Share

Bab 5. Salah Paham

“Permisi, maaf, Nona Briella sudah ditunggu oleh Nyonya Maven di ruang tengah.” Aster memanggil Briella di ruang kerja tepat setelah Adrian selesai menjadikannya alat pemuas nafsu. Sementara Adrian sendiri sudah pergi entah ke mana.

“Aster, bisakah kau ambilkan aku selimut?” pinta Briella sambil menutup dadanya. Gaun Briella sudah dirusak oleh Adrian, untungnya Aster dengan cepat memberi apa yang Briella butuhkan tanpa banyak bertanya.

Aster membawa Briella ke toilet di sisi kiri ruang kerja, menyuruh Briella memperbaiki riasan dan rambutnya. “Saya akan ambilkan gaun baru untuk Nona.”

Setelah kejadian di ruang kerja, Briella merasakan kelegaan yang mendalam ketika Rosalie Maven menyuruh Aster memanggilnya. Rupanya Rosalie mengajak Briella berjalan-jalan di kota. 

Rosalie memiliki keanggunan dan kehangatan yang kontras dengan Adrian. Dia membawa Briella ke butik favoritnya. Di butik yang megah dan elegan itu, Rosalie memandang sekeliling sambil berkata, “Briella, aku butuh rekomendasimu. Aku memerlukan gaun yang pas untuk acara pesta amal minggu depan.”

Briella merasa gugup tapi juga tersanjung. “Tentu, Mom. Saya akan melihat-lihat dan mencoba menemukan yang terbaik untuk Mom.”

Briella berkeliling butik, memperhatikan gaun-gaun yang terpajang dengan hati-hati. Setelah beberapa saat, dia memilih sebuah gaun yang anggun, tapi tidak terlalu mencolok, dengan sentuhan klasik yang elegan. Gaun tersebut berwarna biru tua dengan detail renda halus di bagian leher dan lengan.

Rosalie mencoba gaun tersebut dan tampak sangat puas dengan pilihannya. “Ini sempurna, Briella. Seleramu benar-benar luar biasa,” pujinya sambil tersenyum hangat.

“Saya senang jika Mom menyukainya,” jawab Briella dengan senyum lembut.

Setelah kembali dari ruang ganti, Rosalie menatap Briella dengan pandangan lembut dan berkata, “Jujur saja, pada awalnya aku tidak setuju dan bingung kenapa Adrian sangat ingin menikahimu. Maaf, tapi seperti yang kita tahu, kau seorang anak bangsawan yang bangkrut dan jatuh miskin setelah ayahmu masuk penjara, tapi sekarang aku mengerti. Kau memang secantik dan sebaik ini. Kau juga punya selera yang unik dan bagus.”

“Terima kasih, Mom.” Briella tersenyum, merasa sedikit terhibur oleh kata-kata Rosalie. 

“Aku senang Adrian menikahi gadis sepertimu, Briella.”

Pertanyaan-pertanyaan masih berputar dalam benak Briella. Dia mengumpulkan keberanian untuk bertanya, “Mom, bolehkah aku bertanya sesuatu?”

“Tentu saja, Briella. Tanyakan saja,” jawab Rosalie.

Briella menarik napas dalam-dalam. “Benarkah Adrian sangat ingin menikahi saya? Kami belum saling mengenal sebelumnya, dan saya merasa ... saya mungkin bukan perempuan yang pantas untuk menjadi menantu keluarga Maven.”

Rosalie tampak terkejut, tapi kemudian wajahnya melembut. “Briella, kau sangat pantas. Aku memang tidak tahu apa yang ada di pikiran Adrian saat itu, tapi satu hal yang pasti, kurasa dia telah melihat sesuatu dalam dirimu yang sangat berharga. Mungkin, seiring waktu, kau akan menemukan jawabannya sendiri. Atau, bagaimana kalau kau tanya langsung ke Adrian?”

Briella tersenyum tipis. Perbincangan dengan Rosalie membuat Briella semakin bingung. Jika benar Adrian begitu tertarik padanya, kenapa Adrian justru bersikap dingin dan kasar?

“Briella, apa kau mau memilih gaun juga selagi kita ada di sini?” tanya Rosalie menawarkan.

Briella menggeleng. “Tidak, terima kasih, Mom. Ada banyak baju yang masih layak pakai, jadi saya rasa saya tidak perlu membeli yang baru.”

“Tetap saja, belilah beberapa.”

Briella tetap menolak dengan lembut, Rosalie akhirnya berhenti memaksa. Setelah mendapatkan gaun dan berbincang dengan Briella, Rosalie mengajak menantunya pergi dari butik menuju ke sebuah perkumpulan sosialita yang sering dihadirinya. Mereka memasuki sebuah ruang mewah salah satu hotel bintang lima di Vienna. Banyak wanita berpengaruh berkumpul untuk menikmati teh sore dan berbincang di sana.

Saat mereka memasuki ruangan, Rosalie memperkenalkan Briella dengan bangga. “Perkenalkan, ini menantuku: Briella,” kata Rosalie dengan wajah bahagia. Para sosialita menyambutnya dengan senyum ramah di depan Rosalie, tapi di belakang sang mertua pandangan orang-orang di sana tampak kurang senang pada Briella.

Saat Rosalie sibuk sendiri dengan perkumpulannya, Brilla menepi ke sudut lain sambil memandangi pemandangan senja di luar jendela. Saat ini, dia merasa sedang berada di planet lain. Tak ada yang dia kenal dan tak banyak yang mengenalnya tapi semua memberikan pandangan tidak suka seolah Briella sudah melakukan dosa besar ke mereka.

Barbara, dialah ibu Hunter yang merupakan wanita simpanan mendiang ayah Adrian. Barbara melangkah maju dengan senyum sinis mendekati Briella. “Oh, jadi ini si putri bangsawan yang bangkrut itu? Adrian benar-benar tahu bagaimana memilih, ya? Cktak kusangka dia hanya mampu menikahi seorang gadis miskin.”

Suasana menjadi tegang seketika. Briella merasakan darahnya mendidih, tapi sebelum dia bisa mengatakan apa pun, Hunter tiba-tiba muncul. Dia melihat situasi dan langsung menegur ibunya. “Mom, cukup. Mom tidak berhak berkata seperti itu.”

Barbara memutar matanya, marah karena putranya tidak membelanya. "Itu fakta, Hunter. Siapa saja berhak bicara tentang fakta."

Dari sisi lain pelayan membawa nampan minuman datang. Barbara sengaja menjegal jalan pelayan itu sehingga dia terjatuh dan banyak minuman yang tumpah melayang ke gaun Briella. 

Suasana semakin tak terkendali. Hunter menarik ibunya, membawa barbara ke lobi dengan tegas. “Kau memang melahirkanku, tapi Mom Rosalie yang membesarkanku. Aku tidak akan diam melihatmu menghina keluarga Maven. Dan Briella adalah istri Adrian, dia bagian dari keluarga ini. Ayo kita pergi dari sini!”

Barbara mendengus marah dan berbalik pergi meninggalkan putranya. “Aku tidak butuh kau antar pulang.”

Sementara itu, ketika Hunter kembali ke dalam, dia mencari sosok Briella. Mata Hunter menyisir sekitar tempat itu untuk menemukan Briella. Rupanya istri Adrian Maven baru saja keluar dari toilet. Meskipun Briella mencoba menyembunyikan, tapi semua dapat mengetahui dalam sekali lihat bahwa gadis itu baru saja menangis.

Hunter mendekati Briella. “Kau baik-baik saja?”

Briella merunduk dan mengangguk.

“Aku minta maaf atas kelakuan ibuku. Dia seharusnya tidak berbicara seperti itu.”

Briella mengangguk dan mencoba tersenyum lembut. “Tidak apa-apa, Hunter.”

Hunter menatap dengan serius. “Kau adalah bagian dari keluarga Maven sekarang, Briella. Jangan biarkan perkataan ibuku mengganggumu.”

Pada saat itu Rosalie datang. “Hunter, kebetulan sekali kau masih di sini. Bisakah kau antar Briella kembali ke mansion sekarang? Aster baru saja menghubungiku, katanya Adrian marah karena Briella terlambat pulang.”

“Tentu, Mom, aku akan membawa Briella kembali bersamaku.” Hunter yang amat menghormati Rosalie langsung menyanggupi permintaan ibu sambungnya itu.

Briella bertanya, “Apakah Mom tidak pulang bersama kami?”

“Tidak Briella, aku masih ada beberapa acara, jadi tidak bisa pergi bersama kalian. Pulanglah dengan Hunter, dia akan mengantarmu dengan selamat sampai ke mansion.”

Briella mengangguk, dia mengikuti Hunter menuju ke mobil pria itu. Mereka membelah jalanan malam dengan keheningan, sampai akhirnya Hunter membuka pembicaraan setelah mendengar bunyi menggelitik dari perut Briella. 

“Kau lapar?” tanya Hunter sambil mengulum senyumnya. “Jangan bilang kau belum makan malam?”

“Ya, aku belum sempat menyantap makan malamku,” aku Briella jujur.

“Apakah kau mau aku menepikan mobil untuk membeli makanan siap saji? Kau suka burger?”

Briella menggeleng. “Tidak, terima kasih. Kita pulang saja, aku takut Adrian akan semakin marah jika kita berlama-lama di jalan.”

“Saudaraku itu memang seperti itu, dia tampak keras dan menyebalkan di luar, tapi sebenarnya dia berhati hangat. Benarkah kau tidak mau makan malam dulu?”

Gelengan lembut Briella menjadi jawaban. Mereka langsung pulang seperti tujuan awal. Setiba di mansion, ternyata Adrian sedang di taman, menikmati langit malam yang cerah. Namun, hatinya langsung mengabut ketika melihat sang istri turun dari dalam mobil bersama Hunter.

Briella berlari kecil menghampiri Adrian, memberikan senyum tulusnya, tapi Adrian hanya menatap dingin gadis itu. “Adrian, apa kau mencariku?”

“Kenapa kau sangat suka dihukum?”

Mata Briella terbeliak. “Dihukum?”

“Kau sengaja pulang terlambat dan satu mobil dengan adik tiriku untuk mendapatkan hukuman dariku, kan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status