Pagi itu, Adrian duduk di ruang kerjanya, mencoba fokus pada tumpukan dokumen di depannya. Namun, pikirannya masih berkutat pada percakapan dengan Hunter tadi malam. Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.“Masuk,” kata Adrian dengan nada tegas.Ben masuk dengan wajah serius, membawa pesan yang tidak terduga. “Tuan, saya mendapat telepon dari Tuan Matvey Jorell pagi ini.”Adrian mengangkat alisnya, menatap Ben dengan penuh perhatian. “Apa yang diinginkan Matvey?”Ben mengambil napas dalam sebelum melanjutkan. “Tuan Jorell meminta Anda menampung putri bungsunya, Falla Jorell, selama Nona Jorell liburan musim panas di Vienna.”Adrian mengernyit, menolak langsung permintaan itu. “Tolak mentah-mentah, Ben. Aku tidak punya waktu untuk berurusan dengan bocah problematik.”Ben tampak ragu-ragu sebelum berbicara lagi. “Tuan Adrian, saya mengerti, tapi kita masih sangat membutuhkan Matvey. Dia adalah pemasok utama kita untuk beberapa jenis senjata api dan microchip yang sangat penting u
Beberapa hari kemudian, sebuah mobil mewah berhenti di depan mansion keluarga Maven. Dari dalam mobil keluar seorang wanita muda dengan penampilan mencolok. Falla Jorell, yang kini berusia 23 tahun, telah berubah drastis sejak terakhir kali Adrian melihatnya. Rambut cokelat gelapnya yang dulu kontras dengan warna kulit, kini telah berubah menjadi pirang terang, dan matanya yang abu-abu dirias dengan eyeshadow gelap smookie eyes. Dada yang dulu kecil kini terlihat cukup besar, menunjukkan tanda-tanda jelas dari implan silikon.Adrian berdiri di depan pintu utama mansion, menunggu kedatangan tamu tak diundang itu dengan ekspresi dingin. Begitu Falla melihat Adrian, dia langsung berlari dan memeluknya penuh kerinduan yang menggebu-gebu. Adrian tetap diam dan tidak membalas pelukan itu, menunggu dengan sabar sampai Falla akhirnya melepaskannya.“Selamat datang, Falla,” kata Adrian dengan nada datar.“Miss you more, Adrian Maven.”“Apa telingamu bermasalah?”“And also, love you more.” Saat
“Benarkah Briella sudah pulang?” tanya Adrian menuntut Ben mengulangi informasi yang baru saja diberikan padanya.“Ya, Tuan. Nyonya saat ini sedang berada di kamar,” jawab Ben sopan memberi tahu.Adrian Maven langsung pergi meninggalkan ruang kerja. Dia berjalan cepat menelusuri koridor panjang mansion keluarganya, langkahnya menggema di antara dinding marmer yang dingin. Hatinya berdebar tak menentu, campuran antara kerinduan dan kecemasan membuatnya gelisah. Adrian mencoba menepis perasaan itu dan tetap menjaga sikap dinginnya, sikap yang selalu dia pertahankan sejak pernikahan mereka.Pintu kamar utama terbuka dengan lembut saat Adrian mendorongnya. Dia berhenti sejenak, mengamati pemandangan di depannya. Briella duduk di tepi ranjang besar mereka, tubuhnya gemetar, dan air mata mengalir tanpa henti di pipinya. Tangannya dengan lembut mengelus perutnya, tanda bahwa dia sedang mengandung, meskipun Adrian belum mengetahuinya. Briella merasa sangat sensitif karena kehamilannya, ditamb
“Tentu saja aku mau menghangatkan istriku yang kedinginan. Lagi pula sudah satu minggu aku tidak menggunakanmu sebagaimana mestinya.” Adrian membalas telak pertanyaan Briella yang membuatnya jengkel.Briella mendorong Adrian hingga pria itu tersentak beberapa langkah ke belakang. “Kau boleh melakukan apa saja padaku, tapi jangan pernah sentuh aku!”Rahang Adrian mengetat mendengar itu. Dengan jijik Briella menatapnya tajam. Baru kali ini ada sorot kebencian seperti itu dari tatapan Briella, dan Adrian cukup terkejut akan hal itu.“Apa katamu!?”“Mundur, aku tidak mau jadi pemuas nafsumu!”Adrian semakin geram. “Siapa bilang kau boleh menolakku?” Usai mengucapkan itu dengan dingin, Adrian mencari sesuatu dari laci, lalu berjalan cepat mengepung Briella dan membekap perempuan itu.Sebagai pengusaha yang menguasai perdagangan obat-obatan dan senjata api di Vienna, Adrian punya cukup banyak obat yang bisa membuat Briella lemas dalam sekali bekap. Perempuan itu kehilangan kesadaran untuk s
Adrian terpaksa mengikuti Ben ke rooftop mansion untuk menghentikan kegilaan Falla Jorell. Di atas atap lantai tiga itu, Falla duduk di dinding pembatas, mengancam akan melompat jika Adrian tidak datang.Saat Adrian sampai di sana, dia melihat Falla duduk dengan kaki tergantung di tepi, wajahnya yang pucat dan mata yang penuh amarah bercampur kesedihan. “Falla, turun dari situ. Ayo kita bicarakan ini baik-baik,” kata Adrian dengan suara tenang, meskipun hatinya cemas.Falla menatapnya dengan mata yang penuh air mata. “Kau tahu, tadi aku menemukan toko kue yang menjual kue dengan bentuk-bentuk yang cantik, rasanya enak, dan warnanya juga indah,” ujarnya, seolah-olah tidak mendengar permintaan Adrian. “Saat memakan kue itu, aku langsung teringat padamu. Aku berpikir, apakah kau akan menyukai kue itu juga?”Adrian berusaha tetap tenang. “Itu terdengar menarik, Falla, tapi sekarang sebaiknya kau turun dulu, oke? Kita bisa membicarakan semua ini di tempat yang lebih nyaman.”Falla menggele
“Kau lihat, semalam Adrian menghabiskan malam di kamarku.”Mendengar perkataan Falla Jorell dengan nada mengejek, dada Briella jadi panas dan sesak. Napasnya tersekat, menahan air mata agar tak jatuh di saat yang paling tidak dia inginkan.“Adrian milikku, aku akan pastikan dia tetap menjadi milikku,” lanjut Falla percaya diri. “Kusarankan kau pergi dengan kakimu sendiri, sebelum Adrian mengusirmu.”Belum sempat Briella bisa menjawab, sebuah suara di belakannya menggema.“Kau pikir siapa kau, bisa mengusir menantuku dari mansion ini?” Dialah Rosalie, yang terlihat jauh lebih emosi daripada Briella setelah mengetahui ada perempuan muda bernama Falla Jorell tinggal di kediamannya. “Siapa namamu?”Falla memperhatikan Rosalie dari ujung kaki hingga ujung rambutnya, mencoba mencerna situasi. Sebenarnya siapa Rosalie ini? Apakah dia orang penting bagi Adrian? Atau hanya orangnya Briella?“Kenapa kau diam saja? Sebagai seorang tamu kau sangat tidak sopan!” seru Rosalie dengan nada cukup ting
“Apa kau sudah menemukannya?” tanya Adrian dengan raut wajah memancarkan jelas perasaan khawatir. Pria tampan itu berada di ruang kerja, tidak bisa mengatasi kecemasan dalam dirinya. Dia khawatir akan keberadaan Briella.“Tuan, maaf, tapi saya tidak bisa menemukan Nyonya Briella,” jawab Ben dengan nada gugup. Kegelisahan membentang karena dirinya belum mendapatkan informasi tentang keberadaan istri tuannya.Adrian menatap Ben dengan tajam, amarahnya memuncak. “Bagaimana mungkin kau tidak bisa mencari informasi kecil itu?! Kita memiliki jaringan yang luas dan kekuasaan di kota ini!”Ben menunduk, mencoba menjelaskan. “Semua itu karena Nyonya Briella dan Aster tidak menggunakan pesawat atau transportasi umum lainnya, jadi lebih sulit bagi saya untuk melacak keberadaan mereka.”Adrian memukul meja dengan frustrasi. “Sial! Ini tidak bisa diterima. Cari lagi, dan pastikan kau menemukan mereka!”Ben mengangguk cepat, lalu menambahkan, “Ada satu hal lagi yang perlu saya sampaikan, Tuan.”“Ka
Beberapa bulan kemudian, kehidupan di mansion Maven berjalan seperti biasa, meskipun kekosongan yang ditinggalkan oleh Briella tetap terasa. Adrian Maven, yang kini lebih dingin dan terfokus pada pekerjaannya, tidak pernah benar-benar melupakan kepergian Briella. Namun, dia berusaha untuk menenggelamkan diri dalam urusan bisnis demi mengalihkan pikirannya.Di sisi lain, Hunter Maven tetap berhubungan dengan Briella secara rahasia. Dia sering memastikan bahwa Briella dan Aster baik-baik saja di tempat persembunyian mereka. Suatu hari, Hunter menerima panggilan mendesak dari Aster.“Tuan Hunter, bisakah Anda ke sini? Saya rasa, Nyonya Briella akan segera melahirkan. Tanda-tandanya sudah terlihat jelas,” kata Aster dengan suara panik di telepon.Hunter merasakan gelombang kecemasan dan kegembiraan sekaligus. Dia tahu bahwa dia harus segera pergi ke tempat Briella, tetapi masalahnya adalah Adrian. Di ruang kerjanya, Adrian sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan klien penting. Pert