Home / Pernikahan / Hasrat Dendam Suamiku / Bab 11. Tawaran Mengejutkan

Share

Bab 11. Tawaran Mengejutkan

Author: Abigail Kusuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Saat Adrian meninggalkan Briella bersama Hunter di tempat berkuda, Briella merasa tertekan dan bingung. Hunter mendekat dan melihat kesedihan di wajah Briella. Dia memutuskan untuk mengutarakan sesuatu yang telah dia dengar secara tidak sengaja.

“Briella,” Hunter memulai dengan lembut. “Maaf, tapi tadi, aku tanpa sengaja mendengar percakapanmu dengan Aster. Aku sudah tahu kau sedang hamil, karena itu aku mengikuti kalian ke mari untuk membantumu.”

Briella terkejut dan merasa cemas. Dia mencoba menenangkan diri, tapi air matanya mulai mengalir. “Hunter, aku ... Aku takut Adrian tidak akan senang mendengar kabar ini. Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakan semua padanya.”

Hunter menatap Briella dengan penuh simpati. “Kenapa kau tidak membiarkan Adrian tahu tentang kehamilanmu? Dia adalah ayah dari anak yang kau kandung.”

Briella menghela napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk jujur. Sambil menangis, dia berkata, “Kau tahu Hunter, ternyata ayahku adalah dalang dari ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 12. Malam Tanpa Ampun

    “Bisakah malam ini kita hanya tidur? Kau tahu aku baru sembuh, kumohon beri aku waktu untuk memulihkan tenaga.” Briella mencoba negosiasi dengan takut-takut setelah mengenakan gaun tidur seksi berwarna merah sesuai perintah Adrian.Sudah berhari-hari Adrian ingin bercinta dengan Briella dan menghukumnya pada saat yang sama. Kini setelah sekian lama menahan hasrat, bisa-bisanya Briella tampak ingin kabur? Jujur saja, Adrian begitu menikmati wajah tertekan dan ketakutan yang kini Briella sajikan. Jika bisa, Adrian ingin mengikat istrinya, mengurungnya, agar tampak semakin menyedihkan lagi. Selain itu, Adrian tak bisa jauh dari Briella, dia tak bisa membiarkan apa pun menghalangi kepemilikannya atas Briella Moretti.Rambut Briella yang sedikit kemerahan terlihat kusut dan seksi tergerai di sekitar bahunya, pipi dan bibirnya memerah karena udara musim semi yang masih cukup dingin. Dalam sekali tarik Adrian dapat melucuti tubuh Briella yang molek dari gaun malamnya tadi. “Adrian, kumohon.

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 13. Bercak Darah

    Keesokan harinya, Aster masuk ke kamar Briella untuk membantunya bersiap-siap. Saat membuka pintu, dia terkejut melihat keadaan majikannya. Briella terbaring di ranjang, terbungkus selimut, tanpa pakaian, dengan banyak tanda merah hasil kreasi bibir Adrian dari leher hingga perutnya. Rambut Briella acak-acakan, peluh masih menempel di sana-sini, dan tubuhnya terlihat lemas tak bertenaga.Aster segera menghampiri dan membantu Briella berpakaian serta membersihkan diri. “Nyonya, apa yang terjadi semalam?” tanya Aster dengan suara penuh kekhawatiran.Briella mencoba tersenyum lemah meskipun rasa sakit masih terasa di tubuhnya. “Adrian menggunakan haknya sebagai suami, tentu saja aku harus melayaninya.”Aster mengerutkan kening. “Tapi, Nyonya, saya khawatir dengan kondisi kandungan Anda. Apakah Anda merasa baik-baik saja?”Briella mencoba meyakinkan Aster. “Aku yakin bayiku akan baik-baik saja, Aster. Dokter Park bilang janinku cukup kuat.”Namun, saat Briella pergi ke kamar mandi untuk b

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 14. Kekesalan Adrian

    Malam itu, suasana di ruang makan terasa berbeda. Adrian duduk di ujung meja panjang yang dihiasi dengan lilin-lilin mewah dan peralatan makan perak. Namun, kursi di sebelahnya yang biasanya ditempati Briella kosong. Di seberang meja, Hunter duduk sambil tersenyum sinis.Adrian melirik ke kursi kosong itu dengan alis berkerut. “Di mana Briella?” tanyanya tajam pada Aster yang sedang menuangkan anggur ke dalam gelasnya.Aster terdiam sejenak, tampak gugup. “Nyonya Briella diajak oleh Nyonya Rosalie ke panti untuk acara bakti sosial yang rutin diadakan keluarga Maven.”Adrian menggeram pelan, wajahnya memerah karena menahan marah. “Kenapa tidak ada yang memberitahuku sebelumnya?”Aster menunduk, tidak berani menatap langsung ke mata Adrian. “Maaf, Tuan Adrian. Saya kira Anda sudah mengetahuinya.”Hunter yang duduk tenang sambil mengaduk supnya, menyeringai melihat kekesalan sang kakak. “Kau tampak kesepian, Adrian. Apa aku perlu menginap di kamarmu malam ini? Siapa tahu kau butuh teman

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 15. Ancaman Hunter

    “Hanya karena dia istrimu, apa kau pikir kau bisa memperlakukannya seperti budak?” Hunter sebenarnya tahu bahwa berdebat dengan Adrian saat ini tidak akan membuahkan hasil, tapi dia harus melakukan sesuatu untuk mencegah Adrian membawa Briella kembali ke mansionAdrian merasa marah dan kesal saat Hunter menghalanginya untuk menemui Briella. Namun, yang membuat hatinya semakin terbakar adalah kenyataan bahwa Hunter juga ada di panti itu. Kenapa hanya dirinya tidak dilibatkan dalam acara ini? Adrian adalah orang yang paling keras bekerja dan menjalankan usaha keluarga Maven, tapi dia merasa diabaikan oleh keluarganya sendiri.“Apa yang kau lakukan di sini, Hunter? Kenapa aku tidak diberi tahu tentang acara ini?” tanya Adrian dengan nada marah, tak mengindahkan ucapan Hunter.Hunter tetap tenang, mencoba menenangkan saudaranya yang sedang marah. “Adrian, ini hanya acara bakti sosial rutin. Tidak ada yang perlu diberitahukan, seluruh keluarga Maven tahu dan bisa ikut serta.”“Rutin? Kau t

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 16. Berbagi Rahasia

    Pagi itu, Adrian duduk di ruang kerjanya, mencoba fokus pada tumpukan dokumen di depannya. Namun, pikirannya masih berkutat pada percakapan dengan Hunter tadi malam. Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.“Masuk,” kata Adrian dengan nada tegas.Ben masuk dengan wajah serius, membawa pesan yang tidak terduga. “Tuan, saya mendapat telepon dari Tuan Matvey Jorell pagi ini.”Adrian mengangkat alisnya, menatap Ben dengan penuh perhatian. “Apa yang diinginkan Matvey?”Ben mengambil napas dalam sebelum melanjutkan. “Tuan Jorell meminta Anda menampung putri bungsunya, Falla Jorell, selama Nona Jorell liburan musim panas di Vienna.”Adrian mengernyit, menolak langsung permintaan itu. “Tolak mentah-mentah, Ben. Aku tidak punya waktu untuk berurusan dengan bocah problematik.”Ben tampak ragu-ragu sebelum berbicara lagi. “Tuan Adrian, saya mengerti, tapi kita masih sangat membutuhkan Matvey. Dia adalah pemasok utama kita untuk beberapa jenis senjata api dan microchip yang sangat penting u

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 17. Tamu yang Mengancam

    Beberapa hari kemudian, sebuah mobil mewah berhenti di depan mansion keluarga Maven. Dari dalam mobil keluar seorang wanita muda dengan penampilan mencolok. Falla Jorell, yang kini berusia 23 tahun, telah berubah drastis sejak terakhir kali Adrian melihatnya. Rambut cokelat gelapnya yang dulu kontras dengan warna kulit, kini telah berubah menjadi pirang terang, dan matanya yang abu-abu dirias dengan eyeshadow gelap smookie eyes. Dada yang dulu kecil kini terlihat cukup besar, menunjukkan tanda-tanda jelas dari implan silikon.Adrian berdiri di depan pintu utama mansion, menunggu kedatangan tamu tak diundang itu dengan ekspresi dingin. Begitu Falla melihat Adrian, dia langsung berlari dan memeluknya penuh kerinduan yang menggebu-gebu. Adrian tetap diam dan tidak membalas pelukan itu, menunggu dengan sabar sampai Falla akhirnya melepaskannya.“Selamat datang, Falla,” kata Adrian dengan nada datar.“Miss you more, Adrian Maven.”“Apa telingamu bermasalah?”“And also, love you more.” Saat

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 18. Perubahan Sikap

    “Benarkah Briella sudah pulang?” tanya Adrian menuntut Ben mengulangi informasi yang baru saja diberikan padanya.“Ya, Tuan. Nyonya saat ini sedang berada di kamar,” jawab Ben sopan memberi tahu.Adrian Maven langsung pergi meninggalkan ruang kerja. Dia berjalan cepat menelusuri koridor panjang mansion keluarganya, langkahnya menggema di antara dinding marmer yang dingin. Hatinya berdebar tak menentu, campuran antara kerinduan dan kecemasan membuatnya gelisah. Adrian mencoba menepis perasaan itu dan tetap menjaga sikap dinginnya, sikap yang selalu dia pertahankan sejak pernikahan mereka.Pintu kamar utama terbuka dengan lembut saat Adrian mendorongnya. Dia berhenti sejenak, mengamati pemandangan di depannya. Briella duduk di tepi ranjang besar mereka, tubuhnya gemetar, dan air mata mengalir tanpa henti di pipinya. Tangannya dengan lembut mengelus perutnya, tanda bahwa dia sedang mengandung, meskipun Adrian belum mengetahuinya. Briella merasa sangat sensitif karena kehamilannya, ditamb

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 19. Pembuat Masalah

    “Tentu saja aku mau menghangatkan istriku yang kedinginan. Lagi pula sudah satu minggu aku tidak menggunakanmu sebagaimana mestinya.” Adrian membalas telak pertanyaan Briella yang membuatnya jengkel.Briella mendorong Adrian hingga pria itu tersentak beberapa langkah ke belakang. “Kau boleh melakukan apa saja padaku, tapi jangan pernah sentuh aku!”Rahang Adrian mengetat mendengar itu. Dengan jijik Briella menatapnya tajam. Baru kali ini ada sorot kebencian seperti itu dari tatapan Briella, dan Adrian cukup terkejut akan hal itu.“Apa katamu!?”“Mundur, aku tidak mau jadi pemuas nafsumu!”Adrian semakin geram. “Siapa bilang kau boleh menolakku?” Usai mengucapkan itu dengan dingin, Adrian mencari sesuatu dari laci, lalu berjalan cepat mengepung Briella dan membekap perempuan itu.Sebagai pengusaha yang menguasai perdagangan obat-obatan dan senjata api di Vienna, Adrian punya cukup banyak obat yang bisa membuat Briella lemas dalam sekali bekap. Perempuan itu kehilangan kesadaran untuk s

Latest chapter

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Lima (ENDING SCENE) – TAMAT

    Satu tahun kemudian …Sesampainya di rumah sakit, Adrian merasakan detak jantungnya semakin cepat. Langkah-langkahnya yang biasanya mantap kini terasa berat, seolah-olah setiap langkah membawa beban kekhawatiran yang tak terukur.Ruang bersalin berada di ujung koridor, tapi jarak yang harus ditempuhnya terasa seperti berpuluh-puluh mil. Cahaya lampu yang seharusnya menenangkan justru tampak suram di matanya. Dia tak bisa berpikir jernih—yang ada hanya ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di balik pintu ruang bersalin itu.Saat akhirnya Adrian tiba di depan pintu, dia menemukan Rosalie sedang duduk di kursi tunggu. Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat meski dia berusaha menyembunyikan kecemasannya. Rosalie yang melihat Adrian mendekat, dia berdiri dan mencoba tersenyum, tapi kegelisahan tetap terpancar di matanya.“Bagaimana keadaannya?” tanya Adrian dengan nada cemas, suaranya bergetar meski dia berusaha terdengar tegar.Rosalie mendekatinya, menyentuh lengannya dengan lembut.

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Empat

    Senyum seringai Adrian terbentang begitu saja setelah mendengar ucapan istrinya. Dia menarik Briella mendekat, tangan Adrian yang kuat meluncur ke bawah punggungnya. Mencengkeram bokong Briella yang membulat.Tanpa keraguan Adrian menekan batangnya yang keras ke arah kewanitaan si istri. Briella tersentak senang saat Adrian menggesek miliknya. Pria tampan itu menangkup pipi Briella, menghadiahkan ciuman lapar sehingga bibir mereka terkunci dalam ciuman yang penuh nafsu.Briella melepaskan ciuman itu, terengah-engah. “Adrian,” bisiknya, matanya berkilauan karena hasrat. “Kumohon segeralah masuk. Aku membutuhkanmu.”“Aku juga membutuhkanmu, Sayang,” jawab Adrian serak.Ciuman penuh gairah mereka semakin dalam, dan tangan mereka menjelajahi tubuh masing-masing. Membelai setiap inci. Adrian menangkup payudara penuh Briella, menggoda putingnya yang mengeras dengan ibu jari.Briella mengerang, melengkungkan punggung ke arah Adrian. Dia mengusap dada suaminya, turun ke perut Adrian yang liat

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Tiga

    Briella tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca. “Jangan khawatir, ini air mata bahagia. Kau ... kau sering kali kasar, terburu-buru. Tapi sekarang, setiap sentuhanmu penuh cinta, penuh perhatian. Kau benar-benar telah berubah, Adrian.”Ini bukan pertama kali bagi Briella disentuh Adrian sejak mereka kembali bersatu. Sentuhan Adrian sekarang penuh dengan kelembutan dan penuh cinta. Berbeda dengan dulu yang penuh nafsu seakan dirinya adalah budak seks.Mata Adrian melembut, dia menarik Briella lebih dekat, mengecup dahinya dengan lembut. “Aku menyesali banyak hal, Briella. Dulu aku terlalu dibutakan oleh amarah dan dendam, tapi sekarang aku hanya ingin kau merasakan betapa aku mencintaimu, betapa berartinya dirimu bagiku. Aku tidak akan pernah menyakitimu lagi.”Kata-kata Adrian yang tulus itu menusuk hati Briella, membuatnya tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Ini adalah air mata kebahagiaan, air mata yang berasal dari perasaan mendalam bahwa cinta sejati mereka

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Dua

    Malam itu, suasana ruang makan terasa tegang. Adrian duduk di ujung meja, tatapannya kosong dan mulutnya terkunci rapat. Briella yang duduk di sebelahnya mencoba tersenyum, tapi ketegangan Adrian begitu nyata hingga seluruh ruangan terasa sunyi. Hunter, yang duduk di seberang meja, langsung membaca situasi.“Nandy, bagaimana kalau sabtu besok kita pergi ke peternakan?” Hunter menawarkan dengan nada riang, mencoba mencairkan suasana. “Paman akan mengajarimu cara berkuda, dan kita bisa memerah susu sapi langsung dari sapinya. Bagaimana?”Mata Fernandez langsung bersinar mendengar tawaran Hunter. “Benarkah, Paman? Aku mau! Aku mau!” serunya dengan antusias, tapi dia segera menoleh pada Briella. “Tapi Mommy ikut juga, kan?”Hunter terkekeh pelan, lalu menggelengkan kepalanya. “Kali ini hanya kita, sesama pria yang pergi, Nandy. Mommy akan menunggu di sini.”Fernandez mengerutkan kening, tampak tidak puas dengan jawaban itu. “Tapi aku mau Mommy ikut bersama kita, Paman.”Adrian tampak sema

  • Hasrat Dendam Suamiku   Extra Part Satu

    “Mommy, aku suka sup ini. Rasanya creamy.” Fernandez tampak senang dengan kehadiran kembali ibunya. Bocah itu selalu menempel pada Briella, dan bersikap manja. Sejak pulang sekolah, dia meminta Briella menyuapinya, padahal anak itu sebelumnya terbiasa mandiri dan makan sendiri.“Apa kau mau tambah lagi supnya, Nandy?” tanya Briella lembut, seraya menatap putranya dengan penuh kasih sayang.“Tidak, Mommy. Aku sudah kenyang. Apakah Mommy bersedia membantuku mengerjakan pekerjaan rumahku?” pinta Fernadez.Briella mengangguk dan tersenyum. “Tentu, Sayang.”Malam ini, sikap manja Fernandez tidak juga berakhir. Sehabis makan malam, dia meminta Briella membantunya mengenakan piama. Di kamar mereka yang luas dan nyaman, Adrian duduk di tepi tempat tidur, menatap Briella yang sedang membantu Fernandez mengenakan piyama. Briella tersenyum lembut, matanya penuh kasih sayang saat putra kecil mereka, duduk di pangkuannya, sudah siap untuk tidur.“Nandy, ayo tidur, Sayang.”“Mommy mau ke mana?”“Mo

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 71. Perfect Ending

    Adrian dan Briella tersenyum hangat melihat Fernandez berlari-lari di tamn, bersama dengan pengasuh. Pasangan itu duduk di kursi taman bersama dengan Rosalie dan Hunter. Tampak semua orang bahagia melihat Fernadez yang bermain dengan riang penuh kegembiraan.“Aku sudah lama sekali tidak melihat Fernandez sebahagia ini,” ungkap Hunter jujur.Menghilangnya Briella, selalu membuat Fernandez menjadi muram. Tidak jarang Fernandez menangis setiap kali merindukan Briella. Tiga tahun Briella menghilang, bukan waktu yang sebentar. Bukan hanya Fernandez yang murung sejak Briella menghilang, tapi Adrian, Hunter, dan juga Rosalie sangat terpukul. Apalagi yang mereka tahu adalah Briella dibunuh Felix dengan kejam. Hal tersebut menjadi pukulan berat di keluarga Maven.“Aku akan pastikan Nandy terus merasa bahagia, Hunter. Aku akan selalu di sisi putraku,” ucap Briella tulus, dan penuh kehangatan.Adrian membelai rambut Briella. “Ya, Sayang. Nandy akan selalu merasa bahagia. Kau sudah kembali. Kebah

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 70. Memutuskan Hubungan

    Hunter memanfaatkan jaringannya di kepolisian untuk mengusut tuntas masalah penculikan ini. Saat tahu anak wali kota diculik, polisi segera bergerak cepat menyelidiki. Semua bukti sudah jelas, anak buah Felix Jorell adalah dalang di balik penculikan anak wali kota Vienna.Hunter, yang duduk di seberang meja, tersenyum puas. “Polisi sudah melaporkan pada walikota kalau anaknya diculik,” katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi dengan riang, menunggu kabar selanjutnya.Adrian mengangguk. “Seorang wali kota tentu saja tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Felix sudah membuat langkah terburuk dalam hidupnya.”Hunter tertawa kecil, membayangkan akibat dari kekonyolan anak buah Felix. “Dia pikir dia bisa mengancam kita dengan menculik Fernandez, tapi lihat apa yang terjadi. Felix pasti sedang menggigit jarinya di penjara saat ini.”Hanya dalam waktu beberapa jam setelah polisi melaporkan penculikan putra sang walikota, dampaknya langsung terasa. Seorang wali kota tentu memilik

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 69. Salah Culik

    Briella duduk di ruang tamu yang megah, menikmati aroma manis pie apel yang baru saja dipotong. Ini adalah momen yang sangat langka dan berharga baginya. Setelah tiga tahun diculik dan ditawan oleh Felix, akhirnya dia bisa merasakan kebebasan. Dia kini dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, Adrian, Fernandez, Hunter dan Rosalie.“Pie ini benar-benar enak, Mom. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku bisa duduk santai seperti ini, bersama keluarga,” ucap Briella sambil tersenyum, mengambil potongan pie apel kedua.Rosalie, yang duduk di seberang meja, tersenyum hangat. “Kau pantas mendapatkan kebahagiaan ini, Briella. Setelah semua yang kau lalui, aku harap hidupmu akan terus dipenuhi cinta dan kedamaian,” balasnya sambil menyesap teh dari cangkir porselen.Briella mengangguk pelan, menikmati setiap kata Rosalie. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan kalau bukan karena kalian semua. Tiga tahun bersama Felix … itu seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir.”“Kami semua

  • Hasrat Dendam Suamiku   Bab 68. Ruang Interogasi

    Ruangan interogasi terasa pengap dengan cahaya lampu terang yang menyilaukan langsung ke wajah Felix Jorell. Dua orang polisi duduk di depannya, satu dengan ekspresi datar, sementara yang lain mencatat setiap kata yang keluar dari mulutnya. Di sudut ruangan, alat pendeteksi kebohongan dengan sensor-sensornya terpasang di tubuh Felix, mengukur detak jantung dan tekanan darah setiap kali dia berbicara.“Kapan tepatnya Anda mengenal Briella Maven?” Polisi pertama mulai membuka percakapan dengan suara rendah namun tegas.Felix menghela napas panjang seolah sedang mengingat. “Aku pertama kali bertemu dia di acara jumpa fans film Blind Devotion. Dia sangat ramah, manis, dan kami mulai sering bertukar pesan setelah itu.”Polisi pertama itu menatap Felix tanpa berkedip. “Dan apa yang terjadi setelah itu?”Felix tersenyum tipis, matanya tampak mencoba meyakinkan. “Aku sering mengirimkan hadiah padanya. Bunga, cokelat, bahkan perhiasan yang mahal. Aku sering mengajak keluar ke restoran. Briella

DMCA.com Protection Status