Share

Bab 02

last update Last Updated: 2024-11-05 08:59:15

"Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?"

"Tentu saja saya akan bicara kan masalah ini dengan Tuan Liam."

Nayya terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Mungkin kamu benar, Galen. Aku harus bicara sama Mas Liam."

"Saya yakin, Tuan bisa mengerti posisi anda."

Nayya menghela nafas panjang. Ia tersenyum ke arah Galen yang berdiri tak jauh darinya. "Oke, aku akan coba. Makasih ya sarannya."

###

"Mas Liam!" Perempuan 23 tahun itu melompat kecil ke arah suaminya. Kedua lengannya bergelayut manja di bahu kokoh pria tersebut dengan wajah sumringah. "Akhirnya Mas pulang juga. Aku... Kangen."

Nayya tertegun sejenak, senyumnya perlahan memudar ketika Liam dengan halus menyingkirkan kedua lengannya dari bahunya.

"Maaf ya, Nay. Aku gerah banget." ujar Liam sembari mengusap tengkuknya. "Aku mau mandi dulu."

Nayya menatap suaminya yang berjalan menjauh, tubuhnya terasa sedikit lemas. "Mas... sebentar," panggilnya ragu-ragu.

Liam berhenti sejenak, lalu menoleh, sedikit terkejut. "Iya? Ada apa?"

Nayya menelan ludah, berusaha mengumpulkan keberanian. "Aku… ada yang mau aku omongin sama kamu. Mungkin nanti kalau Mas udah selesai mandi kita bisa bicara bentar."

Liam mengangguk singkat. "Oke, habis mandi kita ngobrol."

Nala tersenyum kecil, sedikit lega.

Setelah Liam selesai mandi dan berganti pakaian, ia duduk di ruang tamu bersama Nayya. Wajahnya tampak tenang, tetapi ada sedikit ketidakpedulian yang membuat Nayya merasa gugup.

"Jadi kamu mau bicara soal apa?" Liam bertanya, tatapannya lurus ke arah Sang istri yang ada tepat di hadapannya.

Nayya menunduk sejenak, lalu memandang suaminya. "Mas… tadi Mama datang ke rumah, dan lagi-lagi, dia menuntut kita buat segera punya momongan."

Liam menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke sofa dengan wajah lelah. "Nay, kita udah sering bahas ini, kan? Dan kamu tau kan apa jawabanku?"

"Tapi, Mas… aku merasa tertekan. Mama terus saja nuntut aku, padahal kamu kan juga punya andil soal ini." Suara Nayya bergetar ketika menyampaikan keluh kesahnya. "Mama cuma nyalahin aku, ngatain aku gak sempurna, gak becus, mandul. Aku capek Mas."

Liam terdiam sejenak, pandangannya tetap ke depan tanpa menatap Nayya. Dia tak berniat menyela ucapan istrinya dan membiarkan wanita itu terus berbicara.

"Aku udah ke dokter, udah cek segala macam, minum obat, terapi, tapi kamu—" Nayya menelan ludah, mencoba menahan emosinya. "Tapi, kamu... kamu kayak gak peduli sama sekali. Kamu tetap aja santai, aku jadi ngerasa kayak berjuang sendirian, Mas." Nayya terus berbicara dalam satu tarikan nafas.

Liam mengernyit, tak terima dengan tuduhan itu. "Maksud kamu apa ngomong seperti itu?"

"Kenapa? Aku bicara fakta kan? Selama ini kamu sibuk sama kerjaan dan diri sendiri, kamu gak pernah berusaha buat dapat momongan. Kamu juga selalu nolak kalau aku ajak ke dokter, ya kan?"

Liam menghela napas berat, ekspresinya tampak kesal. "Dengar, Nay. Aku gak punya masalah kesehatan, jadi untuk apa aku periksa ke dokter kalau aku sendiri merasa baik-baik aja."

Nayya merasa dadanya sesak mendengar jawaban itu. "Kalau memang gak ada masalah, kenapa takut buat periksa?"

"Aku gak takut! Aku cuma gak mau buang waktu untuk hal yang gak perlu. Ada banyak hal penting yang lebih baik aku kerjakan."

"Hal yang gak perlu? Mas, ini soal rumah tangga kita! Ini soal pernikahan kita dan tentang masa depan kita berdua. Apa kamu gak ngerti perasaanku sedikitpun?" Nayya memandang Liam dengan penuh keputusasaan, matanya mulai berkaca-kaca.

"Tiap hari Mama kamu nuntut aku buat hamil, tapi kamu anaknya malah ogah-ogahan buat punya momongan."

"Kan aku juga udah puluhan kali bilang ke kamu, jangan dengerin perkataan Mama! Kamu juga kan yang sedikit-sedikit OVT?!" Nada bicara Liam mulai meninggi. Tampaknya dia juga mulai emosi.

Nayya menggeleng pelan, merasa lelah dengan keadaan ini. "Kalau Mama kamu gak ngancam buat nyari istri baru, aku gak akan seoverthinking ini, Mas." Perempuan itu ikut berteriak, namun kini disertai lelehan bening yang keluar dari pelupuk matanya.

Nayya menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menahan tangis yang kini tak lagi bisa dibendung. Suaranya bergetar saat ia meluapkan perasaannya yang sudah lama terpendam.

"Mas, aku capek… capek disalahin terus. Aku ngerasa sendirian berjuang, sementara kamu gak pernah mau pasang badan buat bantuin aku. Apa kamu ngerti rasanya jadi aku?" Nayya terisak, air matanya mengalir deras, mencerminkan rasa sakit yang ia simpan selama ini.

Liam menatap istrinya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada rasa bersalah yang mulai merayap di wajahnya, tetapi ia tak tahu harus berkata apa.

"Aku udah tahan segala tekanan ini, Mas," lanjut Nayya sambil mengusap matanya. "Aku takut Mama bener-bener minta kita cerai, aku takut kehilangan kamu, aku takut, Mas."

Liam menunduk, terpukul melihat Nayya yang tampak begitu hancur. Ia mendekat perlahan, tangannya ragu-ragu menyentuh bahu Nayya. "Nay... maaf, maafin aku."

Nayya mengangkat wajahnya yang basah, menatap suaminya dengan tatapan terluka. "Kamu terlalu menganggap remeh semuanya, Mas. Kamu egois."

Liam menarik napas dalam, memejamkan matanya sejenak. "Aku akan bicara sama Mama besok."

Nayya memandang suaminya, masih tersisa rasa sakit di matanya. "K- kamu... serius?"

Liam mengangguk, berusaha tersenyum tipis. "Iya. Aku akan bilang ke Mama untuk berhenti ikut campur urusan rumah tangga kita. Terutama soal momongan."

"Gimana kalau Mama kamu tetap keras kepala?"

"Aku akan yakinin Mama."

Nayya menatap wajah suaminya. Dia ingin percaya pada pria itu kali ini. Namun hati kecilnya masih saja merasa ragu. Dia butuh bukti langsung dari suaminya. Apalagi selama ini Liam terlalu sering meremehkan masalah ini.

Namun saat mertuanya kembali datang ke rumah untuk membicarakan masalah ini, yang terjadi justru...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
selingkuh,,,liam pst maen² d luar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 03

    "Kamu denger sendiri kan? Mama kamu itu keras kepala, bahkan ucapan kamu aja gak di dengar sama dia."Liam melepaskan dasinya dengan kasar. Ia melempar benda itu ke lantai dan melihat ke arah Nayya sang istri. Beberapa waktu yang lalu mereka berdua baru saja pulang dari rumah bu Widuri untuk makan malam bersama."Jaga bicara kamu, Nayya! Gimana pun juga, dia itu mertua kamu."Nayya melipat kedua tangannya di dada. Perempuan dengan lipstik merah itu tampak lelah dengan balasan sang suami yang ujung-ujungnya pasti menyudutkan dirinya."Lupain soal itu, Mas! Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Nayya setengah frustasi. Bagaimana tidak, kedatangan mereka ke rumah Widuri beberapa waktu yang lalu sama sekali tak membuahkan hasil. Widuri masih bersih kukuh untuk memaksa Liam dan Nayyara bercerai jika tidak kunjung juga mendapatkan momongan.Dan Liam— walaupun berusaha membantah, namun pada akhirnya dia hanya bisa pasrah pada perintah sang Mama."Ya semua itu kan tergantung kamu.""Lo

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 04

    "Nona!!"Dengan panik, Galen naik ke lantai dua. Gerakannya begitu sigap menuju kamar sang majikan."Non Nayya! Apa yang terjadi?"Galen menatap pintu kamar yang masih tertutup rapat dengan rasa cemas. Sudah beberapa kali ia mencoba mengetuk pintu kamar majikannya. Namun yang ia dapati hanyalah suara jerit frustasi Nayyara. Juga beberapa barang yang sepertinya menjadi sasaran amuknya."Nona, buka pintunya! Apa yang terjadi? Apa Nona baik-baik saja?" Galen masih mencoba membujuk Nayya agar keluar. Namun Nayya masih saja mengabaikan dirinya. Khawatir terjadi sesuatu pada perempuan itu, dengan satu hentakan, ia mendobrak pintu di depannya."Nona!!!" Galen berlari kecil ke dalam dan mendapati Nayya terduduk di lantai, bersandar pada sisi tempat tidur. Tubuhnya gemetar, wajahnya basah dengan air mata yang mengalir tanpa henti. Sementara kamar tersebut sudah seperti kapal pecah. Banyak barang berserakan di lantai, bahkan beberapa di antaranya ada yang terbuat dari kaca.“Nona…” Galen mende

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 05

    "Bisa gak kamu di sini aja?"Keduanya saling melemparkan pandangan satu sama lain. Namun, Galen lebih dulu menyudahi tatapan itu karena khawatir Nayya merasa tidak nyaman."Saya, akan berjaga di luar.""Jangan di luar!" Nayya memotong. "Kamu tidur di dalam sini aja. Di sana—" Ia menunjuk sofa panjang berwarna maroon yang berada di dekat lemari pakaian."Tapi Non, saya khawatir Tuan Liam tiba-tiba pulang dan—"Nayya menghela nafas. Mimik wajahnya tampak kecewa karena penolakan Galen. "Padahal kamu juga bisa sambil istirahat kalau tidur di sana. Tapi kalau kamu lebih nyaman di luar ya terserah. Aku gak bisa maksa."Galen menghela nafas pelan. Ia tau Bosnya cukup keras kepala dan menuntut dalam beberapa kesempatan. Termasuk kali ini. Jadi daripada berdebat, ia memutuskan untuk mengiyakan permintaan sang Nona muda untuk tetap berada di dalam sana."Baik, Nona. Saya tidak akan ke mana-mana malam ini."Nayya tersenyum lega setelah mendengar jawaban Galen. Ia mengucapkan terima kasih pada sa

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 06

    "Sayaaang..."Liam menoleh ke arah suara yang baru saja memanggilnya. Di ambang pintu ruang tamu, berdirilah seorang wanita paruh baya yang masih memancarkan kecantikan khasnya. Wajahnya anggun, dengan garis-garis halus yang menambah kesan kebijaksanaan. Ia adalah Widuri, ibu kandung Liam."Sayaaang... jam segini kok masih santai di rumah?" tanya Widuri sambil melangkah mendekat, nada suaranya penuh kasih sayang sekaligus heran. “Apa kamu gak kerja hari ini?”Liam menghela napas, lalu menatap kopi hitam di tangannya tanpa minat. "Belum, Ma. Aku berangkat agak siang."“Jangan karena masalah kamu ama Nayya, kamu jadi males-malesan gini.” Widuri duduk di sofa di seberangnya, menatap putranya dengan cermat.Liam menggeleng, mencoba menghindari tatapan ibunya. "Enggak, Ma. Aku cuma males aja."Widuri menyipitkan mata. Sebagai seorang ibu, ia paham betul setiap ekspresi Liam, dan ia bisa melihat dengan jelas ada sesuatu yang mengganggu pikiran putranya. “Jujur aja ya, Mama ini heran ama kam

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 07

    "Galen, kamu bisa bantu aku gak?" "Bantuan apa, Nona?" Nayya tersenyum ke arah pria itu sebelum menjawab, "Anterin aku ke suatu tempat." Galen tak menjawab, namun dari tatapan mata Nayya yang mengintimidasi membuat pemuda itu tak bisa menolak. "Baik, Nona. Saya panasin mobil. dulu." Saat mereka berangkat, suasana di dalam mobil terasa dingin dan sunyi. Galen memegang kemudi dengan tenang, matanya terfokus pada jalan di depan, sementara Nayya duduk di sebelahnya, pandangannya kosong menatap ke luar jendela. Ia tampak memikirkan sesuatu yang berat, bibirnya terkatup rapat tanpa sepatah kata pun keluar sejak mereka masuk ke mobil. Galen, seperti biasanya, tahu kapan harus diam. Ia tidak berusaha mengusik atau mengajukan pertanyaan. Sejak bekerja untuk Nayya, ia memahami bahwa wanita itu menyimpan banyak hal dalam diamnya. "Hati-hati, Nona!" Itulah yang Galen katakan saat membantu Nayya turun dari mobil. Nayya turun dari kendaraan mewahnya dengan langkah pelan, membiarkan ang

    Last Updated : 2024-12-10
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 08

    "Ma, Pa... Katakan aku harus gimana? Aku harus apa?" Suara isakan Nayya terdengar semakin intens. Memecah area pemakaman yang lenggang hari itu."Dulu aku percaya kalau cinta bisa menaklukkan segalanya. Aku pikir selama aku punya Mas Liam, aku bisa bertahan. Tapi sekarang aku sadar... mungkin cinta saja gak cukup." Suaranya semakin lirih, hampir tertelan oleh angin. "Kalau gak ada harapan... kalau aku gak bisa jadi istri yang diharapkan keluarga Liam... apa gunanya aku di sana?"Nayya terdiam sejenak, membiarkan kata-kata itu menggantung. Ia mencengkeram nisan dengan lebih erat. "Ma, Pa, aku gak mau jadi beban. Tapi aku juga gak mau menyerah. Aku masih cinta sama dia... meskipun setiap harinya aku bertanya-tanya, apa Mas Liam masih memiliki perasaan yang sama?"Galen berdiri di belakang, menyaksikan punggung Nayya yang rapuh di hadapan dua pusara itu. Ia mengerti bahwa dirinya tak lebih dari bayang-bayang di sini, namun di saat yang bersamaan, ia merasakan keinginan kuat untuk memberi

    Last Updated : 2024-12-10
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 09

    "Galen...""Iya Nona?"Namun bukan jawaban yang Galen dapatkan saat ia menunggu respons, melainkan gerakan tangan Nayya yang perlahan terulur. Jari kelingkingnya terulur ke depan wajah Galen. Untuk sesaat, Nayya menatap Galen dengan pandangan yang sulit diartikan—ada kelelahan, luka, dan sebersit harapan yang terpantul dalam matanya."Kamu mau janji kan?" tanyanya pelan, hampir seperti bisikan. "Janji kalau kamu akan tetap di sini. Tidak pergi atau meninggalkan aku, apapun yang terjadi?"Galen tertegun. Ia tak menyangka akan permintaan ini, namun ia melihat harapan dalam tatapan Nayya. Ia tahu, ini bukan sekadar permohonan sederhana dari seorang majikan pada bawahan sepertinya. Ini adalah permintaan yang datang dari seseorang yang sudah berada di titik terendahnya, seseorang yang merasa dunia bisa runtuh kapan saja.Galen menatap perempuan itu sebelum melingkarkan jari kelingkingnya pada Nayya. Membuat pinky promise. "Saya janji, Nona," k

    Last Updated : 2024-12-11
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 10

    "Aku mau langsung pulang aja." Galen mengangguk tanpa banyak bertanya. Ia mengerti bahwa Nayya butuh waktu untuk menenangkan diri setelah apa yang terjadi hari ini. Ia kembali fokus pada kemudi, memacu mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah.Perjalanan berlangsung dalam keheningan. Nayya bersandar di kursi, matanya terpejam, meskipun pikirannya masih terus bekerja. Sesekali, ia merasa kehadiran Galen di depannya memberikan sedikit rasa nyaman, seperti jangkar yang menahannya agar tidak sepenuhnya tenggelam dalam kekacauan ini.Begitu tiba di rumah, Galen memarkir mobil dengan hati-hati di depan garasi. Ia keluar terlebih dahulu, membuka pintu untuk Nayya. "Kita sudah sampai, Nona," ucapnya dengan lembut.Nayya membuka matanya perlahan, lalu mengangguk. Ia turun dari mobil dengan langkah pelan, merasakan lelah yang luar biasa di tubuhnya. Galen memperhatikan langkahnya yang lunglai dan segera berkata, "Kalau ada yang Nona butuhkan, Anda bisa p

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 97

    Malam telah turun sempurna saat Liam akhirnya sampai di rumah. Rintik hujan masih menyisakan jejak di jaketnya. Dengan satu tangan, ia menggenggam kantong belanja berisi susu hamil, roti gandum, jus buah, dan beberapa camilan sehat. Di tangan lainnya, ia membawa setangkai bunga kecil—tidak terlalu mewah, tapi cukup manis untuk menyenangkan hati seorang istri. Pintu terbuka pelan. Di ruang tamu, Nayya duduk sambil memainkan ponselnya. Senyum langsung mengembang di wajahnya saat melihat Liam. "Mas kamu udah pulang?" Liam membalas senyum Nayya. "Hai sayang." "Kamu bawa apa Mas?" tanyanya dengan heran. Liam berusaha tersenyum santai. "Buat kamu... dan si kecil," katanya sambil menunjukkan isi belanjaannya. "Ada susu hamil, buah-buahan, cemilan sehat." Nayya bangkit dan menghampirinya, matanya menyiratkan rasa haru dan kebahagiaan. “Tumben banget kamu perhatian gini. Biasanya disuruh aja masih suka ngeluh.” Liam tertawa hambar, berusaha menutupi gejolak hatinya. “Iya... tapi se

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 96

    Ciuman itu berlangsung beberapa detik, tapi bagi Cintya, rasanya seperti putaran waktu yang berhenti. Semua emosi menumpuk: rindu, amarah, cinta, juga rasa bimbang.Saat bibir Liam masih menempel di bibirnya, ada satu sisi dalam dirinya yang ingin larut sepenuhnya… tapi sisi lain menjerit untuk menyadarkannya.Dengan cepat, Cintya menarik diri. Nafasnya tersengal, dadanya naik turun menahan gelombang perasaan yang membuncah.“Liam...”Liam menatapnya, matanya masih menyimpan hasrat dan harapan. “Aku tau kamu juga menginginkannya."Cintya menatap lantai, suaranya nyaris berbisik. “I- itu gak bener.""Sampai kapan kamu mau berbohong?""Liam... aku—"Untuk kedua kalinya, bibir Cintya kembali di bungkam. Tapi kali ini bukan hanya sekedar ciuman saja. Liam dengan berani mengendus leher perempuan itu."Ahh..." Cintya mendesah akibat gigitan Liam. Belum lagi pijatan pria itu di salah satu gunung kembarnya, membuat seluruh tenaganya seolah lenyap tak bersisa."Liam... Jangan...""Ssst..." Lia

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 95

    "Aku akan ninggalin Nayya. Demi kamu aku bakal ninggalin Nayya, Cintya."Lagi-lagi, Liam mengucapkan hal yang sama. Kata-kata itu terus diulangnya, seperti mantra yang ingin ia yakinkan pada diri sendiri maupun pada Cintya.“Aku akan ninggalin Nayya. Demi kamu, Cin. Aku serius.”Cintya menghela napas panjang. Ia menatap wajah Liam yang penuh keyakinan itu, tapi di balik tatapan itu—ia melihat luka. Luka yang belum selesai. Luka yang bisa saja kembali melukai orang lain.“Cukup Liam! Cukup!” gumamnya lirih, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Lebih baik kita fokus sama masa depan masing-masing.""Tapi aku gak bisa ngelupain kamu. Kamu terlalu berarti buatku!" Liam menarik tangan mantan kekasihnya itu dan menggenggamnya erat. Tatapannya yang tampak putus asa itu sempat membuat Cintya goyah."Liam...""Aku mohon Cintya. Aku mohon banget sama kamu."Sebelum Liam sempat menjawab, ponsel Cintya kembali bergetar. Kali ini ia langsung mengangkatnya.“Halo?”Dari seberang, terdenga

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 94

    "Liam..."Merasa namanya dipanggil, Liam pun menoleh ke sumber suara. Tak jauh darinya, berdiri seorang wanita paruh baya dengan raut wajah tenang namun sorot matanya tajam penuh kekhawatiran. Widuri—ibunya—menatapnya tanpa senyum."Kita bisa bicara sebentar?" tanyanya, lembut tapi jelas.Liam berdiri, sedikit gugup. "Tentu aja Ma."Mereka berjalan dalam diam menuju ruangan sebelah. Begitu sampai di sana, Widuri langsung menatap putranya tanpa basa-basi.“Kamu yakin sama keputusan ini, Liam?”Liam menghela napas, lalu duduk. "Kalau Mama maksud soal pernikahan... ya, aku udah yakin."Widuri tetap berdiri, menyilangkan tangan. “Liam, dia itu umurnya masih jauh di bawah kamu. Belum lagi dia sebatang kara, keluarganya gak jelas kayak gimana. Kalau kamu ngerasa bertanggungjawab sama Nayya, kamu kan gak wajib buat nikahin dia. Kamu masih bisa melakukan hal lain."Pernyataan sang Mama, itu membuat Liam terdiam beberapa detik sebelum menjawab pelan, “Ma, Nayya gak punya siapa-siapa selain aku

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 93

    "Kalau aku harus ngertiin kamu terus, gimana sama aku, hah?!"Pertengkaran makin memanas. Nafas Cintya memburu, matanya memerah menahan air mata yang ingin pecah. Liam berdiri di hadapannya, masih mencoba menahan semua emosi yang menggelegak dalam dadanya.“Jawab aku, Liam!” bentak Cintya tiba-tiba. “Kamu bilang semua ini karena tanggung jawab, dan rasa bersalah kamu ke Nayya. Terus aku gimana? Apa kamu gak ngerasa bersalah padaku? Apa kamu gak kasian sama aku?"Liam terhenyak. Mulutnya terbuka, tapi tak ada kata yang keluar. Wajahnya menegang.Cintya melangkah mendekat, tatapannya menusuk. "Kamu lupa sama impian kita dulu? Kita akan menikah setelah dapat pekerjaan baik, bangun rumah tangga harmonis, hidup bahagia sampai tua. Apa kamu lupa impian kita itu?""Tapi Nayya sebatang kara, Cintya. Kasian dia. Toh— pernikahan ini hanya sementara. Aku akan segera ceraikan dia setelah Nayya bisa hidup mapan."Cintya menatap Liam dengan wajah hancur, air matanya mulai jatuh satu per satu. Ia me

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 92

    "Kamu gak bohong kan?" tanya Nayya dengan mata berkaca-kaca. Seolah ia menaruh banyak harapan pada pria di depannya.Liam menghela napas panjang, lalu menarik Nayya ke dalam pelukannya. Gadis itu diam, hanya membiarkan dirinya tenggelam dalam dekapan hangat yang selama ini menjadi satu-satunya tempat ia merasa aman."Aku gak bohong, Nayya," bisik Liam dengan suara lirih. "Aku udah janji sama Tante Dewi… aku bakal jagain kamu, sampai kapanpun."Nayya terdiam, matanya kembali berkaca-kaca. Pelukan Liam terasa begitu tulus, dan untuk sesaat, ia merasa semua luka bisa perlahan disembuhkan."Aku takut kehilangan lagi, Liam," gumamnya. "Tante Dewi satu-satunya keluarga yang aku punya… dan sekarang aku cuma punya kamu."Liam merapatkan pelukannya, seolah tak ingin membiarkan Nayya jatuh lagi. "Kamu gak sendiri. Selama aku masih bisa bernapas, kamu gak akan pernah sendiri."Nayya memejamkan mata. Tangisnya akhirnya pecah dalam diam. Ia tahu, kata-kata Liam bukan sekadar janji kosong. Tapi ia

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 91

    "Liam... kamu ingat janji kamu ke tante, kan?" Liam menelan ludah. Dada terasa sesak. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Kamu janji bakal jaga Nayya selamanya... dan aku ingin melihat kalian menikah sebelum aku pergi." Ruangan terasa semakin sunyi. Nayya terkejut, matanya membesar. "Tante, kenapa tiba-tiba bicara seperti ini?" Dewi tersenyum lembut. "Karena Tante ingin kamu bahagia, Nay. Tante ingin kamu punya seseorang yang bisa selalu menjagamu... dan aku percaya Liam adalah orang yang tepat." Liam menunduk, hatinya kacau. Janji yang dulu ia buat saat masih dipenuhi rasa bersalah, kini kembali menghantuinya. Ia teringat Cintya. Wajahnya, suaranya, harapannya. Namun, di saat yang sama, ia juga melihat Nayya. Perempuan yang sudah melalui banyak hal karena kesalahannya. Gadis yang selama ini ia lindungi,

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 90

    Cintya menggigit bibirnya, matanya kembali memerah. "Berapa lama aku harus menunggu, Liam?" Liam tidak bisa menjawab. Ia tidak tahu. Cintya tersenyum pahit, lalu menarik tangannya dari genggaman Liam. "Aku gak tahu apakah aku bisa menunggu atau tidak." Liam tidak bisa membiarkan Cintya pergi begitu saja. Ia segera berdiri dan mengejarnya keluar restoran. Langkahnya cepat, penuh dengan kegelisahan yang menghantui pikirannya. "Cintya!" panggilnya saat melihat wanita itu berjalan menuju mobilnya. Cintya berhenti, tapi tidak langsung menoleh. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membalikkan badan. Matanya masih menyiratkan luka dan keraguan. "Apa lagi, Liam?" suaranya terdengar lelah. Liam mendekat, kali ini tanpa ragu. "Aku tahu aku sudah banyak mengecewakan kamu, dan aku tahu ini gak adil buat kamu. Tapi, aku serius, Cintya. Aku gak mau kehilangan kamu."

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 89

    Malam itu di salah restoran. Liam duduk di kursi berhadapan dengan Cintya, mantan kekasihnya. Wanita itu tampak cantik dalam balutan gaun hitam, tetapi ekspresinya penuh amarah dan kekecewaan. Sejak tadi, Cintya belum mengucapkan sepatah kata pun, hanya menatapnya tajam. Akhirnya, ia berbicara. "Aku gak habis pikir, Liam." Suaranya dingin. "Setelah sekian lama gak ada kabar, sekarang aku dengar kamu sibuk merawat perempuan lain?" Liam menatapnya dengan ekspresi datar. "Ini bukan seperti yang kamu pikir, Cintya. Lagipula dia bukan orang lain. Dia—" "Dia korban kecelakaan waktu itu kan? Aku tau kok." Perempuan itu menyandarkan punggungnya ke kursi, melipat tangan di depan dada. "Yang gak habis pikir, kenapa kamu sampai rela menghabiskan banyak waktu untuk dia sampai melupakanku." Liam mengepalkan tangannya di bawah meja. "Aku gak bermaksud buat lupain kamu. Aku hanya sedang mempertanggungjawabkan semua kesalahanku ke Nayya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status