nanti deh, aku pikir-pikir dulu."Galen reflek tertawa pelan mendengar jawaban majikannya itu. Ditambah ekspresi wajah Nayya tersebut. Membuat perempuan

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 44

    Galen mengangkat alis, menunggu Nayya menyelesaikan kalimatnya. Namun, Nayya tampak semakin gugup, mengalihkan pandangan sambil mengusap tengkuknya yang sedikit berkeringat. "Sebenernya aku... aku butuh bantuan kamu untuk—" Nayya menggigit bibir bawahnya lagi, mencoba menyusun keberanian. "Ngebenerin shower di kamar mandiku. Airnya mati sejak kemarin malam." Galen menahan napas sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan ekspresi lega. "Oh, itu saja? Baik, saya akan periksa sekarang juga." Nayya tersipu malu. "Iya, maaf ya! Aku tahu ini di luar tugas kamu, tapi aku malas panggil orang luar sekarang." "Tenang saja, Nona. Saya pasti bisa memperbaikinya," ucap Galen, mencoba meyakinkannya. Tanpa banyak kata lagi, Nayya mengarahkan Galen ke kamar mandinya. Di dalam, ia berdiri canggung sambil menunjukkan shower yang bermasalah. Galen mulai memeriksa sambungan air dengan teliti, mengabaikan jarak mereka yang begitu dekat. Nayya hanya bisa menatap punggung Galen yang kokoh. Dalam

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 43

    "Umphh... Galen..."Nayya memejamkan matanya. Berusaha meredam suara seduktifnya ketika Galen mulai menjilati lehernya."Emphhhmm... G- Galen..." Ia berusaha memanggil sang bodyguard, meskipun terdengar susah payah karena helaan nafasnya yang cepat."Iya Nona?" Galen melihat ke arah Nayya matanya terlihat diliputi oleh gairah. "Apa anda berubah ingin pikiran?"Nayya menatap Galen lemah. Pipinya memerah hingga ke telinga. "Apa kamu ada ide lain?"Galen terdiam. Ia yang berada di atas tubuh Nayya menjadi bingung harus memberikan jawaban apa."Gak ada cara lain kan? Berarti ayo lanjutkan!" Nayya memeluk leher Galen, sementara sang bodyguard memberanikan diri untuk mencium bibir perempuan itu.Suasana di sana kian memanas saat Galen dan Nayya melakukan penyatuan mereka. Meniti tangga kenikmatan yang semakin membawa mereka ke gairah yang tak ada duanya."Ughh..." Sinar matahari pagi itu mengusik tidur nyenyak Galen. Pemuda bertubuh atletis itu bangkit perlahan dari tempat tidur, tubuhnya t

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 42

    Malam telah larut ketika Nayya mengumpulkan keberanian untuk menelepon Galen. Tangannya gemetar saat mengetik pesan di ponselnya. "Galen, bisa naik ke kamarku sekarang? Aku butuh bicara."Pesan itu terkirim, dan ia menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya ada balasan dari Galen: ["Baik, Nona. Saya segera ke sana."]Hanya beberapa menit kemudian, ketukan pelan terdengar di pintu kamar Nayya. Ia menghapus sisa air mata di pipinya sebelum menjawab, "Masuk!"Pintu terbuka, dan Galen melangkah masuk dengan hati-hati. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya lembut, memperhatikan ekspresi muram Nayya. Tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan yang Galen ajukan, Nayya langsung menarik pemuda itu masuk ke kamarnya."Non—mm..." Galen terbelalak ketika Nayya menciumanya dengan sedikit serampangan.Nayya mendorong dada bidang Galen ke dinding. Gerakan Nayya yang tidak sabaran jelas membuat Galen bingung."N

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 41

    "Apapun yang kamu katakan, Mama akan tetap membujuk Liam untuk cari istri lagi. Terserah dia mau ceraikan kamu atau menjadikan salah satu perempuan ini sebagai istri keduanya. Mama tidak peduli."Braaak!!Nayya tidak tahan lagi. Ucapan sang mertua begitu melukai hatinya. Dengan penuh emosi menggebrak meja di depannya."Ma, jangan mentang-mentang aku ini sebatang kara dan gak punya orang tua jadi Mama seenaknya sama aku. Aku juga punya hati Ma, aku punya perasaan. Gimana kalau seandainya Mama jadi aku? Apa Mama sanggup diperlakukan seperti ini?"Widuri buang muka. Sama sekali tak menggubris tatapan sayu dan wajah penuh air mata menantunya."Di luar sana, banyak pasangan yang belum punya anak bahkan disaat pernikahan mereka udah masuk belasan tahun. Tapi mereka gak seberisik Mama yang ribut ingin ini dan itu," imbuh Nayya lagi. "Aku dan Mas Liam menikah belum ada 5 tahun tapi Mama udah berencana menggantikanku sama perempuan lain— Mama benar-benar tega.""Terserah apa yang ingin kamu ka

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 40

    Pagi itu, sekitar jam delapan, Nayya berdiri di depan cermin besar di kamarnya. Ia mengenakan blus putih dengan rok selutut berwarna krem, sederhana namun anggun. Wajahnya tampak sedikit lebih segar setelah semalaman akhirnya bisa tidur meski di sofa. Namun, ada kecemasan yang tidak bisa ia sembunyikan. Hari ini, ia harus pergi ke rumah mertuanya, Widuri. Entah apa yang wanita itu ingin bicarakan, tapi Nayya tahu, setiap kali Widuri memanggilnya secara khusus, itu tidak pernah menjadi perbincangan yang menyenangkan."Nona, mobil sudah siap," suara Galen terdengar dari luar pintu."Baik, aku segera keluar," jawab Nayya sambil merapikan tas tangannya.Di perjalanan, Nayya tak banyak bicara. Ia hanya memandangi pemandangan di luar jendela mobil dengan pikiran yang melayang-layang. Galen, seperti biasa, duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi datar, sesekali melirik ke arah kaca spion untuk memastikan majikannya baik-baik saja.Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gaya klas

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 39

    ["Maaf ya sayang, aku benar-benar sibuk banget. Klien banyak permintaan jadi aku gak bisa sering-sering telfon kamu."]["Soal kemarin aku juga minta maaf. Aku gak ada maksud buat nolak VC kamu. Di sini beneran gak ada sinyal."]["Tolong jangan khawatir dan terlalu OVT. Aku sayang sama kamu."]Nayya menghela nafas panjang. Ia memeluk lututnya untuk menenangkan diri. "Capek banget ya Tuhan. Gak enak banget cinta sendiri kayak gini."Karena kelelahan, Nayya tertidur di sofa ruang tamu, pelukan di lututnya perlahan melonggar. Wajahnya tampak lesu dalam tidurnya, meski ada jejak air mata dan kecemasan yang masih tersisa. Sebuah selimut tebal tergantung di sandaran sofa, tapi tak disentuh olehnya. Galen muncul dari arah pintu, berniat membuat teh hangat karena di luar hujan sedang lebat. Ia berhenti sejenak ketika melihat Nayya terbaring di sana. Ekspresi datarnya berubah lunak seketika.Ia mendekat perlahan, memastikan langkahnya tak menimbulkan suara yang bisa membangunkan Nayya. Saat be

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status